Anda di halaman 1dari 37

i

UNTAD

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN


KEMAMPUAN COPING ADAPTIF TERHADAP INDEKS
PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA PROGRAM STUDI
KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO ANGKATAN
2017

PROPOSAL PENELITIAN

RICKY RICARDO SANDY PUTRA


N 101 14 053

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
APRIL 2017
ii

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN


KEMAMPUAN COPING ADAPTIF TERHADAP INDEKS
PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA PROGRAM STUDI
KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO ANGKATAN
2017

PROPOSAL

Yang diajukan oleh

RICKY RICARDO SANDY PUTRA


N 101 14 053

Telah disetujui oleh:

Pembimbing Materi

dr. Indah Puspasari Kiay Demak,


M. Med Ed Tanggal______________
NIP. 198103292008012012

Pembimbing Metodologi

dr. Christin Rony Nayoan, Sp.THT-KL


NIP. 198112052008122002 Tanggal_____________
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian.................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian................................................................ 3
E. Keaslian Penelitian .............................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka...................................................................... 5
1. Keserdasan Emosional..................................................... 5
a. Pengertian Kecerdasan Emosional.............................. 5
b. Aspek Kecerdasan Emosional..................................... 7
2. Kemampuan Coping Adaptif........................................... 9
a. Pengertian Coping Adaptif ......................................... 9
b. Tipe Strategi Coping.................................................... 10
c. Dimensi Problem Focused Coping dan
Emotion-Focused Coping............................................ 11
3. Indeks Prestasi Kumulatif................................................ 14
B. Kerangka Teori .................................................................... 16
C. Kerangka Konsep ………………………………………… 17
D. Landasan Teori ………………………………………….... 17
E. Hipotesis ………………………………………….............. 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .......................................................... 19
1. Jenis Penelitian ……………………………………….. . 19
iv

2. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………. 19


B. Populasi dan Subjek ............................................................ 19
1. Populasi .......................................................................... 19
2. Subjek ............................................................................. 19
3. Besar subjek ………………………………………….... 20
4. Cara Pengambilan Subjek ……………………………... 20
C. Variabel Penelitian .............................................................. 20
D. Instrumen Penelitian ……………………………………… 20
F. Definisi Operasional Variabel……………………………. . 21
G. Prosedur Penelitian .............................................................. 21
H. Alur Penelitian …………………………………………….. 23
I. Analisis Data ………………………………………………. 24
J. Etika Penelitian .................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... vii
v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka teori penelitian hubungan kecerdasan emosional


dan kemampuan coping adaptif terhadap indeks prestasi
kumulatif mahasiswa Program Studi Kedokteran
Universitas Tadulako angkatan
2017.................................. 16
Gambar 2.2 Kerangka konsep penelitian hubungan kecerdasan
emosional dan kemampuan coping adaptif terhadap
indeks prestasi kumulatif mahasiswa Program Studi
Kedokteran Universitas Tadulako angkatan
2017.................................. 17
Gambar 3.1 Kerangka alur penelitian hubungan kecerdasan emosional
dan kemampuan coping adaptif terhadap indeks prestasi
kumulatif mahasiswa Program Studi Kedokteran
Universitas Tadulako angkatan
2017.................................. 23
vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi operasional variabel independent dan dependent


penelitian hubungan kecerdasan emosional dan
kemampuan coping adaptif terhadap indeks prestasi
kumulatif mahasiswa program studi kedokteran universitas
tadulako angkatan
2017....................................................................... 21
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses belajar pada individu merupakan sesuatu yang penting, karena
melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan disekitarnya. Belajar menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri
seseorang. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi perlu
penilaian guna mengetahui pencapaian sasaran belajar. Hal inilah yang disebut
dengan prestasi belajar (Rahmawaty, 2016).
Prestasi belajar dapat dikatakan sebagai ukuran kemampuan yang didapat,
dicapai atau ditampilkan seseorang sebagai bukti dari usaha yang dilakukannya
dalam belajar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa yang disebut dengan
prestasi adalah kemampuan yang diperoleh dengan nilai yang tinggi. Sedangkan
nilai yang sedang bahkan rendah belumlah disebut sebagai prestasi, walaupun
sebenarnya tingkatan sedang atau rendah/kurang adalah gambaran dari
kemampuan atau prestasi yang dicapai seseorang. Karena kemampuan seseorang
jelas tidak ada yang sama begitu juga prestasinya tidak akan sama (Rahmawaty,
2016).
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa merupakan salah satu
indikator keberhasilan mahasiswa selama melaksanakan perkuliahan sehingga
dapat diasumsikan bahwa seseorang yang memiliki Indeks Prestasi Kumulatif
yang baik maka memiliki kemampuan yang baik dalam akademik dan akan
berpengaruh baik bagi perkembangannya di dunia kerja (Gilakjani, 2012). Hasil
penilaian capaian pembelajaran pada akhir program studi dinyatakan dengan
Indeks Prestasi Kumulatif yang dihitung dengan cara menjumlahkan perkalian
antara nilai huruf setiap mata kuliah yang ditempuh dan Satuan Kredit Semester
(SKS) mata kuliah bersangkutan dibagi dengan jumlah Satuan Kredit Semester
mata kuliah yang diambil yang telah ditempuh (Rektor UNTAD,2016).
Banyak orang berpendapat untuk meraih prestasi yang tinggi dalam
belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena
inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan
2

