Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PENATALAKSANAAN HOLISTIK ANEMIA KEHAMILAN


DI PUSKESMAS NALUMSARI KABUPATEN JEPARA

Disusun Oleh:

1. Widyaning Dara Utami P1337424718005


2. Maya Erisna P1337424718006
3. Rizqi Dian Pratiwi P1337424718007
4. Erlin Chusnia Putri P1337424718008
5. Ririn Indriani P1337424718037
6. Yovialist Putri R P1337424718038
7. Dwi Hesti Diah Citrawati P1337424718039
8. Noviyati Rahardjo P. P1337424718040
9. Zakiah Radjulaeni P1337424718068
10. Aulia Choirunnisa P1337424718069
11. Fatatu Malikhah P1337424718070
12. Putri Maretyara S P1337424718071

PROGRAM STUDI MASTER TERAPAN KEBIDANAN


PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER TERAPAN KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN KOMPREHENSIF


ANALISIS PENATALAKSANAAN HOLISTIK ANEMIA KEHAMILAN
RENDAH DI PUSKESMAS NALUMSARI
KABUPATEN JEPARA

1. Widyaning Dara Utami P1337424718005


2. Maya Erisna P1337424718006
3. Rizki Dian Pratiwi P1337424718007
4. Erlin Chusnia Putri P1337424718008
5. Ririn Indriani P1337424718037
6. Yovialist Putri R P1337424718038
7. Dwi Hesti Diah Citrawati P1337424718039
8. Noviyati Rahardjo P. P1337424718040
9. Zakiah Radjulaeni P1337424718068
10. Aulia Choirunnisa P1337424718069
11. Fatatu Malikhah P1337424718070
12. Putri Maretyara S P1337424718071

Disetujui Dosen Pembimbing Praktik Kebidanan Komprehensif


Pada tanggal Mei 2019

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

(………………………)

2
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN KOMPREHENSIF


ANALISIS PENATALAKSANAAN HOLISTIK ANEMIA KEHAMILAN
RENDAH DI PUSKESMAS NALUMSARI
KABUPATEN JEPARA

Mahasiswa Magister Terapan Kebidanan


Poltekkes Kemenkes Semarang

Telah Disetujui
Tanggal Mei 2019

Oleh:

Pembimbing Lahan

Masudah, S. Si T
NIP :

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Nalumsari

NIP :

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat rahmat

karuniaNya, Kami dapat menyelesaikan Laporan Praktik Klinik Kebidanan

Komprehensif Penatalaksanaan Holistik. laporan ini disusun dalam rangka

Praktik Klinik Komprehensif Magister Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Semarang Di Puskesmas Nalumsari Kecamatan Nalumsari

Kabupaten Jepara, Jawa Tengah Tahun 2019. Bersama ini kami mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Dr_________________________ Kepala Puskemas Nalumari, atas

kesempatan yang telah diberikan kepada kami dalam melaksanakan

pembelajaran praktik klinik komprehensif.

2. Ibu Masudah, S. Si T selaku clinical instructur dan penanggungjawab

pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

3. Dosen Pembimbing Praktik Klinik Komprehensif, atas bimbingan dan

arahannya demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.

4. Kepada jajaran structural, fungsional Puskemas Nalumari dan kepada

pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini belum sempurna, oleh

karena itu kami mengharapkan arahan, kritik dan saran yang membangun.

Semoga laporan ini dapat dijadikan sebagai literature dan dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Nalumsari, Mei 2019

Mahasiswa Magister Terapan Kebidanan

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN RSUD.....................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...........................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A..Latar Belakang
B..Tujuan
C..Ruang Lingkup
D..Manfaat
BAB II GAMBARAN UMUM
A..Gambaran Umum UPT Puskesmas Nalumsari
B..Struktur Organisasi
C..Pelayanan
D..Data Pelayanan
E..Permasalahan
F.. Ringkasan Identifikasi Kasus untuk Menentukan Prioritas
BAB III TINJAUAN KASUS DAN TINJAUAN TEORI
A..Kajian Masalah Kasus
B..Tinjauan Teori
C..Perumusan Masalah
D..Penentuan Prioritas Masalah
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisa Masalah/ Fish Bone
B. Laporan Kegiatan Praktik
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan kesepakatan

pembangunan global tahun 2015 sampai tahun 2030. SDGs merupakan

program untuk menyempurnakan MDGs (Millenium Development Goals)

yang telah berakhir tahun 2015. Salah satu tujuan SDGs yang berkaitan

dengan kesehatan adalah tujuan ketiga yaitu kesehatan dan kesejahteraan

yang baik. Tujuan ketiga tersebut menjamin kehidupan yang sehat dan

mendorong kesejahteraan bagi semua orang pada segala usia. Salah satu

target tujuan ketiga tersebut adalah menekan angka kematian ibu (AKI)

menjadi 70/ 100.000 KH dan angka kematian bayi (AKB) menjadi 12/ 1.000

KH pada tahun 2030 1.

Berdasarkan data resmi WHO, AKI di Indonesia mengalami

penurunan sejak tahun 2005 sampai dengan 2015. Namun penurunan

tersebut masih belum sesuai dengan target MDGs. Angka kematian ibu di

Indonesia tahun 2015 mencapai 126/ 100.000 KH 2. Penyebab utama

kematian ibu antara lain pendarahan, infeksi, tekanan darah tinggi saat

kehamilan, komplikasi persalinan, dan aborsi yang tidak aman.

Angka kematian bayi (AKB) di dunia pada tahun 2017 berdasarkan

data dari Unicef (United Nations Children’s Fund) masih belum mendekati

target SDGs, tercatat AKB di dunia mencapai 29,4/ 1.000 KH. Estimasi

angka kematian bayi di Indonesia tahun 2017 menurun daripada tahun 2016,

dari angka 17,8/ 1.000 KH menjadi 16,7/1.000 KH 3. Beberapa penyebab

kematian bayi adalah BBLR (bayi badan lahir rendah), kelainan kongenital,

6
komplikasi selama proses kehamilan, persalinan dan Sudden Infant Death

Syndrome (SIDS) 4,5.

Pada tahun 2017 Angka kematian ibu dan angka kematian bayi di

Jawa Tengah mengalami penurunan setiap tahun. Tercatat AKI di Jawa

Tengah tahun 2017 sebesar 88,58/ 100.0000 KH 6, sedangkan AKB tahun

2017 sebesar 8,93/ 1.000 KH. Salah satu cara pemerintah daerah Jawa

Tengah yaitu program 5 NG, Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng dan

persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah

yang juga giat untuk menurunkan AKI dan AKB. AKI di Kabupaten Jepara

sejak tahun 2014 mengalami penurunan dari 19 kematian ibu menjadi 12

kematian ibu pada tahun 2018, namun pada bulan Maret 2019 ini telah

tercatat 10 kematian ibu. Angka kematian Bayi tercatat 4,86/ 1.000 KH 7.

