Oleh:
Jesica Carla Umboh
210141010017
Masa KKM: 6 Februari 2023 – 16 April 2023
Supervisor Pembimbing:
dr. Valentine Umboh, Sp.A
Residen Pembimbing:
Mengetahui,
Residen Pembimbing
Mengetahui,
Supervisor Pembimbing
Mengetahui,
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : AA
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir / Usia : 16 April 2015 / 7 tahun 9 bulan
Berat Badan : 27 kg
Tinggi Badan : 127 cm
Agama : Kristen Protestan
Kebangsaan : Indonesia
Suku Bangsa : Minahasa
Anak ke :1
Masuk Rumah Sakit : 07 Februari 2023, pukul 11.00 WITA
Alamat : Kalasey II
7 tahun 9 bulan
D. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Bengkak pada wajah dan pada kedua tungkai bawah sejak 2 minggu SMRS
3
namun pengobatan alternating dose tidak dilanjutkan atas instruksi
dokter
2) Anamnesis Antenatal
Selama masa kehamilan, ibu pasien ANC secara teratur sebanyak 9 kali
di rumah sakit dan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) sebanyak 2 kali.
Selama masa kehamilan, ibu pasien sehat.
4
Bubur saring : 7 - 10 bulan
Bubur halus :-
Nasi lembek : 12 bulan
6) Imunisasi
Imunisasi dasar pasien lengkap. Pasien sudah mendapat imunisasi BCG
satu kali, polio tiga kali, DPT tiga kali, campak dua kali dan Hepatitis B
empat kali. Pasien juga sudah mendapatkan imunisasi ulangan.
5
E. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36.7º C
Antropometri
Berat badan : 37 kg
Tinggi badan : 127 cm
Status Gizi
BB/U : 148% (BB sangat lebih)
TB/U : P75-P95 (Perawakan norma)l
BB/TB : 142% (Obesitas)
BMI/U : Diatas P95 (Obesitas)
Kulit
Warna : Sawo matang
Efloresensi : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada
Jaringan parut : Skar (+) BCG
Lapisan lemak : Cukup
Turgor : Kembali cepat
Tonus : Eutonia
Edema : Anasarka
Kepala
Bentuk : Normocephali
Ubun-ubun besar : Sudah menutup
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
6
Mata
Exophtalmus/enophtalmus (-/-)
Tekanan bola mata Normal pada perabaan
Palpebra : Edema palpebra (+/+)
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Refleks kornea : Normal
Pupil : Bulat, isokor, Ø 2 mm – 2 mm, RC (+/+)
Lensa : Jernih
Fundus & visus : Tidak dievaluasi
Gerakan : Normal ke segala arah
Telinga : Sekret (-/-)
Hidung : Sekret (-/-)
Mulut
Bibir : Sianosis (-)
Selaput mulut : Mukosa basah
Lidah : Beslag (-)
Gusi : Perdarahan (-)
Gigi : Karies (-)
Bau pernapasan : Foetor (-)
Tenggorokan
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Leher
Trakea : Letak tengah
Kelenjar : Pembesaran KGB (-)
Kaku kuduk : Tidak ditemukan
Lain – lain : Tidak ditemukan
Thoraks
Bentuk : Simetris
Ruang intercostal : Normal
Pernapasan paradoxal : Tidak ditemukan
7
Precordial bulging : Tidak ditemukan
Paru-paru
Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor kanan, Sonor di kiri
Auskultasi : Suara pernapasan brokovesikuler, ronkhi
(-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Detak jantung : 88 kali/menit
Iktus kordis : Tidak tampak
Batas kiri : ICS V linea midklavikularis sinistra
Batas kanan : ICS III-IV linea parasternalis dextra
Batas atas : ICS II-III
Bunyi jantung apeks : M1>M2
