Oleh:
Ilham Maulana Zakaria
210141010243
Supervisor Pembimbing:
dr. Praevilia M. Salendu, Sp.A(K)
Mengetahui,
Residen Pembimbing
Mengetahui,
Supervisor Pembimbing
Mengetahui,
2
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : SS
Panjang Badan : 69 cm
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Anak ke :3
Nama Ibu : MY
Usia : 33 tahun
Perkawinan : Pertama
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wirausaha
Nama Ayah : RW
Usia : 32 tahun
Perkawinan : Pertama
3
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
C. FAMILY TREE
D. ANAMNESIS
Pasien datang ke instalasi rawat darurat anak RSUP Kandou Manado dengan
Keluhan Utama kejang. Kejang di alami 30 menit Sebelum Masuk Rumah Sakit. Sekuruh
tubuh dengan kedua kaki tangan menghentak-hentak, mata mendesik ke atas. Sebelum
kejang pasien sadar, Saat kejang Pasien tidak sadar dan setelah kejang pasien tidak sadar.
Pasien telah kejang 3 hari dirumah dan saat di resusitasi IGD pasien masih kejang 1 kali
4
dan diazepam IV sudah di berikan.Kejang juga di dahului demam sejak 1 hari SMRS
suhu di rumah tidak di ukur dan hanya di obati secara tradisional(dedaunan), di IGD suhu
40,22. BAB cair 1 hari SMRS dengan frekuensi ½ - ¼ gelas air kemasan warna kuning,
darah tidak ada BAK terakhir ada
2) Anamnesis Antenatal
Selama masa kehamilan, ibu pasien antenatal care (ANC) secara teratur sebanyak
9 kali di Bidan dan imunisasi tetanus toksoid (TT) sebanyak 2 kali. Selama masa
kehamilan, ibu pasien sehat.
Batuk/pilek : Pernah
5
Pertama kali tertawa : 3 bulan
ASI : 0 - sekarang
Bubur susu :-
Nasi lembek :-
6) Imunisasi
DASAR ULANGAN
I II III I II III
BCG +
Polio + + +
DPT + + +
Hepatitis B + +
Campak
7) Riwayat Keluarga
Pasien tinggal di rumah permanen, beratap genteng, berdinding beton, dan berlantai
Keramik. Jumlah kamar tidur 3 kamar yang dihuni oleh 5 orang, terdiri dari 2 orang
dewasa dan 3 orang anak-anak. Kamar mandi/WC terletak di luar rumah. Sumber air
6
minum dari kemasan. Sumber penerangan listrik dari PLN. Penanganan sampah di
buang
E. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : E3M5V4
Tanda vital
Respirasi : 27 kali/menit
Suhu : 38,5 C
SpO2 : 99 %
Antropometri
Tinggi badan : 69 cm
Status Gizi
Kulit
7
Efloresensi : Tidak ada
Tonus : Eutonia
Kepala
Bentuk : Normocephali
Mata
Palpebra : Normal
Lensa : Jernih
8
Telinga : Tidak ada sekret
Mulut
Tenggorokan
Leher
Thoraks
Bentuk : Simetris
9
Precordial bulging : Tidak ditemukan
Paru-paru
Jantung
Abdomen
10
Genitalia : Perempuan, Labia Mayor menutupi Labia Minor
Anggota gerak : Akral hangat, CRT < 2 detik, tidak ada edema, tidak ada sianosis
Status Neurologis
Meningeal Sign
11
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
12
RESUME MASUK
Pasien datang ke instalasi rawat darurat anak RSUP Kandou Manado dengan Keluhan Utama
kejang. Kejang di alami 30 menit Sebelum Masuk Rumah Sakit. Seluruh tubuh dengan kedua
kaki tangan menghentak-hentak, mata mendesik ke atas. Sebelum kejang pasien sadar, Saat
kejang Pasien tidak sadar dan setelah kejang pasien tidak sadar. Pasien telah kejang 3 hari
dirumah dan saat di resusitasi IGD pasien masih kejang 1 kali
Pada pemeriksaaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat dengan kesadaran
E3M5V4. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan nadi 152 kali/menit, respirasi 27
kali/menit, suhu badan 38,5 C dengan saturasi oksigen 98% on room air. Pada pemeriksaan
kepala normal. Pada pemeriksaan Tenggorokan ditemukan tosil T1-T1 tidak hiperemis dan
faring tidak tampak hiperemis. Pada pemeriksaan thoraks bentuk simetris, tidak ditemukan
adnaya retraksi, pada pemeriksaan palpasi ditemukan stem fremitus kiri sama dengan kanan,
pemeriksaan perkusi didapatkan sonor di kedua lapang paru, dan suara napas bronkovesikuler
dan tidak ditemukan rhonki dan wheezing. Pada pemeriksaan jantung tidak didapati bising
jantung. Pada pemeriksaan abdomen didapati perut cembung dan lemas, bising usus ada
dalam batas normal, hepar dan lien tidak teraba membesar. Pemeriksaan ekstremitas, akral
hangat, CRT < 2 detik. Pada pemeriksaan status neurologis didapatkan sensoris sensibilitas
normal, refleks fisiologis ada meningkat dan refleks patologis ada (babinsky dan chaddock).
