0
PENDAHULUAN
baik pada orang dewasa maupun anak di dunia maupun di Indonesia. Diduga
jumlah kasus HIV/AIDS ini menyerupai fenomena gunung es, yaitu kasus yang
diketahui hanya sekitar 1/10 dari jumlah kasus yang sebenarnya. Penyakit
HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit pembunuh terbesar di dunia. Hal ini
karena pada Januari 2006, UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah
menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada
Infeksi HIV pada anak merupakan masalah kesehatan anak yang penting di
Immunodefficiency Virus (HIV) adalah suatu virus RNA dari famili Retrovirus
dan subfamily lentiviridae. Dikenal dua serotype yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1
Sejak HIV menjadi pandemi di dunia, diperkirakan 5,1 juta anak di dunia
terinfeksi HIV. Setiap tahun sekitar 400.000 bayi dilahirkan terinfeksi HIV akibat
penularan dari ibu ke anak (penularan vertikal). Di Indonesia, hingga Maret 2011,
jumlah anak penderita HIV/AIDS mencapai 1.119 orang, dengan jumlah penderita
dibawah lima tahun dilaporkan mencapai 514 anak. Dilaporkan juga sebanyak 34
anak usia bawah lima tahun (balita) di propinsi Papua positif mengidap infeksi
HIV.
1
asam. Sebagian besar kuman TB menyerang paru,tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya.1
Tuberculosis sebenarnya dapat menyerupai penyakit paru lainnya
sepertipenumonia, penyakit paru interstitial bahkan keganasan akan tetapi dengan
anamnesisyang baik, tuberculosis dapat dengan mudah di tegakkan. Pada dasarnya
pasien dengansistem imun yang baik biasanya terserang tuberculosis hanya pada
satu area sajamisalnya pada paru atau salah satu organ ekstra paru sedangkan pada
pasien denganimmunokompeten, tuberculosis dapat terjadi lebih daripada satu
organ.1
TB paru primer merupakan TB paru yang muncul segera saat infeksi
pertamakali. Pada daerah dengan tingkat transmisi M. Tuberculosis, jenis penyakit
ini lebihsering muncul pada anak-anak. Daerah yang sering terlibat dalam TB
paru primeradalah lobus medial dan lobus bawah paru. Lesi yang terbentuk
biasanya terletak diperifer dan disertai dengan limfadenopati hilar atau
paratracheal yang biasanya sulitdideteksi secara radiologis. Pembesaran
limfonodus dapat menekan bronchus,menimbulkan obstruksi saluran nafas dan
menyebabkan kolaps paru segmental ataubahkan lobardanbermanifestasi sebagai
nodul kalsifikasi (fokus gohn). 2
Pada anak, faktor risiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anak yang
terpajan dengan orang dewasa dengan TB aktif (kontak TB positif), daerah
endemis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (higiene dan sanitasi tidak
baik), dan tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara, atau panti
perawatan lain), yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif. Sumber infeksi TB
pada anak yang terpenting adalah pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius,
terutama dengan Basil Tahan Asam (BTA) positif. Berarti bayi dari seorang ibu
dengan BTA sputum positif memiliki risiko tinggi terinfeksi TB. Semakin erat
bayi tersebut dengan ibunya, semakin besar pula kemungkinan bayi tersebut
terpajan percik renik (droplet nuclei) yang infeksius 2.
KASUS
2
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. FQ
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 27 Januari 2017
Usia : 4 Tahun 8 bulan
Tanggal masuk : 28 September 2021
Tanggal pemeriksaan : 30 September 2021
Nama Orang Tua : Ny. F
Pekerjaan orang tua : IRT
Alamat : Tinggede
Ruangan : Catelya
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sesak
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang pasien anak perempuan berusia 4 tahun 8 bulan, datang dengan keluhan
sakit perut 4 hari SMRS, muntah sehabis makan, perut membesar, mulai sesak 4
hari SMRS, batuk berlendir, kulit berwarna kuning, mengalami penurunan BB,
pasien mengalami demam disertai sesak nafas pada malam hari sebelum
pemeriksaan, mual (+) muntah (+), batuk (+), sesak (+), BAB dan BAK dalam
batas normal.