Bunyi jantung aorta : A1>A2
Bunyi jantung pulmo : P1< P2
Bising : Tidak ada
Abdomen
Bentuk : Cembung, lemas
Lain-lain : Bising usus (+) normal, Ascites (+)
Hepar : Tidak teraba membesar
Lien : Tidak teraba membesar
8
Refleks patologis (-/-)
Persentil hipertensi:
P50 = 97/58
P90 = 110/71
P95 = 113/74
P95+12 = 125/86
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium (07/2/2023)
Parameter Hasil Nilai Rujukan
DARAH
Leukosit 15.1 10^3/uL 5.0 – 13.0
Eritrosit 4.91 10^6/uL 4.00 – 5.20
Hemoglobin 13.9 g/dL 11.5-15.5
Hematokrit 38.6% 35.0-45.0
Trombosit 499 10^3/uL 200 - 450
CRP <6 mg/L < 6.00 mg/L
Ureum 23 mg/dL 10-40 mg/dL
Creatinin 0.5 mg/dL 0.5 – 1.5 mg/dL
Natrium 133 mmol/L 135 - 153
Kalium 3.8 mmol/L 3.5 – 5.1 mmol/L
Klorida 101 mmol/L 97 – 111 mmol/L
MCHC 36.0 d/dL 31.0-37.0 g/dL
MCV 78.6 fL 77.0 - 95.0 fL
MCH 28.3 pg 27.0 - 35.0 pg
SGOT (AST) 25 U/L <33 U/L
SGPT (ALT) 25 U/L <43 U/L
Protein total 4.28 g/dL 6.30-8.30 g/dL
Albumin 1.15 g/dL 3.50-5.70 g/dL
Globulin 3.13 g/dL 2.50-3.50
9
2.) Pemeriksaan Laboratorium (07/2/2023)
Parameter Hasil Nilai Rujukan
MAKROSKOPIS
MIKROSKOPIS
Eritrosit 6-8 /LPB 0-1
Leukosit 5-6 /LPB 1-5
Epitel 4-5 /lpk 0-1
Bakteri - /LPB
Jamur - /LPB
Amoeba -
KIMIA
Berat Jenis 1.015 1005 – 1030
pH 5 5-8
Leukosit +1
Nitrit Negatif Negatif
Protein 4+ Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Normal
Bilirubin Negatif Negatif
Darah/Eritrosit 2+ Negatif
Silinder -
Kristal - /LPB 0-0
10
LDL Kolesterol 721 mg/dL 60-130 mg/dL
Trigliserida 1.146 mg/dL 30-190
11
Warna Kuning Kuning muda
Kekeruhan Jernih Jernih
MIKROSKOPIS
Eritrosit 6-8 /LPB 0-1
Leukosit 0-2 /LPB 1-5
Epitel 2-4 /LPK 0-1
Bakteri - /LPB
Jamur - /LPB
Amoeba -
KIMIA
Berat Jenis 1.015 1005 – 1030
pH 7 5-8
Leukosit Neg
Nitrit Negatif Negatif
Protein 4+ Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Normal
Bilirubin Negatif Negatif
Darah/Eritrosit Negatif Negatif
Silinder - / LPB
Kristal - / LPB 0-0
12
Eosinofil 0% 1-5
Basofil 0% 0-1
Netrofil Batang 0% 2-8
Netrofil Segmen 66% 50-70
Limfosit 23% 20-40
Monosit 11% 2-8
MCHC 35.3 d/dL 31.0-37.0 g/dL
MCV 79.5 fL 77.0 - 95.0 fL
MCH 28.1 pg 27.0 - 35.0 pg
LDL Cholesterol 860 mg/dL 60-130
CRP 48.00 mg/L <6.00
G. RESUME MASUK
Seorang anak perempuan usia 7 tahun dengan berat badan 37 kg dan tinggi
badan 127 cm masuk rumah sakit pada tanggal 07 Februari 2023 pukul
11.00 WITA. Pasien datang ke Instalasi Rawat Darurat Anak Rumah Sakit
RSUP Prof R. D. Kandou dibawah oleh orang tua. Pasien rujukan dari
Rumah Sakit Bhayangkara. Pasien datang dengan keluhan bengkak pada
kedua kelopak mata dan kedua tungkai sejak 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit dan memberat sejak 3 hari SMRS. Bengkak awalnya pada kedua
13
mata pasien yang semakin bertambah disertai bengkak pada kedua tungkai
bawah dan semakin bertambah bengkak setiap harinya. Pasien juga
mengeluhkan perut semakin membesar sejak 3 hari SMRS. Riwayat BAK
berwarna kuning keruh berbusa dan BAK merah seperti cucian daging
disangkal. Tidak ada riwayat flu dan batuk sebelumnya. Riwayat demam
disangkal. Produksi kencing dikatakan semakin berkurang setiap harinya.