akan menghasilkan prestasi belajar yang bagus. Akan tetapi kenyataannya dalam
proses belajar mengajar sering ditemukan prestasi belajar mahasiswa tidak setara
dengan kemampuan inteligensinya. Oleh karena itu inteligensi bukan merupakan
satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor
lain yang mempengaruhi (Golemen, 2000).
Menurut Goleman (2000) Intelligence Quotient (IQ) hanya memeberikan
20% bagi tingkat kesuksesan, sedangkan 80% adalah faktor kekuatan-kekuatan
lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ)
yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol
desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja
sama. Selain itu dalam mengendalikan stressor diperlukan kemampuan coping
adaptif, usaha merubah pola pikir dan perilaku untuk mengatur tuntutan eksternal
dan atau internal yang dinilai berat atau melebihi kemampuan individu. Coping
merupakan usaha dalam mengelola kebutuhan yang dinilai merugikan atau
menguntungkan, usaha tersebut berlangsung di dalam pikiran dan perilaku
(Golemen, 2000).
Perubahan suasana lingkungan dari masa Sekolah Menengah Atas ke masa
Kuliah sangat berpengaruh, masa peralihan ini sangat menentukan kemampuan
adaptasi baik lingkungan maupun kognitif. Dengan kecerdasan emosional yang
baik dan kemampuan coping adaptif yang sudah terlatih akan membantu proses
adaptasi lingkungan, itulah sebabnya pada penelitian ini peneliti mengambil
angkatan 2017 sebagai objek penelitian karena angkatan 2017 adalah mahasiswa
tingkat pertama yang baru beralih dari masa SMA ke masa kuliah. Sehingga dapat
dikatakan bahwa faktor lain seperti kecerdasan emosional dan coping adaptif
sangatlah penting dalam meningkatkan prestasi belajar mahasiswa dibanding
inteligensi. Hal ini yang melandasi penulis dalam melakukan penelitian mengenai
“Hubungan Kecerdasan Emosional Dan Kemampuan Coping Adaptif Terhadap
Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Program Studi Kedokteran Universitas
Tadulako Angkatan 2017”.

B. Rumusan Masalah
3

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari


penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan Kecerdasan Emosional Dan
Kemampuan Coping Adaptif Terhadap Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa
Program Studi Kedokteran Universitas Tadulako Angkatan 2017?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang hubungan kecerdasan
emosional dan kemampuan coping adaptif terhadap indeks prestasi kumulatif
mahasiswa Program Studi Kedokteran Universitas Tadulako angkatan 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kecerdasan emosional mahasiswa Program Studi Kedokteran
Universitas Tadulako angkatan 2017
b. Mengetahui kemampuan coping adaptif mahasiswa Program Studi
Kedokteran Universitas Tadulako angkatan 2017
c. Mengetahui indeks prestasi kumulatif mahasiswa Program Studi
Kedokteran Universitas Tadulako angkatan 2017

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Mahasiswa
Menjadi bahan evaluasi bagi mahasiswa sekaligus memotivasi
mahasiswa dalam meningkatkan prestasi belajar.
2. Bagi Peneliti
Dapat mengetahui hubungan kecerdasan emosional dan kemampuan
coping adaptif terhadap indeks prestasi kumulatif mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Tadulako angkatan 2017.
3. Bagi Instansi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam perkembangan dunia
pendidikan dokter dan acuan penelitian selanjutnya.
4

E. Keaslian Penelitian
Adapun keaslian penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Saptoto (2010) mengenai hubungan kecerdasan emosional dengan
kemampuan coping adaptif. Dengan hasil penelitian terdapat hubungan positif
antara kecerdasan emosi dengan kemampuan coping adaptif. Semakin tinggi
kecerdasan emosi seseorang, maka akan semakin tinggi pula kemampuan
coping adaptifnya. Semakin rendah kecerdasan emosi seseorang, maka akan
semakin rendah pula kemampuan coping adaptifnya. Perbedaan dengan
penelitian Saptoto terletak pada variabel dependent dan independent, pada
penelitian yang penulis lakukan kecerdasan emosional dan kemampuan
coping adaptif menjadi variabel independent sedangkan pada penelitian
Saptoto hanya kecerdasan emosional yang menjadi variabel independent.
2. Penelitian Marhaeni (2016) mengenai hubungan kecerdasan emosi dengan
prestasi belajar matematika siswa kelas V Sekolah Dasar Segugus I
Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016. Dengan
hasil penelitian Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
kecerdasan emosi dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V SD
segugus I Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo tahun pelajaran
2015/2016 nilai r hitung sebesar 0,269 dengan nilai signifikasi 0,001 dan
besarnya sumbangan sebesar 7,3%. Tingkat kecerdasan emosi siswa kelas V
SD segugus I Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo tahun pelajaran
2015/2016 termasuk dalam kategori sedang sebanyak 70% siswa atau 97
siswa. Perbedaan dengan penelitian Marhaeni terletak pada variabel
independent, pada penelitian yang penulis lakukan kecerdasan emosional dan
kemampuan coping adaptif merupakan variabel independent sedangkan pada
penelitian Marhaeni hanya kecerdasan emosional. Selain itu, terdapat
perbedaan dari segi subyek dan tempat penelitian.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Kecerdasan Emosional
a. Pengertian Kecerdasan Emosional
Pengertian terhadap emosi sering kali salah, karena emosi pada
umumnya diartikan sebagai rasa marah. Pada dasarnya emosi merupakan
cara yang muncul pada diri individu sebagai respon terhadap fenomena
yang dihadapinya seperti emosi marah. Kadang mengalami kesulitan
untuk membedakan antara emosi dengan perasaan, namun dapat diberi
gambaran bahwa emosi itu mengandung watak dan situasi yang lebih
jelas dari pada perasaan (Golemen, 2000).
Kecerdasan adalah potensi biopsychological untuk memproses
informasi yang dapat diaktifkan dalam pengaturan budaya untuk
memecakan masalah atau menciptakan produk yang bernilai dalam suatu
budaya. Emosi diartikan sebagai pengalaman efektif yang disertai
penyesuaian dari dalam individu tentang keadaan mental, fisik dan
berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Menurut Goleman bahwa akar
kata emosi adalah berasal dari kata “movere”, kata kerja bahasa latin yang
berarti menggerakkan, bergerak, ditambah awalan “e”, untuk memberi arti
bergerak menjauh, menyeratkan bahwa kecenderungan untuk bertindak
merupakan hal mutlak dalam emosi (Goleman, 2000). Emotion are the
affektive states of feeling we ecperience when our needs are satisfied or
frustated and as such, they influence all other aspects of our behavior
(Hermanson, 1972). Emosi diartikan sebagai perasaan atau perkataan
efektif yang kita alami manakala kebutuhan kita tercukupi atau terhalang
dan hal tersebut mempengaruhi aspek yang lain.
Untuk memudahkan dalam memahami dan membahas emosi
secara mendalam, para ahli mengelompokkan emosi kedalam kelompok
tertentu. Diantaranya pendapat Goleman (2000) dalam bukunya

