PENDAHULUAN
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus yang
negara-negara yang sedang berkembang lainnya. Hal ini berhubungan erat dengan
keadaan sanitasi, kebiasaan higiene yang tidak memuaskan dan tingkat pendidikan
yang rendah.3,4
undang No. 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini
Etiologi demam tifoid adalah kuman Salmonella typhi, basil gram negatif,
bergerak dengan rambut getar, dan tidak berspora.5 Ada dua sumber penularan
Salmonella typhi, yakni pasien dengan demam tifoid dan yang lebih sering adalah
pembawa. Orang-orang tersebut mengekskresi 109 sampai 1011 kuman per gram
tinja. Di daerah endemik transmisi terjadi melalui air yang tercemar. Makanan
yang tercemar oleh pembawa merupakan sumber penularan yang paling sering.
Pembawa adalah orang yang sembuh dari demam tifoid dan masih terus
1
mengekskresi Salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu
tahun.1
timbul amat bervariasi. Perbedaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia,
tetapi juga di daerah yang sama dari waktu ke waktu. Selain itu, gambaran
penyakit bervariasi dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran
penyakit khas dengan komplikasi dan kematian. Hal ini menyebabkan bahwa
seorang ahli yang sangat berpengalaman pun dapat mengalami kesulitan untuk
membuat diagnosa klinis demam tifoid.1 Adapun gejala klinis yang umumnya
terjadi adalah demam 5 hari atau lebih, gangguan pencernaan, dan gangguan
kesadaran.6
Penularan demam tifoid dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu dikenal
dengan 5F yaitu (food, finger, fomitus, fly, feses) Feses dan muntahan dari
penderita demam tifoid dapat menularkan bakteri Salmonella typhi kepada orang
terkontaminasi dan melalui perantara lalat, di mana lalat tersebut akan hinggap di
makanan yang akan dikonsumsi oleh orang sehat. Apabila orang tersebut kurang
tercemar oleh bakteri Salmonella typhi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui
mulut selanjutnya orang sehat tersebut akan menjadi sakit. Secara epidemiologis,
tergolong sangat tinggi. Terjadinya infeksi, seperti diare, demam berdarah dengue,
cacingan, demam tifoid serta berbagai dampak negatif akibat buruknya sanitasi.
2
Demam tifoid dapat menganggu dan menjadi persoalan utama sekaligus
sebab dalam interaksi setiap hari banyak terjadi kontak secara langsung maupun
demam tifoid dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan
makanan atau minuman yang akan dikonsumsi. Bakteri Salmonella typhi akan
mati dalam air yang dipanaskan dengan suhu tinggi yakni 57° C dalam beberapa
menit atau dengan proses iodinasi atau klorinasi. Pencegahan demam tifoid
melalui gerakan nasional sangat diperlukan karena akan berdampak cukup besar
demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap
tahun Case Fatality Rate (CFR) = 3,5%. Berdasarkan Laporan Ditjen Pelayanan
dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi 3,15% (Depkes RI, 2009).
Prevalensi tertinggi demam tifoid di Indonesia terjadi pada kelompok usia 5–14