Buang air besar dalam batas normal. Pasien sudah pernah di rawat di Rumah
Sakit Pancaran Kasih pada bulan November 2022 dengan keluhan serupa
dan didiagnosis dengan Sindrom Nefrotik. Pasien sudah mendapatkan
prednison full dose selama 4 minggu namun pengobatan alternating dose
tidak deilanjutkan atas instruksi dokter.
H. DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
pasien di diagnosis dengan “Sindrom Nefrotik, Hipertensi Grade I".
I. TERAPI
- Furosemide 2x15 mg PO (dosis 0,5 mg/kkBB/kali)
- Captopril 3x 7,5 mg PO (dosis 0,5 mg/kgBB/kali)
- Parasetamol 3x400 mg PO (Bila demam)
- Diet rendah protein 1-2 gr/kgBB/hari
- Diet rendah garam 1-2 gr/kgBB/hari
- Minum IWL + UO = 2000 ml/24 jam
- Balance cairan /24 jam
- Pro cek Albumin, globulin, c3, swab tenggorok, kultur urine, profil lipid.
J. FOLLOW UP
08 Februari 2023 (perawatan hari ke-2)
S Bengkak pada seluruh tubuh, ascites minimal
O Kesadaran umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
14
Nadi : 82 kali per menit
Respirasi : 26 kali per menit
Suhu : 36.8oC
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar, shiftting dullness (+)
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada
15
Respirasi : 26 kali per menit
Suhu : 36.8ºC
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar, shiftting dullness (+)
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,
16
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada,
oral thrush ada.
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar, shiftting dullness (+)
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,
A Suspek Sindrom Nefrotik dd. GNAPS + Hipertensi Grade I + Obesitas
17
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada
18
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada,
oral thrush ada.
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,
A Suspek Sindrom Nefrotik dd. GNAPS + Hipertensi Grade I + Obesitas
19
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis,
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada
20
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada
21
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,
22
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,
23
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada,
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,
24
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada
thrush ada.