3
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
Pasien lahir normal, BBL 3.1 kg, cukup bulan, dan merupakan anak pertama
Anamnesis Makanan :
Usia 0-2 bulan : ASI Eksklusif
Usia 2 bulan – 2 tahun : Susu formula
2 tahun-sekarang : makanan rumah
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 15.5 kg
Tinggi Badan : 104 cm
Lingkar Kepala : 50 cm
Lingkar Dada : 55 cm
Lingkar Perut : 49 cm
Lingkar Lengan Atas 14 cm
Status Gizi : BB/U (-2) SD – 2 SD (BB normal)
TB/U (-2) SD – 2 SD (TB normal)
BB/TB (-2) SD – 2 SD (Gizi Baik)
Tanda Vital : Suhu : 36,9 °C
Denyut Nadi : 102 x/menit
Respirasi : 48x/menit
SpO2 : 90%
Kulit : Warna : kuning
Sianosis : (-)
Turgor : <2 detik (Kembali cepat)
Ruam : Tidak ada
Kepala : Normocephal
4
Mata : Palpebra : edema (-/-)
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : Bulat, isokor (+/+)
Exophthalmus : (-/-)
Cekung : (-/-)
Hidung : Rhinorrhea (-), epistaksis (-), pernapasan cuping
hidung (-).
Mulut : Lidah kotor (-), bibir pecah-pecah (-), sianosis (-)
Tonsil : T1/T1, Hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-), kaku kuduk (-), mass
lain (-).
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral kanan=kiri, retraksi
(-), jejas (-), pola pernafasan kesan normal.
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba pada SIC V midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak cembung
5
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Perkusi : pekak pada regio kanan atas
Palpasi : Nyeri tekan (+)
Refleks +¿
: Fisiologis (++¿+ ++¿++ ¿ −¿− ¿ ¿
¿ ¿ ), patologis ( −¿−¿ ¿ )
PEMERIKSAAN PENUNJANG
30 September 2021
Laboratorium:
Darah Rutin:
Jenis Komponen Nilai Hasil Nilai Rujukan Satuan
WBC 6,7 4,0 – 10,0 103/µl
RBC 3,46 4,50 – 6,50 106/µl
HGB 11,7 13 – 17 g/dl
HCT 15,1% 40,5 – 54,0 %
PLT 209 150 – 500 103/µl
RESUME
Seorang pasien anak perempuan berusia 4 tahun 8 bulan, datang dengan keluhan
sakit perut 4 hari SMRS, vomitus sehabis makan, perut membesar, mulai dispnea
4 hari SMRS batuk berlendir, ikterus, mengalami penurunan BB, pasien
mengalami febris disertai dispnea pada malam hari sebelum pemeriksaan. Nausea
(+) vomitus (+), batuk (+), dispnea (+), BAB dan BAK dalam batas normal.
Pasien terkonfirmasi HIV dan sudah menjalani terapi ARV selama 3 bulan, pasien
juga terkonfirmasi TB dan menjalani terapi selama 1 bulan, namun berhenti. Ibu
pasien juga terkonfirmasi HIV dan sedang menjalani pengobatan ARV, serta
pernah menjalani terapi OAT.
6
Pemeriksaan
Skoring TB :
Parameter 0 1 2 3 SKOR
Kontak TB Tidak - Laporan BTA (+) 3
jelas keluarga BTA
(-), BTA tidak
jelas/tidak tahu
Uji tuberculin Negatif - - Positif 3
(Mantoux) (≥10 mm
atau (≥5
mm pada
pasien
imunokom
promised
Berat badan/ - BB/TB < Klinis gizi - 1
keadaan gizi 90% buruk atau
BB/TB <70%
Demam yang - ≥ 2 minggu - - -
tidak diketahui
penyebabnya
Batuk kronik - ≥ 3 minggu - - 1
Pembesaran - ≥ 1 cm, - - -
kelejar limfe lebih dari 1
coli, aksila, KGB, tidak
inguinal nyeri
Pembengkakan - Ada - - -
tulang/sendi pembengka
panggul, lutut, kan
falang
Foto thoraks Normal/ Gambar - - -
kelainan sugestif
tidak mendukun
jelas g TB
Skor Total: 8
TERAPI:
- IVFD RL 14 tpm
7
- Paracetamol syrp, 3 x ½ cth
- Ambroxol 10 mg
3x1 pulv
CTM 1,8 mg
ANJURAN
- Foto rontgen thorax
FOLLOW UP
Tanggal : 01 Oktober 2021
Subjek (S) :Panas (-), sakit kepala (-),batuk (+) berlendir, flu (-), sesak (-),
nyeri menelan (-), sakit perut (-), mual (-), muntah(-),BAB
Biasa, BAK Lancar, Nafsu makan baik.
