Halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABLE iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah................................................................................................6
C. Pembatasan Masalah.............................................................................................7
D. Perumusan Masalah...............................................................................................7
E. Tujuan Penelitian....................................................................................................8
F. Manfaat Penelitian.................................................................................................8
BAB II KAJIAN TEORI 10
A. Deskripsi Teoretis.................................................................................................10
1. Pembelajaran Geometri...................................................................................10
2. Kemampuan berpikir Geometris......................................................................12
3. Teori van Hiele tentang Pembelajaran Geometri..............................................13
4. Model Pembelajaran Kontruktivisme...............................................................16
5. GeoGebra.........................................................................................................27
B. Penelitian yang Relevan........................................................................................31
C. Kerangka Berpikir.................................................................................................32
D. Hipotesis Penelitian..............................................................................................35
BAB III METODELOGI PENELITIAN 36
A. Tujuan Operasional Penelitian..............................................................................36
B. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................................36
C. Metode Penelitian................................................................................................36
D. Desain Penelitian..................................................................................................37
E. Teknik Pengambilan Sampel.................................................................................38
F. Teknik Pengumpulan Data....................................................................................38
G. Instrumen Penelitian............................................................................................39
1. Pengujian Validitas...........................................................................................40
i
ii
2. Perhitungan Reliabilitas....................................................................................41
H. Hipotesis Statistik.................................................................................................42
I. Teknik Analisis Data..............................................................................................43
1. Uji Persyaratan Analisis Data............................................................................43
2. Uji Analisis Data................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA 52
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2. 1 Tampilan Awal GeoGebra.......................................................................29
Halaman
Table 3. 1 Desain Penelitian........................................................................................38
PENDAHULUAN
Masyarakat suatu negara yang maju akan melahirkan kemajuan dalam berbagai
aspek seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial, politik, serta peradaban.
pendidikan dapat dipandang dalam arti luas dan arti teknis. Pendidikan dalam arti
luas mengacu pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh
(character), dan kemampuan fisik (physical ability). Pendidikan dalam arti teknis
secara berturut-turut adalah 368, 369, dan 379. Skor tersebut masih dibawah rata-
rata skor OECD yaitu 492 untuk formulating, 493 untuk employing, dan 497
yang ada dilapangan saat ini. Pengutamaan penghapalan sifat maupun rumus
tanpa pemahaman konsep turut serta menjadi ciri dalam pembelajaran geometri.
Materi geometri sendiri merupakan salah satu materi matematika yang memiliki
cakupan materi yang cukup luas, dimulai dari bangun datar sampai bangun ruang
beserta unsur-unsur yang terkait di dalamnya. Materi bangun datar dan bangun
bahwa siswa mampu Memahami konsep jarak dan sudut antar titik, garis dan
bidang melalui demonstrasi menggunakan alat peraga atau media lainnya dan
menyelesaikan masalah nyata berkaitan dengan jarak dan sudut antara titik, garis
dan bidang. Namun nyatanya siswa masih belum memahami konsep jarak dan
sudut antar titik, garis dan bidang yang mereka dapat di sekolah menengah
pertama dan masih kurangnya pemahaman hubungan antara titik, garis ,dan
bidang.
1
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, “PISA (Programme for International
StudentAssessment” [ONLINE], Tersedia: http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-
internasional-pisa (Minggu, 19 Juni pukul 20.53 WIB).
Kemampuan berpikir siswa hendaknya diperhatikan oleh guru. Materi akan
sulit dipahami oleh siswa jika bahasa yang digunakan tidak disesuaikan dengan
kemampuan berpikir siswa, oleh karena itu guru perlu mengetahui sejauh mana
kemampuan berpikir geometris siswa dalam pembelajaran. Hal ini tidak berarti
bahwa hasil belajar diabaikan begitu saja. Hassil belajar siswa lazimnya
ditunjukkan oleh nilai akhir yang merupakan akumulasi dari aspek kognitif,
juga mengacu pada kemampuan berpikir geometris yang selama ini kurang
pembelajaran geometri adalah teori van hiele. Menurut Van Hiele dalam
level 4 (ketepatan).2 Kelima level tersebut harus dilalui secara berurutan karena
pengalaman geometri bagi siswa. Memang bukan hal mudah untuk membawa
2
Drs H.Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: UPI,
2003), h.51.