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,
A Sindrom Nefrotik dd. GNAPS + Hipertensi Grade I
25
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra ada
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,
26
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra (-)
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, edema tungkai (-)
27
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra (-)
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai (-)
28
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra (-)
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar, ascites berkurang
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,
P P: - Furosemide 2x 30 mg (2mg/kg/hari)
- Prednison 4-3-3 tablet (do 50 mg/m2LPB/hari FD) mulai (13/2) (10)
- Captopril 2x12,5mg (0,3 mg/kg/x)
- Simvastatin 1 x 10 mg
- Parasetamol 3 x 400 mg PO (k/p)
- Diet rendah garam rendah protein
- Minum IWL + UO = 800 ml/24 jam (3 gelas)
- TH kultur urin (21/2)
- Pro Albumin 25% 100cc – tidak di ACC
- PL / 24 Jam
29
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra (-)
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar, ascites berkurang
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai ada,
30
Suhu : 36.6ºC
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra (-)
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar,
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai
tidak ada
A Sindrom Nefrotik + Hipertensi terkontrol
31
Respirasi : 24 kali per menit
Suhu : 36.6ºC
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra tidak
ada
Leher. :
Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, tidak ada pembesaran
KGB
Thorax :
Simetris, retraksi tidak ada, suara napas bronkovesikuler pada kedua
lapang paru, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Cor :
Bising jantung tidak ada
Abdomen :
Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar, asites berkurang
Ekstremitas :
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pitting edema tungkai
tidak ada
A Sindrom Nefrotik + Hipertensi terkontrol
K. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
32
PEMBAHASAN
33
g/dL. Edema merupakan gejala klinis yang menonjol kadang-kadang bisa
mencapai 40% daripada berat badan dan didapatkan anasarka. Edema dapat
terlihat pada daerah yang mempunyai resistensi rendah, seperti kelopak mata,
tibia, atau skrotum. Hiperkolesterolemia adalah kadar kolesterol dalam darah
>200 mg/dL. Kadar ureum dan kreatinin umumnya normal kecuali ada penurunan
fungsi ginjal. 1
Penyebab proteinuria pada sindrom nefrotik yaitu terjadinya kegagalan
fungsi atau struktur pada membran filtrasi glomerulus. Membran filtrasi
glomerulus terdiri dari endotel fenestra sebelah dalam, membran basalis dan sel
epitel khusus di bagian luar yang dikenal dengan podosit. Podosit memiliki
tonjolan-tonjolan menyerupai kaki (foot processes), di antara tonjolan-tonjolan
tersebut terdapat celah diafragma (slit diaphragm), yang berperan penting dalam
pemeliharaan fungsi filtrasi glomerulus.5 Kehilangan protein melalui urin
menyebabkan terjadinya hipoalbuminemia. Hipoalbunemia merupakan gejala
yang penting dalam menegakkan diagnosis sindrom nefrotik, yaitu konsentrasi
albumin plasma ≤ 2.5 g/dL. Semakin rendah kadar albumin dalam plasma
semakin berat manifestasi klinis yang timbul pada anak dengan sindrom nefrotik.
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipoalbuminemia diantaranya penurunan
sintesis, peningkatan katabolisme, serta hilangnya albumin dalam saluran cerna.
Dalam keadaan seimbang, laju sintesis albumin, degradasi dan pengeluaran dari
tubuh adalah seimbang. Pada anak dengan sindrom nefrotik terdapat hubungan
terbalik antara laju ekskresi protein urin dan derajat hipoalbuminemia. Keadaan
ini tidak merupakan korelasi yang ketat, terutama pada anak dengan proteinuria
yang menetap lama dan tidak responsif steroid, albumin serumnya dapat kembali
normal atau hampir normal dengan atau tanpa perubahan pada laju ekskresi
protein. Laju sintesis albumin pada sindrom nefrotik dalam keadaan seimbang
ternyata tidak menurun, bahkan meningkat atau normal. Pada suatu penelitian
terhadap anak ditemukan kenaikan laju sintesis dua kali pada nefrotik (dan anak
dengan hipoalbuminemia dengan penyebab non hepatik lainnya) menunjukkan
bahwa kapasitas peningkatan sintesis hati terhadap albumin tidak cukup untuk
mengkompensasi laju kehilangan albumin yang abnormal.5
34
Teori klasik mengenai pembentukan edema pada sindrom nefrotik disebut
dengan teori underfilled. Teori underfilled merupakan penurunan tekanan onkotik
intravaskular yang menyebabkan cairan merembes ke ruang interstisial.
Peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus, albumin keluar menimbulkan
albuminuria dan hipoalbuminemia. Hipoalbuminemia menyebabkan menurunnya
tekanan onkotik koloid plasma intravaskular dan menyebabkan peningkatan cairan
transudat melalui dinding kapiler dari ruang intravaskular ke ruang interstisial
yang menyebabkan edema. Sebagai akibat pergeseran cairan ini volume plasma
total dan volume darah arteri dalam peredaran menurun disbanding dengan
volume sirkulasi efektif. Menurunnya volume plasma atau volume sirkulasi
merupakan stimulasi timbulnya retensi air dan natrium renal. Retensi natrium dan
air sebagai usaha tubuh untuk menjaga volume dan tekanan intravaskular agar
tetap normal atau mekanisme kompensasi sekunder. Retensi cairan akan
mengencerkan protein plasma dan menurunkan tekanan onkotik plasma dan
mempercepat cairan masuk ke ruang interstisial.5
Teori underfilled diduga terjadi kenaikan kadar renin plasma dan
aldosterone sekunder terhadap hipovolemia. Beberapa pasien sindrom nefrotik
menunjukkan meningkatkanya volume plasma dengan tertekannya aktivitas renin
plasma dan kadar aldosterone. Berdasarkan teori underfilled retensi natrium renal
dan air terjadi akibat mekanisme intrarenal primer dan tidak bergantung pada
stimulasi sistemik perifer. Retensi natrium renal primer mengakibatkan ekspansi
volume plasma dan cairan ekstraseluler. Pembentukan edema terjadi sebagai
akibat overfilling cairan ke dalam ruang interstisial. Volume plasma yang tinggi
dengan kadar renin plasma dan aldosterone menurun sekunder terhadap
hipervolemia.5
Sindrom nefrotik primer timbul hiperkolesterolemia dan hiperlipidemia
dan kenaikan ini tampak lebih nyata pada pasien dengan kelainan metabolism.
Pada pasien dengan sindrom nefrotik ditemukan hubungan antara konsentrasi
albumin serum dan kolesterol. Pasien dengan sindrom nefrotik konsentrasi
lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL) dan lipoprotein densitas rendah (LDL)
meningkat. Lipoprotein densitas tinggi (HDL) umumnya normal atau meningkat
pada anakanak dengan sindrom nefrotik dan kadar rasio kolesterol-HDL terhadap
35
kolesterol total rendah. Hiperlipidemia terjadi akibat sintesis yang meningkat atau
degradasi yang menurun. Peningkatan produksi lipoprotein di hati dengan
peningkatan sintesis albumin. Menurunnya degradasi ini berpengaruh terhadap
hiperlipidemia karena menurunnya aktivitas lipase lipoprotein. Katabolisme yang
menurun disebabkan adanya lipoprotein lipase yang diekskresi dalam urin akibat
kerusakan nefron.5
Hipertensi pada sindrom nefrotik terjadi akibat retensi natrium dan air
intrarenal. Batasan hipertensi menurut The Fourth Report on the Diagnosis,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure in Children and Adolescent
adalah sebagai berikut, hipertensi adalah nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan
atau diastolik lebih dari persentil ke-95 berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tinggi
badan pada pengukuran sebanyak 3 kali atau lebih. Prehipertensi adalah nilai rata-
rata tekanan darah sistolik dan atau diastolik antara persentil ke-90 dan 95. Pada
kelompok ini harus diperhatikan secara teliti adanya faktor risiko seperti obesitas.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kelompok ini memiliki kemungkinan
yang lebih besar untuk menjadi hipertensi pada masa dewasa dibandingkan
dengan anak yang normotensi. Anak remaja dengan nilai tekanan darah di atas
120/80 mmHg harus dianggap suatu prehipertensi. Seorang anak dengan nilai
tekanan darah di atas persentil ke-95 pada saat diperiksa di tempat praktik atau
rumah sakit, tetapi menunjukkan nilai yang normal saat diukur di luar praktik atau
rumah sakit, disebut dengan white-coat hypertension. Kelompok ini memiliki
prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan yang mengalami hipertensi
menetap untuk menderita hipertensi atau penyakit kardiovaskular di kemudian
hari. Hipertensi emergensi adalah hipertensi berat disertai komplikasi yang
mengancam jiwa, seperti ensefalopati (kejang, stroke, defisit fokal), payah jantung
akut, edema paru, aneurisma aorta, atau gagal ginjal akut.6,7
Penegakan diagnosis pada sindrom nefrotik dibutuhkan pemeriksaan
penunjang antara lain, urinalisis hanya dilakukan bila didapatkan gejala klinis
yang mengarah kepada infeksi saluran kemih. Protein urin kuantitatif, dapat
menggunakan urin 24 jam atau rasio protein/kreatinin pada urin pertama pagi hari.
