Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS PANJANG

SINDROM NEFROTIK, HIPERTENSI GRADE I

Oleh:
Jesica Carla Umboh
210141010017
Masa KKM: 6 Februari 2023 – 16 April 2023

Supervisor Pembimbing:
dr. Valentine Umboh, Sp.A

Residen Pembimbing:

dr. Bella Kurnia

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Panjang dengan judul


“Sindrom Nefrotik + Hipertensi Grade I”

telah dikoreksi, dibacakan dan disetujui pada tanggal Maret 2023

Mengetahui,

Residen Pembimbing

dr. Bella Kurnia

Mengetahui,

Supervisor Pembimbing

dr. Valentine Umboh, Sp. A

Mengetahui,

Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNSRAT

Dr. dr. Rocky Wilar, Sp. A(K)


LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : AA
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir / Usia : 16 April 2015 / 7 tahun 9 bulan
Berat Badan : 27 kg
Tinggi Badan : 127 cm
Agama : Kristen Protestan
Kebangsaan : Indonesia
Suku Bangsa : Minahasa
Anak ke :1
Masuk Rumah Sakit : 07 Februari 2023, pukul 11.00 WITA
Alamat : Kalasey II

B. IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ibu : Ny. VT
Usia : 25 tahun
Perkawinan :I
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Nama Ayah : Tn. RA
Usia : 27 tahun
Perkawinan :I
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tukang
C. FAMILY TREE

7 tahun 9 bulan

D. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Bengkak pada wajah dan pada kedua tungkai bawah sejak 2 minggu SMRS

1) Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Instalasi Rawat Darurat Anak Rumah Sakit RSUP Prof
R. D. Kandou dibawah oleh orang tua. Pasien rujukan dari Rumah Sakit
Bhayangkara dengan diagnosis Sindrom Nefrotik dd GNAPS. Pasien
awalnya terdapat keluhan bengkak pada kedua kelopak mata dan kedua
tungkai sejak 2 minggu SMRS dan semakin memberat sejak 3 hari
SMRS. Bengkak awalnya hanya pada kelopak mata pasien, namun
semakin bertambah berat hingga kedua tungkai pasien juga bengkak.
Pasien juga mengaku perut semakin membesar sejak 3 hari SMRS.
Pasien mengeluhkan BAK berwarna kuning keruh berbusa, tidak pernah
BAK berwarna keruh kemerahan seperti cucian daging. Demam sejak 3
hari SMRS, demam tidak terlalu tinggi dan turun dengan obat penurun
panas. Pasien mengaku badan terasa lemas terutama setelah bangun tidur
dan aktivitas fisik semakin berkurang karena mudah lelah. Riwayat
muntah, BAB cair, mimisan, gusi berdarah disangkal. BAB tidak ada
keluhan. Pasien pernah dirawat di RS Pancaran Kasih pada bulan
November 2022 dengan keluhan serupa dan didiagnosis dengan Sindrom
Nefrotik. Pasien sudah minum obat Prednison full dose selama 4 minggu

3
namun pengobatan alternating dose tidak dilanjutkan atas instruksi
dokter

2) Anamnesis Antenatal
Selama masa kehamilan, ibu pasien ANC secara teratur sebanyak 9 kali
di rumah sakit dan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) sebanyak 2 kali.
Selama masa kehamilan, ibu pasien sehat.

3) Penyakit Yang Sudah Pernah Dialami


Morbili : Pernah
Varisela : Tidak pernah
Pertusis : Tidak pernah
Diare : Pernah
Cacing : Pernah
Batuk/pilek : Pernah
Lain-lain : Tidak ada

4) Kepandaian dan Kemajuan Bayi


Pertama kali membalik : 3 bulan
Pertama kali tengkurap : 3 bulan
Pertama kali duduk : 5 bulan
Pertama kali merangkak : 5 bulan
Pertama kali berdiri : 9 bulan
Pertama kali berjalan : 9 bulan
Pertama kali tertawa : 3 bulan
Pertama kali berceloteh : 4 bulan
Pertama kali memanggil mama : 11 bulan
Pertama kali memanggil papa : 11 bulan

5) Riwayat Makanan Sejak Bayi Sampai Sekarang


ASI : 0 -1,5 tahun
PASI : 1-5 tahun
Bubur susu : 6 – 9 bulan

4
Bubur saring : 7 - 10 bulan
Bubur halus :-
Nasi lembek : 12 bulan

6) Imunisasi
Imunisasi dasar pasien lengkap. Pasien sudah mendapat imunisasi BCG
satu kali, polio tiga kali, DPT tiga kali, campak dua kali dan Hepatitis B
empat kali. Pasien juga sudah mendapatkan imunisasi ulangan.

7) Riwayat Penyakit Keluarga


Hanya pasien yang sakit seperti ini di keluarga. Riwayat penyakit ginjal
pada keluarga tidak ada.

8) Keadaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan dan Lingkungan


Pasien tinggal bersama keluarganya di rumah semi permanen, beratap
seng, berdinding tripleks dan berlantai semen. Jumlah kamar tidur 2
kamar yang dihuni oleh 4 orang, terdiri dari 2 orang dewasa dan 2
orang anak-anak. Kamar mandi/WC terletak di dalam rumah. Sumber
air minum dari air kemasan. Sumber penerangan listrik dari PLN.
Penanganan sampah dengan cara dibuang.

5
E. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36.7º C

Antropometri
Berat badan : 37 kg
Tinggi badan : 127 cm

Status Gizi
BB/U : 148% (BB sangat lebih)
TB/U : P75-P95 (Perawakan norma)l
BB/TB : 142% (Obesitas)
BMI/U : Diatas P95 (Obesitas)
Kulit
Warna : Sawo matang
Efloresensi : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada
Jaringan parut : Skar (+) BCG
Lapisan lemak : Cukup
Turgor : Kembali cepat
Tonus : Eutonia
Edema : Anasarka

Kepala
Bentuk : Normocephali
Ubun-ubun besar : Sudah menutup
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

6
Mata
Exophtalmus/enophtalmus (-/-)
Tekanan bola mata Normal pada perabaan
Palpebra : Edema palpebra (+/+)
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Refleks kornea : Normal
Pupil : Bulat, isokor, Ø 2 mm – 2 mm, RC (+/+)
Lensa : Jernih
Fundus & visus : Tidak dievaluasi
Gerakan : Normal ke segala arah
Telinga : Sekret (-/-)
Hidung : Sekret (-/-)
Mulut
Bibir : Sianosis (-)
Selaput mulut : Mukosa basah
Lidah : Beslag (-)
Gusi : Perdarahan (-)
Gigi : Karies (-)
Bau pernapasan : Foetor (-)
Tenggorokan
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Leher
Trakea : Letak tengah
Kelenjar : Pembesaran KGB (-)
Kaku kuduk : Tidak ditemukan
Lain – lain : Tidak ditemukan

Thoraks
Bentuk : Simetris
Ruang intercostal : Normal
Pernapasan paradoxal : Tidak ditemukan