tahun. Pada usia 5–14 tahun merupakan usia anak yang kurang memperhatikan
3
kebersihan diri dan kebiasaan jajan yang sembarangan sehingga dapat
menyebabkan tertular penyakit demam tifoid. pada anak usia 0–1 tahun
dari rumah yang memiliki tingkat kebersihannya yang cukup baik dibandingkan
dengan yang dijual di warung pinggir jalan yang memiliki kualitas yang kurang
baik.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. NQ
Agama : Islam
Ruangan : Dahlia
AYAH KANDUNG
Nama : Tn. A
Umur : 46 tahun
Pendidikan : SMA
IBU KANDUNG
Nama : Ny. K
Umur : 32 tahun
5
Pekerjaan : Karyawan swasta
Pendidikan : SMA
1) Anamnesis
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan demam sejak 3 hari yang
lalu, demam naik-turun, demam meninggkat pada sore dan malam hari (+),
menggigil (-), sakit kepala (+), batuk (+), berlendir (+), pilek (+), mual (+),
muntah (+) frekuensi 3x, tenggorokan terasa pahit, sakit perut (+), perut
kembung (+)
Riwayat penyakit :-
Riwayat pengobatan :-
6
Status neonatal
Riw IMD :+
Vit K :+
Status imunisasi
Status
Belum pernah 1 2 3 Tidak tahu
imunitas
CACAR √ √ √
POLIO √ √ √
DIFTERI √ √ √
TETANUS √ √ √
PERTUSIS √ √ √
HIB √ √ √
HEP B √ √ √
BCG √
2) Pemeriksaan fisik
a. Status Pasien
BB : 21 kg
7
PB/TB : 128 cm
b. Tanda Vital
Suhu : 38,8 0C
Pernapasan : 26 x/menit
3) Status Generalis
Thorax Jantung
Inspeksi Inspeksi:
8
Sonor kiri dan kanan Perkusi :
Auskultasi :
jantung (-)
Abdomen
KPR : TDE
Hati : Hepatomegali (-)
APR : TDE
Nyeri tekan (+) regio epigastrium
TPR : TDE
Perkusi :
BPR : TDE
Tympani (+)
Auskultasi
4) Follow Up Pasien
9
Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter
kembung (+)
BAB : lancar
BAK : lancar
O : KU : Compos mentis
S: 38,80C
N: 105 x/menit
P: 26 x/menit
A : hiperpirksia
10
batuk (+), berlendir (+), flu (+), - - ceftriaxone 1,5 g/NSPB/hr
BAB : lancar
BAK : lancar
O : KU : Compos mentis
S: 36,80C
N: 92 x/menit
P: 22 x/menit
A : Demam Tifoid
- - makan biasa
Nafsu minum : baik
-
11
BAB : lancar
BAK : lancar
O : KU : Compos mentis
S: 37,60C
N: 103 x/menit
P: 24 x/menit
A : Demam Tifoid
- - makan biasa
Nafsu minum : baik
-
BAB : lancar
BAK : lancar
O : KU : Compos mentis
S: 36,70C
N: 106 x/menit
12
P: 24 x/menit
A : Demam Tifoid
- - makan biasa
Nafsu minum : baik
-
BAB : lancar
BAK : lancar
O : KU : Compos mentis
S: 36,8 0C
N: 113 x/menit
P: 24 x/menit
A : Demam Tifoid
13
5). Diagnosis kerja
Hasil Laboratorium
LED : 2
Pemeriksaan Widal :
14
Resume :
yang lalu, demam terus-menerus, demam meninggkat pada sore dan malam
hari (+), menggigil (-), sakit kepala (+), batuk (+), berlendir (+), pilek (+), mual
(+), muntah (+) frekuensi 3x, tenggorokan terasa pahit, sakit perut (+), perut
ceftriaxon 1,5 g/ NSPB/hr, paracetamol 200mg/8 jam/IV, little usyr 1x1 cth,
15
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien masuk rumah sakit pelamonia dengan keluhan
demam sejak 3 hari yang lalu, demam terus menerus, nyeri kepala, batuk
berlendir , flu , mual- muntah frekuensi 3x , nyeri perut disertai kembung . Nafsu
makan menurun. Nafsu minum nenurun. Tidak buang air besar selama 2 hari.