Objek (O) :
a. Keadaan Umum : Sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda Vital
o Tekanan Darah : 110/80 mmHg
o Suhu : 36,3 0C
o Denyut Nadi : 93 kali/menit
o Respirasi : 28 kali/menit
d. Pemeriksaan Fisik
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (+) di cervical (s)
Thoraks: Rhonki (+/+)
e. Foto thoraks : Memperlihatkan adanya pembesaran pada parahilus dan
terdapat kalsifikasi.
Assesment (A) : TB Paru
Plan (P) :
- IVFD RL 14tpm
- Pengobatan Obat Anti TB (2HRZ) :
o Isoniazid (H) : 200 mg
8
o Rifampisin (R) : 300 mg
o Pirazinamid (Z) : 300 mg
DISKUSI
9
Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah suatu virus RNA dari famili
Retrovirus dan subfamily lentiviridae. Dikenal dua serotype yaitu HIV-1 dan
seluruh dunia.
Virion virus memiliki bentuk yang hampir bulat. Selubung luarnya atau
kapsul viral terdiri dari lemak lapis ganda yang mengandung banyak tonjolan
protein. Duri-duri dua glikoprotein dan angka mengacu gp 120 dan gp41. Gp
mengacu pada glikoprotein dan angka mengacu pada massa protein dalam Dalton.
Gp120 adalah selubung permukaan eksternal duri dan gp41 adalah transmembran.
Terdapat protein matriks yang disebut p17 yang mengelilingi segmen suatu
protein capsid yang disebut p24. Di dalam kapsid, p24 terdapat dua untaian RNA
sudah terbentuk. HIV adalah suatu retrovirus sehingga materi genetik berada
10
dalam bentuk RNA bukan DNA. Bagian luar (lemak) tidak tahan panas, bahan
kimia, maka HIV termasuk virus sensitive terhadap pengaruh lingkungan seperti
air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan
seperti eter, aseton, alkohol, dll. Tetapi relative resisten terhadap radiasi dan sinar
ultraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati
diluar tubuh. HIV juga dapat ditemukan dalam sel monosit, makroglia dan sel glia
jaringan otak.
Faktor resiko terjadinya transmisi adalah jumlah virus, kadar CD4, adanya
Pada kasus diatas pasien mengidap HIV akibat transmisi vertikal dari ibu
pasien yang memiliki penyakit yang sama. Adapun faktor risiko terjadinya
transmisi pada pasien ini adalah kelahiran spontan/melalui vagina dan pemberian
induser yang mengandung marker CD4 (sel T 4). Limfosit T 4 merupakan pusat
dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
seluler terjadi karena HIV secara selektif menginfeksi sel yang berperan
membentuk zat antibodi pada sistem kekebalan tersebut yaitu sel limfosit T4.
Setelah HIV mengikat diri pada molekul CD4, virus masuk ke dalam target dan ia
11
bentuk RNA agar dapat bergabung DNA sel target. Selanjutnya sel yang
berkembang biak akan mengundang bahan genetic virus. Infeksi HIV dengan
infeksi HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel yang diinfeksinya tetapi,
mengahabiskan atau merusak sampai jumlah tertentu dari sel limfosit T4. Setelah
beberapa bulan sampai beberapa tahun kemudian, barulah penderita akan terlihat
gejala klinis sebagai dampak infeksi HIV. Masa antara terinfeksinya HIV dengan
timbulnya gejala-gejala penyakit (masa inkubasi) adalah 6 bulan sampai lebih dari
10 tahun, rata-rata 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan pada orang dewasa.
Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV
sampai dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS. Pada fase ini terdapat masa
kurang lebih 3 bulan sejak tertular HIV yang dikenal dengan masa windows
period.