Tanda rangsangan meningeal tidak ada. Selanjutnya pada pemeriksaan penunjang saat pasien
masuk didapatkan hasil lab abnormal peningkatan SGOT 66 U/L dan kreatinin 0,4 mg/dL.
G. DIAGNOSIS
H. TERAPI
O2 nasal 2 lpm
IVFD D5 1/2 NS (HS)42 ml/jam
Injeksi Ceftriaxone 1x650 mg IV
Injeksi Gentamisin 1x50 mg IV
Injeksi Paracetamol 4x100 mg IV
13
Injeksi Fenitoin 200 mg dalam 20 menit bolus perlahan dilanjutkan injeksi
Fenitoin 2x25 mg IV
I. FOLLOW UP
14
5 November 2022 (perawatan hari pertama)
S 06
NGTnovember 2022ada,BAB
Hijau tidak (perawatan
cairhari kedua)
(-),kejang(-),demam(+)
O 07
S NGTNovember
Keadaan umum:
Hijau 2022 (perawatan
tampak
tidak sakitcairhari
ada,BAB ketiga)
(-),kejang(-),demam(-)
kesadaran E3M5V4
S 8 September
O Kejang(-),Demam(-),NGT
Keadaan umum: 2022tampak(perawatan
sakithijau hari keempat)
tidak ada,BAB Cair(-)
Nadi: 103 kali/menit
Kesadaran: E4M6V5
O 9S:
S Keadaan
Respirasi: November
kejangumum: 2022
-, demam
23 (perawatan
tampak
kali/menit sakitHijau
-, NGT haritidakkelima)
ada, BAB Cair (-) sejak kemarin
Nadi: 100 kali/menit
kesadaran
10
Suhu: November E4M6V5
36.8'C 2022 (perawatan hari keenam)
O kejang
-KU tampak
-, demamsakit -, NGT Hijau tidak ada, BAB Cair (-) baru BAB 1x kemarin
S Respirasi: 30 kali/menit
Nadi:
Saturasi 105 kali/menit
Oksigen: 97%
-Kes E4M6V5
minum
kejang -,susu8x120
demam -,ml,
NGT muntah
Hijau (-) tidak ada, BAB Cair (-) baru BAB 1x kemarin
S Suhu
Respirasi:
badan:
28
36.5,2’C
kali/menit
O minum
-HR:
-KU - tampak
Kepala:
100x/menit sakitconjungtiva
susu8x120 ml, muntah anemis(-) tidak ada, sklera ikterik tidak ada, pupil bulat
SpO2: 98%
Suhu badan: isokor 37,4’C
3mm/3mm, refleks cahaya ada.
--RR
O Keadaan Kes- 24x/m
E4M6V5
umum:
Kepala: tampak sakit,
conjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada, pupil bulat
SpO2: - 98%
Thoraks: simetris, retraksi tidak ada
-S: 36,3
-HR:
Kesadaran: 110x/menit
isokor E4M6V5
3mm/3mm, refleks cahaya ada.
- Kepala: conjungtiva
- S: Cor: Bising anemistidak
jantung tidakada
ada, sklera ikterik tidak ada, pupil bulat
--Spo2
Tekanan RR- 24x/m
97% darah:
Thoraks: 36,3
100/60
simetris, mmHgretraksi tidak ada
isokor- 3mm/3mm,
Pulmo:anemis suara refleks cahayabronkovesikuler
pernapasan ada.