Buang air kecil Lancar. Status gizi baik , keadaan umum compos mentis, lemas
(+), mata cekung (-), bibir kering (-), turgor baik, bunyi pernapasan
4,87, HCT : 33,5. Pada pemerikssan widal didapatkan salmonella typhi O : 1/320,
16
Terapi yang diberikan pada pasien yaitu infus Dextrose 5% 16 tpm,
ceftriaxon 1,5 g/ NSPB/hr, paracetamol 200mg/8 jam/IV, little usyr 1x1 cth,
typhi, kuman gram negatif berbentuk batang yang hanya ditemukan pada
lebih dari 2300 serotipe. Salmonella typhi merupakan salah satu Salmonellae yang
termasuk dalam jenis gram negatif, memiliki flagel, tidak berkapsul, tidak
terdapat di masyarakat dengan higiene dan sanitasi yang kurang baik. Kuman
Salmonella typhi masuk ke tubuh melalui mulut bersama dengan makan atau
mukosa usus dan masuk peredaran darah melalui aliran limfe. Selanjutnya, kuman
semua sistem tubuh dan menimbulkan berbagai gejala, proses utama ialah di
ileum terminalis. Bila berat, seluruh ileum dapat terkena dan mungkin terjadi
17
hipotalamus dan menimbulkan gejala demam. Walaupun dapat difagositosis,
metabolisme oksidatif. Kuman dapat menetap atau bersembunyi pada satu tempat
dalam tubuh penderita, dan hal ini dapat mengakibatkan terjadinya relaps atau
pengidap (pembawa).2
Diagnosis demam tifoid ditegakkan atas dasar klinis, yaitu anamnesa dan
dan hepatomegali serta roseola. Diagnosis ini disokong oleh hasil pemeriksaan
serologis, yaitu titer Widal O positif dengan kenaikan titer 4 kali atau pemeriksaan
Pasien sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit tampak lesu, mengeluh
pusing, dan terlihat tidak bersemangat. Gejala ini diduga merupakan gejala
prodromal pada masa inkubasi Salmonella typhi, yakni perasaan tidak enak badan,
Pada pasien ini didapatkan demam, tidak mendadak, muncul perlahan, tidak
terlalu tinggi, dan pada sore hingga malam hari demam lebih tinggi dibandingkan
pada pagi dan siang hari, dan berangsur-angsur meningkat setiap harinya. Tipe
Salmonella typhi.10
Pada malam hari, pasien sering mengigau dalam tidurnya, tidak berkeringat.
Hal ini dimungkinkan adanya gangguan kesadaran yang merupakan salah satu
18
Selain demam, pasien juga mengalami mual dan muntah, di mana muntah
terjadi dari 3 kali dalam sehari, isi muntahan berupa air dan kadang-kadang
berupa apa yang dimakan, dan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien
tidak ada buang air besar disertai menurunnya nafsu makan. Pada demam tifoid,
dalam minggu pertama perjalanan penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan
penyakit infeksi akut pada umumnya, yakni demam, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut,
batuk dan epistaksis. Dan pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan
meningkat.1
biasanya pada minggu kedua didapatkan gejala-gejala yang lebih jelas. Gejala
yang timbul pada minggu kedua berupa demam, bradikardi relatif, lidah yang
khas (kotor di tengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali,
Oleh karena dari gejala yang diperoleh pada pasien ini belum terlalu jelas,
maka ada beberapa penyakit infeksi akut lain yang dapat dijadikan sebagai
1. Campak
19
campak.2,6 Dari pasien hanya ditemukan gejala demam, anoreksia dan
Pada minggu pertama penyakit ini biasanya tidak ditemukan gejala umum
yang khas, hanya terdapat demam antara 2 hingga 7 hari tanpa adanya
3. Meningitis
Penyakit ini mempunyai gejala untuk anak berumur lebih dari 2 tahun
adalah panas, menggigil, muntah, dan nyeri kepala. Selain itu juga adanya
meningeal seperti kaku kuduk, tanda Brudzinski dan Kernig.11 Pada pasien
4. Tuberkulose paru
dapat berupa demam yang sering (sub febril), anoreksia, berat badan
kasus ini memiliki status gizi yang normal dan tidak ada keringat malam
ataupun hemoptoe.
5. Malaria
20
Adanya demam yang turun naik atau intermitten disertai dengan menggigil,
malaria.13 Akan tetapi pada pasien ini tidak didapatkan menggigil serta tidak
polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna. 14 Pada
pasien ini tidak ditemukan nyeri perut atau pinggang, serta tidak adanya
Biakan darah, pemeriksaan darah rutin, dan tes serologis Widal dilakukan
selaput meningeal. Tes Mantoux digunakan untuk membuktikan ada atau tidaknya
infeksi tuberkulose. Pemeriksaan darah rutin dan hapusan darah tepi berfungsi
21
Dari keseluruhan diagnosa banding yang ada, diagnosa klinis adalah suspect
pemeriksaan darah rutin dan tes serologis Widal diharapkan dapat menegakkan
bulan
TB Baku
TB Aktual
BB Baku
BB Aktual
22
BB : 21 Kg
TB : 128 cm
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Demam tifoid dan demam paratifoid adalah penyakit infeksi akut usus
halus yang disebabkan kuman Salmonella typhi dengan gejala demam lebih dari
banyak orang dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis, terutama
penderita, lalat dan serangga lain. Infeksi dapat terjadi secara langsung
maupun tidak secara langsung dengan kuman Salmonella thypi. Kontak langsung
berarti ada kontak antara orang sehat dan bahan muntahan penderita demam
tifoid. Kontak tidak langsung dapat melalui air misalnya air minum yang tidak
23
dimasak, air es yang dibuat dari air yang terkontaminasi, atau dilayani oleh orang
Etiologi
tifoid, yaitu suatu penyakit infeksi sistemik dengan gambaran demam yang
berlangsung lama, adanya bakteremia disertai inflamasi yang dapat merusak usus
memiliki spora, bergerak dengan flagel peritrik, bersifat intraseluler fakultatif dan
anerob fakultatif. Ukurannya berkisar antara 0,71,5X 2-5 pm, memiliki antigen
somatik (O),antigen flagel(H) dengan 2 fase dan antigen kapsul (Vi). Kuman ini
tahan terhadap selenit dan natrium deoksikolat yang dapat membunuh bakteri
sampai setahun jika melekat dalam, tinja, mentega, susu, keju dan air beku. S.