siswa kepada level kemampuan berpikir geometris yang lebih tinggi, namun dapat
pembelajaran yang diterapkan. Jika ketiga hal tersebut ditata secara terpadu akan
lebih tinggi. 3Begitu heterogennya kemampuan siswa, membuat guru harus kreatif
siswa untuk belajar lebih mandiri dan lebih aktif mengkonstruksi sendiri
dalam proses belajar dan dalam mengkontruksi makna dari informasi yang ada
didik (Osborne dan Witrock, dalam Sudyana et. al.,2007: 1080). Model
Novick. Novick menjelaskan bahwa model pembelajaran Novick terdiri dari tiga
fase, yaitu mengungkap konsep awal siswa, menciptakan konflik konseptual, dan
3
Ibid.
4
Riky Rosari, dkk,”Perbandingan Kemampuan Pemahaman Matematis Antara Siswa yang
Diajar Menggunakan Model Predict Obsere Explain (POE) dan Model Novick Dalam
Pembelajaran Matematika di SMP Negeri 20 Jakarta”, [ONLINE]. Tersedia:
http://www.mathunj.org/index.php/jmap/article/viewFile/78/80 , (Sabtu, 4 Juni 2016 pukul 08.32
WIB).
masing siswa kepada level kemampuan berpikir geometris yang sesuai dengan
jenjang pendidikannya.
Berbagai perangkat lunak geometris dalam pembelajaran dapat menjadi salah satu
pilihan media dan sekaligus sumber belajar yang dapat menjadi salah satu pilihan
media dan sekaligus sumber belajar yang dapat digunakan dalam menyampaikan
materi geometri yang dikenal dengan program geometri dinamis diharapkan dapat
mengidentifkasi sebuah bangun geometri antara lain ukuran, bentuk bangun , serta
GeoGebra merupakan salah satu perangkat lunak geometri terbaru. Asal mula
beragam software matematika dalam hal ini geometri, aljabar serta kalkulus ke
daam aplikasinya. Tampilan yang menarik dan beragam fitur yang dapat
B. Identifikasi Masalah
pembelajaran geometri?
5. Apa ciri utama dalam Generatif dan Novick ?
6. Apakah model pembelajarann Generatif dan Novick dapat membantu
pembelajaran geometri?
C. Pembatasan Masalah
Penelitian difokuskan pada masalah membandingkan kemampuan geometris
van Hiele.
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Mendapatkan pengalaman geometri yang mengacu pada kemampuan berpikir
geometri.
2. Bagi guru
Menjadikan referensi dalam penelitian metode dan media pembelajaran pada
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoretis
1. Pembelajaran Geometri
Geometri berasal dari kata latin “Geometris “. Geo yang berarti tanah dan
yang menghubungkan matematika dengan dunia fisik atau dunia nyata, (3) suatu
penyajian fenomena yang tidak tampak atau tidak bersifat fisik, (4) suatu bagian
5
Moeharti,Sistem-Sistem Geometri,(Jakarta: Karunika Jakarta, Universitas Terbuka, 1986),h.2
6
Tim Peenyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia ed.3 cet.3,(Jakarta: Balai
Pustaka, 2005),h.355.
7
Moeharti,Loc.Cit.
8
Abdussakir,”Pembelajaran Geometri Sesuai Teori van Hiele,” [ONLINE], Tersedia:
https://abdussakir.wordpress.com/2011/02/09/pembelajaran-geometri-sesuai-teori-van-hiele-
lengkap/ , (Sabtu, 4 Juni 2016 pukul 09.07 WIB).
bahwa geometri adalah cabang ilmu matematika yang mempelajari ruang serta
pemecahan masalah.
c. Geometri memegang peranan penting dalam bidang matematika yang lain.
d. Geometri digunakan oleh banyak orang.