Beberapa program yang dicanangkan pemerintah Kabupaten Jepara untuk

turut serta menurunkan AKI dan AKB antara lain; pemenuhan sarana dan

prasana puskesmas Nalumsari II (puskesmas baru), peluncuran program

911 (sisingo) dan pelaksanaan Puskesmas PONED.

Puskesmas Nalumsari merupakan salah satu puskesmas rawat inap

yang memberikan pelayanan PONED di Kabupaten Jepara. Berdasarkan

data dinas kesehatan Kabupaten Jepara sampai dengan Maret 2019, pada

Puskesmas Nalumsari didapatkan 15 bayi BBLR dan 11 bayi lahir prematur,

angka tersebut merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan laporan


7
puskesmas yang lain . Hal ini berdampingan dengan hasil pelaporan

pemeriksaan hemoglobin selama kehamilan pada tahun 2018 dimana

didapatkan 20 ibu hamil dengan HB < 8mg/dl, dimana angka tersebut juga

7
merupakan angka tertinggi dibandingkan puskesmas yang lain 8. Sedangkan

cakupan ASI Ekslusif di wilayah Nalumasari belum memenuhi target yaitu

40,7% (target 80%). Rendahnya capaian dikarenakan mayoritas ibu

menyusui bekerja di pabrik.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis membahas intervensi

secara komprehensif terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di

Puskesmas Nalumsari meliputi intevensi terhadap anemia kehamilan,

penanganan perawatan bayi dengan pijat bayi dan pendidikan kesehatan

tentang ASI Ekslusif bagi ibu bekerja.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis masalah kesehatan ibu dan anak di Puskesmas

Nalumsari berdasarkan data dan melakukan asuhan kebidanan holistik

terhadap masalah kesehatan tersebut.

1.2.2. Tujuan Khusus

1.2.2.1. Menganalisis kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Nalumsari

berdasarkan data.

1.2.2.2. Menetapkan prioritas masalah kesehatan berdasarkan teori

penentuan prioritas masalah

1.2.2.3. Melakukan asuhan kebidanan holistik terhadap masalah

kesehatan berdasarkan skala prioritas.

8
1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penerapan asuhan kebidanan berdasarkan konsep holistik

adalah di Puskesmas Nalumsari. Pendekatan yang digunakan adalah

kebidanan holistik dalam pengelolaan masalah sesuai keahliannya.

Mengintegrasikan ilmu pengetahuan kesehatan yang relevan sebagai

sumber keilmuan untuk peningkatan keahlian.

1.4. Manfaat

1.4.1. Bagi lahan praktik

Sebagai bahan informasi perkembangan keilmuan dalam konteks

asuhan kebidanan berdasarkan konsep holistik serta diharapkan

dapat menjadi masukan bagi bidan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kepada pasien secara profesional.

1.4.2. Bagi penulis

Untuk menambah pengetahuan, memperdalam kemampuan dalam

mengidentifikasi dan menganalisis suatu kasus dalam mencari solusi

pemecahan masalah dengan alternatif terapi komplementer dalam

penerapan asuhan kebidanan berdasarkan konsep holistik.

9
BAB II

TEMPAT PRAKTEK KLINIK KEBIDANAN KOMPREHENSIF

2.1. Gambaran Umum UPT Puskesmas Nalumsari

2.1.1. Letak Geografi

Puskesmas Nalumsari terdiri atas 90% daerah dataran dan

10% daerah perbukitan dengan luas wilayah 5693.33 Km. Wilayah

Puskesmas Nalumsari berbatasan dengan :

a. Sebelah barat : Wilayah kecamatan Mayong

b. Sebelah timur : Wilayah Kabupaten Kudus

c. Sebelah selatan : Wilayah Kabupaten Demak

d. Sebelah Utara : Wilayah kecamatan Gebog – Kudus


Terdapat 15 desa Binaaan yang masuk dalam wilayah kerja

yaitu :

a. Desa Pringtulis g. Desa Gemiring

b. Desa Dorang Kidul


c. Desa Blimbingrejo h. Desa Bategede
d. Desa Tunggul i. Desa Ngetuk
j. Desa Bendanpete
Pandean k. Desa Muryolobo
e. Desa Jatisari l. Desa Nalumsari
f. Desa Gemiring m. Desa Tritis
n. Desa
Lor
Karangnongko
o. Desa Daren

10
Gambar 2.1 Peta kabupaten Jepara
2.1.2. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan di wilayah Puskesmas Nalumsari

sebanyak 75.587 orang terdiri atas 37.313 laki-laki dan 38.274

perempuan. Terdapat 18.689 kepala keluarga yang tersebar dalam

340 RT dan 89 RW. Secara berurutan, penduduk terbanyak

terdapat didesa Bategede dengan jumlah penduduk sebesar

9.245 orang. Sedang penduduk terkecil terdapat di desa Tritis

sebanyak 1.491 orang. Menurut kelompok umur, sebagian besar

penduduk Kecamatan Nalumsari termasuk dalam usia produktif

(15-64 tahun) sebanyak 46.915 orang.

2.1.3. Visi, Misi dan Motto Puskesmas Nalumsari


2.1.3.1. Visi
Visi adalah suatu gambaran menantang tentang

keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang

11
ingin diwujudkan. Untuk mencapai sasaran

pembangunan kesehatan dan dengan mempertimbangkan

perkembangan masalah serta kecenderungan masalah

kesehatan ke depan maka ditetapkanlah Visi Puskesmas

Nalumsari.
Visi Puskemas Nalumsari adalah “Terwujudnya

Masyarakat Nalumsari Sehat dan Mandiri”.


