genetic langka yang dikenal sebagai dysplasia skeletal primer yang disebabkan oleh mutasi gen FGFR3. Insiden Frekuensi kejadian akondroplasia adalah 1 kasus setiap 15.000-40.000 kelahiran di seluruh dunia, dengan frekuensi rata-rata 1 dalam 25.000 kelahiran hidup. Frekuensi achondroplasia diperkirakan 1 dalam 6.400 kelahiran hidup di Denmark, dan 1 dalam 10.000 kelahiran hidup di Amerika Latin. Etiologi Mutasi dari gen reseptor faktor 3 pertumbuhan fibroblast (fibroblast growth factor receptor 3/ FGFR3 gene). Anatomi & Fisiologi Tulang Patofisiologi Akondroplasia merupakan penyakit genetik yang disebabkan oleh mutasi pada gen FGFR3 yang menghambat pertumbuhan kartilago pada lempeng pertumbuhannya. FGFR3 mengkode suatu protein yang disebut Fibroblast Growth Factor 3. Protein ini merupakan tempat bekerjanya faktor pertumbuhan utama yang bertanggung jawab terhadap proses pemanjangan tulang. Diagnosis Diagnosis akondroplasia ditegakkan berdasarkan gejala klinik yaitu perawakan tubuh dan anggota gerak yang pendek, tidak proporsional, disertai kepala yang besar (brakisefal) dengan penonjolan frontal, penonjolan tulang mandibula dan hidung pesek. Makrosefali Frontal bossing Midface hypoplasia Rhizomelia Trident hand Genu varu Manifestasi Klinis • Hipotoni ringan/sedang • Obstruksi jalan napas • Infeksi telinga Pemeriksaan Penunjang • Gambaran radiologi Gambaran radiologik menunjang diagnosis yaitu ditemukannya basis kranium yang kecil, kepala relatif lebih lebar dari wajah dengan penonjolan frontal danhipoplasia mandibula, pemendekan tulang- tulang panjang dan pelvis yang sempit. Pemeriksaan Penunjang • CT-Scan • MRI CT-Scan menunjukkan bahwa anak-anak dengan Pada kanalis spinalis, kelainan yang menyertai akondroplasia memiliki beberapa derajat akondroplasia seperti syringomyelia dan penekanan foramen magnum. Sekitar 96% anak- perubahan myelomalacia dapat dicitrakan anak, foramen magnum kurang dari 3 standar dengan baik oleh MRI. Pada syringomyelia, MRI deviasi. CT-Scan dan atau MRI dapat akan memperlihatkan cairan sentral yang menggambarkan perubahan ini. mengisi kavitas. Pemeriksaan Penunjang • CT-Scan • MRI Sensitivitas CT mielografi lebih besar daripada Fossa posterior dari otak dan sumsum tulang mielografi konvensional. CT menggambarkan lebih baik terlihat pada MRI daripada CT. Edema tulang lebih mendetail daripada MRI. sumsum tulang dan perubahan-perubahan yang menyertai myelomalacia biasanya tidak dapat dilihat dengan CT. Pemeriksaan Penunjang Ultrasonografi dapat dilakukan pada pemeriksaan antenatal terhadap wanita yang memiliki risiko akondroplasia. Ultrasonografi merupakan suatu modalitas yang noninvasif dan baik untuk menilai keadaan ventrikel pada bayi sebelum fontanela menutup. USG mungkin dapat ditambah dengan CT dan atau MRI kepala untuk memonitor kompresi dari foramen magnum. Penatalaksanaan Saat ini belum ada perwatan spesifik yang dilakukan untuk memperbaiki pertumbuhan pada pasien penderita akondroplasia. Salah satu komplikasi dari akondroplasia adalah hidrosefalus yang biasanya diakibatkan dari obstruksi foramen magnum dan karena sindrom kompresi medula spinalis segmen lumbalis dan akar saraf, maloklusi gigi, gangguan pendengaran karena otitis media berulang dan strabismus (akibat dismorfisme kraniofasial). Penatalaksanaan Pembengkokan kaki dan kifosis menetap dapat juga memerlukan perhatian. Disamping pengenalan segera dan pengobatan yang tepat, manajemen masalah psikologis pada masa kanak-kanak harus diperhatikan. Terapi segera dan tepat terutama diperlukan pada setiap episode otitis media akut. Hidrosefalus tidak lazim tetapi harus dikenali seawal mungkin. Ada beberapa sumber mengatakan bahwa fisioterapi dan penahan selama masa anak-anak dan dapat memperbaiki komplikasi kifosis infantil yang lama atau lordosis berat yang dapat memperjelek stenosis lumbalis pada umur dewasa. Prognosis Harapan hidup pada akondroplasia adalah normal, kecuali untuk penderita dengan hidrosefalus atau dengan komplikasi berat kompresi medula spinalis servikalis atau lumbalis. Bayi yang homozigot pada akondroplasia jarang yang bertahan hidup lebih dari beberapa bulan. Kematian dini terjadi karena insufisiensi pernapasan yang berhubungan dengan kecilnya kavum toraks dan defisit neurologis karena stenosis medula spinalis daerah servikal. Kematian karena penyakit jantung yang terjadi pada umur 25-35 tahun, sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan dengan kematian pada populasi umum Penutup Achondroplasia merupakan gangguan dari proses pembentukan kartilago menjadi tulang akibat adanya mutasi gen FGFR3 yang bermanifestasi klinis perawakan tubuh dan anggota gerak yang pendek, tidak proporsional, disertai kepala yang besar (brakisefal) dengan penonjolan frontal, penonjolan tulang mandibula dan hidung pesek. Penatalaksanaan achondroplasia dilakukan untuk mengobati dan mencegah komplikasi dan memaksimalkan kapasitas fungsional pasien. TERIMA KASIH