Tujuan pembelajaran geometri menurut Budiarto dalam Abdussakir adalah
menyajikan visualisasi dunia secara lengkap serta sadar atau tidak geometri
digunakan sehari-hari oleh banyak orang mulai dari hal yang paling sederhana
9
Katherin L.Dix,”The Application of Computer Technologi in the Teaching of Junior High
School Geometry”,
[ONLINE].Tersedia:http://www.flinders.edu.au/ehl/fms/education_files/staff/pdf/dixAMTPAPE
R.pdf (Selasa 7 Juni 2016 pukul 21.30 WIB).
10
John A. Van de Walle, Elementary and Middle School Mathematics: Teaching
Developmentally,4th ed, (Boston: Allyn and Bacon,2001),h.309.
11
Abdussakir,Loc.Cit.
Geometri menjadi penghubung antara matematika dengan dunia nyata.
Melihat keterkaitan yang ada, layaknya geometri menjadi materi yang lebih
sulit dipahami para siswa. Kenyataan ini membawa pada suatu kondisi bahwa
Menurut Piere van Hiele dan Dina van Hiele yang memberikan urutan
Piere van Hiele dan Dina van Hiele, siswa-siswa maju melalui tingkat-tingkat
pemikiran dalam geometri dan tingkat visual seperti di atas. Teori van Hiele
tahap berpikir bersifat terurut dan hirarkis; pemahaman konsep yang implisit pada
suatu tingkatan menjadi eksplisit pada pemahaman tingkatan berikutnya; dan tiap-
tiap tingkatan mempunyai bahasa dan simbol tersendiri. Menurut van Hiele
kemajuan dari level yang satu ke level berikutnya sedikit tergantung pada
12
Suparyan,” Kajian Kemampuan Keruangan (Spatial Abilities) dan Kemampuan Penguasaan
Materi Geometri Ruang Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA Universitas
NegeriSemarang”,
[ONLINE].Tersedia:https://js.pdffiller.com/index.html#/users/55072734/forms/67817147/edit?
jstoken=5e16c519b6d05842dbe62fd6bfbb7336&viewer=55072734 ,(Selasa 7 Juni 2016 pukul
21.35 WIB).
a. Tingkat Perkembangan Berpikir
Menurut Piere van Hiele dan Dina van Hiele-Geldof dalam Burger dan
concepts, forms abstract definitions, and can distinguish between the necessity
4). Level 3 (Deduction). The student reasons formally within the context of a
5). Level 4 (Rigor). The student can compare systems based on different axioms
Berkaitan dengan tingkat perkembangan berpikir model van Hiele dalam belajar
dari masing-masing bangun. Jadi, siswa pada tingkat ini sudah mengenal nama
suatu bangun, tetapi ia belum mencermati ciri-ciri dari bangun itu. Sebagai
contoh, siswa sudah dapat mengatakan bahwa suatu bangun bernama persegi
panjang, tetapi ia belum menyadari bahwa sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan
sama panjang, serta semua sudutnya siku-siku.
2) Pada tingkat 1 (analisis), siswa sudah mengenal bangun-bangun geometri
pada suatu bangun, dan mengamati sifat yang dimiliki unsur-unsur tersebut.
Sebagai contoh, siswa pada tingkat ini sudah dapat mengatakan bahwa suatu
bangun merupakan persegipanjang karena bangun itu mempunyai empat sisi yang
satu dengan ciri yang lain dari suatu bangun, dan sudah dapat memahami relasi
antara bangun yang satu dengan bangun yang lain. Sebagai contoh, siswa pada
tingkat ini sudah dapat mengatakan jika pada suatu segiempat, sisi-sisi yang
berhadapan sejajar, maka sisi-sisi yang berhadapan itu juga sama panjang. Siswa
teorema, namun ia belum mengetahui mengapa sesuatu itu dijadikan aksioma atau
teorema.
tingkat ini sudah menyadari bahwa jika salah satu aksioma pada suatu sistem
geometri diubah, maka kemungkinan seluruh sistem geometri tersebut juga akan
berubah.
