PENDAHULUAN
Pneumonia merupakan salah satu infeksi yang tersering pada neonatus dan salah satu
penyebab terpenting kematian perinatal. Diperkirakan 3,9 juta dari 10,8 juta kematian setiap
tahunnya terjadi pada 28 hari pertama kehidupan.1 Pneumonia neonatal merupakan infeksi
parenkim paru dengan terjadinya serangan dalam beberapa jam sejak kelahiran, yang dapat
disamakan dengan kumpulan gejala-gejala sepsis. Infeksi dapat ditularkan melalui plasenta,
aspirasi, atau diperoleh setelah kelahiran.2
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam etiologi. Organisme yang penyebab
pneumoni bervariasi menurut kelompok umur. Neonatus sejak lahir sampai usia 3 minggu,
kelompok bakteri pathogen yang umum didapatkan ialah B streptokokus dan bakteri gram
negatif. Infeksi bakteri ini merupakan penularan yang bersumber dari ibu. Streptococcus
pneumoniae paling sering didapatkan pada bayi berumur 3 minggu sampai 3 bulan. Pada umur
3 bulan sampai umur prasekolah, virus dan Streptococcus pneumoniae yang paling dominan
menyebabkan pneumonia, sedangkan bakteri lain yang berpotensi termasuk Mycoplasma
pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B dan non-typeable strain, Staphylococcus aureus,
dan Moraxella catarrhalis.3,4,5
Pneumonia pada neonatus memberi gejala gangguan pernapasan pada bayi baru lahir,
seperti pernafasan yang bising atau sulit, Takipnea > 60x/menit, retraksi dada, batuk dan
mendengus. Tanda awal dan gejala pneumonia mungkin tidak spesifik, seperti malas makan,
letargi, iritabilitas, sianosis, ketidakstabilan temperatur, dan keseluruhan kesan bahwa bayi
tidak baik.
Pengujian hematologi, biokimia darah, dan kultur bakteri, pencitraan pencitraan dada
radiografi dianggap komponen penting dalam membuat diagnosis pneumonia neonatal.
Pencitraan diagnostik tidak hanya dilakukan pada penilaian awal kondisi neonatus dan untuk
menegakkan diagnosis, tetapi juga untuk memantau perkembangan penyakit dan efek dari
tindakan terapi intervensi. Radiografi thorax konvensional tetap menjadi diagnosis andalan
pada neonatus dengan gejala distress pernapasan. Pada neonatus, radiografi thorax sebagian
besar dilakukan dengan posisi supine dan dalam proyeksi anteroposterior. Pada pneumonia
didapatkan Perbercakan dengan pola garis di perihilar yang dapat menyerupai Transient
Tachypnea of the Newborn (TTN), Perbercakan pada pneumonia akibat S. Pneumonia group
B dapat menyerupai Hyaline Membrane Disease (HMD) dengan penurunan volume paru. Bayi
aterm dengan gambaran HMD harus dianggap sebagai pneumonia sampai terbukti sebaliknya.
Efusi pleura pada 25% kasus.2,6
Berikut ini akan dilaporkan kasus seorang bayi Bayi Cukup Bulan Sesuai Masa
Kehamilan + Pneumonia neonatorum di RSUP Prof DR R.D Kandou Manado 2019.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nomor Register : 00. 56. 97. 55
Nama : By. Ny. YM
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal lahir : Tomohon, 02 Mei 2019
Umur : 9 hari
Lahir di : RS. Gunung Maria
Berat badan lahir : 3.500 gram
Partus : Sectio Cessarea
Kebangsaan : Indonesia
Suku bangsa : Minahasa
Anak ke :4
Agama : Protestan
Alamat : Jl. Kelurahan Tumatangtang I, Tomohon
No. Telepon : 081340076XXX
Masuk Rumah Sakit : 03 Mei 2019
Ruangan : NICU
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Penderita
C. ANAMNESIS
3. Anamnesis Antenatal
Selama hamil ibu penderita ANC teratur 9 kali di puskesmas.
Suntik Tetanus Toxoid sebanyak 2 kali.
Selama hamil ibu penderita sehat.
4. Anamnesis makanan terperinci sejak bayi sampai sekarang
ASI : lahir - sekarang
PASI :-
Bubur susu :-
Bubur saring : -
Bubur halus : -
Nasi lembek : -
5. Imunisasi
Dasar Ulangan
Jenis Imunisasi
I II III I II III
BCG -
Polio -
DTP -
Campak -
Hepatitis B +
6. Riwayat Keluarga
Hanya penderita yang mengalami sakit seperti ini.
D. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Aktif menurun, Refleks menurun
Tekanan darah :-
Nadi : 150 kali/menit
Respirasi : 82 kali/menit
Suhu : 36,7 ºC
SpO2 : 97%
Sianosis : (+) hilang dengan pemberian O2
Anemia : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Kejang : Tidak ada
Berat Badan : 3.500 gram
Panjang Badan : 48 cm
Lingkar Kepala : 32 cm
Lingkar Dada : 34 cm
Lingkar Perut : 32 cm
Panjang Lengan : 19 cm
Lingkar Lengan Atas : 12 cm
Kulit
Warna : Sawo matang
Efloresensi : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada
Jaringan parut : Tidak ada
Lapisan lemak : Cukup
Turgor : Kembali cepat
Tonus : Eutoni
Oedema : Tidak ada
Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, Tidak mudah dicabut
Ubun–ubun besar : Datar
Mata : Dalam batas normal
Exophthalmus/Enophthalmus : Tidak ada
Tekanan bola mata : Normal pada palpasi
Konjungtiva : Anemis -/-, Konjungtiva hematoma -/-
Sklera : Ikterik -/-
Refleks kornea : Normal
Pupil : Bulat, Isokor Ø 3mm – 3mm
Refleks Cahaya +/+
Lensa : Jernih
Gerakan : Normal
Palpebra : Menyatu erat
Telinga : Pinna bergelombang baik, Lembek, Sekret -/-
Hidung : Bentuk normal, Sekret -/-, Pernapasan cuping hidung
(+), Septum deviasi (-)
Mulut
Bibir : Sianosis (-), Labiopalatoskizis (-)
Selaput mulut : Mukosa mulut basah
Gusi : Perdarahan (-)
Lidah : Beslag (-), Ankyloglossia (-)
Gigi :-
Bau pernapasan : Foetor (-)
Leher
Trakea : Letak tengah
Kelenjar : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Kaku kuduk : Tidak ada
Thoraks
Bentuk : Simetris
Retraksi : Ada (+) Subcostal, intercostal
Pektus ekskavatum : (-)
Payudara : Areola datar, Penonjolan (-)
Paru – Paru
Inspeksi : Simetris kanan = kiri, Retraksi (+)
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : Suara pernapasan bronkhial, Ronkhi -/-,Wheezing -/-
Jantung
Detak jantung : 150 kali/menit
Iktus : Cordis tidak tampak
Ritme : Reguler
Murmur : Tidak ada
Galop : Tidak ada
Abdomen
Bentuk : Cembung, Lemas
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Lien : Tidak teraba
Hepar : Tidak teraba
Lain-lain : Tali pusat, Ujung kehijauan (-)
Downess Score:
- Respirasi :1
- Retraksi :1
- Sianosis :0
- Air entry :0
- Merintih :2
Total :4
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil
Leukosit 6000 – 17.500/Ul 22.23x109/uL
Eritrosit 3.60 – 5.20x106/Ul 4.31x106/uL
Hemoglobin 10.7 – 13.1g/Dl 15.4 g/dL
Hematokrit 35.0 – 43.0% 44.7 %
Trombosit 217 – 497x103/uL 219x109/uL
MCH 23.0 – 31.0 pg 31.2 pg
MCHC 30.0 – 40.0 g/dL 36.0 g/dL
MCV 74.0 – 102.0 Fl 90,5 fL
CRP < 6.00 mg/L <6.00 mg/L
Diff Count
Eosinofil 1-5 % 3%
Basofil 0-1% 0%
Neutrofil Batang 2-8% 2%
Neutrofil Segmen 50-70% 52%
Limfosit 20-40% 30%
monosit 2-8% 13%
G. TATALAKSANA
• CPAP FiO2 40%, PEEP 7 cm H2O, O2 flow 8 lpm
• IVFD Kaen 4B 11 ml/jam ( keb 80 ml/ hari )
• Inj Ampicilin 2 x 175 mg
• Inj Gentamycin 18 mg / 36 jam
• NPO
• GDS/24 jam
• Pasang OGT
H. RESUME
Bayi perempuan, lahir pada tanggal 02 mei 2019 jam 13.32 WITA secara Sectio
Caesarea atas indikasi bekas SC. Bayi lahir dengan BBL: 3.500 gram, PBL: 48 cm. Apgar
score 4-6. Lahir dari ibu G4P3A0, usia 37 tahun, aterm. Bayi dirujuk ke RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou dengan diagnosis BCB SMK + gawat napas. Faktor resiko sepsis (-). Saat lahir
bayi langsung menangis, sesak (+), merintih (+), sianosis (+) hilang dengan pemberian
oksigen.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bayi dalam keadaan aktif menurun, refleks
menurun, nadi 150 x/menit, respirasi 82x/menit, suhu badan 36,7 ºC, dan saturasi 97%. Pada
pemeriksaan fisik thoraks ditemukan adanya retraksi subcostal dan intercostal. Pada
pemeriksaan ektremitas ditemukan akral hangat dan CRT <3”.