-Kepala:
-Spo2
Nadi: 94 97% konjungtiva
kali/menit, -/-,
- Cor: Bising jantung tidak ada klera ikterik-/-, RC +/+, ,pupil
ronkibulat
tidakisokor
ada, 3mm-
- Thoraks: simetris,tidak
wheezing retraksi tidak ada
adasklera
3mm
-Kepala:
Respirasi: konjungtiva
- Pulmo:anemis
26x/menit -/-,
suara pernapasan ikterik-/-, RC +/+,, pupil
bronkovesikuler ronki bulat
tidak isokor
ada, 3mm-
- 36,5'C -
Abdomen: Cor: Bising
datar, lemas, jantung tidak ada
bising usus ada, hepar dan lien tidak teraba
-Thorax:
3mm
Suhu: simetris, retraksi-/-,
wheezing tidakVBS ada +/+, Rh-/-, Wh-/- Abdomen: datar, supel, BU +
- Pulmo:
- Ekstremitas: suara pernapasan bronkovesikuler , ronki tidak ada,refleks
normal,
-Thorax:
Saturasi NTsimetris,
-, H/L98%
Oksigen:
- Abdomen: ttbakral
retraksi-/-,
datar,
hangat,
Ekstremitas:
lemas, VBS CRT
bising+/+,
akral <2 detik,
Rh-/-,
hangat,
usus
spastik
Wh-/-
ada, CRT<2
hepar
ada,
Abdomen:
dandetik
klonus
datar,ada,
lien tidak supel, BU +
teraba
wheezing tidak ada
normal, -- fisiologis
NT -, H/L
Kepala:
Ekstremitas:
ada meningkat,
ttbakral
Ekstremitas:
conjungtiva anemis
hangat,
refleks
akral
CRT tidakpatologis
<2hangat,
ada, babinski
CRT
sklera
detik, < 2ada,
ikterik
spastik
ada,
detik chadock
tidak
klonusada, ada,bulat
pupil
ada,
kaku
refleks
- Abdomen: tidakdatar, lemas, bising usus ada, hepar dan lien tidak teraba
A Riwayatkuduk Penurunan
isokor 2mm/2mm, ada.
kesadaran
fisiologis ada meningkat, ec refleks
refleks KDK
cahayadd Ensefalitis
ada.
patologis ++Diare
babinski akut
giziada,
kurang tanpa dehidrasi
chadock ada, kaku
A +Riwayat - Ekstremitas:
Penurunan akral hangat,
Kesadaran ec+ CRTKDK <2dddetik, spastik +
Ensefalitis ada, klonus
Gizi Kurang ada, refleks
gizi kurang
- Thoraks:
kuduk2tidak simetris,
ada.(D0 retraksi tidak ada
P -Inj, Fenitoin fisiologisx ada 20mg meningkat,6 mg/kg/hari)
refleks patologis babinski ada, chadock ada, kaku
P
A -
Riwaya O2 nasal 2- lpm
Penurunan Cor: Bising
kesadaran+ecjantung tidak ada
P - Inj IVFD D5 ½NS
Ceftriaxone
kuduk 1(HS)
tidak xada. 27 cc/jam KDK dd Ensefalitis +Gizi kurang
650mg
- IVFD - Pulmo:+suara
D51/2NS(HS pernapasan
27 ml/jam bronkovesikuler , ronki tidak ada,
2 C) (7)
P -:- Riwayat
A Inj
O2 Ceftriaxone
Gentamicin
2 lpm 1 x 50mg
nasalPenurunan 650mg
kesadaran ec KDK dd Ensefalitis + Gizi kurang
-- Inj. Ceftriaxone wheezing
1 x 650 tidak
mg IVada
- Inj IVFD Gentamicin
Paracetamol
D51/2NS(HS 14xx50mg + 2 C)(7)52 ml/jam
100m
P -- O2 - kanul nasal
Abdomen: 2 lpm
datar, lemas,
IV bising usus ada, hepar dan lien tidak teraba
-- Inj. Inj Gentamisin
Inj.Paracetamol
Susu 8x30 ml naik
Ceftriaxone
14 xxbertahap
50 mg
1 x 100mg
650 mg IV
-- IVFD D5 ½NS (HS)
Inj.- Bloodsmear
Ekstremitas:
Paracetamol 27 cc/jam
4 xakral
100 hangat,
mg IV CRT <2 detik, spastik ada, klonus ada, refleks
--Pro Susu 8x30 ml
- Inj. Gentamisin 1 x 50 mg naik
tunggubertahap
ambilIV darah
-- Inj Fenitoin
fisiologis22x20
x ada
20mg (D0
IV 6 mg/kg/hari)
meningkat, refleks patologis babinski ada, chadock ada, kaku
-- Inj.