Menurut van Hiele dalam Clements dan Battista (1992) bahwa setiap
siswa sudah mencapai tingkat yang agak tinggi sedangkan pada bagian yang lain
ia masih berada pada tingkat yang lebih rendah. Dikatakan pula oleh van Hiele
materi, dan rencana pembelajaran yang digunakan pada suatu tingkat tertentu
tersebut.
Berkaitan dengan ini, van Hiele mengajukan lima fase urutan pembelajaran yaitu :
1) Fase I : Informasi
Para siswa dikenalkan dengan cakupan materi. Guru membahas materi tersebut
Pada fase ini, siswa diperkenalkan dengan objek-objek yang sifat-sifatnya akan
diabstraksikan oleh siswa dalam pembelajaran. Tujuan fase ini agar siswa aktif
membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi yang tepat, dengan melalui tugas-
Pada fase ini, pengetahuan intuitif yang telah dimiliki siswa dielaborasi kembali
menjadi lebih eksplisit. Pada fase ini siswa secara jelas menyadari konseptualisasi
Pada fase ini, siswa menyelesaikan masalah yang solusinya memerlukan sintesis,
Peranan guru adalah menyeleksi materi dan masalah geometri yang tepat,
Pada fase ini, siswa membuat ringkasan tentang segala sesuatu yang telah
ke dalam jaringan yang koheren yang dapat dengan mudah dideskripsikan dan
dalam struktur matematika yang formal. Pada akhir pada fase 5 ini, tingkat
4.1. Pengertian
making).
demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan
fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia
pengalaman nyata.
13
Yaya Sutisna,” Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar”, [ONLINE]. Tersedia:
repository.upi.edu/6013/5/s_pwk_0810522_chapter2.pdf , (Selasa, 6 Juni 2016 pukul 22.10 WIB).
siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya yang
4.2. Prinsip
pertanyaan
(Samsulhadi, 2010).
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru
informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan
dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya
lebih tinggi, tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang
memanjatnya.
15
La Moma, “Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Melalui Pembelajaran
Generatif Siswa SMP”, [ONLINE], Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/8102/1/P%20-%2053.pdf,
(Rabu, 25 Mei 2016 pukul 20.07 WIB).
16
Ibid.
pengetahuan baru berdasaarkan pengetahuan yang sebelumnya telah
dimiliki.
preliminary step (tahap persiapan), (2) the focus step (tahap menfokuskan),
(3) the challenge step (tahap tantangan), dan (4) the application step
ide, atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari siswa
permasalahan yang dapat menunjukkan data dan fakta yang terkait dengan
pemfokusan yang terarah pada konsep yang akan dipelajari siswa. Siswa
yang ada dalam pikiran siswa. Pada tahap ini siswa akan menyadari bahwa
pada topik yang sedang dipelajari ada pendapatnya yang berbeda dengan
teman yang lain. Hal ini akan menimbulkan konflik dalam dirinya yang
menghasilkan ketidakpuasan.
atas dua sampai empat siswa, sehingga siswa dapat berlatih bekerjasama,
kelas, akan terjadi proses tukar pengalaman dan ide antar siswa. Siswa
diskusi.
Tahap terakhir adalah the application step (tahap aplikasi), tahapan ini
masalah yang lebih kompleks dan variatif berupa latihan soal agar siswa
siswa.
dari model ini adalah proses dari perubahan konseptual dari pengetahuan
konseptual).
c. Fase ketiga, Encouraging cognitive accommodation
dilakukan, baik yang dilakukan oleh guru maupun yang dilakukan siswa
awal siswa)
fisika merupakan hal yang sangat penting karena membantu siswa dalam
Konsepsi awal siswa dapat dibagi menjadi dua yaitu konsepsi awal yang
bersifat ilmiah dan konsepsi awal yang bersifat tidak ilmiah. Tujuan dari
menjadi ilmiah.
terjadi adalah peristiwa tersebut pernah diketahui oleh siswa atau siswa
Pada keadaan dimana siswa tidak tahu keadaan tersebut, guru dapat
disajikan dan meminta penjelasan hal yang mendasari ramalan para siswa.
berbagai cara dan berbagai aktivitas. Cara-caranya antara lain siswa dapat
pembelajaran.
konseptual)
kelompok besar.
b. Memberikan kegiatan kepada siswa (misalnya melakukan
eksperimen).