Pada pemeriksaan penunjang X-Foto Babygram ditemukan adanya kesan bercak
infiltrat di kedua lapang paru.
Setelah dirujuk ke RSUP Prof Dr. R. D. Kandou, pasien dirawat diruangan NICU 3
dengan CPAP FiO2 40%, PEEP 7cm H2O, O2 Flow 8 L/m. Pasien juga diberikan IVFD
Kaen 4A 11 ml/jam, diberikan Injeksi Ampicilin 175 mg/12 jam dan Injeksi Gentamicin 18
mg/36 jam. Penderita direncanakan untuk dipuasakan sementara per oral, periksa GDS/24
jam dan direncanakan untuk pemeriksaan darah lengkap.
FOLLOW UP :
NICU III
Kamis, 03 Mei 2019
S Sesak (+), Merintih (-)
O Keadaan umum: aktif ¯, reflex ¯
HR: 144x/m, RR: 68 x/m, SB: 37 °C, SpO2: 98%
SSP : Pupil bulat isokor, diameter 3 mm – 3 mm, RC (+/+), Ubun-Ubun Besar Datar
CV : Akral hangat, CRT ≤ 3 detik, Bising (-), Sianosis (-)
RT : Simetris, Retraksi (+) SC, IC, Sp. Bronkial, Rh (-/-), Wh (-/-)
GIT : Cembung, Lemas, BU (+)N, Tali pusat terawat, Hepar/Lien tidak teraba
HEM : Conjungtiva Anemis (-), Sklera Ikterik (-)
A Bayi cukup bulan sesuai masa kehamilan + Pneumonia Neonatal
P - CPAP FiO2 40%, PEEP 7 cmH2O, O2 Flow 8 L/m
- Kaen 4B 11 ml/jam (Keb 80 ml/kg/hr)
- Inj. Ampicilin 175mg/12 jam (1)
- Inj. Gentamicin 18 mg/36 jam (1)
- NPO
- Pasang OGT
- Monitor GDS / 24 jam
- Pro: DL, DC, CRP, Na, K, Cl, Ca, GDS
NICU III
Jumat, 04 Mei 2019
S Sesak (+)
O Keadaan umum: aktif ¯, reflex ¯
HR: 152x/m, RR: 64 x/m, SB: 36,7 °C, SpO2: 97%
SSP : Pupil bulat isokor, diameter 3 mm – 3 mm, RC (+/+), Ubun-Ubun Besar Datar
CV : Akral hangat, CRT ≤ 3 detik, Bising (-), Sianosis (-)
RT : Simetris, Retraksi (+) SC, IC, Sp. Bronkial, Rh (-/-), Wh (-/-)
GIT : Cembung, Lemas, BU (+)N, Tali pusat terawat, Hepar/Lien tidak teraba
HEM : Conjungtiva Anemis (-), Sklera Ikterik (-)
A Bayi cukup bulan sesuai masa kehamilan + Pneumonia Neonatal
P - CPAP FiO2 40%, PEEP 7 cmH2O, O2 Flow 8 L/m
- Kaen 4B (Keb 80 ml/kg/hr) 11 ml/jam
- Inj. Ampicilin 175mg/12 jam (2)
- Inj. Gentamicin 18 mg/36 jam (2)
- OGT => 8 x 10 ml (kebutuhan 22) = NPO
- Monitor GDS / 24 jam
NICU III
Jumat, 11 Mei 2019
S Sesak (-) , Merintih (-)
O Keadaan umum: aktif menurun, reflex (+)
HR: 146x/m, RR: 42 x/m, SB: 37 °C, SpO2: 98%
SSP : Pupil bulat isokor, diameter 3 mm – 3 mm, RC (+/+), Ubun-Ubun Besar Datar
CV : Akral hangat, CRT ≤ 3 detik, Bising (-), Sianosis (-)
RT : Simetris, Retraksi (-) SC, IC, Sp. Bronkial, Rh (-/-), Wh (-/-)
GIT : Cembung, Lemas, BU (+)N, Tali pusat terawat, Hepar/Lien tidak teraba
HEM : Conjungtiva Anemis (-), Sklera Ikterik (-)
A Bayi cukup bulan sesuai masa kehamilan + Pneumonia Neonatal
P - O2 nasal 0,5 lpm
- Inj. Ampicilin 175mg/12 jam (8)
- Inj. Gentamicin 10 mg/36 jam (8)
- ASI ad lib (minimal 8 x 75 ml)
- Pindah NICU II
BAB IV
PEMBAHASAN
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan
interstitial. Serangan mungkin terjadi dalam beberapa jam kelahiran dan merupakan bagian
yang dapat disamakan dengan kumpulan gejala sepsis atau setelah tujuh hari dan terbatas pada
paru-paru. Tanda-tandanya mungkin terbatas pada kegagalan pernafasan atau berlanjut ke arah
syok dan kematian. Pada neonatus, agen penyebab infeksi umumnya bakteri dari pada virus.
