BRONCHOPNEUMONIA BERAT
0
PENDAHULUAN
KASUS
1
IDENTITAS PASIEN
Nama : By. B
Umur : 4 bulan
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Mamboro
Agama : Islam
Tanggal masuk : 12 Mei 2017
ANAMNESIS
Keluhan utama : Sesak
Riwayat penyakit sekarang
Pasien masuk Rumah Sakit Daerah Madani dengan keluhan sesak. Sesak
napas terjadi sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, keluhan semakin memberat
sejak semalam. Awalnya batuk sejak 3 hari yang lalu disertai lender berwarna
putih dan tidak bercampur dengan darah. Keluhan sesak nafas semakin memberat
ketika pasien sedang batuk. Pada saat sesak tampak kebiruan muncul pada bagian
tengah bibir pasien, serta tidak ada pilek.
Ibu pasien juga mengeluh pasien panas yang dialami sejak 3 hari yang
lalu, panas naik turun, naik biasanya tidak menentu hampir sepanjang waktu dan
panas turun biasanya setelah dikompres oleh ibunya. Saat demam pasien tidak ada
kejang serta menggigil. Tidak ada mual, tidak ada muntah. BAB biasa dan BAK
lancar.
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa.
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat asma
Riwayat sosial-ekonomi :
Menengah ke bawah.
Riwayat kebiasaan dan lingkungan :
2
Pasien tinggal di rumah yang dihuni oleh banyak anggota keluarga. Ayah
perokok aktif yang sering merokok didalam rumah.
Riwayat Kehamilan dan persalinan :
Ibu rutin melakukan pemeriksaan antenatal care (ANC) ketika hamil. Ibu
tidak ada riwayat sakit/demam ketika hamil. Pasien merupakan anak kelima, lahir
di rumah oleh bidan, bayi lahir langsung menangis dengan usia kehamilan cukup
bulan, dan Berat Badan Lahir : 2.800 gram, Panjang Badan Lahir: 48 cm.
Kemampuan dan Kepandaian Bayi :
Sesuai dengan usia
Anamnesis Makanan :
ASI diberikan sampai saat ini
Riwayat Imunisasi:
- Polio: 1 kali
- Hepatitis B: 2 kali
A. PEMERIKSAAN FISIK :
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis
Berat badan : 7 kg
Status gizi : Z score 0 (-1) (Gizi Baik)
Pengukuran tanda vital
Denyut Nadi :124 x/ menit regular
Suhu : 38,50C
Respirasi : 60 x/ menit
3
Konjungtiva : Hiperemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Reflek cahaya :(+/+)
Refleks kornea :(+/+)
Cekung : (-/-)
Hidung : Pernapasan cuping hidung : ada
Epistaksis : Tidak ada
Rhinorhea : (-)
Mulut : Bibir : Mukosa bibir basah, tidak hiperemis, sianosis (+)
Gigi :-
Gusi :-
Lidah : Tidak kotor
Leher :
Pembesaran kelenjar leher : Getah bening -/-,
Pembesaran kelenjar di ketiak : Getah bening -/-,
Faring : Hiperemis
Tonsil : T1/T1 tidak hiperemis
Toraks
a.Dinding dada/paru :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraksi
subcostal (+)
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Bronchovesikuler +/+, Rhonki (+/+), Wheezing (-/-)
b. Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi :Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Cardiomegali (-)
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular. Murmur (-),
Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi :Bentuk datar
Auskultasi :Bising usus (+) kesan normal
Perkusi :Bunyi timpani
Palpasi :Nyeri tekan (-)
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-)
4
Genitalia : Dalam batas normal
Otot-otot : Hipotrofi (-), kesan normal
Refleks : Fisiologis +/+, patologis -/-
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Laboratorium :
DIAGNOSIS :
Bronkopneumonia Berat
5
MERUJUK SEGERA
TINDAKAN PERTAMA:
- O2 2-3 lpm
- IVFD RL 7 tpm
- Inj. Amoksisilin 500mg/8jam/IM
- Paracetamol Syr 4x1/2 cth
- Puyer batuk:
GG 35 mg
CTM 1 mg 3x1 pulv
Salbutamol 0,7 mg
FOLLOW UP
1) Follow up 13 Mei 2017 (Perawatan hari 2)
S : Panas (+) hari ke empat, batuk berlendir (+), beringus
(-), sesak (+), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
6
- Inj. Dexametason 1 mg/8 jam/IV
- Paracetamol Syr 4x1/2 cth
- Nebulisasi Ventolin / 12 jam
- Puyer batuk:
GG 35 mg
CTM 1 mg 3x1 pulv
Salbutamol 0,7 mg
2) Follow up 14 Mei 2017 (Perawatan hari 3)
S : Panas (-) hari ke 5 bebas,panas hari ke 1, batuk berlendir (+), beringus