2.1.3.2. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut puskesmas, misi

puskesmas Nalumsari adalah sebagai berikut:


a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
b. Mewujudkan masyarakat yang berperilaku hidup bersih

dan sehat
c. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu serta

terintegrasi.
2.1.3.3. Motto
Puskesmas Nalumsari juga memiliki motto “Ramah dalam

Pelayanan, Rapi dalam Penampilan“ serta tata nilai dengan

sandi “SABITA” (Sabar, Ikhlas dan Tanggung Jawab)

12
2.2. Struktur Organisasi
Kepala Puskesmas Ka Sub Bag TU
Dr. Nurikan Nawardi

SI Kesehatan Kepegawaian Rumah tangga Keuangan


Yulenda AMK Anton Sulityo SH Suharnanto, S. Kep Bendhr INCC:
Marsinem SKM Suharnanto, S.
Sopir : Zuli S Sutomo Kep
Penanggung Jawab Upaya Kesehatan Kebersihan : Suyadi Bendhr :
Penanggung Jawab Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) Penjaga : David Marsinem SKM
Masyarakat (UKM) Drg. Ayuanita N Verifikator :
Nursahid SKM Anwar Soleh,
Skep
Kasir :
Penanggungjawab UKM Esesial dan Pelaksana Jaringan Pelayanan Suharnanto, S.
PJ UK Pengembangan Pelaksana UKP Kefarmasian dan Kep
Keperawatan Kesehatan masyarakat Puskesmas dan Jejaring fasilitas
Laboratorium
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Promkes
Anwar Sholeh, S. Kep Pely Kesehatan Lansia Pelayanan Pemeriksaan Umum
Suparti, S. S. T keb Pustu Desa Karangnongko
Pelayanan Kesling
Marsinem , SKM Pelayanan KIA/ KB Pustu Desa Bendanpete
Pelayanan KIA KB Pely Kesehatan Jiwa
Pely Kes Gigi dan Mulut
Masudah S, Si T M. Rian Ardiw AMK Bidan Desa Pringtulis
Pelayanan Gizi
Pelayanan Gizi Bidan Desa Dorang
Zafrullag, S. S.T Pelayanan Persalinan
Bidan Desa Blimbingrejo
Pelayanan P2P Pelayanan Rawat Inap
Nursahid, SKM Bidan Desa Tunggul P
Pelayanan Kefarmasian
Bidan Desa Jatisari
Pelayanan Laboratorium
Bidan Desa Gemiring Lor
Pelayanan Sanitasi

Pelayanan Gawat Darurat Bidan Desa Gemiring Kidul

Pelayanan Fisioterapi Bidan Desa Bendangpete

Gambar 2.2 Struk Organisasi PKM Nalumsari


2.3. Jenis Pelayanan
2.3.1. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM )
Upaya kesehatan masyarakat terdiri dari 2 bagian yaitu UKM

Esesial dan Keperawatan Kesehatan masyarakat dan UKM

Pengembangan. Pelayanan upaya kesehatan masyarakat

meliputi:
a. Pelayanan promosi kesehatan
b. Pelayanan kesehatan lingkungan
c. Pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga
d. Pelayanan kesehatan gizi
e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
f. Pelayanan Kesehatan Lansia
g. Pelayanan Kesehatan Jiwa
2.3.2. Upaya Kesehatan Perorangan
Upaya Kesehatan Perorangan terdiri dari 2 bagian yaitu

Pelaksana UKP Kefarmasian dan Laboratorium dan Pelaksana

Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Jejaring fasilitas Pelayanan

Kesehatan. Pelaksana UKP Kefarmasian dan Laboratorium

meliputi :
a. Pelayanan Pemeriksaan Umum
b. Pelayanan KIA/ KB
c. Pely Kes Gigi dan Mulut
d. Pelayanan Gizi
e. Pelayanan Persalinan
f. Pelayanan Rawat Inap
g. Pelayanan Kefarmasian
h. Pelayanan Laboratorium
i. Pelayanan Sanitasi
j. Pelayanan Gawat Darurat
k. Pelayanan Fisioterapi
Pelaksana Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Jejaring

fasilitas Pelayanan Kesehatan tersebar pada desa binaan

diwilayah puskesmas Nalumsari. Pelayanan tersebut terdiri dari 2

pustu yang terdiri dari masing – masing bidan dan perawat serta 8

tenaga bidan desa pada masing – masing desa.

2.4. Data Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak


2.4.1. Angka kematian Ibu
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator

untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu

juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam

tujuan ke-3 pembangunan berkelanjutan (SDGs) yaitu

meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai

sampai tahun 2030 adalah mengurangi sampai 70 per 100.000

kelahiran hidup.
Data capaian program di tahun 2017 di Puskesmas

Nalumsari ada 2 kasus kematian ibu atau sebesar 1,4 per 100.000

kelahiran hidup. Total kematian ibu di Kabupaten Jepara mencapai

12 kasus kematian.
Upaya Puskesmas Nalumsari dalam rangka menurunkan

AKI diantaranya :
a. Memantapkan pelaksanaan PONED
b. Mengkatkan kemitraan jejaring antar bidan, FKTP lain, RS
c. Peningkatan kualitas pelayanan dan ketrampilan melalui

pelatihan, bintek, refresing bidan.


d. Meningkatkan pelayanan Antenatal care terintergrasi

melibatkan dokter umum, dokter gigi, petugas gizi, petugas

laboratorium dan bidan.


e. Melakukan monitoring-evaluasi dan supervisi
2.4.2. Angka kematian Neonatus (AKB)
Salah satu indikator yang paling menonjol dalam menilai derajat

kesehatan adalah Angka Kematian Neonatal. Angka Kematian

neonatal dihitung dari banyaknya kematian neonatus berusia 0-28

hari per 1000 kelahiran hidup pada waktu yang sama. Pada tahun

2017 terdapat 11 kematian bayi atau sebesar 7,8 per 1000

kelahiran hidup.
2.4.3. Angka kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Balita atau disebut juga Child Mortality Rate

(CMR) merupakan jumlah kematian anak balita (1-4 tahun) pada


suatu wilayah dan periode waktu tertentu per jumlah penduduk

usia 1-4 tahun pada pertengahan tahun dalam wilayah yang sama

kali 1.000 (Konstanta). Pada tahun 2017 terdapat 1 kematian

balita atau sebesar 0,19 per 1000 jumlah balita.

2.4.4. Jumlah Kunjungan PONED


Jumlah kunjungan PONED (Pelayanan Obstetri Neonatus

Esensial Dasar) pada tahun 2017 sebesar 587 kasus dan tahun

2018 mengalami penurunan menjadi 554 kasus.

Gambar 2.3 Total Kunjungan PONED


2.4.5. Sepuluh Besar Kasus PONED
Peringkat kasus kebidanan pada PONED Puskesmas Nalumsari tahun 2017 dan 2018 pada maternal didominasi

oleh persalinan normal, ketuban pecah dini dan pre eklamsia. Kasus neonatal tahun 2017 sebanyak 17 kasus dan

tahun 2018 mengalami penurunan menjadi 13 kasus meliputi BBLR, prematurus, ikterik dan asfiksia.