7
Precordial bulging : Tidak ditemukan
Paru-paru
Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor kanan, Sonor di kiri
Auskultasi : Suara pernapasan brokovesikuler, ronkhi
(-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Detak jantung : 88 kali/menit
Iktus kordis : Tidak tampak
Batas kiri : ICS V linea midklavikularis sinistra
Batas kanan : ICS III-IV linea parasternalis dextra
Batas atas : ICS II-III
Bunyi jantung apeks : M1>M2
Bunyi jantung aorta : A1>A2
Bunyi jantung pulmo : P1< P2
Bising : Tidak ada

Abdomen
Bentuk : Cembung, lemas
Lain-lain : Bising usus (+) normal, Ascites (+)
Hepar : Tidak teraba membesar
Lien : Tidak teraba membesar

Genitalia : Perempuan normal


Kelenjar : Pembesaran KGB (-)
Anggota gerak : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik, edema (+)
Tulang belulang : Deformitas (-)
Otot-otot : Atrofi (-)

Refleks – refleks : Refleks fisiologis (+/+)

8
Refleks patologis (-/-)
Persentil hipertensi:
P50 = 97/58
P90 = 110/71
P95 = 113/74
P95+12 = 125/86

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium (07/2/2023)
Parameter Hasil Nilai Rujukan
DARAH
Leukosit 15.1 10^3/uL 5.0 – 13.0
Eritrosit 4.91 10^6/uL 4.00 – 5.20
Hemoglobin 13.9 g/dL 11.5-15.5
Hematokrit 38.6% 35.0-45.0
Trombosit 499 10^3/uL 200 - 450
CRP <6 mg/L < 6.00 mg/L
Ureum 23 mg/dL 10-40 mg/dL
Creatinin 0.5 mg/dL 0.5 – 1.5 mg/dL
Natrium 133 mmol/L 135 - 153
Kalium 3.8 mmol/L 3.5 – 5.1 mmol/L
Klorida 101 mmol/L 97 – 111 mmol/L
MCHC 36.0 d/dL 31.0-37.0 g/dL
MCV 78.6 fL 77.0 - 95.0 fL
MCH 28.3 pg 27.0 - 35.0 pg
SGOT (AST) 25 U/L <33 U/L
SGPT (ALT) 25 U/L <43 U/L
Protein total 4.28 g/dL 6.30-8.30 g/dL
Albumin 1.15 g/dL 3.50-5.70 g/dL
Globulin 3.13 g/dL 2.50-3.50

9
2.) Pemeriksaan Laboratorium (07/2/2023)
Parameter Hasil Nilai Rujukan
MAKROSKOPIS

Warna Kuning Kuning muda


Kekeruhan Agak Keruh Jernih

MIKROSKOPIS
Eritrosit 6-8 /LPB 0-1
Leukosit 5-6 /LPB 1-5
Epitel 4-5 /lpk 0-1
Bakteri - /LPB
Jamur - /LPB
Amoeba -

KIMIA
Berat Jenis 1.015 1005 – 1030
pH 5 5-8
Leukosit +1
Nitrit Negatif Negatif
Protein 4+ Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Normal
Bilirubin Negatif Negatif
Darah/Eritrosit 2+ Negatif
Silinder -
Kristal - /LPB 0-0

3.) Pemeriksaan Laboratorium (08/2/2023)


Parameter Hasil Nilai Rujukan
Kolesterol 965 mg/dL 133-200 mg/dL
HDL Kolesterol 15 mg/dL >40 mg/dL

10
LDL Kolesterol 721 mg/dL 60-130 mg/dL
Trigliserida 1.146 mg/dL 30-190

4.) Pemeriksaan Laboratorium (18/2/2023)


Parameter Hasil Nilai Rujukan
DARAH
Leukosit 9.1 10^3/uL 5.0 – 13.0
Eritrosit 4.83 10^6/uL 4.00 – 5.20
Hemoglobin 13.4 g/dL 11.0 – 15.0
Hematokrit 37.9% 35.0-45.0
Trombosit 525 10^3/uL 200 - 450
Eosinofil 0% 1-5
Basofil 0% 0-1
Netrofil Batang 6% 2-8
Netrofil Segmen 55% 50-70
Limfosit 33% 20-40
Monosit 6% 2-8
MCHC 35.4 d/dL 31.0-37.0 g/dL
MCV 78.5 fL 77.0 - 95.0 fL
MCH 27.7 pg 27.0 - 35.0 pg
Cholesterol 1.024 mg/dL 133-200
HDL Cholesterol 19 mg/dL >40
LDL Cholesterol 844 mg/dL 60-130
Trigliserida 805 mg/dL 30-190
Protein total 4.47 mg/dL 6.30-8.30
Albumin 1.26 g/dL 3.50-5.70
Globulin 3.21 g/dL 2.50-3.50

5.) Pemeriksaan Laboratorium (18/2/2023)


Parameter Hasil Nilai Rujukan
MAKROSKOPIS

11
Warna Kuning Kuning muda
Kekeruhan Jernih Jernih

MIKROSKOPIS
Eritrosit 6-8 /LPB 0-1
Leukosit 0-2 /LPB 1-5
Epitel 2-4 /LPK 0-1
Bakteri - /LPB
Jamur - /LPB
Amoeba -

KIMIA
Berat Jenis 1.015 1005 – 1030
pH 7 5-8
Leukosit Neg
Nitrit Negatif Negatif
Protein 4+ Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Normal
Bilirubin Negatif Negatif
Darah/Eritrosit Negatif Negatif
Silinder - / LPB
Kristal - / LPB 0-0

6.) Pemeriksaan Laboratorium (23/2/2023)


Parameter Hasil Nilai Rujukan
DARAH
Leukosit 13.7 10^3/uL 5.0 – 13.0
Eritrosit 4.63 10^6/uL 4.00 – 5.20
Hemoglobin 13.0 g/dL 11.0 – 15.0
Hematokrit 36.8% 35.0-45.0
Trombosit 521 10^3/uL 200 - 450

12
Eosinofil 0% 1-5
Basofil 0% 0-1
Netrofil Batang 0% 2-8
Netrofil Segmen 66% 50-70
Limfosit 23% 20-40
Monosit 11% 2-8
MCHC 35.3 d/dL 31.0-37.0 g/dL
MCV 79.5 fL 77.0 - 95.0 fL
MCH 28.1 pg 27.0 - 35.0 pg
LDL Cholesterol 860 mg/dL 60-130
CRP 48.00 mg/L <6.00

6.) Pemeriksaan Radiologi Foto Polos Abdomen (07 Februari 2023)

Kesimpulan: Tidak tampak kelainan

G. RESUME MASUK
Seorang anak perempuan usia 7 tahun dengan berat badan 37 kg dan tinggi
badan 127 cm masuk rumah sakit pada tanggal 07 Februari 2023 pukul
11.00 WITA. Pasien datang ke Instalasi Rawat Darurat Anak Rumah Sakit
RSUP Prof R. D. Kandou dibawah oleh orang tua. Pasien rujukan dari
Rumah Sakit Bhayangkara. Pasien datang dengan keluhan bengkak pada
kedua kelopak mata dan kedua tungkai sejak 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit dan memberat sejak 3 hari SMRS. Bengkak awalnya pada kedua

13
mata pasien yang semakin bertambah disertai bengkak pada kedua tungkai
bawah dan semakin bertambah bengkak setiap harinya. Pasien juga
mengeluhkan perut semakin membesar sejak 3 hari SMRS. Riwayat BAK
berwarna kuning keruh berbusa dan BAK merah seperti cucian daging
disangkal. Tidak ada riwayat flu dan batuk sebelumnya. Riwayat demam
disangkal. Produksi kencing dikatakan semakin berkurang setiap harinya.
Buang air besar dalam batas normal. Pasien sudah pernah di rawat di Rumah
Sakit Pancaran Kasih pada bulan November 2022 dengan keluhan serupa
dan didiagnosis dengan Sindrom Nefrotik. Pasien sudah mendapatkan
prednison full dose selama 4 minggu namun pengobatan alternating dose
tidak deilanjutkan atas instruksi dokter.

H. DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
pasien di diagnosis dengan “Sindrom Nefrotik, Hipertensi Grade I".

I. TERAPI
- Furosemide 2x15 mg PO (dosis 0,5 mg/kkBB/kali)
- Captopril 3x 7,5 mg PO (dosis 0,5 mg/kgBB/kali)
- Parasetamol 3x400 mg PO (Bila demam)
- Diet rendah protein 1-2 gr/kgBB/hari
- Diet rendah garam 1-2 gr/kgBB/hari
- Minum IWL + UO = 2000 ml/24 jam
- Balance cairan /24 jam
- Pro cek Albumin, globulin, c3, swab tenggorok, kultur urine, profil lipid.

J. FOLLOW UP
08 Februari 2023 (perawatan hari ke-2)
S Bengkak pada seluruh tubuh, ascites minimal
O Kesadaran umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg

14
Nadi : 82 kali per menit
Respirasi : 26 kali per menit
Suhu : 36.8oC
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar, shiftting dullness (+)
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada

A Suspek Sindrom Nefrotik dd. GNAPS + Hipertensi Grade I + Obesitas

P - Furosemide 2x 20 mg (do 2mg/kg/hari)


- Captopril 3x 12,5 mg (do 0,3 mg/kg/x)
- Parasetamol 3 x 400 mg PO (k/p)
- Diet rendah garam rendah protein
- Minum IWL + UO = 2000 ml/24 jam
- Balans cairan, protein urine/24 jam
- Pro pemeriksaan lengkap: albumin, globulin
- Pro profil lipid, kultur urin, swab tenggorok

09 Februari 2022 (perawatan hari ke-3)


S Bengkak pada seluruh tubuh, ascites minimal
O Kesadaran umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 kali per menit

15
Respirasi : 26 kali per menit
Suhu : 36.8ºC
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar, shiftting dullness (+)
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,

A Suspek Sindrom Nefrotik dd. GNAPS + Hipertensi Grade I + Obesitas

P - Furosemide 2x 20 mg (do 2mg/kg/hari)


- Captopril 3x 12,5 mg (do 0,3 mg/kg/x)
- Parasetamol 3 x 400 mg PO (k/p)
- Diet rendah garam rendah protein
- Minum IWL + UO = 2000 ml/24 jam
- Balans cairan, protein urine/24 jam

10 Februari 2023 (perawatan hari ke-4)


S Bengkak pada seluruh tubuh, ascites minimal
O Kesadaran umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 88 kali per menit
Respirasi : 24 kali per menit
Suhu : 36.8ºC

16
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada,
oral thrush ada.
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar, shiftting dullness (+)
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,
A Suspek Sindrom Nefrotik dd. GNAPS + Hipertensi Grade I + Obesitas

P - Furosemide 2x 20 mg (do 2mg/kg/hari)


- Captopril 3x 12,5 mg (do 0,3 mg/kg/x)
- Parasetamol 3 x 400 mg PO (k/p)
- Diet rendah garam rendah protein
- Minum IWL + UO = 2000 ml/24 jam
- Balans cairan, protein urine/24 jam

11 Februari 2022 (perawatan hari ke-5)


S Bengkak masih ada pada seluruh tubuh
O Kesadaran umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 88 kali per menit
Respirasi : 24 kali per menit
Suhu : 36.8ºC

17
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada

A Suspek Sindrom Nefrotik dd. GNAPS + Hipertensi Grade I + Obesitas

P - Cefixime 2x 150 mg (4)


- Furosemide 2x 30 mg (do 2mg/kg/hari)
- Captopril 3x 12,5 mg (do 0,3 mg/kg/x)
- Parasetamol 3 x 400 mg PO (k/p)
- Diet rendah garam rendah protein
- Minum IWL + UO = 1000 ml/24 jam
- Balans cairan, protein urine/24 jam

12 Desember 2022 (perawatan hari ke-6)


S Bengkak sudah berkurang
O Kesadaran umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 84 kali per menit
Respirasi : 28 kali per menit
Suhu : 36.7ºC

18
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada,
oral thrush ada.
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,
A Suspek Sindrom Nefrotik dd. GNAPS + Hipertensi Grade I + Obesitas

P - Cefixime 2x 150 mg (4)


- Furosemide 2x 30 mg (do 2mg/kg/hari)
- Captopril 3x 12,5 mg (do 0,3 mg/kg/x)
- Parasetamol 3 x 400 mg PO (k/p)
- Diet rendah garam rendah protein
- Minum IWL + UO = 1000 ml/24 jam
- Balans cairan, protein urine/24 jam
- TH kultur utin, swab tenggorok (8/2)

13 Februari 2022 (perawatan hari ke-7)


S Bengkak sudah mulai berkurang
O Kesadaran umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 80 kali per menit
Respirasi : 26 kali per menit
Suhu : 36.7ºC

19
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis,
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada

A Suspek Sindrom Nefrotik dd. GNAPS + Hipertensi Grade I + Obesitas

P - Cefixime 2x 150 mg (6)


- Furosemide 2x 30 mg (do 2mg/kg/hari)
- Prednison 5-5-4 tablet (do 60mg/m2LPB/hari FD) mulai (13/2)
- Captopril 3x 12,5 mg (do 0,3 mg/kg/x)
- Parasetamol 3 x 400 mg PO (k/p)
- Diet rendah garam rendah protein
- Minum IWL + UO = 1000 ml/24 jam
- Balans cairan, protein urine/24 jam
- TH kultur utin, swab tenggorok (8/2)

14 Februari 2022 (perawatan hari ke-8)


S Bengkak sudah mulai berkurang
O Kesadaran umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 90 kali per menit
Respirasi : 28 kali per menit
Suhu : 36.7ºC

20
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada

A Suspek Sindrom Nefrotik dd. GNAPS + Hipertensi Grade I + Obesitas

P - Cefixime 2x 150 mg (7)