Setelah diadakannya konflik kognitif pada pembelajaran
ilmiah. Peran guru dalam fase pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
a.Membantu siswa mendeskripsikan ide-idenya.
yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak
cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan
yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang
telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Menurut Piaget (Dahar,
(disequilibrium).
individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
kondisi equilibrium. Hal ini dapat dilakukan oleh guru dengan cara
dengan fenomena baru yang ia hadapi. Strike dan Posner (Komala, 2008)
(fruitfull).
5. GeoGebra
peranngkar lunak geometri seprti Cabry Geometri dan Geometri’s Sketchpad serta
perangkat lunak aljabar seperti Derive dan Maple. Perpaduan tersebut menjadi
satu kesatuan yang terintegrasi serta system penggunaan yang mudah dalam
21
Ibid.
22
Markus Hohenwarter and Zsolt Lavicza,”The Strength of the Community: How GeoGebra Can
Inspire Technology Integration in Mathematics Teaching”. MSOR Connections Vol 9 No 2 May-
July 2009,h.3.
Banyak penelitian menyarankan penggunaan program yang dapat
maupun siswa untuk membangun pengetahuan dalam geometri dan aljabar dengan
Terdapat tiga tampilan dalam GeoGebra, algebra view, graphics view, dan
spreadsheet serta fitur input bar, algebra view atau tampilan aljabar, menampilkan
fungsi serta ukuran objek yang dibuat. Graphics view atau tamilan grafis,
mengolah data statistika. Input Bar atau masukan , membuat objek baru,
23
Ljubica Dikovic,”Applications GeoGebra into Teaching Some Topics of Mathematics at the
College Level”, ONLINE]. Tersedia: http://www.doiserbia.nb.rs/img/doi/1820-0214/2009/1820-
02140902191D.pdf , (Selasa, 6 Juni 2016 pukul 22.10 WIB).
Gambar 2. 2 Contructions Tools ( alat-alat konstruksi )
Menurut Hohenwarter & Fuchs (2004), GeoGebra sangat bermanfaat sebagai
konvensional.25
2. Wini Sutiyani dalam skripsinya memberikan kesimpulan bahwa
24
Markus Hohenwater dan Karl Fuchs,” Combination of dynamic geometry, algebra and calculus
in the software sytem GeoGebra”, [ONLINE]. Tersedia:
https://archive.geogebra.org/static/publications/pecs_2004 , (Selasa, 6 Juni 2016 pukul 22.10 WIB)
25
Tika Nurlela,” Penerapan Model Pembelajaran Novick Untuk Meningkatkan Kemampuan
Penalaran Logis Siswa SMP”, (Skripsi pada UPI Bandung, Tidak dpublikasikan,2011).
baik dari kemampuan komunikasi matematik siswa yang proses pembelajarannya
geometri van Hiele berbantuan GeoGebra lebih baik daripaada siswa yang
C. Kerangka Berpikir
yang paling sulit. Pemahaman geometri yang kurang dimiliki siswa menjadikan
siswa lemah ketika berhadapan dengan materi geometri. Kesulitan geometri tidak
hanya dialami siswa di Indonesia, Amerika juga merasakan hal yang sama.
van Hiele.
Kemampuan berpikir geometris van Hiele ditunjukkan dalam lima level, level
formal), level 4 (ketepatan). Bagi siswa sekolah menengah, adaptasi level yang
dapat diterapkan dalarn pembelajaran yaitu level 0-2. Visualisasi sangat kuat pada
26
Wini Sutiyani,” Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematik Siswa”, (Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tidak dipublikasi:, 2013).
27
Ahmad Saddam Siregar,”Pembelajaran Geometri Melalui Model van Hiele Berbantuan
GeoGebra sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP”, ,(
Skripsi pada UPI Bandung, Tidak dipublikasi ,2012).