Pemeriksaan darah juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi lengkap
(hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit, trombosit, hematokrit, LED),
36
albumin dan kolesterol serum, ureum, kreatinin serta klirens kreatinin dengan cara
klasik atau dengan rumus Schwartz, kadar komplemen C3;bila dicurigai lupus
eritematosus sistemik pemeriksaan ditambah dengan komplemen C4, ANA (anti
nuclear antibody), dan anti ds-DNA. 8
Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan bengkak pada kedua kelopak
mata dan kedua tungkai sejak 2 minggu SMRS dan semakin memberak sejak 3
hari SMRS. Pasien juga mengaku bahwa perut semakin membesar sejak 3 hari
SMRS. Pada kasus sindrom nefrotik edema merupakan gejala klinis yang
menonjol kadang-kadang bisa mencapai 40% daripada berat badan dan didapatkan
anasarka. Edema dapat terlihat pada daerah yang mempunyai resistensi rendah,
seperti kelopak mata, tibia, atau skrotum. Mekanisme terjadinya edema pada
sindrom nefrotik, secara klasik dianggap mengikuti teori underfilled. Berdasarkan
teori underfilled, hipoalbuminemia yang disebabkan kebocoran protein akan
menyebabkan tekanan onkotik intravaskular menurun. Sehinggan keseimbangan
tekanan menurut hukum starling bergeser dan cairan intravaskular akan merembes
ke ruang interstisial, sehingga terjadilah edema. Selain itu pada pasien ini, terjadi
proteinuria yang masif dimana pada pemeriksaan urinalisis pada tanggal 7
Februari 2023 didapatkan protein urin +4, hematuria mikroskopik dimana eritrosit
6-8/LPB, selain itu didapatkan -, dan kolesterol 1.024 mg/dL. Berdasarkan hasil
tersebut maka memenuhi kriteria penegakan diagnosis pada sindrom nefrotik.
Tatalaksana umum pada anak dengan manifestasi klinis sindrom nefrotik
pertama kali, sebaiknya dirawat di rumah sakit dengan tujuan untuk mempercepat
pemeriksaan dan evaluasi pengaturan diet, penanggulangan edema, memulai
pengobatan steroid dan edukasi orangtua. Pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat
dilakukan sebelum pengobatan steroid adalah:
37
5. Melakukan uji Mantoux. Bila hasilnya positif diberikan profilaksis
INH selama 6 bulan bersama steroid dan bila ditemukan tuberkulosis
diberikan obat antituberkulosis (OAT).9
38
Gambar 1. Alur pemberian diuretik pada sindrom nefrotik berdasarkan
Konsesus Tatalaksana Sindrom Nefrotik pada Anak.9
Pada terapi inisial steroid prednisone diberikan 60 mg/m 2/24 jam atau
2mg/kgbb/hari terbagi 3 atau 4 dosis. Pada pasien diberikan prednisone
2mg/kgbb/hari terbagi 3 dosis direncanakan selama 30 hari. Setelah 30 hari
menggunakan steroid pasien akan kembali di periksa untuk menentukan apakah
ada perbaikan dengan steroid.10
39
Gambar 2. Tatalaksana sindrom nefrotik berdasarkan Konsesus Tatalaksana
Sindrom Nefrotik pada Anak.9
Komplikasi sindrom nefrotik dibagi menjadi dua kategori: komplikasi terkait
penyakit dan terkait obat. Komplikasi terkait penyakit termasuk infeksi (misalnya,
peritonitis, sepsis, selulitis, dan cacar air), tromboemboli (misalnya, tromboemboli
vena dan emboli paru), krisis hipovolemik (misalnya, nyeri perut, takikardia, dan