- Furosemide 2x 30 mg (do 2mg/kg/hari)
- Prednison 5-5-4 tablet (do 60mg/m2LPB/hari FD) mulai (13/2)
- Captopril 3x 12,5 mg (do 0,3 mg/kg/x)
- Parasetamol 3 x 400 mg PO (k/p)
- Diet rendah garam rendah protein
- Minum IWL + UO = 1000 ml/24 jam
- Balans cairan, protein urine/24 jam
- TH kultur utin, swab tenggorok (8/2)

15 Februari 2022 (perawatan hari ke-9)


S Bengkak pada kedua kelopak mata
O Kesadaran umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 944 kali per menit
Respirasi : 26 kali per menit
Suhu : 36.7ºC

21
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,

A Suspek Sindrom Nefrotik dd. GNAPS + Hipertensi Grade I + Obesitas

P - Cefixime 2x 150 mg (do 5 mg/kg/x) (8)


- Furosemide 2x 30 mg (do 2mg/kg/hari)
- Captopril 3x 12,5 mg (do 0,3 mg/kg/x)
- Parasetamol 3 x 400 mg PO (k/p)
- Prednison 5-5-4 tablet (do 60mg/m2LPB/hari FD) mulai (13/2)
- Diet rendah garam rendah protein
- Minum IWL + UO = 1000 ml/24 jam
- Balans cairan, protein urine/24 jam
- TH kultur urin, swab tenggorok (8/2)
- Minum hanya boleh 1200/ 4 gelas

16 Februari 2023 (perawatan hari ke-10)


S Bengkak pada kedua kelopak mata dan tungkai
O Kesadaran umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 98 kali per menit
Respirasi : 24 kali per menit
Suhu : 36.7ºC

22
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,

A Sindrom Nefrotik dd. GNAPS + Hipertensi Grade I + Obesitas

P - Cefixime 2x 150 mg (do 5 mg/kg/x) (9)


- Furosemide 2x 30 mg (do 2mg/kg/hari)
- Prednison 5-5-4 tablet (do 60mg/m2LPB/hari FD) mulai (13/2)
- Captopril 2x12,5mg (do 0,3 mg/kg/x)
- Parasetamol 3 x 400 mg PO (k/p)
- Diet rendah garam rendah protein
- Minum IWL + UO = 800 ml/24 jam (3 gelas)
- TH kultur urin (11/2)
- TH C3 (10/2)
PL / 24 Jam

17 Februari 2023 (perawatan hari ke-11)


S Bengkak di kelopak mata dan tungkai bawah
O Kesadaran umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 96 kali per menit
Respirasi : 24 kali per menit
Suhu : 36.7ºC

23
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada,
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,

A Sindrom Nefrotik dd. GNAPS + Hipertensi Grade I

P - Cefixime 2x 150 mg (do 5 mg/kg/x) (10)


- Furosemide 2x 30 mg (do 2mg/kg/hari)
- Prednison 5-5-4 tablet (do 60mg/m2LPB/hari FD) mulai (13/2)
- Captopril 2x12,5mg (do 0,3 mg/kg/x)
- Parasetamol 3 x 400 mg PO (k/p)
- Diet rendah garam rendah protein
- Minum IWL + UO = 800 ml/24 jam (3 gelas)
- TH kultur urin (11/2)
PL / 24 Jam

18 Februari 2023 (perawatan hari ke-12)


S Bengkak di kelopak mata dan tungkai bawah
O Kesadaran umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali per menit
Respirasi : 28 kali per menit
Suhu : 36.8ºC

24
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada
thrush ada.
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,
A Sindrom Nefrotik dd. GNAPS + Hipertensi Grade I

P - Cefixime 2x 150 mg (do 5 mg/kg/x) (10)


- Furosemide 2x 30 mg (do 2mg/kg/hari)
- Prednison 5-5-4 tablet (do 60mg/m2LPB/hari FD) mulai (13/2)
- Captopril 2x12,5mg (do 0,3 mg/kg/x)
- Parasetamol 3 x 400 mg PO (k/p)
- Diet rendah garam rendah protein
- Minum IWL + UO = 800 ml/24 jam (3 gelas)
- TH kultur urin (11/2)
PL / 24 Jam

19 Februari 2023 (perawatan hari ke-13)


S Bengkak di kelopak mata dan tungkai bawah berkurang, BAK kurang
jernih
O Kesadaran umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 74 kali per menit
Respirasi : 26 kali per menit
Suhu : 36.3ºC

25
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,

A Sindrom Nefrotik + Hipertensi Grade I

P - Furosemide 2x 30 mg (do 2mg/kg/hari)


- Prednison 4-3-3 tablet (do 50 mg/m2LPB/hari FD) mulai (13/2) (7)
- Captopril 2x12,5mg (do 0,3 mg/kg/x)
- Parasetamol 3 x 400 mg PO (k/p)
- Diet rendah garam rendah protein
- Minum IWL + UO = 800-1500 ml/24 jam (3 gelas)
- Pro kultur urin (20/2)
- PL / 24 Jam

20 Februari 2023 (perawatan hari ke-14)


SBengkak di kelopak mata dan tungkai bawah berkurang, BAK kuning
jernih
O Kesadaran umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 115/80 mmHg
Nadi : 72 kali per menit
Respirasi : 24 kali per menit
Suhu : 36.6ºC

26
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra (-)
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, edema tungkai (-)

A Sindrom Nefrotik + Hipertensi Grade I

P - Furosemide 2x 30 mg (do 2mg/kg/hari)


- Prednison 4-3-3 tablet (do 50 mg/m2LPB/hari FD) mulai (13/2) (8)
- Captopril 2x12,5mg (do 0,3 mg/kg/x)
- Parasetamol 3 x 400 mg PO (k/p)
- Diet rendah garam rendah protein
- Minum IWL + UO = 800-1500 ml/24 jam (3 gelas)
- Pro kultur urin (20/2)
- PL / 24 Jam
- Post Cefixime 10 hari

21 Februari 2023 (perawatan hari ke-15)


SBengkak di kelopak mata dan tungkai bawah berkurang, BAK kuning
jernih
O Kesadaran umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali per menit
Respirasi : 22 kali per menit
Suhu : 36.7ºC

27
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra (-)
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai (-)

A Sindrom Nefrotik + Hipertensi Grade I

P - Furosemide 2x 30 mg (do 2mg/kg/hari)


- Prednison 4-3-3 tablet (do 50 mg/m2LPB/hari FD) mulai (13/2) (9)
- Captopril 2x12,5mg (do 0,3 mg/kg/x)
- Parasetamol 3 x 400 mg PO (k/p)
- Diet rendah garam rendah protein
- Minum IWL + UO = 800 ml/24 jam (3 gelas)
- Pro kultur urin (21/2)
-Pro Albumin 25% 100cc – tidak di ACC
- PL/24 jam

22 Februari 2023 (perawatan hari ke-16)


SBengkak di -. kelopak mata dan tungkai bawah berkurang. BAK
kuning jernih
O Kesadaran umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 82 kali per menit
Respirasi : 22 kali per menit
Suhu : 36.6ºC