Awalnya terjadi perlekatan antara gp120 dan reseptor sel CD4, yang
dengan koreseptor kemokin (biasanya CCR5 atau CXCR4). Setelah itu terjadi
12
Gambar 2. Patogenesis HIV
Setelah berada di dalam sel CD4, salinan DNA ditranskripsi dari genom
RNA oleh enzim reverse transcriptase (RT) yang dibawa oleh virus. Ini
DNA ini ditranspor ke dalam nukleus dan terintegrasi secara acak di dalam genom
sel pejamu. Virus yang terintegrasi diketahui sebagai DNA provirus. Pada aktivasi
sel pejamu, RNA ditranskripsi dari cetakan DNA ini dan selanjutnya di translasi
virus menjadi enzim (misalnya reverse transcriptase dan protease) dan protein
13
struktural. Hasil pecahan ini kemudian digunakan untuk menghasilkan partikel
virus infeksius yang keluar dari permukaan sel dan bersatu dengan membran sel
pejamu. Virus infeksius baru (virion) selanjutnya dapat menginfeksi sel yang
belum terinfeksi dan mengulang proses tersebut. Terdapat tiga grup (hampi semua
infeksi adalah grup M) dan subtipe (grup B domina di Eropa) untuk HIV-1.
Gambaran klinis infeksi HIV pada anak sangat bervariasi. Beberapa anak
dengan HIV-positif menunjukkan keluhan dan gejala terkait HIV yang berat pada
tanpa gejala atau dengan gejala ringan selama lebih dari setahun dan bertahan
hidup sampai beberapa tahun. Disebut Tersangka HIV apabila ditemukan gejala
berikut, yang tidak lazim ditemukan pada anak dengan HIV-negatif. Gejala yang
Infeksi berulang: tiga atau lebih episode infeksi bakteri yang lebih berat
antibiotik, atau berlangsung lebih dari 30 hari walaupun telah diobati, atau
14
Limfadenopati generalisata: terdapat pembesaran kelenjar getah bening
pada dua atau lebih daerah ekstra inguinal tanpa penyebab jelas yang
mendasarinya.
Hepatomegali tanpa penyebab yang jelas: tanpa adanya infeksi virus yang
Herpes zoster.
Dermatitis HIV: Ruam yang eritematus dan papular. Ruam kulit yang khas
meliputi infeksi jamur yang ekstensif pada kulit, kuku dan kulit kepala, dan
Pada pasien ini ditemukannya beberapa gejala infeksi HIV seperti yang
dijelaskan diatas yaitu antara lain adanya diare berulang, trush, limfadenopati,
Setelah terjadi infeksi HIV tidak segera timbul gejala, oleh karena
peran dalam timbulnya berbagai gejala klinis dan laboratorium. Hal ini berarti
masa inkubasi infeksi HIV sangat berbeda-beda tergantung kepada dosis infeksi
dan daya tahan tubuh inang. Infeksi yang terjadi vertikal > 50% masa inkubasinya
15
Sistem tahapan klinis untuk anak menurut WHO yang telah diadaptasi.
Digunakan untuk anak berumur < 13 tahun dengan konfirmasi laboratorium untuk
infeksi HIV (HIV Ab pada umur > 18 bulan, tes virologi DNA atau RNA untuk
Stadium 1
generalized lymphadenopathy=PGL)
Stadium 2
Dermatitis seboroik
Keilitis angularis
Luka di mulut atau sariawan yang berulang (2 atau lebih episode dalam 6
bulan)
Herpes zoster
Infeksi respiratorik bagian atas yang kronik atau berulang (otitis media,
Stadium 3
16
Gizi kurang yang tak dapat dijelaskan dan tidak bereaksi terhadap
pengobatan baku
Tuberkulosis paru
bulan)
Anemia yang tak dapat dijelaskan (< 8 g/dl), neutropenia (< 500/mm3)
atau
Stadium 4
Sangat kurus (wasting) yang tidak dapat dijelaskan atau gizi buruk yang
Pneumonia pneumosistis
Dicurigai infeksi bakteri berat atau berulang (2 atau lebih episode dalam 1
17
Infeksi herpes simpleks kronik (orolabial atau kutaneous selama > 1 bulan
Sarkoma Kaposi
Kandidiasis esofagus
Anak < 18 bulan dengan symptomatic HIV seropositif dengan 2 atau lebih
dari hal berikut: Oral thrush, +/– pneumonia berat, +/– gagal tumbuh, +/–
sepsis berat.