Pro Fenitoin
Bloodsmear
Inj. Paracetamol
mg
tunggu
4 X100ambil mg IVdarah lain
-- Inj Ceftriaxone
kuduk tidak 1 xada.650mgsusu 8 x 20 ml naik bertahap
-- ClearWater
Post Fenitoin10
Inj. Fenitoin 5 ml-
2x25harimg Lanjut
IV
A --Kejang Inj
ProGentamicin
Demam
Blood Smear 1 x 50mg s ec suspek ensefalitis + gizi kurang
Kompleks
- Clearwater 10 ml – Lanjut susu 8X20ml naik bertahap
- Inj Paracetamol 4 x 100mg
P -- O2 Pro nasal 2 lpm tunggu ambil darah
Bloodsmear
- Anak Susu 8x30 ml naik bertahap
- IVFD D51/2NS(HS) 42 ml/jam
- Pro Bloodsmear tunggu ambil darah lain
- Inj. Ceftriaxone 1 x 650gr IV (7)
- Inj. Gentamisin 1 x 75 mg IV (7)
15
- Balans Diuresis/GDS/24 jam
- Tunggu hasil CT Scan kepala dengan kontras (22/9)
Pemeriksaan Laboratorium (6 november 2022)
J. PROGNOSIS
16
PEMBAHASAN
Menurut National Institute of Health (NIH), kejang demam adalah suatu kejadian
pada bayi atau anak, yang biasanya terjadi pada usia 3 bulan sampai dengan 5 tahun,
berhubungan dengan demam, namun tanpa bukti adanya infeksi intrakranial atau
penyebab tertentu dari kejang. Definisi ini mengeksklusi kejang dengan demam pada
anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam.1
1. Anamnesis
kejang mengenai kejang: jenis kejang, lama kejang, frekuensi dalam 24 jam,
serta kondisi sebelum, diantara, dan setelah kejang (termasuk kesadaran). Hal
dan lainnya juga perlu ditanyakan. Penting juga ditanyakan suhu sebelum atau
saat kejang.
Untuk demam, perlu ditanyakan pola demam (apakah mendadak tinggi atau
membaik dengan pemberian obat, dan lainnya). Selain itu, keluhan lain yang
menyertai demam, seperti batuk, pilek, sesak nafas, mual, muntah, diare,
17
Pada riwayat penyakit dahulu perlu ditanyakan apakah sebelumnya pernah
mengalami kejang dengan demam atau tanpa demam. Ditanyakan pula apakah
Pada riwayat penyakit keluarga perlu digali riwayat kejang demam atau epilepsi
dalam keluarga. Pada riwayat kehamilan dan persalinan, perlu ditanyakan riwayat
kehamilan ibu, apakah pernah mengalami sakit selama kehamilan, apakah ibu
Pada riwayat tumbuh kembang, perlu ditanyakan pola tumbuh kembang anak
apakah sesuai dengan usianya. Pada riwayat vaksinasi, ditanyakan apakah anak
2. Pemeriksaan Fisik 9
Pada pemeriksaan fisik, nilai keadaan umum dan kesadaran anak. Setelah itu
dan pernafasan) dan status tumbuh kembang anak. Pasien kejang seringkali
mengalami hipertensi dan takikardi, yang akan pulih menjadi normal kembali
intracranial. Tanda infeksi di luar sistem saraf pusat juga perlu dicari, seperti
18
infeksi saluran nafas akut, otitis media akut, infeksi saluran kemih, enteritis, dan
lainnya.
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pungsi Lumbal
itu, pungsi lumbal sangat dianjurkan pada anak usia <18 bulan dianjurkan.