28
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra (-)
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar, ascites berkurang
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,

A Sindrom Nefrotik + Hipertensi Grade I

P P: - Furosemide 2x 30 mg (2mg/kg/hari)
- Prednison 4-3-3 tablet (do 50 mg/m2LPB/hari FD) mulai (13/2) (10)
- Captopril 2x12,5mg (0,3 mg/kg/x)
- Simvastatin 1 x 10 mg
- Parasetamol 3 x 400 mg PO (k/p)
- Diet rendah garam rendah protein
- Minum IWL + UO = 800 ml/24 jam (3 gelas)
- TH kultur urin (21/2)
- Pro Albumin 25% 100cc – tidak di ACC
- PL / 24 Jam

23 Februari 2023 (perawatan hari ke-17)


SBengkak di kelopak mata dan tungkai bawah berkurang,
BAK kuning jernih (+)
O Kesadaran umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali per menit
Respirasi : 24 kali per menit
Suhu : 36.7ºC

29
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra (-)
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar, ascites berkurang
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,

A Sindrom Nefrotik + Hipertensi Grade I

P - Furosemide 2 x 30 mg (do 2mg/kg/hari)


- Prednison 4-3-3 tablet (do 60 mg/m2LPB/hari FD) mulai (13/2) (11)
- Captopril 2 x 12,5mg (do 0,3 mg/kg/x)
- Simvastatin 1 x 10 mg
- Parasetamol 3 x 400 mg PO (k/p)
- Diet rendah garam, rendah protein
- Minum IWL + UO = 800 ml/24 jam (3 gelas)
- TH kultur urin (21/2)
- Pro DL, DC, CRP, OT, PT, Ur, Cr, profil lipid, albumin, globulin,
protein total (23/2)
- Pro Albumin 25% 100cc – tidak di ACC
- Post Cefixime 10 hari
- Post koreksi Albumin 25% 150cc (8/2) PL/24 jam

24 Februari 2023 (perawatan hari ke-18)


SBengkak di -. kelopak mata dan tungkai bawah (-) BAK kuning jernih
(+)
O Kesadaran umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali per menit
Respirasi : 24 kali per menit

30
Suhu : 36.6ºC
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra (-)
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar,
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai
tidak ada
A Sindrom Nefrotik + Hipertensi terkontrol

P - Furosemide 2 x 30 mg (do 2mg/kg/hari)


- Prednison 4-3-3 tablet (do 60 mg/m2LPB/hari FD) mulai (13/2) (12)
- Captopril 2 x 12,5mg (do 0,3 mg/kg/x)
- Simvastatin 1 x 10 mg
- Parasetamol 3 x 400 mg PO (k/p)
- Diet rendah garam, rendah protein
- Minum IWL + UO = 800 ml/24 jam (3 gelas)
- TH kultur urin (21/2)
Pro Albumin 25% 100cc – tidak di ACC
Post Cefixime 10 hari
Post koreksi Albumin 25% 150cc (8/2)
PL / 24 Jam

25 Februari 2023 (perawatan hari ke-19)


S Bengkak di -. kelopak mata dan tungkai bawah (-), BAK kuning jernih
(+)
O Kesadaran umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali per menit

31
Respirasi : 24 kali per menit
Suhu : 36.6ºC
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra tidak
ada
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar, asites berkurang
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai
tidak ada
A Sindrom Nefrotik + Hipertensi terkontrol

P - Prednison 4-3- 3 tablet (do 60 mg/m2LPB/hari FD) mulai (13/2) (13)


- Captopril 2 x 12,5mg (do 0,3 mg/kg/x)
- Simvastatin 1 x 10 mg
- Diet rendah garam, rendah protein
- Minum IWL + UO = 800 ml/24 jam (3 gelas)
- TH kultur urin (21/2)
- Pro Rawat Jalan

K. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

32
PEMBAHASAN

Sindrom nefrotik (SN) merupakan kelainan ginjal terbanyak dijumpai pada


anak, dengan angka kejadian 15 kali lebih banyak dibandingkan orang dewasa.
Berdasarkan etiologi, SN dibagi 3 yaitu kongenital, primer/idiopatik, dan sekunder
mengikuti penyakit sistemik. Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis dengan
gejala proteinuria, hipolabuminemia, edema dan hiperkolesterolemia. 1 Studi
epidemiologi di Amerika Serikat dan Inggris adalah 2-7 kasus dari 100.000 anak
pertahun, dengan prevalensi berkisar 12-16 kasus per 100.000 anak. Prevalensi
kasus sindrom nefrotik di negara berkembang lebih tinggi. Berdasarkan penelitian
Agrawal A et al di India tahun 2017-2018 ditemukan 107 kasus sindrom nefrotik.
Adapun di Indonesia dilaporkan 6 kasus dari 100.000 per tahun pada anak berusia
kurang dari 14 tahun. Sindrom nefrotik dapat ditemukan pada anak dari segala
usia, mulai dari bayi hingga remaja, namun paling sering terlihat pada anak usia
sekolah. Anak dengan jenis kelamin laki-laki lebih sering terkena sindrom
nefrotik dengan perbandingan 2:1 dengan anak perempuan. 2
Sindrom nefrotik bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi
merupakan suatu petunjuk awal adanya kerusakan pada unit filtrasi darah terkecil
(glomerulus) pada ginjal, di mana urin dibentuk. Sekitar 20% anak dengan SN
dari hasil biopsi ginjalnya menunjukkan adanya scar atau deposit pada
glomerulus.3 Anak-anak dengan sindrom nefrotik diklasifikasikan menurut ada
atau tidak adanya tanda-tanda penyakit sistemik: sindrom nefrotik primer, seperti
sindrom nefrotik idiopatik (dengan tidak adanya penyakit sistemik), sindrom
nefrotik sekunder (dengan adanya penyakit sistemik) dan kongenital dan sindrom
nefrotik infantil (pada anak-anak di tahun pertama kehidupan) dan yang bersifat
sekunder (karena infeksi) atau primer, dengan sebagian besar dari mereka
memiliki penyebab genetik.4
Sindrom nefrotik ditegakkan berdasarkan 4 gejala klinik yang khas, yaitu
proteinuria masif dimana dalam urin terdapat protein  40 mg/m2 lpb/jam atau >50
mg/kgBB/24 jam atau rasio albumin/kreatinin pada urin sewaktu >2mg/mg atau
dipstik 2+. Hipoalbuminemia yaitu kadar albumin serum <2,5 g/dL, dimana
kadar normal albumin plasma pada anak dengan gizi baik berkisar antara 3,6-4,4