Bentuknya "mirip" persegi, namun jika benda tersebut diputar beberapa derajat
mungkin bukan lagi persegi bagi siswa pada level 0. Berdasarkan sifat-sifat yang
leve1 ini, siswa mengkaji sifat-sifat yang ia dapatkan pada level 1. Pengkajian
mampu memahami definisi dalam berbagai redaaks. Hasil pemikiran dari level 2
adalah model Generatif dan model Novick. Kedua model ini memiliki
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dan kreatif dalam
pembelajaran matematika.
Pada tahap awal, model Generatif guru membimbing siswa untuk melakukan
ekspolarasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsep awal yang diperoleh dari
pada model Novick, guru memberikan suatu permasalahan dalam bentuk soal
pengetahuan yang dimiliki siswa dengan melakukan tanya jawab. Pada tahap
saat ini konflik terjadi siswa merasa tidak puas dengan ide mereka.
baru dipelajari dan guru menguatkan argumen siswa. Sedangkan pada model
pemahaman kepada siswa berupa soal uraian. Pada model Predict Observe
bagi siswa untuk menemukan dan memahami konsep geometri. GeoGebra juga
khususnya geometri.
Pembelajaran geometri berbantuan GeoGebra sangat cocok dipadukan dengan
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir geometris siswa
GeoGebra.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
C. Metode Penelitian
pengontrolan penuh terhadap variable dan kondisi kelas yang diteliti. 28 Dalam
penelitian ini akan dilakukan perlakuan terhadap variable bebas yaitu pembeljaran
28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D ( Bandung: Alfabeta, 2010)h.114.
berbantuan perangkat lunak GeoGebra, sedangkan variable terikat adalah
D. Desain Penelitian
Table 3. 1
Desain Penelitian29
perlakuan.
kelompok yang diambil secara acak tadi merupakan sampel yang diperlukan. 30
Pemilihan kelas yang akan dijadikan sampel dilihat dari kesamaan rata-rata. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skor tes uraian kemampuan
berpikir geometris pada pokok bahasan Geometri Hasil tes pada dua kelas
G. Instrumen Penelitian
uraian. Tes tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir
geometris :
30
Sudjana,Metode Statistika, (Bandung: Tarsito,2005),h.173.
Table 3. 2
Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Geometris
3. Memahami 2
hubungan antara jarak
dan sudut antar titik,
garis dan bidang.
Menggunakan Memecahkan 1
berbagai prinsip bangun masalah yang berkaitan
datar dan ruang serta dengan jarak dan sudut
dalam menyelesaikan antar titik, garis dan
masalah nyata berkaitan bidang.
dengan jarak dan sudut
antara titik, garis dan
bidang.
Jumlah Soal 10
Table 3. 3
Rubrik Penskoran Kemampuan Berpikir Geometris
Sk Keterangan
or
0 Tidak menjawab sama sekali atau menjawab tapi jawaban tidak relevan
dengan pertanyaan
1 Mengenai bentuk geometri, tetapi masih belum bias memahami sifat-sifat
dari bentuk geometri tersebut
2 Memahami sifat-sifat bentuk geometri namun masih terdapat sifat yang
tidak relevan
3 Memahami sifat-sifat bentuk geometri secara tepat
4 Mengetahui hubungan antara bentuk geometri
Memecahkan masalah menggunakan hubungan antara bangun ruang
syarat tes yang baik atau tidak. Terdapat uji instrumen, yaitu validitas dan
reliabilitas.
1. Pengujian Validitas
Uji validitas yang digunakan dalam instrument ini adalah validitas isi dan
validitas konstruk. Validitas isi ( content validity ), yang artinya instrumen dapat
mengungkapkan isi suatu konsep atau variable yang akan diukur.31 Validitas
konstruk menyatakan suatu alat ukur dikatakan valid apabila telah cocok dengan
konstruksi teoretik di mana tes itu dibuat. 32 Sebuah tes dapat dikatakan memiliki
maupun indikator yang terdapat pada kurikulum. Penguji validitas isi dan
konstruk instrumen tes pada peneliti ini dilakukan oleh suatu dosen geometri
Jurusan matematika UNJ dan satu guru matematika kelas X SMA Negeri Jakarta.