Gambar 2.4 Sepuluh Besar Kasus PONED

2.4.6. Sepuluh Besar Kasus Rujukan


Kasus maternal yang dirujuk di Puskesmas Nalumsari tahun 2017 dan 2018 didominasi oleh ketuban pecah dini, pre

eklamsia dan partus prematurus. Pada kasus neonatal dengan diagnosa bayi berat lahir rendah yang dirujuk tahun
2017 mencapai 38,5% sedangkan pada tahun 2018 mengalami penurunan menjadi 30% dari semua kasus patologis

neonatal.

Gambar 2.5 Sepuluh Besar Kasus Rujukan PONED ke Rumah Sakit


2.4.7. Cakupan ASI Eksklusif
Pencapaian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Nalumsari tahun 2017 masih

rendah yaitu sejumlah 40,7% masih jauh dibawah target yang ditentukan yaitu sebanyak

80%. Cakupan yang masih kurang ini disebabkan banyaknya ibu ibu menyusui yang bekerja

di pabrik, sehingga pemberian asi eksklusif kurang optimal.


ASI Eksklusif
Target ; 80.00% 2017

Realisasi ; 40.70%

Target Realisasi
Gambar 2.6 Capaian ASI Eksklusif Puskesmas Nalumsari
2.4.8. Angka Kejadian Anemia
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jepara tahun 2017 dan 2018, terjadi peningkatan angka kejadian anemia

kurang dari 8 gr%selama kehamilan pada kriteria anemia berat sebanyak 20 ibu hamil dari tidak ada ibu hamil

anemia pada tahun 2017.

Angka Kejadian Anemia Selama Kehamilan


Tahun 2017 Tahun 2018
Diperiksa ; Diperiksa
1529 ; 1556

Hb 8-11gr%;
Hb233
8-11gr%; 221

Kurang dari 8gr%; 20

Diperiksa Hb 8-11gr% Kurang


Kurang dari 8gr%
dari 8gr%; 0
Gambar 2.7 Capaian ASI Eksklusif Puskesmas Nalumsari
2.5. Permasalahan
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari profil puskemas Nalumsari

tahun 2017 dan 2018 serta data PONED didapatkan beberapa

kebutuhan/ masalah kesehatan yaitu : angka kematian neonatal yang

cukup tinggi pada tahun 2017 dengan 11 kejadian. Kasus terbanyak pada

neonatal adalah kejadian BBLR. Selain itu terdapat rendahnya angka

cakupan ASI Eksklusif dan angka anemia ibu hamil. Rendahnya cakupan

ASI Eksklusif disebabkan sebagian besar ibu menyusui bekerja di pabrik.

Studi pendahuluan yang dilakukan pada pekan ke 1 didapatkan sebagian

besar ibu hamil dan post partum belum mengetahui tentang pemberian

ASI perah pada bayi.

2.6. Penentuan Prioritas Masalah


Metoda yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas masalah

kesehatan yang digunakan adalah metoda matematik. Metoda ini dikenal

juga sebagai metoda PAHO yaitu singkatan dari Pan American Health

Organization, karena digunakan dan dikembangkan di wilayah Amerika

Latin. Dalam metoda ini dipergunakan beberapa kriteria untuk

menentukan prioritas masalah kesehatan disuatu wilayah

berdasarkan :
a. Luasnya masalah (magnitude)
b. Beratnya kemgian yang timbul (Severity)
c. Tersedianya sumberdaya untuk mengatasi masalah kesehatan

tersebut (Vulnerability)
d. Kepedulian/dukungan politis dan dukungan masyarakat (Community

andpolitical concern)
e. Ketersediaan data (Affordability)
Magnitude masalah, menunjukkan berapa banvak penduduk yang

terkena masalah atau penyakit tersebut. Ini ditunjukan oleh angka

prevalensi atau insiden penyakit. Makin luas atau banyak penduduk


terkena atau semakin tinggi prevalen, maka semakin tinggi prioritas

yang diberikan pada penyakit tersebut.


Severity adalah besar kerugian yang ditimbulkan. Pada masa lalu

yang dipakai sebagai ukuran severity adalah Case Fatality Rate

(CFR) masing-masing penyakit. Sekarang severity tersebut bisa juga

dilihat dari jumlah disability days atau disability years atau disesase

burden yang ditimbulkan oleh penyakit bersangkutan. HIV/AIDS

misalnya akan mendapat nilai skor tinggi dalam skalaprioritas

yaitudari sudut pandang severity ini.


Vulnerability menunjukan sejauh mana tersedia teknologi atau

obat yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Tersedianya

vaksin cacar yang sangat efektif misalnya, merupakan alasan kuat

kenapa penyakit cacar mendapat prioritas tinggi pada masa lalu.

Sebaliknya dari segi vulnerability penyakit HIV/AIDS mempunyai nilai

prioritas rendah karena sampai sekarang belum ditemukan teknologi

pencegahan maupun pengobatannya. Vulnerability juga bisa dinilai

dari tersedianya infrastruktur untuk melaksanakan program seperti

misalnya ketersediaan tenaga dan peralatan.


Affordability menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia. Bagi

negara maju masalah dana tidak merupakan masalah akan tetapi di

negara berkembang seringkali pembiayaan program kesehatan

tergantung pada bantuan luar negeri.


Dalam penerapan metoda ini untuk prioritas masalah kesehatan,

maka masing-masing kriteria tersebut diberi skor dengan nilai ordinal,

misalnya antara angka 1 menyatakan terendah sampai angka 5

menyatakan tertinggi, Pemberian skor ini dilakukan oleh panel expert

yang memahami masalah kesehatan dalam forum curah pendapat


(brain storming). Setelah diberi skor, masing-masing penyakit dihitung

nilai skor akhirnya yaitu perkalian antara nilai skor masing-masing

kriteria untuk penyakit tersebut. Perkalian ini dilakukan agar

perbedaan nilai skor akhir antara masalah menjadi sangat kontras,

sehingga terhindar keraguan manakala perbedaan skor tersebut

terlalu tipis.
Penetapan skala prioritas masalah di Puskesmas Nalumsari

antara lain :
Masalah Magnitude Severity Vunerability Affordabilitas Total Rank
Anemia Kehamilan 5 5 4 4 18 1

Bayi Berat Badan Lahir 5 4 3 3 15 2


Rendah
Cakupan ASI Eksklusif Yang 4 3 3 3 13 3
Rendah
Tabel 2.1 Penentuan Prioritas Masalah Di Puskesmas Nalumsari Berdasarkan Analisa Kelompok

Berdasar penentuan skala prioritas masalah menurut matematis, didapatkan masalah anemia kehamilan menjadi prioritas

peneyelesaian masalah pertama diikuti dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
BAB III
KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Masalah Kasus