Infeksi sitomegalovirus (CMV) retinitis atau pada organ lain dengan onset
> 1 bulan
penisiliosis)
Infeksi sitomegalovirus (onset pada umur >1 bulan pada organ selain hati,
Ensefalopati HIV
18
HIV-related cardiomyopathy
HIV-related nephropathy
Pada kasus diperoleh menurut tahapan klinis untuk anak menurut WHO
adalah pasien termasuk dalam stadium 3 gejala seperti yang disebutkan diatas
19
fokus primer terletak di bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat
adalah kelenjar limfe parahiler, sedangkan jika fokus primer terletak di apeks
paru, yang akan terlibat adalah kelnjar para trakeal. Gabungan antara
fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis dinamakan kompleks primer.
Masa inkubasi (waktu antara masuknya kuman dengan terbentuknya
komplek primer secara lengkap) bervariasi antara 4-8 minggu. Pada
saat terbentuknya komplek primer inilah, infeksi TB primer terjadi. Hal
tersebut ditandai oleh terbentuknya hipersensitivitas terhadap
tuberkuloprotein yaitu timbulnya respon positif terhadap uji tuberkulin.4
A. Bagan Patogenesis TB
Catatan :
20
1. Penyebaran hematogen umumnya terjadi secara sporadic (occult
hematogenic spread) .kuman TB kemudian membuat focus koloni
diberbagai organ dengan vaskularisasi yang baik. Focus ini berpotensi
mengalami reaktivitas di kemudian hari.
2. Kompleks primer terdiri dari focus primer (1), limfangitis (2), dan
limfadenitis (3).
3. TB primer adalah proses masuknya kuman TB, terjadinya penyebaran
hematogen, terbentuknya kompleks primer dan imunitas selular spesifik,
hingga pasien mengalami infeksi TB dan dapat menjadi sakit TB primer.
4. Sakit TB pada keadaan ini disebut TB pascaprimer karena mekanismenya
bisa melalui proses reaktivitas focus lama TB (endogen) atau reinfeksi
(infeksi sekunder dan seterusnya) oleh kuman TB dari luar (eksogen).
21
Manifestasi klinis TB di berbagai organ muncul dengan pola yang
konstan, sehingga dari studi Wallgren dan peneliti lain dapat disusun suatu
kalender terjadinya TB di berbagai organ :
Kompleks primer
sebagian besar
sembuh sendiri (3-24
bulan) Erosi bronkus TB Tulang
1 Tahun
2-12 minggu
(6-8 minggu)
22
hari sebelum masuk rumah sakit.Sebelumnya, pasien juga ada kontak langsung
dengan yang mengalami batuk lama.Dari keluhan tersebut ini merupakan
beberapa gejala respiratoti dari TB Paru.
Pada kasus ini, pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis,
tekanan darah : 110/70 mmHg, suhu: 38,6 oC, nadi: 120 kali/menit, respirasi : 38
kali/menit. Skor TB 8.Didapatkan pembesaran kelenjar getah bening di cervical
(+) dan rhonki (+/+).Temuan-temuan ini sudah sesuai dengan teori menyangkut
gambaran klinis TB paru.
Pada kasus ini juga, didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium hematologi
rutin menunjukkan:
Jenis Nilai Hasil Nilai Rujukan Satuan
Komponen
WBC 4,7 4,0 – 10,0 103/µl
RBC 4,93 4,50 – 6,50 106/µl
HGB 12,3 13 – 17 g/dl
HCT 37,5 40,5 – 54,0 %
PLT 146 150 – 500 103/µl
Pada pemeriksaan foto thoraks memperlihatkan adanya pembesaran pada
parahilus dan terdapat kalsifikasi pada paru.Berdasarkan hasil tersebut
membuktikan bahwa pasien ini menderita TB Paru.