2. Perhitungan Reliabilitas
31
Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes (Bandung:
Remaja Rosdakarya,2009),h.51.
32
Ibid,h.53.
Reliabilitas tes menentukan ketepatan atau ketelitian suatu alat evaluasi.
Instrumen hasil belajar yang digunakan adalah tes uraian. Reliabilitas dihitung
Table 3. 4
Klasifikasi Cronvbach’s Alpha
Koefisien Kriteria
reliabilitas tes
0,91 – 1,00 Sangat tinggi
0,71 - 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
≤ 0,20 Sangat Rendah
H. Hipotesis Statistik
eksperimen 2
H 0 : m1 > m2 : Kemampuan berpikir geometris siswa kelas
eksperimen 2
33
Ibid,h.114.
Keterangan :
m1 = rata-rata skor test kelas eksperimen 1
m 2 = rata-rata skor test kelas eksperimen 2
�( n - 1) .S
i i
2
2
S gab = i =1
N -1
( 2
)
; B = log S gab .�( ni - 1)
Keputusan uji :
Tolak H0 jika c �c ( 1-a ) ( k -1)
2 2
Keteangan :
Si2 = varians hasil belajar kelas eksperimen i
2
S gab = varians gabungan sampel
ni = ukuran sampel kelas eksperimen i
l = banyaknya kelas
N = total keseluruhan anggota sampel
2) Uji Normalitas
34
Sudjana,Op.Cit.,h.261-263
Selain uji homogenitas, dilakukan juga uji normalitas dengan menggunakan
Table 3. 5
Tabel ANAVA satu arah
�X 2
tot - tot
N MK dal
35
Ibid,h.466.
36
Sugiyono,Op.Cit.,h.173.
Antar m-1 ( �X ) JK ant
2
(X )
2
� n
kel
kelompok - ant m -1
kel N
Dalam N-m JKtot - JK ant JK dal
kelompok N -m
Keterangan :
SV = sumber variasi
Tot = total kelompok
Ant = antar kelompok
Dal= dalam kelompok
n = jumlah sampel masing-masing kelompok
m = jumlah kelompok sampel
N = jumlah seluruh anggota sampel
dk = derajat kebebasan
Keputusan uji :
Tolak H0 jika Fhitung > Ftabel , dengan dk pembilang (m – 1) dan penyebut (N –
m).
Apabila hasil pada uji anava terdapat perbedaan, maka pengujian dilanjutkan
dengan uji perbadingan berganda yaitu uji Scheffe atau uji Tukey pada taraf
signifikansi α = 0,05.37
a) Pengujian uji Scheffe dilakukan jika banyak data dari setiap kelas berbeda.
Rumus uji Scheffe:
(X -Xj)
2
i
F=
�1 1 �
( RKD ) ( k - 1) �
�
+ �
�
�ni n j �
Keterangan :
F = F ratio (Fh)
Xi = rata-rata dalam kelompok ke-i
Xj = rata-rata dalam kelompok ke-j
ni = banyak data kelompok ke-i
nj = banyak data kelompok ke-j
k = banyak kelompok
RKD = rata-rata kuadrat dalam
b) Pengujian uji Tukey dilakukan jika banyak data dari setiap kelas sama.
Rumus uji Tukey:
37
Santosa Muwarni,Statistika Terapan,(Jakarta: Uhamka,2006),h.63-64.
Xi - X j
Q=
RKD
n
Keterangan :
Q = angka Tukey
Xi = rata-rata dalam kelompok ke-i
Xj = rata-rata dalam kelompok ke-j
n = banyak data kelompok , dimana ni=nj
RKD = rata-rata kuadrat dalam
Keputusan uji:
Tolak H0 jika Fhitung > Ftabel .
b. Setelah Perlakuan
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dengan menggunakan uji Liliefors 38dengan taraf signifikansi α
perlakuan (treatment).