1. Kajian Masalah Kasus Komplikasi Pada Ibu Hamil
Kasus komplikasi kehamilan pada ibu hamil di Puskesmas

Nalumsari setiap tahunnya disebabkan oleh berbagai komplikasi

yang berbeda-beda. Pada bulan Januari - Maret Tahun 2019 tercatat

kasus komplikasi kehamilan ibu hamil terbanyak adalah anemia

dengan jumlah 105 kasus. Penelusuran kasus / masalah di

Puskesmas Nalumsari dilakukan berdasarkan surveilans kemudian

menentukan prioritas masalah. Berdasarkan tabel 2.1 prioritas

masalah di Puskesmas Nalumsari terdapat 3 prioritas masalah yang

terpilih. Berdasar penentuan skala prioritas masalah menurut

matematis, didapatkan masalah anemia kehamilan menjadi prioritas

penyelesaian masalah pertama karena setiap tahunnya angka

kejadian ibu hamil dengan anemia cenderung meningkat. Bahkan,

Puskesmas Nalumsari memiliki angka kejadian anemia dalam

kehamilan yang paling tinggi di kabupaten Jepara. Oleh karena itu

analisis diprioritaskan pada kasus anemia dalam kehamilan karena

resiko terjadinya BBLR salah satu faktornya disebabkan karena

anemia pada masa kehamilan. Penelusuran penyebab komplikasi

kehamilan dengan anemia dilakukan dengan tujuan untuk mencegah

potensial terjadi kembali komplikasi kehamilan dengan penyebab

yang sama pada akhir tahun 2019.


3.1 Kajian Masalah Kasus

3.1.1 Fishbone Anemia

MARKET METHOD MAN Pengetahuan tentang anemia

Sosialisasi pemenuhan zat besi Pengetahuan


Pengetahuan
pada ibu hamil Tidak masyarakat tentang Pekerjaan
masyarakat
berkesinambungan, pemantauan pencegahan Anemia
tentang
dan pengawasan yang tidak (HB <11gr) pada ibu
pencegahan Kesadaran ibu hamil terhadap pemenuhan gizi
intensif. hamil kurang
Anemia (HB <11gr) terutama zat besi (Fe)
pada ibu hamil
kurang
Evaluasi tidak maksimal

ANEMIA DALAM
KEHAMILAN
Banyak pabrik industri
Wilayah setempat
Riwayat masih pedesaan, sehingga adat istiadat dan pantangan makansehingga
Penyakit masih kental
banyak polusi,
selain itu, ibu banyak
bekerja di pabrik dan
asupan makanan tidak Dana untuk melakukan program terbatas
terkontrol

Konsumsi makanan bergizi rendah, khususnya yang


mengandung zat besi seperti daging merah dan sayuran hijau
GENETIC
ENVIRONMENT MONEY
3.2 Kajian Teori
3.2.1 Anemia pada ibu hamil
1. Pengertian anemia
Anemia merupakan keadaan jumlah eritrosit atau kadar
Hb dalam darah kurang dari normal (<12g%). Hal tersebut
menyebabkan penurunan kemampuan Hb dan eritrosit
membawa oksigen ke seluruh tubuh sehingga tubuh menjadi
cepat lelah dan lemas. Sedangkan menurut Pratami (2016)
anemia dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi
ketika ibu memiliki kadar hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl
pada trimester I dan III, atau kadar hemoglobin kurang dari
10,5 g/dl pada trimester II.
Nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit dipastikan
karena ketiga parameter laboratorium tersebut bervariasi
selama periode kehamilan. Umumnya ibu hamil dianggap
anemia jika kadar hemoglobinnya dibawah 11 g/dl atau
hematokrit kurang dari 33%. Konsentrasi Hb kurang dari 11
g/dl pada akhir trimester pertama dan <10 g/dl pada trimester
kedua dan ketiga menjadi batas bawah untuk menjadi
penyebab anemia dalam kehamilan.
Nilai – nilai ini kurang lebih sama nilai Hb terendah
pada ibu - ibu hamil yang mendapat suplementasi besi, yaitu
11,0 g/dl pada trimester pertama dan 10,5 g/dl pada trimester
kedua dan ketiga.9
2. Penyebab
Menurut Prawirohardjo, Proverawati dan Pratami penyebab
anemia dalam kehamilan adalah9–11 :
a. Peningkatan volume plasma sementara jumlah eritrosit tidak
sebanding dengan peningkatan volume plasma
b. Defesiensi zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin
(Hb), dimana zat besi adalah salah satu pembentuk
hemoglobin.
c. Ekonomi : tidak mampu memenuhi asupan gizi dan nutrisi
dan ketidaktahuan tentang pola makan yang benar.
d. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan
menstruasi yang banyak dan perdarahan akibat luka.
e. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan
f. Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan
g. Hamil saat masih remaja

3. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Hamil


Kehamilan merupakan kondisi alamiah tetapi seringkali
menyebabkan komplikasi akibat berbagai perubahan
anatomik serta fisiologis dalam tubuh ibu. Salah satu
perubahan fisiologis yang terjadi adalah perubahan
hemodinamika. Selain itu, darah yang terdiri atas cairan dan
sel-sel darah berpotensi menyebabkan komplikasi
perdarahan dan trombosis jika terjadi ketidakseimbangan
faktor-faktor prokoagulasi dan hemostasis.9
Pada proses hemodilusi volume darah akan meningkat
secara progresif mulai minggu ke 6 – 8 kehamilan dan
mencapai puncaknya pada minggu ke 32 – 34 dengan
perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma
akan meningkat kira-kira 40 –45%. Hal ini dipengaruhi oleh
aksi progesteron dan estrogen pada ginjal yang dinisiasi oleh
jalur renin - angiotensin dan aldosteron.
Penambahan volume darah ini sebagian besar berupa
plasma dan eritrosit.9 Eritropoetin ginjal akan meningkatkan
jumlah sel darah merah sebanyak 20 - 30%, tetapi tidak
sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga
akan mengakibatkan hemodilusi dan penurunan konsentrasi
hemoglobin dari 15 g/dl menjadi 12,5 g/dl, dan pada 6%
perempuan bisa mencapai dibawah 11 g/dl itu merupakan
suatu hal yang abnormal dan biasanya lebih berhubungan
dengan defesiensi zat besi yang diabsorbsi dari makanan
dan cadangan dalam tubuh biasanya tidak mencukupi
kebutuhan ibu selama kehamilan sehingga penambahan
asupan zat besi dan asam folat dapat membantu
mengembalikan kadar hemoglobin.Kebutuhan zat besi
selama kehamilan lebih kurang 1.000 mg atau rata-rata 6 –7
mg/hari. Volume darah ini akan kembali seperti sediakala
pada 2-6 minggu setelah persalinan (Prawirohardjo, 2010).
Selama kehamilan jumlah leukosit juga akan meningkat
yakni berkisar antara 5.000 –12.000 /ul dan mencapai
puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas berkisar
14.000 –16.000 /ul.
Penyebab peningkatan ini belum diketahui. Respon yang
sama juga diketahui terjadi selama dan setelah melakukan
latihan yang berat.9 Selama kehamilan juga
sirkumferensiatorak akan bertambah lebih kurang 6 cm,
tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru-paru karena pengaruh
diagfragma yang naik lebih kurang 4 cm selama kehamilan.
Frekuensi pernapasan hanya mengalami sedikit perubahan
selama kehamilan, perubahan ini akan mencapai puncaknya
pada minggu ke 37 dan akan kembali hampir seperti
sediakala dalam minggu ke 24 minggu setelah persalinan. 9