6
7

“Emotional Intelligence”, dijelaskan dalam beberapa golongan emosi,


antara lain:
1) Amarah, mencakup beringas, mengamuk, benci, marah besar, kesal
hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan
tindak kekerasan dan kebencian patologis.
2) Kesedihan, mencakup pedih, sedih, muram, suram, melankolis,
mengasihani diri, kesepian, ditolak, dan kalau menjadi patologis
menjadi depresi berat.
3) Rasa takut, mencakup cemas, takut, gugup, khawatir, was-was,
perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, takut sekali, ngeri, kecut
sebagai patologi, fobia dan panik
4) Kenikmatan, mencakup bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang,
terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, rasa puas,
rasa terpenuhi, kegirangan luas biasa, senang, senang sekali dan batas
ujungnya mania.
5) Cinta, mencakup penerimaan, kepercayaan, kabaikan hati, rasa dekat,
bakti, hormat, kasmaran, dan kasih.
6) Terkejut, mencakup terkejut, terkesiap, takjub, dan terpana.
7) Jengkel, mencakup hina, jijik, muak, mual, benci, dan tidak suka.
8) Malu mencakup, rasa salah, malu hati, kesel hati, sesal, hina dan hati
hancur lebur
Dalam Oxford English Dictionary bahwa emosi adalah setiap
kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental
yang hebat dan meluap-luap (Goleman, 2000). Emosi atau emosional
menurut Goleman (2000) pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak,
rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara
berangsur-angsur oleh evolusi.
Salovey dkk (1996) mengemukakan betapa pentingnya kecerdasan
pribadi yang disebut sebagai kecerdasan emosional. Salovey dkk
menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar
kecerdasan emosional.
8

Kecerdasan emosional adalah suatu kecerdasan sosial yang


berkaitan dengan kemampuan individu dalam memantau baik emosi
dirinya maupun emosi orang lain dan juga kemampuannya dalam
membedakan emosi dirinya dengan emosi orang lain, dimana kemampuan
ini digunakan untuk mengarahkan pola pikir dan perilakunya (Mubayidh,
2006).
b. Aspek Kecerdasan Emosional
Sampai saat ini belum ada alat ukur yang dapat digunakan untuk
mengukur kecerdasan emosional seseorang. Walaupun demikian ada
beberapa ciri khusus yang diungkapkan oleh Salovey dkk (1996):
1) Mengenali Emosi Diri
Kesadaran diri mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi
merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan untuk
memantau perasaan dari waktu kewaktu merupakan hal penting bagi
wawasan psikologi dan pemahan diri. Ketidakmampuan untuk
mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada
dalam kekuasan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih
tentang perasaanya adalah pilot yang handal bagi kehidupan mereka,
karena mempunyai kepekaan lebih akan perasaan mereka yang
sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi
(Salovey dkk, 1996).
Menurut Hejeriati (2014) mengenali emosi diri sendiri merupakan
suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu
terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional,
para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood,
yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.
2) Mengelola Emosi
Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas
adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Orang-orang
yang buruk kemapuannya dalam keterampilan ini akan terus menerus
bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar
9

dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan
kejatuhan dalam kehidupan (Salovey dkk, 1996).
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam
menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras,
sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar
emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju
kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan
intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Salovey
dkk, 1996).
Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri
sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan
dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk
bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan (Hajeriati, 2014).
3) Memotivasi Diri Sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang
sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk
memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk
berkreasi. Kendali diri emosional menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalan
berbagai bidang. Mampu menyesuaikan diri dalam flow
memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang.
Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih
produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan
(Salovey dkk, 1996).
Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi individu adalah
konsep diri, apabila seorang individu meyakini dirinya mampu
melakukan suatu hal maka individu tersebut akan berusaha keras
untuk mencapai tujuan yang hendak dicapainya. Hal tersebut
berhubungan dengan konsep diri yang terbentuk oleh individu
terhadap dirinya yang akan mempengaruhi besar kecilnya motivasi
berprestasi pada individu (Septiana, 2015).
10

Eccles, J.S dan Wigfied A. (2000) juga menambahkan bahwa ada


kaitannya tentang konsep diri dengan motivasi berprestasi dimana
keyakinan tentang diri akan mempengaruhi perilaku dalam belajar dan
membentuk harapan masa depan dan motivasi berprestasi. Tiga
kebutuhan dasar dalam diri individu, yaitu kebutuhan berprestasi,
kebutuhan akan kekuasaan, dan kebutuhan berhubungan dengan orang
lain . Motivasi berprestasi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang
diperlukan oleh seorang individu untuk mencapai tujuan hidup yang
diinginkannya. Seseorang dengan motivasi berprestasi tinggi
cenderung menghindari hal-hal yang beresiko rendah, individu
tersebut juga tertantang untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
4) Mengenali Emosi Orang Lain
Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri
emosional, merupakan keterampilan bergaul dasar. Orang yang
empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang
tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau
dikehendaki orang lain. Orang-orang seperti ini cocok untuk
pekerjaan-pekerjaan keperawatan, mengajar, penjualan dan
manajemen (Salovey dkk, 1996).
5) Membina Hubungan
Seni membina hubungan, sebagian bessar merupakan keterampilan
mengelola emosi orang lain. Ini merpakan keterampilan yang
menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antarpribadi.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam
bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan
orang lain, mereka adalah bintang-bintang pergaulan (Salovey dkk,
1996).