Hipotesis statistik :
H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Statistik uji :
L0 = maks F ( zi ) - S ( zi )
Keputusan uji :
Tolak H0 jika L0 > La ;n
Keterangan :
F ( zi ) = P ( Z �zi ) , Z ~ N(0,1)
S ( zi ) = proposal cacah z1, z2, zk yang ≤ zi
xi - x
zi = skor standar dengan zi =
S
xi = skor test kemampuan berpikir geometris sampel
x = rata-rata skor test kemampuan berpikir geometris sampel
S = simpangan baku sampel
2) Uji Homogenitas
38
Ibid,h.466.
Data yang dipakai untuk uji homogeny setelah perlakuan adalah data post-test.
Uji homogenitas yang dipakai adalah uji Fisher39 dengan taraf signifikansi α =
0,05.
Hipotesis statistik :
H 0 : s 12 = s 22
H1 : s 12 �s 22
Statistik uji :
S12
F= 2
S2
Keputusan uji :
F� a � < F < Fa
Terima H0 jika ( n1 -1,n2 -1)
1- �
� ( n1 -1, n2 -1)
� 2� 2
Keterangan :
S12 = varians skor test kelas eksperimen 1
S 22 = varians skor test kelas eksperimen 2
n1 = ukuran sampel kelas eksperimen 1
n2 = ukuran sampel kelas eksperimen 2
Uji hipotesis yang akkann digunakan dalam penelitian ini adalah Uji-t dengan
t=
( x1 - x2 )
1 1
S gab +
n1 n2
Pengolahan data :
2
S gab = 1
( n - 1) S12 + ( n2 - 1) S22
;
n1 + n2 - 2
Dengan derajat kebebasan ( d k ) = ( n1 + n2 - 2 )
Keputusan uji :
Terima H0 jika t < t1-α
39
Ibid,h.249.
40
Ibid,h.243.
t'=
( x1 - x2 )
S12 S 22
+
n1 n2
Keputusan uji :
w1t1 + w2t 2 s12 s22
Tolak H0 jika t � dengan w1 = , w2 = , t1 = t( 1-a ) ( n1 -1) dan
w1 + w2 n1 n2
DAFTAR PUSTAKA
Abdussakir.”Pembelajaran Geometri Sesuai Teori van Hiele,” [ONLINE],
Tersedia: https://abdussakir.wordpress.com/2011/02/09/pembelajaran-
geometri-sesuai-teori-van-hiele-lengkap/ , (Sabtu, 4 Juni 2016 pukul
09.07 WIB).
Achmad, Maulan.”Penerapan Model Pembelajaran Novick Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa”, (Skripsi pada UPI , tidak diterbitkan, 2011).
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan ed. Revisi. Jakarta: Bumi
Aksara,2009.
Bahasa, Tim penyusun Kamus Pusat. Kamus Besar Bahasa Indonesia ed. 3—
cet.3. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Dikovic, Ljubica. ”Applications GeoGebra into Teaching Some Topics of
Mathematics at the College Level”, [ONLINE].
Tersedia:http://www.doiserbia.nb.rs/img/doi/1820-0214/2009/1820-
02140902191D.pdf , (Selasa, 6 Juni 2016 pukul 22.10 WIB).
Dix, Katherin L .”The Application of Computer Technologi in the Teaching of
Junior High School Geometry” [ONLINE]. Tersedia :
http://www.flinders.edu.au/ehl/fms/education_files/staff/pdf/dixAMT
PAPER.pdf (Selasa 7 Juni 2016 pukul 21.30 WIB).
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. “PISA (Programme for International
StudentAssessment”[ONLINE],Tersedia:http://litbang.kemdikbud.go.
id/index.php/survei-internasional-pisa (Minggu, 19 Juni pukul 20.53
WIB).
La Iru, La Ode Safiun Arihi. Analisis Penerapan: Pendekatan, Metode, Strategi,
dan Model-model Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo, 2012.
Lusiana, Yusuf H, Trimurti S.“Penerapan Model Pembelajaran Generatif (MPG)
untuk Pelajaran Matematika di Kelas X SMA Negeri 8 Palembang”.
[ONLINE].Tersedia:http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpm/article/
view/324/90. (Selasa 7 Juni 2016 pukul 21.35 WIB).