hipotensi), masalah kardiovaskular (misalnya, hiperlipidemia), gagal ginjal akut,
anemia, dan lain-lain (misalnya, hipotiroidisme, hipokalsemia, penyakit tulang,
dan intususepsi). Patomekanisme utama komplikasi terkait penyakit berasal dari
hilangnya banyak protein plasma dalam urin anak nefrotik. Deteksi dini dan
pengobatan yang tepat dari komplikasi ini akan meningkatkan hasil bagi pasien
dengan sindrom nefrotik.11
Sebagian kasus SN bisa diobati dengan steroid dan memperlihatkan
kesembuhan. Namun, ada juga yang tidak memperlihatkan remisi. Jika didapatkan
tanda-tanda tidak ada perbaikan, maka perlu dirujuk ke ahli (konsultan nefrologi
anak). Keadaan-keadaan ini yang merupakan indikasi untuk merujuk pasien SN
kepada ahli nefrologi anak antara lain, adanya awitan sindrom nefrotik pada usia
di bawah 1 tahun, riwayat penyakit sindrom nefrotik di dalam keluarga, sindrom
nefrotik dengan hipertensi, hematuria nyata persisten, penurunan fungsi ginjal,
atau disertai gejala ekstra renal seperti artritis, seroritis atau lesi di kulit, sindrom
nefrotik dengan komplikasi edema refrakter, trombosis, infeksi berat, toksik
steroid, sindrom nefrotik resisten steroid dan sindrom nefrotik relaps sering atau
dependen steroid.1
Sindrom nefrotik merupakan penyakit ginjal yang sering pada anak, bersifat
kronik, dapat mengalami relaps hingga berkali-kali atau menjadi dependen steroid
atau resisten steroid, sehingga memerlukan pemantauan jangka lama. Kepada
pasien dan orangtua perlu dijelaskan tentang sindrom nefrotik dan perjalanan
penyakit, penyebab, komplikasi, tata laksana, maupun luaran penyakit. Pasien
perlu kontrol teratur untuk evaluasi pasien dan perlu dibuat catatan tentang diet,
hasil pemeriksaan urin, pemberian obat, penyakit yang timbul di antara relaps,
perjalanan penyakit termasuk nilai ambang steroid pada saat relaps.12
40
Edukasi sangat penting untuk diberikan karena anak dapat melalui berbagai
jenis pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, pencitraan,
bahkan biopsi ginjal. Keadaan ini menyebabkan anak ketakutan, kehidupan anak
terganggu karena aktivitas terbatas, kegiatan di sekolah terpengaruh karena anak
sering tidak masuk sekolah, kegiatan sehari-hari dan kegiatan lainnya terganggu
yang membuat anak mengalami beban psikologis. Selain anak, orangtua juga
mengalami beban karena tenaga dan waktu yang tersita untuk mengantar anak
berobat, memerlukan perhatian lebih, serta masalah biaya yang akan
memengaruhi psikologis keluarga. Oleh karena itu, pendekatan psikologis sangat
diperlukan baik kepada anak maupun orangtua atau keluarga.12
41
KESIMPULAN
42
DAFTAR PUSTAKA
10. D Kandou Manado Valentine Umboh PR, Tandiawan L, Umboh Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran A, Sam Ratulangi U, Sakit D Kandou
43
Manado RR. Luaran Pada Anak-Anak Dengan Sindroma Nefrotik Sensitif
Steroid Di RSUP. Vol. 3. 2019.
12. Pardede SO. Tata Laksana Non Imunosupresan Sindrom Nefrotik Pada Anak.
Sari Pediatri. 2017 Aug 22;19(1):53.
Https://Doi.Org/10.14238/Sp19.1.2017.53-62
44