typhi adalah parasit intraseluler fakultatif, yang dapat hidup dalam makrofag dan
Epidemiologi
dengan jumlah kasus sebanyak 22 juta per tahun di dunia dan menyebabkan
24
216.000– 600.000 kematian. Studi yang dilakukan di daerah urban di beberapa
negara Asia pada anak usia 5–15 tahun menunjukkan bahwa insidensi dengan
biakan darah positif mencapai 180–194 per 100.000 anak, di Asia Selatan pada
usia 5–15 tahun sebesar 400–500 per 100.000 penduduk, di Asia Tenggara 100–
200 per 100.000 penduduk, dan di Asia Timur Laut kurang dari 100 kasus per
100.000 penduduk. Komplikasi serius dapat terjadi hingga 10%, khususnya pada
individu yang menderita tifoid lebih dari 2 minggu dan tidak mendapat
pengobatan yang adekuat. Case Fatality Rate (CFR) diperkirakan 1–4% dengan
rasio 10 kali lebih tinggi pada anak usia lebih tua (4%) dibandingkan anak usia ≤4
tahun (0,4%). Pada kasus yang tidak mendapatkan pengobatan, CFR dapat
dari berbagai pihak, karena penyakit ini bersifat endemis dan mengancam
kasus-kasus karier (carrier) atau relaps dan resistensi terhadap obat-obat yang
2008, angka kesakitan tifoid di Indonesia dilaporkan sebesar 81,7 per 100.000
adalah pada kelompok usia 2-15 tahun. Hasil telaahan kasus di rumah sakit besar
25
(Riskesdas) tahun 2007, prevalensi demam tifoid di Indonesia mencapai 1,7%.
Distribusi prevalensi tertinggi adalah pada usia 5–14 tahun (1,9%), usia 1–4 tahun
(1,6%), usia 15–24 tahun (1,5%) dan usia <1 tahun (0,8%).
cukup lama, dan dari aspek ekonomi, biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Hasil
penelitian di 5 negara Asia (Cina, Vietnam, India, Pakistan, dan Indonesia), biaya
perawatan per penderita di rumah sakit berkisar antara USD129 di Kolkata (India)
berkisar antara USD13 di Kolkata, USD67 di Hechi (Cina) dengan biaya tertinggi
di Hechi, diikuti Jakarta Utara, dan Karachi (Pakistan). Biaya semakin meningkat
bila disertai pemberian obat-obatan tambahan atau harga yang lebih mahal dan
hari perawatan yang lebih lama. Sebagian besar biaya tersebut ditanggung oleh
tingginya angka kesakitan tifoid dan akibat yang ditimbulkan, maka peneliti
tertarik untuk melakukan kajian. Tujuan kajian adalah untuk mengetahui program
program tersebut.12
Patofisiologi
Salmonella typhi masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan air yang
tercemar. Sebagian kuman dihancurkan oleh asam lambung dan sebagian masuk
ke usus halus, mencapai jaringan limfoid plak peyeri di ileum terminalis yang
26
hipertrofi. S. Typhi memiliki fimria khusus yang dapat menempel ke lapisan
epitel plak peyeri sehingga bakteri dapat difagositosis. Setelah menempel, bakteri
memproduksi protein yang mengganggu lapisan brush border usus dan memaksa
sel usus untuk membentuk kerutan membran yang akan melapisi bakteri dalam
vesikel. Bakteri dalam vesikel akan menyebrang melewati sitoplasma sel usus dan
dipresentasikan ke makrofag.