Adapun kemungkinan penyebab terjadinya demam pada kasus ini adalah
disebabkan karena adanya infeksi virus, akibat sistem imunitas tubuh yang belum
adekuat.Sistem imunitas dapat terganggu, juga bisa disebabkan oleh asupan
nutrisi yang tidak adekuat, ditandai dengan adanya anoreksia. Infeksi virus
umumnya tidak memerlukan pengobatan khusus, dan bisa diterapi secara suportif
dengan perbaikan nutrisi, pemberian suplemen untuk meningkatkan daya tahan
tubuh seperti vitamin dan tirah baring.5
Adapun faktor risiko infeksi TB pada kasus ini adalah adanya riwayat
kontak atau pajanan terhadap pasien yang hasil BTA (+), yaitu kakek pasien.
Pasien TB anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa
disekitarnya, karena kuman TB sangat jarang ditemukan didalam secret
23
endobronkhial pasien anak. Selain itu, jumlah kuman TB anak biasanya sedikit
(pausibasiler), tetapi karena imunitas anak masih lemah, jumlah yang sedikit
tersebut sudah mampu menyebabkan sakit.Selain itu, lokasi infeksi primer yang
kemudian berkembang menjadi sakit TB primer biasanya terjadi di daerah
parenkim yang jauh dari bronkus, sehingga tidak terjadi sputum.6
Pada anak, kesulitan menegakkan diagnosis pasti disebabkan oleh dua hal,
yaitu sedikitnya jumlah kuman (pausibasiler) dan sulitnya pengambilan specimen
(sputum), sehingga tidak ditemukannya kuman TB pada pemeriksaan dahak tidak
menyingkirkan diagnosis TB anak. Adapun gejala sistemik TB anak adalah
sebagai berikut:7
1. Berat badan turun tanpa sebab yang baik yang jelas atau berat badan tidak
naik dengan adekuat atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan
perbaikan gizi yang baik
2. Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas.
demam umumnya tidak tinggi. keringat malam saja bukan meruapakn
gejala spesifik TB pada anak apbila tidak disertai gejala sistemik umum
lain
3. Batuk lama (≥3 minggu), bersifat non-remitting (tidak pernah reda, atau
intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat
disingkirkan.
4. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh
5. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain
6. Diare persisten (≥2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan baku
diare.
Tatalaksana medikamentosa TB Anak terdiri dari terapi (pengobatan) dan
profilaksis (pencegahan).Prinsip pengobatan TB pada anak:8
- OAT diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam obat
- Waktu pengobatan TB pada anak 6-12 bulan
- pengobatan TB dibagi 2 tahap:
o tahap intensif, selama 2 bulan pertama
o tahap lanjutan, 4-10 bulan selanjutnya.
24
- pasien TB dengan gejala klinis berat, baik pulmonal maupun
ekstrapulmonal, dirujuk ke fasilitas yankes rujukan
- pada kasus TB tertentu, sepeti TB milier, efusi pleura TB, meningitis TB
diberikan prednisone 1-2 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis
- panduan OAT untuk anak di Indonesia:
o kategori 3 macam obat : 2HRZ/4HR
o kategori 4 macam obat : 2HRZE/4-10HR
- panduan OAT kategori anak diberikan dalam bentuk KDT (kombinasi
dosis tetap)
25
Dosis Kombinasi pada TB Anak8
Berat Badan (kg) 2 bulan RHZ (75/50/150 mg) 4 bukan RH (75/50 mg)
10 – 14 2 tablet 2 tablet
15 – 19 3 tablet 3 tablet
20 – 32 4 tablet 4 tablet
26
Keterangan :
1. Obat yang diberikan adalah INH (Isoniazid) dengan dosis 10 mg/kgBB
(7-15 mg/kg) setiap hari selama 6 bulan.
2. Setiap bulan (saat pengambilan obat isoniazid) dilakukan pemantauan
terhadap adanya gejala TB. Jika terdapat gejala TB pada bulan ke-2,
ke-3, ke-4, ke-5 atau ke-6, maka harus segaera ditukar ke regimen
terapi TB anak dimulai dari awal.
3. Jika rejimen Isoniazid profilaksis selesai diberikan (tidak ada gejala
TB selama 6 bulan pemberian), maka rejimen isoniazid profilaksis
dapat dihentikan.
4. Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, perlu
diberikan BCG setelah pengobatan profilaksis dengan INH selesai.
27
5. Alat suntik (semprit) yang digunakan untuk uji tuberkulin ini adalah
semprit sekali-pakai khusus untuk tuberkulin yaitu semprit 1 cc dengan
jarum 26 – 27 gauge yang panjangnya 1 cm dan 20o bevel.
Cara melakukan uji tuberkulin
1. Cara mengambil Tuberkulin PPD dari vial:
a. Tusukkan jarum secara vertikal ke dalam vial
b. Ambil tuberkulin PPD sebanyak 0,1 ml dengan cara membalik vial
kemudian cabut jarum dari vial.
c. Ganti jarum dengan yang baru (ukuran No 26/ 27 G). Jarum yang sudah
digunakan untuk mengambil PPD dari vial tidak boleh digunakan untuk
menyuntikkan PPD tersebut.
2. Pemilihan lokasi penyuntikan , a dan antisepsis
a. Lokasi pada volar lengan bawah 5-10 cm di bawah lipatan siku atau daerah
1/3 tengah dari lengan bawah
b. Pilih area yang bersih dari luka, lesi kulit atau jaringan parut
c. Lakukan asepsis dan antisepsis dengan kapas alcohol
3. Penyuntikan secara intra kutan / intra dermal
a. Masukkan jarum secara perlahan, lubang ujung jarum menghadap ke atas,
membentuk sudut 5–15° dengan permukaan lengan.
b. Lubang ujung jarum harus masuk tepat di dalam permukaan kulit (sampai
sebatas lubang ujung jarum).
4. Pengecekan suntikan
a. Setelah dilakukan injeksi yang benar, akan terlihat intradermal wheal
(penonjolan di tempat penyuntikkan berwarna pucat dengan gambaran
pori-pori seperti kulit jeruk) dengan diameter 5–6mm.
b. Setelah jarum suntik dicabut, daerah penyuntikkan jangan diusap atau
ditekan dengan kapas atau alat lain.
c. Jika tidak berhasil (tidak terlihat intradermal wheal), lakukan ulangan pada
lokasi paling sedikit berjarak 5 cm dari tempat suntikan sebelumnya.
d. Jangan dilingkari dengan pulpen/spidol, karena dapat menghalangi
pembacaan hasil. Data-data dicatat di dalam catatan medis.
28
5. Pencatatan data
a. Catat data yang diperlukan pada catatan medis, yaitu berupa tanggal dan jam
dilakukannya penyuntikan, lokasi penyuntikan dan nomer lot PPD.
Interpretasi hasil Uji Tuberkulin
Tabel Hasil Pembacaan Uji Tuberkulin
Pembacaan Indurasi Penafsiran
Komplikasi TB paru:
a. Tuberkulosis meningitis (pasa sistem saraf pusat)
b. Tuberkulosis kulit (Skrofuloderma)
c. Tuberkulosis Milier
d. Tuberkulosis kelenjar (kelenjar limfe superficial)
e. Tuberkulosis Pleura (Efusi pleura)
f. Tuberkulosis jantung (pericarditis TB)
g. Tuberkulosis peritonitis (Abdomen)
h. Tuberkulosis ginjal
i. Tuberkulosis tulang/sendi
29
Prognosis dapat menjadi buruk bila dijumpai keterlibatan ekstraparu,
keadaan immunodefisiensi, usia tua, dan riwayat pengobatan TB
sebelumnya.Prognosis bisa membaik bila pengobatannya lebih cepat ditangani
dan pengobatannya teratur.
30
DAFTAR PUSTAKA
10. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007. Buku Kuliah Ilmu
11. Ditjen PPM dan PL. Depkes RI statistic Kasus HIV/AIDS di Indonesia.
http://www.lp3y.org/content/AIDS/sti.htm
31
12. World health organization. Country office for Indonesia. Dalam pedoman
13. Robbins, cotran, kumar. Buku ajar patologi. Ed 7. EGC; Jakarta 2007
14. Retnowati E. Pemeriksaan laboratorium infeksi HIV pada anak. Juli 2011.
http://mkdujuldes2009.files.wordpress.com/2011/07/dr-endang.pdf
32