2. Kemampuan Coping Adaptif


a. Pengertian Coping Adaptif
11

Coping adalah usaha merubah pola pikir dan perilaku untuk mengatur
tuntutan eksternal dan atau internal spesifik yang dinilai berat atau
melebihi kemampuan individu (Lazarus & Folkman, 1986). Coping
merupakan usaha dalam mengelola kebutuhan yang dinilai merugikan atau
menguntungkan, usaha tersebut berlangsung di dalam pikiran dan
perilaku . Compas (1987) menjelaskan Coping sebagai reaksi alami atau
refleks dalam menghadapi serangkaian ancaman, serta respon belajar
terhadap stimulus yang tidak menyenangkan. Kirchner, Forns, Amador,
dan Munoz (2010) mengemukakan bahwa coping mengacu pada usaha
mengelola pikiran dan perilaku secara sadar dalam menghadapi stres yang
mengancam keseimbangan psikologis. Coping meliputi respon perilaku
dan kognitif, dimana kontribusi respon perilaku dan kognitif bervariasi
sesuai dengan kondisi yang memicu stres, tingkat perkembangan, dan gaya
menanggapi stres.
b. Tipe Strategi Coping
Pemaparan fungsi coping menimbulkan dua tipe strategi coping yang
dapat digunakan individu dalam mengatasi masalah (Lazarus & Folkman,
1986), yaitu:
1) Problem Focused Coping
Problem focused coping adalah usaha mengubah atau mengelola
masalah yang dihadapi dengan melakukan confrontive coping,
accepting responsibility, planful problem-solving, dan positive re-
appraisal (Lazarus & Folkman, 1986). Problem focused coping serupa
dengan strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah, seperti
mendefinisikan masalah, menghasilkan solusi alternatif, menimbang
kerugian dan manfaat alternatif sehingga dapat memilih salah satu
alternatif, yang selanjutnya menentukan tindakan yang diambil.
Problem focused coping memiliki susunan yang lebih luas dalam
menggunakan strategi untuk mengatasi masalah dibandingkan hanya
dengan menggunakan strategi pemecahan masalah. Problem-focused
coping sebagai usaha untuk melakukan sesuatu yang bersifat
12

konstruktif mengenai kondisi stres yang dianggap membahayakan,


menekan atau menantang individu (Lazarus & Folkman, 1986).

2) Emotion Focused Coping


Emosional focused coping tidak mengubah makna dari kondisi
stres secara langsung, namun merubah cara individu dalam
menginterprestasikan kondisi stres tanpa merubah kondisi tersebut
dengan melakukan distancing, self-controling, seeking social support,
dan escaape-avoidance (Lazarus & Folkman, 1986). Emotional
focused coping cenderung menyebabkan individu melakukan tindakan
menghindari, meminimalisasi masalah, memisahkan diri dari masalah,
membandingi secara positif, melihat nilai positif dari masalah untuk
mengurangi tekanan emosional dari kondisi stres. Individu
menggunakan emotional focused coping untuk mempertahankan
harapan dan rasa optimis, menyangkal fakta, menolak mengakui
sesuatu yang buruk terjadi, menunjukkan sikap seolah-olah kondisi
stres tidak menganggu dan sebagainya. Strategi ini menyertakan usaha
untuk meregulasi pengalaman emosional akibat situasi stres tersebut
(Lazarus & Folkman, 1986).
c. Dimensi Problem Focused Coping dan Emotion-Focused Coping
Lazarus & Folkman (1986), memaparkan empat dimensi problem
focused coping yaitu:
1) Confrontive coping adalah usaha yang dilakukan individu merubah
kondisi atau situasi stres dengan mengekspresikan perasaan secara
langsung terhadap sesuatu peristiwa atau terhadap individu yang
menimbulkan stres seperti mengekpresikan perasaan terhadap
seseorang yang menimbulkan masalah, tetap pada prinsip yang
dimiliki dan berjuang untuk mempertahankan prinsip tersebut
sehingga dengan memiliki kemampuan confrontive coping
menyebabkan individu mampu mengambil resiko dari kondisi stres
yang dihadapi (Lazarus & Folkman, 1986).
13