33
g/dL. Edema merupakan gejala klinis yang menonjol kadang-kadang bisa
mencapai 40% daripada berat badan dan didapatkan anasarka. Edema dapat
terlihat pada daerah yang mempunyai resistensi rendah, seperti kelopak mata,
tibia, atau skrotum. Hiperkolesterolemia adalah kadar kolesterol dalam darah
>200 mg/dL. Kadar ureum dan kreatinin umumnya normal kecuali ada penurunan
fungsi ginjal. 1
Penyebab proteinuria pada sindrom nefrotik yaitu terjadinya kegagalan
fungsi atau struktur pada membran filtrasi glomerulus. Membran filtrasi
glomerulus terdiri dari endotel fenestra sebelah dalam, membran basalis dan sel
epitel khusus di bagian luar yang dikenal dengan podosit. Podosit memiliki
tonjolan-tonjolan menyerupai kaki (foot processes), di antara tonjolan-tonjolan
tersebut terdapat celah diafragma (slit diaphragm), yang berperan penting dalam
pemeliharaan fungsi filtrasi glomerulus.5 Kehilangan protein melalui urin
menyebabkan terjadinya hipoalbuminemia. Hipoalbunemia merupakan gejala
yang penting dalam menegakkan diagnosis sindrom nefrotik, yaitu konsentrasi
albumin plasma ≤ 2.5 g/dL. Semakin rendah kadar albumin dalam plasma
semakin berat manifestasi klinis yang timbul pada anak dengan sindrom nefrotik.
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipoalbuminemia diantaranya penurunan
sintesis, peningkatan katabolisme, serta hilangnya albumin dalam saluran cerna.
Dalam keadaan seimbang, laju sintesis albumin, degradasi dan pengeluaran dari
tubuh adalah seimbang. Pada anak dengan sindrom nefrotik terdapat hubungan
terbalik antara laju ekskresi protein urin dan derajat hipoalbuminemia. Keadaan
ini tidak merupakan korelasi yang ketat, terutama pada anak dengan proteinuria
yang menetap lama dan tidak responsif steroid, albumin serumnya dapat kembali
normal atau hampir normal dengan atau tanpa perubahan pada laju ekskresi
protein. Laju sintesis albumin pada sindrom nefrotik dalam keadaan seimbang
ternyata tidak menurun, bahkan meningkat atau normal. Pada suatu penelitian
terhadap anak ditemukan kenaikan laju sintesis dua kali pada nefrotik (dan anak
dengan hipoalbuminemia dengan penyebab non hepatik lainnya) menunjukkan
bahwa kapasitas peningkatan sintesis hati terhadap albumin tidak cukup untuk
mengkompensasi laju kehilangan albumin yang abnormal.5

34
Teori klasik mengenai pembentukan edema pada sindrom nefrotik disebut
dengan teori underfilled. Teori underfilled merupakan penurunan tekanan onkotik
intravaskular yang menyebabkan cairan merembes ke ruang interstisial.
Peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus, albumin keluar menimbulkan
albuminuria dan hipoalbuminemia. Hipoalbuminemia menyebabkan menurunnya
tekanan onkotik koloid plasma intravaskular dan menyebabkan peningkatan cairan
transudat melalui dinding kapiler dari ruang intravaskular ke ruang interstisial
yang menyebabkan edema. Sebagai akibat pergeseran cairan ini volume plasma
total dan volume darah arteri dalam peredaran menurun disbanding dengan
volume sirkulasi efektif. Menurunnya volume plasma atau volume sirkulasi
merupakan stimulasi timbulnya retensi air dan natrium renal. Retensi natrium dan
air sebagai usaha tubuh untuk menjaga volume dan tekanan intravaskular agar
tetap normal atau mekanisme kompensasi sekunder. Retensi cairan akan
mengencerkan protein plasma dan menurunkan tekanan onkotik plasma dan
mempercepat cairan masuk ke ruang interstisial.5
Teori underfilled diduga terjadi kenaikan kadar renin plasma dan
aldosterone sekunder terhadap hipovolemia. Beberapa pasien sindrom nefrotik
menunjukkan meningkatkanya volume plasma dengan tertekannya aktivitas renin
plasma dan kadar aldosterone. Berdasarkan teori underfilled retensi natrium renal
dan air terjadi akibat mekanisme intrarenal primer dan tidak bergantung pada
stimulasi sistemik perifer. Retensi natrium renal primer mengakibatkan ekspansi
volume plasma dan cairan ekstraseluler. Pembentukan edema terjadi sebagai
akibat overfilling cairan ke dalam ruang interstisial. Volume plasma yang tinggi
dengan kadar renin plasma dan aldosterone menurun sekunder terhadap
hipervolemia.5
Sindrom nefrotik primer timbul hiperkolesterolemia dan hiperlipidemia
dan kenaikan ini tampak lebih nyata pada pasien dengan kelainan metabolism.
Pada pasien dengan sindrom nefrotik ditemukan hubungan antara konsentrasi
albumin serum dan kolesterol. Pasien dengan sindrom nefrotik konsentrasi
lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL) dan lipoprotein densitas rendah (LDL)
meningkat. Lipoprotein densitas tinggi (HDL) umumnya normal atau meningkat
pada anakanak dengan sindrom nefrotik dan kadar rasio kolesterol-HDL terhadap

35
kolesterol total rendah. Hiperlipidemia terjadi akibat sintesis yang meningkat atau
degradasi yang menurun. Peningkatan produksi lipoprotein di hati dengan
peningkatan sintesis albumin. Menurunnya degradasi ini berpengaruh terhadap
hiperlipidemia karena menurunnya aktivitas lipase lipoprotein. Katabolisme yang
menurun disebabkan adanya lipoprotein lipase yang diekskresi dalam urin akibat
kerusakan nefron.5
Hipertensi pada sindrom nefrotik terjadi akibat retensi natrium dan air
intrarenal. Batasan hipertensi menurut The Fourth Report on the Diagnosis,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure in Children and Adolescent
adalah sebagai berikut, hipertensi adalah nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan
atau diastolik lebih dari persentil ke-95 berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tinggi
badan pada pengukuran sebanyak 3 kali atau lebih. Prehipertensi adalah nilai rata-
rata tekanan darah sistolik dan atau diastolik antara persentil ke-90 dan 95. Pada
kelompok ini harus diperhatikan secara teliti adanya faktor risiko seperti obesitas.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kelompok ini memiliki kemungkinan
yang lebih besar untuk menjadi hipertensi pada masa dewasa dibandingkan
dengan anak yang normotensi. Anak remaja dengan nilai tekanan darah di atas
120/80 mmHg harus dianggap suatu prehipertensi. Seorang anak dengan nilai
tekanan darah di atas persentil ke-95 pada saat diperiksa di tempat praktik atau
rumah sakit, tetapi menunjukkan nilai yang normal saat diukur di luar praktik atau
rumah sakit, disebut dengan white-coat hypertension. Kelompok ini memiliki
prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan yang mengalami hipertensi
menetap untuk menderita hipertensi atau penyakit kardiovaskular di kemudian
hari. Hipertensi emergensi adalah hipertensi berat disertai komplikasi yang
mengancam jiwa, seperti ensefalopati (kejang, stroke, defisit fokal), payah jantung
akut, edema paru, aneurisma aorta, atau gagal ginjal akut.6,7
Penegakan diagnosis pada sindrom nefrotik dibutuhkan pemeriksaan
penunjang antara lain, urinalisis hanya dilakukan bila didapatkan gejala klinis
yang mengarah kepada infeksi saluran kemih. Protein urin kuantitatif, dapat
menggunakan urin 24 jam atau rasio protein/kreatinin pada urin pertama pagi hari.
Pemeriksaan darah juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi lengkap
(hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit, trombosit, hematokrit, LED),