Namun, apabila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan
pungsi lumbal.
c. Elektroensefalografi (EEG)
19
Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang
tidak khas. Misalnya : kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari
d. Pencitraan
4.Patofisiologi
kejang demam hingga saat ini belum sepenuhnya diketahui. Kejang merupakan
kondisi akibat aktivitas neuronal yang berlebih pada otak. Beberapa penelitian
genetik. 3
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Oleh
karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran
sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari K+ maupun Na+
20
5, Klasifikasi
menjadi:
Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari
15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan
atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam 24 jam.
Kejang demam kompleks adalah kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:
a. Kejang lama. Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15
menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial.
c. Kejang berulang, Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1
21
6.Manifestasi Klinis
Anak dengan kejang demam memiliki perkembangan yang baik dan sehat secara
neurologis sebelum dan setelah kejang demam.9 Serangan kejang pada kejang demam
biasanya berkaitan dengan peningkatan suhu pusat (core temperature) yang tinggi
10
(39°C atau lebih) dan cepat. Umumnya serangan kejang terjadi dalam 24 jam
15 menit) dengan sifat bangkitan kejang berbentuk umum. Umumnya kejang tidak
(kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot
yang kuat dan berirama), ataupun kejang fokal. Saat kejang anak tidak sadar. Selain itu,
mata dapat berputar-putar (sehingga hanya sklera yang terlihat), mulut berbusa, lidah atau
pipinya dapat tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan
air kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan, apnea atau henti nafas,
namun biasanya tampak kelelahan atau tertidur. Hal ini dapat terjadi hingga 15 menit
atau lebih. 9
7.Diagnosis Banding
22
3. Gangguan metabolik: hipoglikemia, hiponatremia, hipernatremia, hipoksemia,
5. Trauma kepala
A. Tatalaksana
Evaluasi tanda vital serta penilaian airway, breathing, circulation (ABC) harus
dilakukan seiring dengan pemberian obat anti-konvulsan. Pemilihan jenis obat serta dosis
anti-konvulsan pada tatalaksana SE sangat bervariasi antar institusi. Berikut ini adalah
algoritma tatalaksana kejang akut dan status epileptikus berdasarkan Konsensus UKK
Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia.
a. Benzodiazepin
1. Diazepam
Diazepam IV: 0,2 - 0,5 mg/kg IV (maksimum 10 mg) dalam spuit, kecepatan
2 mg/menit. Bila kejang berhenti sebelum obat habis, tidak perlu dihabiskan.
Diazepam merupakan obat pilihan pertama (level evidence A pada banyak
penelitian). Obat memasuki otak secara cepat, setelah 15-20 menit akan
terdistribusi ke tubuh. Walaupun terdistribusi cepat, eliminasi waktu paruh
mendekati 24 jam. Sangat berpotensi sedatif jika terakumulasi dalam tubuh pada
pemberian berulang. Diazepam dapat diberikan secara intramuskuler atau rektal.
Efek samping termasuk depresi pernapasan, hipotensi, sedasi, iritasi jaringan
23
lokal. Sangat berpotensi hipotensi dan depresi napas jika diberikan bersamaan
obat antiepilepsi lain, khususnya barbiturat. Walaupun demikian, diazepam masih
merupakan obat penting dalam manajeman SE karena efeknya yang cepat dan
berspektrum luas.1
2. Lorazepam
3. AntiPiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko
terjadinya kejang demam, namun antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis
parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali deberikan 4 kali sehari dan
tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
4. Midazolam
b. Agen Antikonvulsan
1. Fenitoin
24
Fenitoin merupakan salah satu obat yang efektif mengobati kejang akut dan
SE. Disamping itu, obat ini sangat efektif pada manajemen epilepsi kronik,
khususnya pada kejang umum sekunder dan kejang parsial. Keuntungan utama
fenitoin adalah efek sedasinya yang minim. Namun, sejumlah efek samping serius
dapat muncul seperti aritmia dan hipotensi, khususnya pada pasien di atas usia 40
tahun. Efek tersebut sangat dihubungkan dengan pemberian obat yang terlalu
cepat. Di samping itu, iritasi lokal, flebitis, dan pusing dapat muncul pada
pemberian intravena. Fenitoin sebaiknya tidak dicampur dengan dekstrosa 5%,
melainkan salin normal untuk menghindari pembentukan kristal.1,8
2. Fosfenitoin
Fosfenitoin adalah pro-drug dari fenitoin yang larut dalam air yang akan
dikonversi menjadi fenitoin setelah diberikan secara intravena. Seperti fenitoin,
fosfenitoin digunakan dalam tatalaksana kejang akut tonik-klonik umum atau
parsial. Fosfenitoin dikonversi menjadi fenitoin dalam waktu 8 sampai 15 menit.