2) Accepting responsibility adalah sikap individu untuk memahami peran


yang dimiliki ketika berada di kondisi yang menimbulkan stres
dengan berusaha untuk membuat kondisi tersebut kembali stabil
seperti mengkritik atau introspeksi diri, meminta maaf atau melakukan
sesuatu untuk memperbaiki kondisi, membuat perjanjian dengan diri
sendiri sehingga tidak melakukan kesalahan serupa dimasa mendatang
(Lazarus & Folkman, 1986).
3) Planful problem solving adalah usaha yang dilakukan individu untuk
mengatasi kondisi stres dengan bersikap tenang dan berfokus terhadap
masalah. Individu melakukan analisis untuk melakukan pemecahan
masalah dalam mengatasi kondisi stres tersebut seperti memahami apa
yang telah diperbuat kemudian meningkatkan usaha untuk
memperbaiki kondisi, membuat perencanaan dalam berperilaku atau
membuat berbagai macam solusi untuk mengatasi masalah (Lazarus &
Folkman, 1986).
4) Positive reappraisal adalah usaha individu untuk menciptakan makna
positif dengan berfokus pada pengembangan diri seperti berubah atau
berkembang menjadi diri yang lebih baik, mengetahui pengalaman
yang didapat dari berbagai masalah sehingga membuat diri menjadi
lebih baik dimasa mendatang. Individu dengan positive reappraisal
memiliki sifat religious karena individu menemukan keyakinan baru
(Lazarus & Folkman, 1986).
Menurut Lazarus dan Folkman (1986), membagi emotion-focused
coping ke dalam tiga dimensi yaitu:
1) Self blame merupakan cara seseorang mengatasi masalah dengan
mengakui bawa masalah yang ada merupakan akibat dari dirinya
sendiri. Seligman et al (1988) menemukan bahwa atribusi self-blame
untuk kegagalan dikaitkan dengan tingkat keparahan depresi pada
depresi unipolar dan bipolar. Kaur bersaudara (2015) menemukan
dukungan kuat untuk teori tersebut dengan menunjukkan bahwa baik
ketergantungan dan kritik diri mewakili kerentanan terhadap gejala
14

depresi prospektif pada remaja berisiko. Menurut Kaur bersaudara


(2015) menyalahkan diri sendiri adalah salah satu bentuk pelecehan
emosional yang paling beracun. Ini memperkuat ketidakmampuan kita
yang dirasakan, dan kelumpuhan kita sebelum kita bahkan bisa mulai
melangkah maju.
2) Avoidence merupakan cara seseorang mengatasi masalah dengan
menghindar atau melarikan diri dari masalah tersebut. Secara teoritis
ini penting, dan termasuk pendekatan yang sebelumnya dianggap
sebagai fokus emosi (Schwartzer & Schwartzer, 1996) seperti
tindakan dan perubahan kognitif yang dimaksudkan untuk
menghindari situasi yang penuh tekanan (Endler & Parker, 1994).
Meskipun proses penghindaran pengalaman yang dijelaskan oleh
literatur ini sangat luar biasa seperti strategi penanggulangan
penghindar yang dijelaskan oleh literatur coping, Emotional
Avoidance tidak pernah digambarkan sebagai bentuk penanganan dan
belum pernah dikaitkan dengan literatur spesifik ini sebelumnya.
3) Wishful thinking adalah salah satu cara mengatasi masalahnya dengan
membayangkan bahwa masalahnya tidak ada atau telah berakhir.
Wishful thinking dan fantasi menjauhkan orang dari stressor,
setidaknya untuk sementara, dan penyangkalan menciptakan batas
antara realitas dan pengalaman orang tersebut. Terlepas dari tujuan
menghindari kesusahan ini, disengagment coping pada umumnya
tidak efektif dalam mengurangi tekanan dalam jangka panjang, karena
tidak melakukan apa pun tentang keberadaan ancaman dan dampak
akhirnya. Masalah lain adalah bahwa penghindaran dan penolakan
dapat mendorong peningkatan paradoks pada pemikiran mengganggu
tentang stressor dan peningkatan mood dan kecemasan negatif.
Akhirnya, beberapa jenis pelepasan menciptakan masalah mereka
sendiri. Penggunaan alkohol atau narkoba yang berlebihan dapat
menciptakan masalah sosial dan kesehatan, dan belanja atau perjudian
15

sebagai pelarian dapat menciptakan masalah keuangan (Carver&


Smith, 2010).

3. Indeks Prestasi Kumulatif


Belajar adalah suatu sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam
perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu
berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa
itu. Menurut pendapat Daryanto, belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Daryanto, 2010).
Menurut Anni (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
terbagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal, yang mencakup aspek fisik, misalnya kesehatan organ
tubuh, aspek psikis, misalnya intelektual, emosional, motivasi, dan aspek
sosial, misalnya kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan.
b. Faktor eksternal, misalnya variasi dan derajat kesulitan materi yang
dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, budaya belajar
masyarakat dan sebagainya.
Menurut Purwanto (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
adalah.
a. Faktor dalam, yaitu fisiologis seperti kondisi fisika dan panca indra serta
psikologis yang menyangkut minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi,
dan kemampuan kognitif
b. Faktor luar yaitu kurikulum, guru, sarana dan fasilitas serta manajemen
yang berlaku di sekolah (tempat belajar) yang bersangkutan.
Sedangkan, Dalyono (1997) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah
16

a. Faktor internal mencakup kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan


motivasi, serta cara belajar.
b. Faktor eksternal mencakup keluarga, sekolah, masyarakat, dan
lingkungan sekitar.
Menurut Putriadji (2011), IPK merupakan salah satu indikator
keberhasilan mahasiswa selama melaksanakan perkuliahan, walaupun tidak
mutlak, namun dapat diasumsikan bahwa seseorang yang memiliki IPK yang
baik maka memiliki kemampuan yang baik dalam akademik dan akan
berpengaruh baik bagi perkembangannya di dunia kerja. Menurut Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2014), hasil penilaian capaian
pembelajaran pada akhir program studi dinyatakan dengan indeks prestasi
kumulatif (IPK) yang dihitung dengan cara menjumlahkan perkalian antara
nilai huruf setiap mata kuliah yang ditempuh dan SKS mata kuliah
bersangkutan dibagi dengan jumlah SKS mata kuliah yang diambil yang telah
ditempuh.
Dalam Keputusan Rektor Universitas Tadulako Bab IV Pasal 1 poin 30
dan 31 (2016), Indeks Prestasi (IP) adalah ukuran kemampuan mahasiswa
yang dapat dihitung berdasarkan jumlah SKS mata kuliah yang diambil
dikalikan dengan nilai bobot masing-masing mata kuliah dibagi dengan
jumlah seluruh SKS mata kuliah yang diambil pada semester tersebut,
sedangkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah ukuran kemampuan
mahasiswa sampai pada periode waktu tertentu yang dapat dihitung
berdasarkan jumlah SKS mata kuliah yang diambil sampai pada periode
tertentu dikalikan dengan nilai bobot masing-masing mata kuliah dibagi
dengan jumlah seluruh SKS mata kuliah yang diambil.
Mahasiswa angakatan 2017 Program Studi Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universitas Tadulako adalah kelompok mahasiswa yang
mempelajari ilmu kedokteran. Angkatan 2017 adalah mahasiswa tingkat
pertama pada tahun ini dengan artian mahasiwa yang baru saja lulus dari
SMA dan masuk perguruan tinggi. Jumlah angkatan 2017 ialah sebanyak 93
orang.
17
18

B. Kerangka Teori

Mahasiswa IPK

Faktor Faktor
Eksternal Internal

Tempat Iklim Intelektual


Belajar

Motivasi
Guru/Dosen Fasilitas
Kognitif

Emosi

Kecerdasan Kemampuan Coping


Emosional Adaptif

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka teori penelitian hubungan kecerdasan emosional dan


kemampuan coping adaptif terhadap indeks prestasi kumulatif mahasiswa
Program Studi Kedokteran Universitas Tadulako angkatan 2017
19

C. Kerangka Konsep

Kecerdasan
Emosional Indeks Prestasi
Mahasiswa
Mahasiswa Angkatan 2017

Kemampuan
Coping
Adaptif
Keterangan :

: Variabel Bebas

: Variabel Terikat

Gambar 2.2 Kerangka konsep penelitian hubungan kecerdasan emosional


dan kemampuan coping adaptif terhadap indeks prestasi kumulatif
mahasiswa Program Studi Kedokteran Universitas Tadulako angkatan 2017

D. Landasan Teori
Faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan indeks prestasi mahasiswa
merupakan salah satu hal yang cukup penting untuk digali, untuk itu perlu di
ungkap faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perolehan nilaiindeks
prestas(IP) mahasiswa. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih
prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient
(IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan
memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi
belajar yang bagus. Akan tetapi kenyataannya dalam proses belajar mengajar
sering ditemukan prestasi belajar mahasiswa tidak setara dengan kemampuan
inteligensinya. Ada faktor tertentu penyebab terjadinya fenomena tersebut.
Menurut Goleman (2000) kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20%
20

bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan


lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ)
yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol
desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja
sama. Dalam mengelola emosi pun diperlukan mekanisme pertahan diri terhadap
stressor yang dihadapi, yang disebut kemampuan coping adaptif. Mahasiswa perlu
mengenali bagaimana dirinya dalam menghadapi suatu masalah dan coping apa
yang lebih dominan dari mereka.

E. Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut ini:
H0 :
 Tidak ada hubungan kecerdasan emosional terhadap indeks prestasi
kumulatif mahasiswa kedokteran universitas tadulako angkatan 2017 .
 Tidak ada hubungan kemampuan coping adaptif terhadap indeks prestasi
kumulatif mahasiswa kedokteran universitas tadulako angkatan 2017 .
 Tidak ada hubungan kecerdasan emosional dan kemampuan coping
adaptif terhadap indeks prestasi kumulatif mahasiswa kedokteran
universitas tadulako angkatan 2017 .
H1 :
 Ada hubungan kecerdasan emosional terhadap indeks prestasi kumulatif
mahasiswa kedokteran universitas tadulako angkatan 2017 .
 Ada hubungan kemampuan coping adaptif terhadap indeks prestasi
kumulatif mahasiswa kedokteran universitas tadulako angkatan 2017 .
 Ada hubungan kecerdasan emosional dan kemampuan coping adaptif
terhadap indeks prestasi kumulatif mahasiswa kedokteran universitas
tadulako angkatan 2017 .
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian
deskriptif korelasional yaitu hubungan antara dua variabel pada suatu situasi
atau kelompok. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross
sectional, yaitu pengukuran hanya satu kali pada suatu waktu untuk
mengetahui hubungan kecerdasan emosional dan kemampuan coping adaptif
terhadap indeks prestasi kumulatif mahasiswa angkatan 2017 Program Studi
Kedokteran Universitas Tadulako.
2. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
dan dilaksanakan pada April 2018.

B. Populasi dan Subjek


1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako.
2. Subjek
Kriteria pengambilan subjek yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
1) Mahasiswa Program Studi Kedokteran Universitas Tadulako tingkat
pertama
2) Bersedia mengisi kuesioner penelitian dengan lengkap
b. Kriteria ekslusi
1) Mahasiswa Program Studi Kedokteran tingkat pertama Universitas
Tadulako yang tidak aktif.
2) Belum menyelesaikan semester pertama

21
22

c. Besar Subjek
Subjek yang diambil adalah semua mahasiswa angkatan 2017
Program Studi Kedokteran Universitas Tadulako yang berjumlah 93 orang.

d. Cara Pengambilan Subjek


Cara pengambilan subjek adalah Total Sampling dengan
memperhatikan kriteria inklusi dan ekslusi pada mahasiswa angkatan 2017
Program Studi Kedokteran Universitas Tadulako.