Infeksi ini sering diperoleh pada saat proses persalinan, dapat berasal dari cairan ketuban atau
jalan lahir, tetapi juga dapat terjadi sebagai akibat dari intubasi dan ventilasi. Kelompok bakteri
pathogen yang umum didapatkan pada neonatus sejak lahir sampai usia 3 minggu ialah B
streptokokus dan bakteri gram negatif. Infeksi bakteri ini merupakan penularan yang
bersumber dari ibu.1,2,3,7,8
Pneumonia neonatorum memberikan gambaran gangguan pernapasan pada bayi baru
lahir, dengan gejala berupa pernafasan yang bising atau sulit, Takipnea > 60x/menit, retraksi
dada, batuk dan mendengus. WHO tidak membedakan antara pneumonia neonatal dan bentuk
lain dari sepsis berat, seperti bakteremia, karena gejala-gejala yang tampak hampir sama, dan
keterlibatan organ dan pengobatan empirik regimen yang sama. Takipnea merupakan tanda
yang paling sering didapatkan dalam 60-89% kasus, termasuk tanda lain seperti retraksi dada
(36-91% kasus), demam (30-56%), ketidakmampuan untuk makan (43 -49%), sianosis (12-
40%), dan batuk (30-84%).9
Diagnosis pneumonia neonatorum didapatkan dari anamnesis, gejala klinis,
pemeriksaan fisis, foto thoraks dan laboratorium. Pada kasus Ini tidak terdapat faktor resiko
sepsis pada ibu pasien. Pasien dilahirkan secara Sectio Caesarea atas indikasi bekas SC dengan
APGAR Score 4-6. Pasien tampak sesak dan merintih beberapa saat setelah lahir, sesak
bertambah seiring dengan bertambahnya waktu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya
pernapasan cuping hidung, retraksi pada subcostal dan intercostal dan sianosis perifer. Pada
neonatus dan bayi kecil, gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas
terlihat. Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.10 Pada
gambaran foto thoraks, ditemukan adanya bercak infiltrat dikedua lapang paru. Pada
pemeriksaan laboratorium terdapat leukositosis, trombosit, CRP, IT Rasio dalam batas normal.
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah pengobatan kausal dengan antibiotik yang
sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi
oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, elektrolit, dan gula darah.
Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi yang mungkin terjadi harus
dipantau dan diatasi.11
Pilihan antibiotik lini pertama dapat menggunakan antibiotik golongan beta-laktam
atau kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap beta-laktam dan
kloramfenikol, dapat diberikan gentamisin, amikasin, atau sefalosporin, sesuai etiologi yang
ditemukan. Pada teori lain juga ditemukan penatalaksanaan pneumonia sesuai umur penderita
yaitu, bayi <3bulan diterapi dengan ampisilin + gentamicin, usia 3 bulan – 5 tahun diterapi
dengan ampisilin + kloramfenikol atau tambahkan makrolid jika tidak berespon dengan
keduanya, usia ≥ 5 tahun diterapi dengan makrolid atau tambah beta laktam.jika tidak berespon
dengan makrolid.12,13
Pada pasien ini perlu diberikan terapi suportif berupa CPAP, dengan indikasi
pemakasian CPAP yaitu; (1) frekuensi napas > 60 kali permenit, (2) merintih (grunting) dalam
derajat sedang-berat, (3) Retraksi, (4) saturasi oksigen <93%, (5) kebutuhan oksigen > 60%,
(6) sering mengalami apnue / AOP.14 Untuk terapi kausal pada kasus ini, diberikan terapi
antibiotic lini pertama yaitu ampisilin + gentamicin.11,14