(-), sesak (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
7
3) Follow up 15 Mei 2017 (Perawatan hari 4)
S : Panas (-), batuk berlendir (+), beringus (-), sesak (-), muntah (-), BAK biasa,
BAB lancar
O :Nadi : 122 kali/menit
Suhu :36,6C
RR : 50 kali/menit
Pemeriksaan fisik :
Hidung : pernapasan cuping hidung (-), rhinorrhea (-), epistaksis (-)
Paru :
Inspeksi :pergerakan dinding dada simetris, tidak terlihat
adanya massa, retraksi subcostal (+), retraksi
intercostal (-)
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan sama
Auskultasi : Suara napas bronchovesikuler (+/+), ronchi (+/+),
wheezing (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Bentuk datar
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrik (-)
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-)
A : Bronkopneumonia Berat
P :
- IVFD RL 7 tpm
- O2 1-2 lpm
- Inj. Gentamicin 20 mg/12 jam/IV
- Inj. Ampicilin 175 mg/ 8 jam/IV
- Inj. Dexametason 1 mg/8 jam/IV
- Paracetamol Syr 4x1/2 cth
- Nebulisasi Ventolin / 12 jam
- Puyer batuk:
GG 35 mg
CTM 1 mg 3x1 pulv
Salbutamol 0,7 mg
4) Follow up 16 Mei 2017 (Perawatan hari 5)
S : Panas (-), batuk berlendir (+), beringus
(-), sesak (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
8
Hidung : pernapasan cuping hidung (-), rhinorrhea (-), epistaksis (-)
Paru :
Inspeksi :pergerakan dinding dada simetris, tidak terlihat
adanya massa, retraksi subcostal (+)
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan sama
Auskultasi : Suara napas bronchovesikuler (+/+), ronchi (+/+),
wheezing (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Bentuk datar
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrik (-)
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-)
A : Bronkopneumonia Berat
P :
- IVFD RL 7 tpm
- O2 1-2 lpm
- Inj. Gentamicin 20 mg/12 jam/IV
- Inj. Ampicilin 175 mg/ 8 jam/IV
- Inj. Dexametason 1 mg/8 jam/IV
- Paracetamol Syr 4x1/2 cth
- Nebulisasi Ventolin / 12 jam
- Puyer batuk:
GG 35 mg
CTM 1 mg 3x1 pulv
Salbutamol 0,7 mg
5) Follow up 17 Mei 2017 (Perawatan hari 6)
S : Panas (-), batuk berlendir (+), beringus
(-), sesak (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
9
Auskultasi : Suara napas bronchovesikuler (+/+), ronchi (+/+),
wheezing (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Bentuk datar
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrik (-)
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-)
A : Bronkopneumonia Berat
P :
- IVFD RL 7 tpm
- O2 1-2 lpm
- Inj. Gentamicin 20 mg/12 jam/IV
- Inj. Ampicilin 175 mg/ 8 jam/IV
- Inj. Dexametason 1 mg/8 jam/IV
- Paracetamol Syr 4x1/2 cth
- Nebulisasi Ventolin / 12 jam
- Puyer batuk:
GG 35 mg
CTM 1 mg 3x1 pulv
Salbutamol 0,7 mg
DISKUSI
10
fisik, dan pemeriksaan penunjang maka pasien pada kasus ini didiagnosis
bronkopneumonia.
Bronkopneumonia merupakan peradangan parenkim paru dimana
penyebaran daerah infeksi berupa infiltrat yang mengelilingi dan melibatkan
bronkus. Bronkopneumonia merupakan bagian dari pneumonia. Pneumonia adalah
inflamasi yang mengenai parenkim paru. Pneumonia dapat diklasifikasikan
berdasarkan anatomi, yaitu: pneumonia lobaris, pneumonia interstisial, dan
pneumonia lobularis (bronkopneumonia). 1
Berikut ini adalah daftar etiologi pneumonia pada anak berdasarkan
kelompok umur.1
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
Bakteri
Bakteri Anaerob
Bakteri
Streptoccous Group D
E.Coli
Lahir-20 hari Haemophillus Influenzae
Streptoccous Hemolitikus Grup B
Virus
Streptoccous Pneumoniae
Cytomegalovirus
Herpes Simpleks
Bakteri
Chlamydia Trachomatis
Bakteri
Streptoccous Pneumoniae
Bordetella Pertussis
3 minggu - 3 bulan Virus
H.Influenza Tipe B
Adenovirus
S. Aureus
Virus Influenza
Virus Paraiinfluenza
11
Bakteri Bakteri
Adenovirus
Virus
Virus Influenza
Varicella- Zooster
Virus Parainflueza
Rhinovirus
Virus
Bakteri
Adenovirus
Chlamydia Pneumoniae
Epstein-Barr
5 Tahun ke atas Mycoplasma Pneumoniae
Rhinovirus
Streptococus Pneumoniae
Parainfluenza Virus
Influenza Virus
12
pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik.