4. Patofisiologi
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oeh banyak faktor,
antara lain; kurang zat besi; kehilangan darah yang berlebihan;
proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya;
peningkatan kebutuhan zat besi (Pratami, 2016). Selama kehamilan,
kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu. peningkatan
produksi eritropenin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel
darah merah meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi
dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb. 9
Sedangkan volume plasma yang terekspansi menurunkan
hematokrit (Ht), konsentrasi hemoglobin darah (Hb) dan hitung
eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah Hb atau eritrosit dalam
sirkulasi. Ada spekulasi bahwa anemia fisiologik dalam kehamilan
bertujuan untuk viskositas darah maternal sehingga meningkatkan
perfusi plasenta dan membantu penghantaran oksigen serta nutrisi ke
janin.
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan
dan mencapai maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat
terus meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik puncaknya, volume
plasma sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil. Penurunan
hematokrit,konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya
tampak pada minggu ke 7 sampai ke 8 kehamilan dan terus menurun
sampai minggu ke 16 sampai 22 ketika titik keseimbangan tercapai. 9
Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450
ml. Volume plasma meningkat 45-65 %, yaitu sekitar 1.000 ml. Kondisi
tersebut mengakibatkan terjadinya pengenceran darah karena jumlah
eritrosittidak sebanding dengan peningkatan plasma darah. Pada
akhirnya, volume plasma akan sedikit menurun menjelang usia
kehamilan cukup bulan dan kembali normal tiga bulan postpartum.
Persentase peningkatan volume plasma yang terjadi selama
kehamilan, antara lain plasma darah 30%, sel darah 18%, dan
hemoglobin19%. Pada awal kehamilan, volume plasma meningkat
pesat sejak usia gestasi 6 minggu dan selanjutnya laju peningkatan
melambaat. Jumlah eritrosit mulai meningkat pada trimester II dan
memuncak pada trimester III.11

5. Tanda dan Gejalah Anemia Pada Ibu Hamil


Menurut Proverawati tanda dan gejalah anemia pada ibu hamil
sebagai berikut10 :
a. Kelelahan
b. Penurunan energi
c. Sesak nafas
d. Tampak pucat dan kulit dingin
e. Tekanan darah rendah
f. Frekuensi pernapasan cepat
g. Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel
darah merah
h. Sakit kepala
i. Tidak bisa berkonsentrasi
j. Rambut rontok
k. Malaise
6. Klasifikasi anemia dalam kehamilan
Menurut Prawirohardjo, klasifikasi anemia dalam kehamilan
sebagai berikut9 :
a. Defisiensi Besi
Pada kehamilan, resiko meningkatnya anemia deesiensi zat
besi berkaitan dengan asupan besi yang tidak adekuat
dibandingkan kebutuhan pertumbuhan janin yang cepat.
Kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke janin
untuk eritropoienis,kehilangan darah pada saat persalinan, dan
laktasi yang jumlah keseluruhanya dapat mencapai 900 mg atau
setara dengan 2 liter darah. Sebagian perempuan mengawali
kehamilan dengan cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan
tambahan ini berakibat pada defesiensi zat besi. Pencegahan
anemia defesiensi zat besi dapat dilakukan dengan suplemen besi
dan asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg zat
besi selama 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan fisiologisselma
kehamilan. Namun, banyak literatur menganjukan dosis 100 mg
besi setiap hari selama 16 minggu atau lebih pada kehamilan. Di
wilayah-wilayah dengan prevalensi anemia yang tinggi, dianjurkan
untuk memberikan suplemen sampai 3 minggu postpartum.
b. Defisiensi Asam Folat
Pada kehamilan, kebutuhan folat meningkat lima sampai
sepuluh kali lipat karena transfer folat dari ibu kejanin yang
menyebabkan dilepasnya cadangan folat maternal. Peningkatan
lebih besar dapat terjadi karena kehamilan multiple,diet yang buruk,
infeksi, adanya nemia hemolitik. Kadar estrogen dan
progesteronyang tinggi selama kehamilan tampaknya memeliki
efek penghambat terhadap absorbsi folat. Defesiensi asam folat
sangat umum terjadi pada kehamilan dan merupakan penyebab
utama anemia megabolik pada kehamilan. Anemia tipe megabolik
karena defesiensi asam folatmerupakan penyebab kedua
terbanyak anemia defesiensi zat gizi. Penyebabnya oleh gangguan
sitesis DNA dan ditandai dengan adanya sel-sel megaloblastikyang
khas untuk anemia jenis ini. Defesiensi asam folatringan juga telah
dikaitkan dengan anomali kongenital janin, tertama dapat pada
penutupan tabung neural (neural tube defects).Selain itu, defesiensi
asam folatdapat menyebabkan kelainan pada jantung, saluran
kemih, alat gerak, dan organ lainya.
Penatalaksanaan defesiensi asam folat adalah pemberian
folat secara oral sebanyak 1 sampai 5 mg per hari. Pada dosis 1
mg, anemia umumnya dapat dikoreksi meskipun pasien mengalami
pula mal absorbsi. Ibu hamil sebaiknya mendapat sedikitnya 400 ug
folatperhari.
c. Anemia Plastik
Ada beberapa laporan mengenai anemia aplastik yang
terkait dengan kehamilan, tetapi hubungan antara keduanya tidak
jelas. Pada beberapa kasus eksaserbasi anemia aplastik yang
telah ada sebelumnya oleh kehamilan dan hanya membaik setela
terminasi kehamilan. Pada kasus-kasus lainya, aplasia terjadi
selama kehamilan dan dapat kambuh pada kehamilan berikutnya.
Terminasi kehamilan atau persalinan dapat memperbaiki fungsi
sumsum tulang, tetapi meliputi terminasi kehamilan elektif, terapi
suportif, imunosupresi, atau transplantasisumsum tulang setelah
persalinan.
d. Anemia Penyakit Sel Sabit
Kehamilan pada perempuan penderita anemia sel sabit
(sickle cell anemia) disertai dengan peningkatan insidens
pielonefritis, infar pulmonal, pneomonia, perdaraan antepartum,
prematuritas, dan kematianjanin. Peningkatan anemia
megaloblastik yang responsif dengan asam folat, terutama pada
akhir masa kehamilan, juga meningkat frekuensinya. Beat lahir bayi
dari ibu yang menderita anemia sel sabit dibawah rata-rata, dan
kematian janin tinggi. Mortalitas ibu dengan penyakit sel sabit telah
menurun dari sekitar 33% menjadi 1,5% pada masa kini karena
perbaikan pelayanan prenatal.Pemberian tranfusi darah
profilaktinbelum terbukti efektifnya walaupun beberapa pasien
tampak memberi hasil yang memuaskan.
7. Komplikasi
a. Komplikasi Anemia Pada Ibu Hamil
Menurut Pratami, kondisi anemia sanggat menggangu
kesehatan ibu hamil sejak awal kehamilan hingga masa nifas.
Anemia yang terjadi selama masa kehamilan dapat menyebabkan
abortus, persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang janin
dalam rahim, peningkatan resiko terjadinya infeksi,
ancamandekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0 g/dl, mola
hidatidosa, hiperemis gravidarum,perdarahan ante partum,atau
ketuban pecah dini.
Anemia juga dapat menyebabkan gangguan selama
persalinan seperti gangguan his, gangguan kekuatan mengejan,
kala pertama yang berlangsung lama, kala kedua yang lama hingga
dapat melelahkan ibu dan seringkali mengakibatkan tindakan
operasi, kala ketiga yang retensi plasenta dan perdaraan
postpartumakibat atonia uterus, atau perdarahanpostpartum
sekunder dan atonia uterus pada kala keempat.Bahaya yang dapat
timbul adalah resiko terjadinya sub involusi uteri yang
mengakibatkan perdarahan postpartum, resiko terjadinya
dekompensasi jantung segera setelah persalinan, resiko infeksi
selama masa puerperium, atau peningkatan resiko terjadinya
infeksi payudara.11
b. Komplikasi Anemia Pada Janin
Menurut Pratami, anemia yang terjadi pada ibu hamil juga
membahayakan janin yang dikandungnya. Karena asupan nutrisi,
O2 dan plasenta menurun ke dalam tubuh janin sehingga dapat
timbul pada janin adalah resiko terjadinya kematian intra-uteri,
resiko terjadinya abortus, berat badan lahir rendah, resiko
terjadinya cacat bawaan, peningkatan resiko infeksi pada bayi
hingga kematian perinatal, atau tingkat intiligensibayi rendah. 11