36
albumin dan kolesterol serum, ureum, kreatinin serta klirens kreatinin dengan cara
klasik atau dengan rumus Schwartz, kadar komplemen C3;bila dicurigai lupus
eritematosus sistemik pemeriksaan ditambah dengan komplemen C4, ANA (anti
nuclear antibody), dan anti ds-DNA. 8
Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan bengkak pada kedua kelopak
mata dan kedua tungkai sejak 2 minggu SMRS dan semakin memberak sejak 3
hari SMRS. Pasien juga mengaku bahwa perut semakin membesar sejak 3 hari
SMRS. Pada kasus sindrom nefrotik edema merupakan gejala klinis yang
menonjol kadang-kadang bisa mencapai 40% daripada berat badan dan didapatkan
anasarka. Edema dapat terlihat pada daerah yang mempunyai resistensi rendah,
seperti kelopak mata, tibia, atau skrotum. Mekanisme terjadinya edema pada
sindrom nefrotik, secara klasik dianggap mengikuti teori underfilled. Berdasarkan
teori underfilled, hipoalbuminemia yang disebabkan kebocoran protein akan
menyebabkan tekanan onkotik intravaskular menurun. Sehinggan keseimbangan
tekanan menurut hukum starling bergeser dan cairan intravaskular akan merembes
ke ruang interstisial, sehingga terjadilah edema. Selain itu pada pasien ini, terjadi
proteinuria yang masif dimana pada pemeriksaan urinalisis pada tanggal 7
Februari 2023 didapatkan protein urin +4, hematuria mikroskopik dimana eritrosit
6-8/LPB, selain itu didapatkan -, dan kolesterol 1.024 mg/dL. Berdasarkan hasil
tersebut maka memenuhi kriteria penegakan diagnosis pada sindrom nefrotik.
Tatalaksana umum pada anak dengan manifestasi klinis sindrom nefrotik
pertama kali, sebaiknya dirawat di rumah sakit dengan tujuan untuk mempercepat
pemeriksaan dan evaluasi pengaturan diet, penanggulangan edema, memulai
pengobatan steroid dan edukasi orangtua. Pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat
dilakukan sebelum pengobatan steroid adalah:

1. Pengukuran berat badan dan tinggi badan


2. Pengukuran tekanan darah
3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda atau gejala penyakit sistemik
seperti lupus eritematosus sistemik, purpura Henoch- Schonlein.
4. Mencari fokus infeksi di gigi-geligi, telinga, ataupun kecacingan.
Setiap infeksi perlu dieradikasi lebih dahulu sebelum terapi steroid
dimulai.

37
5. Melakukan uji Mantoux. Bila hasilnya positif diberikan profilaksis
INH selama 6 bulan bersama steroid dan bila ditemukan tuberkulosis
diberikan obat antituberkulosis (OAT).9

Perawatan di rumah sakit pada sindrom nefrotik relaps hanya dilakukan


bila terdapat edema anasarka yang berat atau disertai komplikasi muntah, infeksi
berat, gagal ginjal, atau syok. Tirah baring tidak perlu dipaksakan dan aktivitas
fisik disesuaikan dengan kemampuan pasien. Bila edema tidak berat, anak boleh
sekolah. Pemberian diit tinggi protein dianggap merupakan kontraindikasi karena
akan menambah beban glomerulus untuk mengeluarkan sisa metabolisme protein
(hiperfiltrasi) dan menyebabkan sklerosis glomerulus. Bila diberi diet rendah
protein akan terjadi malnutrisi energi protein (MEP) dan menyebabkan hambatan
pertumbuhan anak. Jadi cukup diberikan diet protein normal sesuai dengan RDA
(recommended daily allowances) yaitu 1,5-2 g/kgbb/hari. Diet rendah garam (1-2
g/hari) hanya diperlukan selama anak menderita edema.9
Restriksi cairan dianjurkan selama ada edema berat. Biasanya diberikan loop
diuretic seperti furosemid 1-3 mg/kgbb/hari, bila perlu dikombinasikan dengan
spironolakton (antagonis aldosteron, diuretik hemat kalium) 2-4 mg/kgbb/hari.
Sebelum pemberian diuretik, perlu disingkirkan kemungkinan hipovolemia. Pada
pemakaian diuretik lebih dari 1-2 minggu perlu dilakukan pemantauan elektrolit
kalium dan natrium darah. Bila pemberian diuretik tidak berhasil (edema
refrakter), biasanya terjadi karena hipovolemia atau hipoalbuminemia berat (≤ 1
g/dL), dapat diberikan infus albumin 20-25% dengan dosis 1 g/kgbb selama 2-4
jam untuk menarik cairan dari jaringan interstisial dan diakhiri dengan pemberian
furosemid intravena 1-2 mg/kgbb. Bila pasien tidak mampu dari segi biaya, dapat
diberikan plasma 20 ml/kgbb/hari secara pelan-pelan 10 tetes/menit untuk
mencegah terjadinya komplikasi dekompensasi jantung. Bila diperlukan, suspensi
albumin dapat diberikan selang-sehari untuk memberi kesempatan pergeseran
cairan dan mencegah overload cairan. Bila asites sedemikian berat sehingga
mengganggu intravena 1-2 mg/kgbb. Bila pasien tidak mampu dari segi biaya,
dapat pernapasan dapat dilakukan pungsi asites berulang.9

38
Gambar 1. Alur pemberian diuretik pada sindrom nefrotik berdasarkan
Konsesus Tatalaksana Sindrom Nefrotik pada Anak.9

Pada terapi inisial steroid prednisone diberikan 60 mg/m 2/24 jam atau
2mg/kgbb/hari terbagi 3 atau 4 dosis. Pada pasien diberikan prednisone
2mg/kgbb/hari terbagi 3 dosis direncanakan selama 30 hari. Setelah 30 hari
menggunakan steroid pasien akan kembali di periksa untuk menentukan apakah
ada perbaikan dengan steroid.10