C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas atau independent variabel pada penelitian ini adalah
kecerdasan emosional dan kemampuan coping adaptif.
2. Variabel terikat
Variabel terikat atau dependent variabel pada penelitian ini adalah
indeks prestasi kumulatif mahasiswa angkatan 2017 Program Studi
Kedokteran Universitas Tadulako.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data.
a. Kecerdasan Emosional
Instrumen dalam variabel kecerdasan emosional menggunakan kuesioner,
penentuan subdimensi ini mengacu pada alat ukur tingkat kecerdasan
emosional yaitu ESCI (Emotional and Social Competency Inventory) sesuai
saran dari Daniel Goleman yang akan digolongkan dengan skala Liekert.
b. Kemampuan Coping Adaptif
Instrumen dalam variabel kemampuan coping adaptif menggunakan
kuesioner dalam penelitian Anelia (2012) yang akan dimodifikasi sesuai
dengan masalah yang relevan. Skala ini disusun dan dikembangkan dari
klasifikasi strategi coping berdasarkan Problem Focused Coping (exercised
23

caution, instrumental action, dan negotiation) dan Emotion Focused Coping


(escapism, minimization, self‐blame, dan seeking meaning). Lazarus dan
Folkman (1986) menyebutkan satu strategi coping lagi, yaitu confrontative
coping. Strategi ini tidak dapat digolongkan ke dalam approach coping atau
avoidance coping.

E. Definisi Operasional Variabel


Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Independent dan Dependent Penelitian
Hubungan Kecerdasan Emosional Dan Kemampuan Coping Adaptif Terhadap
Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Angkatan 2017 Program Studi Kedokteran
Universitas Tadulako
Skala
No Variabel Definisi Oprasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukuran
1 2 3 4 5 6
Variabel Independent
1 Kecerdasan Gambaran kemam-puan Kuesioner Tinggi Ordinal
Emosional emosional mahasiswa dengan Sedang
dalam mengelola segala skala Rendah
perasaan pada diri sendiri Liekert
dalam kondisi apapun.
2 Kemampuan Cara yang digunakan Kuesioner Adaptif Nominal
Coping mahasiswa baru da-lam dengan Maladaptif
Adaptif mengatasi permasalahan skala
atau stres. Liekert
Variabel Dependent
3 Indeks Prestasi Hasil yang diperoleh Data Indeks Memuaskan Ordinal
Mahasiswa seseorang setelah Prestasi Sangat
mengikuti pendidi-kan. Kumulatif memuaskan
Pujian

F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap, yaitu tahap awal atau tahap pesiapan,
tahap pengambilan data, dan tahap pengolahan data.
a. Tahap awal atau persiapan
24

Dalam tahap ini merupakan tahap persiapan, yang dilakukan pada tahap ini
meliputi pengambilan data awal, pengumpulan studi dan tinjauan pustaka,
penyusunan usulan skripsi, dan pembuatan perijinan penelitian.

b. Tahap pengambilan data


Tahap pengambilan data yaitu proses pengambilan data penelitian dari data
indeks prestasi mahasiswa angkatan 2017 Program Studi Kedokteran
Universitas Tadulako. Setelah itu melakukan pengukuran kecerdasan
emosional dan kemampuan coping adaptif.
c. Tahap pengolahan data
Data – data didapat dari data catatan pengukuran kecerdasan emosional dan
kemampuan coping adaptif tersebut dicatat, dikoding dan dianalisis
bagaimana hubungannya dengan indeks prestasi mahasiswa angkatan 2017
Program Studi Kedokteran Universitas Tadulako.

G. Alur penelitian
25

Pengambilan data awal


Uji Validitas Instrumen
(Indeks Prestasi Mahasiswa Penelitian
Angkatan 2017)

Pengukuran Data dengan


Instrumen Penelitian Seminar Proposal

Kecerdasan Emosional Kemampuan Coping Adaptif

Editing

Coding

Entering Data

Data Tabulation

Statistically Data

Gambar 3.1 Kerangka alur penelitian hubungan kecerdasan emosional dan


kemampuan coping adaptif terhadap indeks prestasi kumulatif mahasiswa
Program Studi Kedokteran Universitas Tadulako angkatan 2017
H. Analisis Data
26

Data-data yang didapat kemudian dianalisis dengan menggunakan


software SPSS 14.00 for Windows. Analisis data yang akan dilakukan (Sutanto,
2007, Wahyono, 2008):
1. Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing
variabel yang digunakan dalam penelitian dengan melihat distribusi frekuensi,
proporsi, nilai terbanyak, nilai mean dan median masing-masing variabel.
Hasil disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Pemilihan ukuran frekuensi
disesuaikan dengan jenis variabelnya yaitu kategorik.
2. Analisis bivariat
Analisis ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan pada masing-
masing variabel penelitian yaitu antara variabel independen dan variabel
dependen. Uji yang dipakai disesuaikan apakah menguji hubungan antara
variabel kategorik dan numerik ataukah antara variabel numerik dengan
numerik.
3. Analisis multivariat
Analisis multivariat dilakukan dengan regresi linier multipel, karena
terdapat beberapa variabel independen (kategorik dan numerik) dan variabel
dependennya satu macam yaitu IPK yang kategorik. Analisis dilakukan
bertahap sesuai tahapan yang ditentukan, juga dilakukan uji asumsi, dan
dibuat persamaan regresinya. Kemudian dianalisis faktor mana yang paling
dominan berpengaruh terhadap IPK.