8. Respon Tubuh
a. Respon tubuh secara fisik
Pada ibu hamil yang menderita anemia biasanya disebabkan
karena penurunan konsentrase Hb dan asupan nutrisi yang kurang
sehingga tubuh menjadi mudah cepat lelah, mata berkunang
kunang, sering merasa pusing dan keluhan saat hamil bertambah. 12
b. Respon tubuh secara psikologis
Menurut Pratami pada ibu hamil yang menderita anemia
biasanya ibu hamil tersebut lebih sensitif dan merasa cemas
dengan keadaannya dan janinnya karena sangat berbahaya,
contonya bagi ibu bisa menyebabkan abortus, persalinan
prematur, peningkatan terjadi infeksi, ancaman dekompensasi
jantung jika Hb kurang dari 6,0 g/dl.11

9. Kebutuhan Nutrisi Pada Ibu Hamil Dengan Anemia


a. Makanan Dietnya :
1) Makan bahan makanan sumber FE : hati, daging, kuning telur,
udang, serealia, kacang-kacangan & sayuran hijau.
2) Bila sumber FE dari tumbuhan, diiringi dengan mengkonsumsi
vitamin C.
3) Penggunaan tablet besi sesuai dengan anjuran dokter atau
bidan.
4) FE diminum kurang lebih 2 jam sebelum atau sesudah makan
dengan cukup cairan atau jus jeruk.
5) Hindari minum FE dengan susu.
6) Konsumsilah bahan kaya protein, zat besi dan asam folat
Daging, hati, dan telur adalah sumber protein yang baik bagi
tubuh. Hati juga banyak mengandung zat besi, vitamin A dan
berbagai mineral lainnya. Kacang-kacangan, gandum/beras
yang masih ada kulit arinya, beras merah, dan sereal
merupakan bahan tanaman yang kaya protein nabati dan
kandungan asam folat atau vitamin B lainnya. Sayuran hijau,
bayam, kangkung, jeruk dan berbagai buah-buahan kaya akan
mineral baik zat besi maupun zat lain yang dibutuhkan tubuh
untuk membentuk sel darahmerah dan hemoglobin.
b. Pedoman Menu
Berikut ini pedoman untuk menyusun menu bagi ibu hamil:
1) Makan dua kali lebih dari biasanya, bukan hanya dalam jumlah
porsi, namun lebih ditekankan pada mutu zat-zat gizi yang
terkandung dalam makanan yang dikonsumsi.
2) Makanan dapat diberikan 4 -6 kali waktu makan sesuai dengan
kemampuan ibu. Jangan memaksa untuk menghabiskan
makanan yang tersaji jika merasa mual, pusing, dan ingin
muntah.
3) Batasi konsumsi makanan berlemak tinggi dan yang
merangsang seperti cabe, makanan bergas seperti nangka,
nanas dan durian, serta yang beralkohol semacam tape.
4) Usahakan mengkonsumsi makanan dalam komposisi
seimbang, dengan susunan yang meliputi 2 piring nasi @ 250
g, 90 g daging atau ikan, sebutir telur, 60 g kacang-kacangan, 3
porsi sayur @100 g, 2 porsi buah-buahan @100 g, segelas
susu atau yoghurt, atau seiris keju sebagai ganti serta 1 sdm
minyak atau lemak.
5) Berikan minum 1/2 jam sehabis makan. Perbanyak minum air
putih, sari buah seperti air jeruk, air tomat, sari wortel, air
rebusan kacang hijau sebagai pengganticairan yang keluar,
karena ibu hamil lebih banyak berkeringat dan sering buang air
kecil karena kandung kemih yang terdesak oleh pertumbuhan
janin. Penting untuk menghindari minuman berkafein seperti
kopi, coklat, dan soft drink (minuman ringan) pemicu hipertensi.
6) Hindari konsumsi bahan makanan olahan pabrik yang diberi
pengawet dan pewarna yang dimasukkan ke dalam bahan
pangan, karena dapat membahayakan kesehatan dan
pertumbuhan janin, yang sering dihubungkan dengan cacat
bawaaan dan kelainan bayi saat lahir. Waspadai tulisan pada
kemasan sepertiamaranth, potassium nitrit, sodium nitrit,
sodium nitrat, formalin, boraks, sianida, rodhamin B, dsb.
7) Hindari makanan berkalori tinggi dan banyak mengandung gula
serta lemak namun rendah kandungan zat gizi, makanan siap
saji, makanan kecil, coklat, karena akan mengakibatkan mual
dan muntah.
8) Bagi ibu yang hamil muda, konsumsilah makanan dalam
bentuk kering, porsi kecil dan frekuensi sering, misalnya biskuit
marie dan jenis-jenis biskuit yang lain, karena biasanya mereka
tidak berselera makan.
9) Hindari konsumsi makanan laut dan daging yang
pengolahannya tidak sempurna karena besar risikonya
tercemar kuman dan bakteri yang membahayakan. Untuk
menghindarinya, masaklah makanan sampai matang benar,
dan cuci makanan untuk menjaga kebersihan, terutama buah
dan sayuran sampai bersih sebelum dikonsumsi.
10)Tetap beraktivitas dan bergerak, misalnya dengan jalan santai
di pagi hari.
c. Cara Pengukuran Status Gizi