aliran darah melalui duktus thoracicus sehingga terjadi bakteremia pertama yang
hati dan limpa, dimana kuman meninggalkan sel fagosit, berkembang biak dan
masuk sirkulasi darah lagi sehingga terjadi bakteremia kedua dengan gejala
jaringan tempat kuman berkembang biak, merangsang pelepasan zat pirogen dan
leukosit jaringan sehingga muncul demam dan gejala sistemik lain. Perdarahan
saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plak peyeri.
Pendekatan Diagnosis
1). Anamnesis
27
Demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam menetap
(kontinyu) atau remiten pada minggu kedua. Demam terutama sore/ malam hari,
sakit kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare. Demam
merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang timbul pada semua penderita
demam tifoid. Demam dapat muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2 hari menjadi
parah dengan gejala yang menyerupai septisemia oleh karena Streptococcus atau
tifoid tetapi pada penderita yang hidup di daerah endemis malaria, menggigil lebih
mungkin disebabkan oleh malaria. Namun demikian demam tifoid dan malaria
dapat timbul bersamaan pada satu penderita. Sakit kepala hebat yang menyertai
demam tinggi dapat menyerupai gejala meningitis, disisi lain S. Typhi juga dapat
mental kadang mendominasi gambaran klinis, yaitu konfusi, stupor, psikotik atau
koma. Nyeri perut kadang tak dapat dibedakan dengan apendisitis. Pada tahap
diikuti peningkatan denyut nadi 8x/menit), lidah yang berselaput (kotor di tengah,
tepi dan ujung merah, serta tremor), hepatomegali, splenomegali, nyeri abdomen,
28
gangguan fungsi hati. Kultur darah (biakan empedu) positif . Dalam keadaan
normal darah bersifat steril dan tidak dikenal adanya flora normal dalam darah.
klinis demam tiga hari atau lebih dan konfirmasi hasil biakan darah positif S.
typhi paratyphi dapat dijadikan sebagai diagnosa pasti demam tifoid. Uji Widal
adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap Salmonella terdapat dalam serum demam tifoid,juga pada
orang yang pemah ketularan Salmonella dan pada orang yang pernah divaksinasi
terhadap demam tifoid. Peningkatan titer uji Widal >4 kali lipat setelah satu
diagnosis. Uji Widal tunggal dengan titer antibodi O 1/320 atau H 1/640 disertai
typhi dalam biakan feses atau urin pada seseorang tanpa tanda klinis infeksi atau
Penatalaksanaan
anak-anak.
29
3. Dexamethazone IV tambahan mengurangi mortalitas pada pasien toksik
berat.
empedu memperberat.
8. Setelah pemulihan klinis, harus diambil 3 kultur tinja dan urin pada hari
yang berlainan, dan bila salah satunya positif, maka diambil kultur
bulanan hingga terdapat hasil tiga kali berturut-turut negatif atau telah
melewati 12 bulan.14
Komplikasi
A. Komplikasi Intestinal
- Perdarahan Intestinal
- Perforasi Usus
- Komplikasi hematologi
- Hepatitis tifosa
- Pancreatitis tifosa
30
- Miokarditis
Prognosis
- Tifoid yang tidak diobati memiliki angka mortalitas yang mendekati 20%.
- Angka kematian yang tinggi tetap ada dibanyak negara endemik akibat
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Juwono R. Penyakit tropik dan menular : Demam tifoid. Dalam: Noer MS,
2. Kaspan MF, Soejoso DA, Soegijanto S, et al. Penyakit tropik dan menular:
32
5. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
1985. h. 593-598.
2000. h. 16-17
http://www.emedicine.com/med/topic2331.htm.
URL: http://www.emedicine.com/med/topic2331.htm
1986: 16-18.
11. Cita YP. Bakteri salmonella typhi dan demam typhoid. Jurnal kesehatan
33
12. Purba IE, Wandra T, Nugrahini N, dkk. Program pengendalian demam
14. Mandal BK, Wilkins EGL, Dunbar EM,dkk. Demam typhoid dan
15. Widodo D. Demam Typhoid. Dalam buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.
34