I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapatkan rekomendasi dari
institusi tempat penelitian yang ada dalam penelitian ini adalah Fakultas
Kedokteran Universitas Tadulako. Kemudian setelah mendapatkan persetujuan
barulah penelitian dilakukan dengan memperhatikan etika penelitian sebagai
berikut :

1. Informed Concent
27

Informed concent (Lembar persetujuan menjadi responden) merupakan


cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan
memberikan lembar persetujuan. Tujuannya untuk memberikan pemahaman
mengenai maksud dan tujuan pada responden.
2. Anonimity
Anonimity (Tanpa nama) peneliti tidak mencamtumkan nama
responden pada lembar kuesioner, tetapi hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data berupa angka sesuai dengan jumlah responden.
3. Confidentaly
Peneliti menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA

Aldwin, C. M., & Revenson, T. A. 1987. Does coping help ? A reexamination of


the relation between coping and mental health. Journal of Personality and
Social Psychology

Anelia, Nicky. 2012. Cara Pengambilan Subjek Adalah Total Sampling Dengan
Memperhatikan Kriteria Inklusi Dan Ekslusi Pada Mahasiswa Angkatan
2017 Program Studi Kedokteran Universitas Tadulako. Universitas
Indonesia. Jakarta

Anni, Catharina Tri.2004. Psikologi Belajar. Semarang. Unnes Press.

Carver, C. S., & Smith, J. C., 2010. Personality and Coping. Annual Review of
Psychology. Diakses pada 14 Desember 2017. Dari
<www.annualreviews.org>

Compas, B.E. 1987. Coping With Stress During Childhood and Adolescence.
Psychological Bulletin. New York

Dalyono, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Eccles, J.S dan Wigfied A. 2000. Expectancy- Value Theory of achievment


Motivation. Journal Contemporary Educational psychology

Endler, N. S., & Parker, J. D. A. 1994. Assessment of multidimensional coping:


task, emotion, and avoidance strategies. Psychological Assessment

Gagne, Robert. 1977. The Conditions of Learning. New York : Holt, Rinehart and
Winston.

Gilakjani, Pourhossein A. 2012. Visual,Auditory, Kinaesthetic Learning Style and


Their Impact on English Languege Teaching. Journal of Studies In
Education 2 (1) : 104-113.

vii
viii

Goleman, D. 2000 Emotional Intelligence (terjemahan). PT Gramedia Pustaka


Utama Jakarta

__________. 2001. Emotional Intelligence. Gramedia. Jakarta

Hajeriati. 2014. Hubungan antara Kemampuan Mengenali Emosi Diri dan


Kemampuan Mengelola Emosi dengan Perilaku Belajar Mahasiswa
Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Alauddin Makassar. Diakses 14 Desember 2017. Dari < http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/PendidikanFisika/article/view/3023>

Hendikawati, Putriaji. 2011. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Indeks Prestasi


Mahasiswa. Diakses pada tanggal 11 Desember 2017 dari
<http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=136810&val=5678&title=Analisis%20Faktor%20yang
%20Mempengaruhi%20Indeks%20Prestasi%20Mahasiswa>

Hermanson, R. H. 1972. Programed Learnig Aid For Developmental Psychology.


United States Of Amerika. Amerika

Kaur, M & Kaur, I. 2015. Dysfunctional Attitude and Self-Blame: Effect on Self-
Esteem and Self-Conscious Emotions among Adolescents. The
International Journal of Indian Psychology. Diakses 14 Desember 2017.
Dari <http://www.ijip.in>

Kirchner, T; Forns, M; Amador, J.A; & Munoz, D. 2010. Stability and


consistency of coping in adolescence: A Longitudinal Study. Pubmed.
Barcelona

Lazarus, S & Folkman, R.S. 1986. Stress, apprasial, and coping. Springer: New
York

Marhaeni, Nisa. 2016. Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Prestasi Belajar


Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Wates
Kabupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal Pendidikan
ix

Guru Sekolah Dasar. Edisi 4. Diakses pada 14 Januari 2018. Dari


<http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pgsd/article/viewFile/955/8
70>

Mubayidh, Makmun. 2006. Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak. Al


Kautsar. Jakarta

Muna, A. R (2012). Hubungan antara efikasi diri dan motivasi berprestasi


dengan prestasi belajar pada siswa kelas VII SMP. Skripsi (tidak
diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Surakarta

Prasetya DF. 2012. Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata
Diklat Listrik Otomotif Siswa Kelas XI Teknik Perbaikan Bodi Otomotif
SMKN 2 Depok Sleman. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.

Purwanto, Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT. Remaja Rosdakarya.

Rahmawaty, Elly. 2016. Hubungan Gaya Belajar Terhadap Indeks Prestasi


Kumulatif (IPK) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rektor Universitas Tadulako. 2016. Keputusan Rektor Universitas Tadulako


tentang Pedoman Akademik Universitas Tadulako 2016/2017. Untad. Palu

Salovey, P., Mayer, J. D., Goldman, S., Turvey, C., & Palfai, T. 1996. Emotional
atention, clarit, and repair. Exploring emotional inteligency using the Traid
Meta-Mood Scale. In J. W. Pennebaker (Ed.), Emotion, disclosure and
health. American Physiological Association. Washington DC.

Saptoto, R. 2010. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kemampuan Coping


Adaptif. Jurnal Psikologi UI. Jakarta

Schwartzer, R., & Schwartzer, C. 1996. A critical survey of coping instruments. In


M. Zeidner, & N. S. Endler (Eds.), Handbook of coping. Wiley. New York
x

Seligman, M. E. P. 1975. Helplessness: On depression, development, and death.


Freeman. San Francisco

Septiana, N.P. 2015. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Motivasi Berprestasi
Pada Siswa Sma Negeri 3 Sragen. Diakses pada 14 Desember 2017. Dari
< eprints.ums.ac.id/32719/22/02.%20Naskah%20Publikasi.pdf>

Sutanto. 2007. Analisis Data Kesehatan, FKM UI

Wahyono T.2008. Belajar Sendiri SPSS 16. Elex Media Komputindo

Anda mungkin juga menyukai