39
Gambar 2. Tatalaksana sindrom nefrotik berdasarkan Konsesus Tatalaksana
Sindrom Nefrotik pada Anak.9
Komplikasi sindrom nefrotik dibagi menjadi dua kategori: komplikasi terkait
penyakit dan terkait obat. Komplikasi terkait penyakit termasuk infeksi (misalnya,
peritonitis, sepsis, selulitis, dan cacar air), tromboemboli (misalnya, tromboemboli
vena dan emboli paru), krisis hipovolemik (misalnya, nyeri perut, takikardia, dan
hipotensi), masalah kardiovaskular (misalnya, hiperlipidemia), gagal ginjal akut,
anemia, dan lain-lain (misalnya, hipotiroidisme, hipokalsemia, penyakit tulang,
dan intususepsi). Patomekanisme utama komplikasi terkait penyakit berasal dari
hilangnya banyak protein plasma dalam urin anak nefrotik. Deteksi dini dan
pengobatan yang tepat dari komplikasi ini akan meningkatkan hasil bagi pasien
dengan sindrom nefrotik.11
Sebagian kasus SN bisa diobati dengan steroid dan memperlihatkan
kesembuhan. Namun, ada juga yang tidak memperlihatkan remisi. Jika didapatkan
tanda-tanda tidak ada perbaikan, maka perlu dirujuk ke ahli (konsultan nefrologi
anak). Keadaan-keadaan ini yang merupakan indikasi untuk merujuk pasien SN
kepada ahli nefrologi anak antara lain, adanya awitan sindrom nefrotik pada usia
di bawah 1 tahun, riwayat penyakit sindrom nefrotik di dalam keluarga, sindrom
nefrotik dengan hipertensi, hematuria nyata persisten, penurunan fungsi ginjal,
atau disertai gejala ekstra renal seperti artritis, seroritis atau lesi di kulit, sindrom
nefrotik dengan komplikasi edema refrakter, trombosis, infeksi berat, toksik
steroid, sindrom nefrotik resisten steroid dan sindrom nefrotik relaps sering atau
dependen steroid.1
Sindrom nefrotik merupakan penyakit ginjal yang sering pada anak, bersifat
kronik, dapat mengalami relaps hingga berkali-kali atau menjadi dependen steroid
atau resisten steroid, sehingga memerlukan pemantauan jangka lama. Kepada
pasien dan orangtua perlu dijelaskan tentang sindrom nefrotik dan perjalanan
penyakit, penyebab, komplikasi, tata laksana, maupun luaran penyakit. Pasien
perlu kontrol teratur untuk evaluasi pasien dan perlu dibuat catatan tentang diet,
hasil pemeriksaan urin, pemberian obat, penyakit yang timbul di antara relaps,
perjalanan penyakit termasuk nilai ambang steroid pada saat relaps.12

40
Edukasi sangat penting untuk diberikan karena anak dapat melalui berbagai
jenis pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, pencitraan,
bahkan biopsi ginjal. Keadaan ini menyebabkan anak ketakutan, kehidupan anak
terganggu karena aktivitas terbatas, kegiatan di sekolah terpengaruh karena anak
sering tidak masuk sekolah, kegiatan sehari-hari dan kegiatan lainnya terganggu
yang membuat anak mengalami beban psikologis. Selain anak, orangtua juga
mengalami beban karena tenaga dan waktu yang tersita untuk mengantar anak
berobat, memerlukan perhatian lebih, serta masalah biaya yang akan
memengaruhi psikologis keluarga. Oleh karena itu, pendekatan psikologis sangat
diperlukan baik kepada anak maupun orangtua atau keluarga.12

41
KESIMPULAN

Telah dilaporkan sebuah kasus Sindrom Nefrotik, Hipertensi Grade I,


pada seorang anak perempuan berusia 7 tahun 9 bulan. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan hasil anamnesis adanya keluhan bengkak pada kelopak mata dan
kedua tungkai sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, pada pemeriksaan fisik
ditemukan tekanan darah meningkat 110/80 mmHg, dan pitting edema pada kedua
tungkai, pada abdomen ditemukan ascites (+). Pada pemeriksaan penunjang
urinalisis pada 7 Februari 2023 ditemukan protein di urin 4+ dan eritrosit 2+.
Sedangkan pada pemeriksaan darah 07 Februari 2023 didapatkan nilai albumin
rendah yaitu 1.15 g/dL, kadar ureum normal yaitu 23 mg/dL, kadar kreatinin
normal 0.5 mg/dL dan CRP meningkat 24.00 mg/L. Hasil pemeriksaan darah pada
tanggal yang sama 07 Februari 2023 didapatkan nilai leukosit meningkat
15.100/uL. Pada hasil pemeriksaan darah tanggal 18 Februari 2023 didapatkan
kolesterol 1.024 mg/dL dan ditemukan protein di urin +4. Berdasarkan hasil
keseluruhan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien
didiagnosis dengan Sindrom Nefrotik, Hipertensi Grade I. Pasien diberikan
tatalaksana dengan obat antibiotik, obat kortikosteroid, obat antihipertensi, diet
rendah protein dan garam. Prognosis ad vitam, ad functionam, dan ad sanactionam
adalah dubia ad bonam.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Qira Amalia T, Kunci K. Aspek Klinis, Diagnosis Dan Tatalaksana Sindroma


Nefrotik Pada Anak TINJAUAN PUSTAKA ABSTRAK. Vol. 1, Ked. N. Med
|. 2018.

2. Alfi Cahya Arifin. Gambaran Penderita Sindrom Nefrotik Pada Anak Di


Beberapa Rumah Sakit Di Indonesia Dan Di Luar Indonesia Periode Tahun
2008 Sampai Dengan Tahun. 2020.

3. Kinasih RP. NEPHROTIC SYNDROME IN 2 YEARS OLD CHILD.


2014;217–20.

4. Matjaž K. Nephrotic Syndrome In Children – Present State And Future


Perspectives [Internet]. Journal Of Nephrology Research. 2018 [Cited 2023
Mar 7]. Available From:
Http://Www.Ghrnet.Org/Index.Php/Jnr/Article/View/2289/2639

5. Alatas H, Tambunan T, Pardede S. Buku Ajar Nefrologi Anak. 2002. 362 P.

6. Trihono P, Alatas H, Tambunan T, Pardede S. Tatalaksana Sindrom Nefrotik


Idiopatik Pada Anak . Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012;349–52.

7. Umboh A. Hubungan Aspek Klinis Dan Laboratorium Pada Sindrom Nefrotik


Sensitif Steroid Dan Sindrom Nefrotik Resisten Steroid. Sari Pediatri.
2013;15:133–5.

8. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Kompedium Nefrologi Anak. 2011. 72–86 P.

9. Trihono P, Alatas Husein, Tambunan Taralan, Pardede Sudung. KONSENSUS


TATA LAKSANA SINDROM NEFROTIK IDIOPATIK PADA ANAK. In:
Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012.

10. D Kandou Manado Valentine Umboh PR, Tandiawan L, Umboh Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran A, Sam Ratulangi U, Sakit D Kandou

43
Manado RR. Luaran Pada Anak-Anak Dengan Sindroma Nefrotik Sensitif
Steroid Di RSUP. Vol. 3. 2019.

11. Park J, Shin J Il. Complications Of Nephrotic Syndrome. Korean J Pediatr


[Internet]. 2011 [Cited 2023 Mar 13];54(8):322–8. Available From:
Http://Dx.Doi.Org/10.3345/Kjp.2011.54.8.322 Doi:
10.3345/Kjp.2011.54.8.322

12. Pardede SO. Tata Laksana Non Imunosupresan Sindrom Nefrotik Pada Anak.
Sari Pediatri. 2017 Aug 22;19(1):53.
Https://Doi.Org/10.14238/Sp19.1.2017.53-62

44

Anda mungkin juga menyukai