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan
mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan
respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin,
makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel. Infeksi paru terjadi bila
satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi organisme
bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran napas bagian bawah melalui inhalasi
atau aspirasi flora komensal dari saluran napas bagian atas, dan jarang melalui
hematogen.1
Kuman penyebab pneumonia umumnya mencapai alveolus lewat percikan
mucus atau saliva. Lobus bagian bawah paru paling sering terkena karena efek
gravitasi. Setelah mencapai alveolus, maka kuman akan menimbulkan respon khas
yang terdiri dari empat tahap berurutan1
13
paru menjadi merah. Pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat
minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung
sangat singkat, yaitu selama 48 jam. 1
3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)
Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang terinfeksi dan terjadi fagositosis sisa-
sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai direabsorbsi, lobus masih
tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat
kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.1
4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.1
Manifestasi klinis
14
Tabel 2. Pneumonia pada bayi usia 2 bulan sampai 5 tahun
15
Tabel. 3 Klasifikasi Pneumonia menurut MTBS6
16
atau lebih
17
Gambaran foto rontgen thoraks pneumonia pada anak dapat meliputi
gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat ringan
pada satu paru hingga konsolidasi luas pada kedua paru disertai dengan
peningkatan corakan peribronkial. Pada suatu penelitian ditemukan bahwa lesi
pneumonia pada anak terbanyak berada di paru kanan, terutama di lobus atas. Bila
ditemukan di paru kiri, dan terbanyak di lobus bawah, maka hal itu merupakan
prediktor pejalanan penyakit yang lebih berat dengan risiko terjadinya pleuritis.
Gambaran foto thoraks dapat membantu mengarahkan kecenderungan etiologi
pneumonia. Penebalan peribronkial, infiltrat intersisial merata, dan hiperinflasi
cenderung terlihat pada pneumonia virus. Infiltrat alveolar berupa konsolidasi
segmen atau lobar, bronkopneumonia, dan air bronchogram sangat mungkin
disebabkan oleh bakteri. Pada pneumonia Stafilokokus sering ditemukan abses-
abses kecil dan pneumatokel dengan berbagai ukuran.1 Pemeriksaan foto thorax
pada pasien tidak dilakukan.
Menurut Bredley et al, (2011) diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5
gejala5:
1. Sesak napas disertai dengan pernapasan cuping hidung dan tarikan dinding
dada
2. Panas badan
3. Ronki basah halus-sedang nyaring (crackles)
4. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus
5. Leukositos ( pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm 3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)
18
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis
(di wilayah dengan angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat
dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
19
intravena, atau sefalosporin generasi ketiga. Bila pasien sudah tidak demam atau
keadaan sudah stabil, antibiotik diganti dengan antibiotik oral dan berobat jalan.
Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia
tanpa komplikasi.1
Pada pneumonia rawat inap, berbagai RS di Indonesia memberikan
antibiotik beta-laktam, ampisilin, atau amoksisilin, dikombinasikan dengan
kloramfenikol. Feyzullah dkk. melaporkan hasil perbandingan pemberian
antibiotik pada anak dengan pneumonia berat berusia 2-24 bulan. Antibiotik yang
dibandingkan adalah gabungan penisilin G intravena (25.000 U/kgBB setiap 4
jam) dan kloramfenikol (15 mg/kgBB setiap 6 jam), dan seftriakson intravena (50
mg/kgBB setiap 12 jam). Keduanya diberikan selama 10 hari, dan ternyata
memiliki efektivitas yang sama.1
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam
rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran
bakteremia dan hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah
komplikasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi.1
Bronkopneumonia pada kasus ini memiliki prognosis yang baik bila
didiagnosis dini dan ditangani secara adekuat. Mortalitas lebih tinggi didapatkan
pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energiprotein dan datang terlambat
untuk pengobatan.3,5
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe N., Supriyatno B., Setyanto D. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak,
Edisi Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. WHO, 2014. Revised WHO classification and treatment of childhood
pneumonia at health facilities
20
3. IDAI, 2009. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak edisi
I.Jakarta :Badan Penerbit IDAI.
4. Bradley J.S et al., (2011). The management of community-acquired
pneumonia in infants and children older than 3 months of age: clinical
practice guidelines by the pediatric infectious disease society and the
infectious diseases society and the infectious diseases society of America. Clin
infect dis. 53 (7)p: 617-630
5. Omar, 2010. Clinical Practice Guidelines on Pneumonia and Respiratory
Tract Infections in Children. Malasya
6. Depkes, 2012. Modul Tatalaksana Standar Pneumonia
21