1) Body Mass Index (BMI)
Kenaikan berat badan ibu hamil secara tepat tidak diketahui.
Hal ini diketahui bahwa kenaikan berat badan ibu selama
kehamilan memberikan kontribusi yang sangat penting bagi
proses dan output persalinan. Peningkatan berat badan yang
adekuat akan memperkecil terjadinya resiko terjadinya
persalinan small gestational age(SGA) atau preterm.Kebutuhan
peningkatan berat badan untuk setiap wanita berbeda-beda.
Faktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan berat badan
ditentukan oleh tinggi badan dan berat badan, apakah wanita
tersebut memiliki berat badan normal, kurang atau lebih
sebelum kehamilan. Metode yang biasa digunakan dalam
menentukan kondisi berat badan dan tinggi badan adalah body
mass index(BMI) .13 Formula ini digunakan untuk menghitung
BMI adalah
a) BMI = Berat/Tinggi2
BMI dapat diintepretasikan dalam kategori sebagai berikut
(1) Kurang dari 19,8 adalah berat kurang atau rendah
(2) 19,8 sampai dengan 26,0 normal
(3) 26,0 sampai dengan 29 adalah berat lebih atau tinggi
(4) Lebih dari 29 obesitas.
Wanita dengan BMI kategori rendah, peningkatan
berat badan idealnya saat hamil adalah 12,5 sampai dengan
18 kg. Sedangkan untuk wanita dengan BMI normal,
peningkatan berat badan idealnya pada saat hamil adalah
11,5 sampai dengan 16 kg dan untuk wanita dengan BMI
yang lain, peningkatan berat badannya antara 7 sampai
dengan 11,5. Remaja disarankan untuk meningkatkan berat
badannya lebih dari porsi yang ditetapkan karena ditakutkan
jika mengikuti porsi diatas maka janinnya kecil. Remaja yang
mengalami sakit selama 2 –3 tahun setelah memperoleh
haid pertamanya diperkirakan memiliki resiko tinggi
disebabkan oleh permasalahan nutrisi karena telah
ditetapkan bahwa ibu dan janin memliki ketergantungan
padanutrisi.
Telah ditemukan bukti bahwa wanita yang memiliki
usia sampai dengan 19 tahun kebutuhan nutrisinya pada
saat kehamilan harus sangat diperhatikan terutama melalui
bimbingan. Wanita dengan tinggi badan kurang dari 157 cm
kenaikan berat badannya disarankan mendekati batas
bawah kenaikan berat badan yang direkomendasikan untuk
mengurangi meningkatnya resiko akibat timbulnya
komplikasi yang sifatnya mekanis. Untuk kehamilan kembar
pada saat ini belum ditemukan rekomendasi yang sesuai
dengan menggunakan dasar BMI. Pada kehamilan kembar
untuk memperoleh hasil yang terbaik disarankan untuk
menaikan berat badan sebesar 20 kg. 14
b) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (Lila)
Merupakan penilaian antropometri pada ibu hamil
dengan cara pengukuran langsung. Pengukuran ini dapat
bermanfaat untuk mengetahui keadaan status gizi ibu hamil
serta mendeteksi apakah ibu hamil menderita KEK (Kurang
Energi Kronik). Pengukuran Lila pada ibu hamil adalah
untuk mendeteksi resiko terjadinya kejadian bayi dengan
BBLR. Resiko KEK untuk ibu hamil adalah apabila Lila <
23.5 cm.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ermalena. Indikator Kesehatan SDGs Di Indonesia. Diskusi Panel

“Pengendalian Tembakau dan Tujuan Pembangunan Indonesia.” May

2017.

2. WHO, UNICEF, UNFPA, World Bank U. MMR_Matdeaths_LTR-trend-

estimates-1990-2015_MMEIG. 2015.

3. Unicef. Child Mortality Estimates Country Specific Infant Mortality Rate.;

2018.

4. Bhutta ZA. Global Epidemiology of Newborn Mortality : What ? When ?

Where ? Why ? 2012:56.

5. who. Care of The Preterm And Low-Birth-Weight Newborn World

Prematurity day - 17 November 2018. World Heal Organ. 2018.

6. DKK. Profil Kesehatan Jawa Tengah 2017. Semarang; 2017.

7. DKK. Data Kesehatan Ibu Dan Anak Per Maret 2019 Kabupaten Jepara.

Jepara; 2019.

8. DKK. Data Kesehatan Ibu Dan Anak Tahun 2018 Kabupaten Jepara.

Jepara; 2018.

9. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka; 2010.

10. Proverawati A. Anemia Dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika;

2012.

11. Pratami E. Evidence-Based Dalam Kebidanan. Jakarta: EGC; 2016.

12. Manuaba I. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC; 2007.

13. Supriasa. Penilaian Status Gizi Penerbit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;

2016.

14. Wong DL. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong (6 Ed.). Jakarta: EGC;
2012.

Anda mungkin juga menyukai