Dimetabolisme oleh hati dan mempunyai waktu paruh 14 jam. Karena 1,5 mg
fosfenitoin ekuivalen dengan 1 mg fenitoin, maka dosis, konsentrasi, dan
kecepatan infus intravena digambarkan sebagai phenytoin equivalent (PE). Dosis
awal 15 sampai 20 mg PE per kgBB, dan diberikan dengan kecepatan 150 mg PE
per menit, kecepatan pemberian infus tiga kali lebih cepat dari fenitoin
intravena.1,8
25
KESIMPULAN
Pasien datang ke instalasi rawat darurat anak RSUP Kandou Manado dengan Keluhan Utama
kejang. Kejang di alami 30 menit Sebelum Masuk Rumah Sakit. Sekuruh tubuh dengan kedua
kaki tangan menghentak-hentak, mata mendesik ke atas. Sebelum kejang pasien sadar, Saat
kejang Pasien tidak sadar dan setelah kejang pasien tidak sadar. Pasien telah kejang 3 hari
dirumah dan saat di resusitasi IGD pasien masih kejang 1 kali
Pada pemeriksaaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat dengan kesadaran
E3M5V4. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan nadi 152 kali/menit, respirasi 27
kali/menit, suhu badan 38,5 C dengan saturasi oksigen 98% on room air. Pada pemeriksaan
kepala normal. Pada pemeriksaan Tenggorokan ditemukan tosil T1-T1 tidak hiperemis dan
faring tidak tampak hiperemis. Pada pemeriksaan thoraks bentuk simetris, tidak ditemukan
adnaya retraksi, pada pemeriksaan palpasi ditemukan stem fremitus kiri sama dengan kanan,
pemeriksaan perkusi didapatkan sonor di kedua lapang paru, dan suara napas bronkovesikuler
dan tidak ditemukan rhonki dan wheezing. Pada pemeriksaan jantung tidak didapati bising
jantung. Pada pemeriksaan abdomen didapati perut cembung dan lemas, bising usus ada
dalam batas normal, hepar dan lien tidak teraba membesar. Pemeriksaan ekstremitas, akral
hangat, CRT < 2 detik. Pada pemeriksaan status neurologis didapatkan sensoris sensibilitas
normal, refleks fisiologis ada meningkat dan refleks patologis ada (babinsky dan chaddock).
Tanda rangsangan meningeal tidak ada. Selanjutnya pada pemeriksaan penunjang saat pasien
masuk didapatkan hasil lab abnormal peningkatan SGOT 66 U/L dan kreatinin 0,4 mg/dL.
26
guna mencegah cedera. Jika kejang masih berlangsung setelah 5 menit, segera hubungi ambulans
agar penderita mendapatkan perawatan medis darurat.
27
DAFTAR PUSTAKA
2. Arif H, Hisrch L. Treatment of status epilepticus. Vol. 2008. Semin Neurol; 342–54 p.
9. Venkatesan A, Tunkel AR, Bloch KC, Lauring AS, Sejvar J, Bitnun A, et al. Case
definitions, diagnostic algorithms, and priorities in encephalitis: Consensus statement of
the international encephalitis consortium. Clin Infect Dis. 2013;57(8):1114–28.
10. Lumbantobing S. Kejang Demam. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2007.
11. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK Unhas. Standar Pelayanan Medik. Bagian Ilmu
13. .Erdina Y Vivit, Afdal, Syarif Iskandar. Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan
Timbulnya Kejang Demam Berulang pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Anak RS. Dr.
Djamil Padang periode Januari 2010 – Desember 2012. Jurnal Kesehatan Andalas. Padang. 2016.
14. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusomo. Pediatric Neurology and Neuroemergency in Daily
Practice. .Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2006
29