Anda di halaman 1dari 46

Laporan Kasus Panjang

DENGUE SHOCK SYNDROME DENGAN


EFUSI PLEURA DEXTRA

Oleh :

Farrand Ivan Dali

20014101079

Masa KKM : 10 Oktober – 4 Desember 2022

Supervisor Pembimbing:

dr. Jose Mandei, Sp.A(K)

Residen Stase Pembimbing:

dr. Cindy Yosephin Motulo

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Panjang dengan judul :

DENGUE SHOCK SYNDROME DENGAN


EFUSI PLEURA DEXTRA

telah dikoreksi, dibacakan, dan disetujui pada tanggal 2022

Mengetahui
Residen Pembimbing

dr. Cindy Yosephin Motulo

Mengetahui
Supervisor Pembimbing

dr. Jose Mandei, Sp.A (K)

Mengetahui
Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNSRAT

Dr. dr. Rocky Wilar, Sp.A (K)


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

Demam Dengue (DD) dan Demam Derdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus

dengue. Dengue merupakan virus yang ditularkan dari nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictus sebagai vektor primer, serta Aedes polynesiensis, Aedes scutellaris dan Ae

(Finlaya) niveus sebagai vektor sekunder.1

Virus dengue membentuk kompleks yang berbeda dalam genus Flavivirus

berdasarkan antigenic dan karakteristik biologis. Ada empat serotipe virus ini, yang

ditetapkan sebagai DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Infeksi dengue simtomatik

menyebabkan berbagai manifestasi klinis, dari demam berdarah ringan (DD), hingga yang

berpotensi fatal, seperti Demam Derdarah Dengue (DBD) atau Sindrom Syok Dengue (DSS).

Infeksi dengan salah satu serotipe memberikan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe

tersebut. Infeksi sekunder dengan serotipe lain atau infeksi multipel dengan yang berbeda

menyebabkan demam berdarah (DBD/DSS). Antibody-dependent enhancement (ADE) juga

berperan penting dalam pathogenesis dengue yang berat.2,3

Dengue merupakan salah satu infeksi virus yang ditularkan oleh nyamuk dengan

penyebaran tercepat dan penyakit yang penting namun sering diabaikan. Sekitar 50 juta

infeksi dengue terjadi setiap tahunnya pada daerah endemik-dengue. Lebih dari 70% dari

total infeksi dengue dilaporkan berasal dari Asia sementara wilayah Pasifik Barat dan

beberapa negara di Amerika Latin adalah wilayah geografis lain yang terkena dampak utama.

Di seluruh dunia, tingkat kematian kasus demam berdarah adalah 1%. Namun, tingkat

mortalitas kasus yang tidak tertangani bisa mencapai 20%.4,5


Diprediksi penularan DBD akan semakin kuar di negara-negara endemis DBD, dan

karena perubahan iklim dan meningkatnya perjalana internasional, infeksi dapat menyebar ke

negara-negara di Eropa dan AS yang saat ini tidak terkena dampak dari dengue secara

signifikan.6

Di Indonesia, data kasus dengue pada tahun 2021 mencapai 71.856 kasus dengan

angka kematian 696 kasus, proporsi kasus DBD pada golongan umur 5-14 tahun mencapai

37,21%. Kasus Dengue/DBD tahun 2022 sampai dengan minggu ke-9 secara kumulatif

terlaporkan 15.970 kasus dengan 172 kematian DBD, IR 5,8/100.000 penduduk, dan Case

Fatality Rate 0,97%.7

Demam dengue (DD) lebih sering pada anak yang lebih tua, remaja, atau dewasa. Di

daerah endemik, KLB jarang terjadi di kalangan masyarakat lokal. Sedangkan Demam

berdarah dengue (DBD) lebih sering pada anak kurang dari 15 tahun pada area hiperendemik,

berhubungan dengan infeksi dengue berulang. DBD paling sering terjadi pada anak dengan

infeksi dengue sekunder. Hal tersebut juga berhubungan dengan infeksi primer DENV-1 dan

DENV-3.2

Berikut disampaikan laporan kasus pada seorang anak perempuan umur 3 tahun

dengan diagnosis Demam Berdarah Dengue derajat III dengan Efusi Pleura Dekstra yang di

rawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.


BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS

1. Identitas Pasien
Nama : KP
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Kebangsaan : Indonesia
Suku Bangsa : Minahasa
Alamat : Malalayang Satu, Kecamatan Malalayang, Manado
Masuk RS : 6/10/2022

2. Identitas Orang Tua


a. Ayah
Nama : JP
Usia : 31 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta

b. Ibu
Nama : SS
Usia : 32 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
3. Family Tree
B. ANAMNESIS

Alloanamnesis diambil dari keluarga, dokter dan catatan medis di Ruang Perawatan Anak
E Atas.

Keluhan utama: kaki dan tangan dingin


Keluhan tambahan: -

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang diantar orangtua dengan keluhan kaki dan tangan dingin sejak 5 jam SMRS.
Pasien merasakan demam tinggi sejak 4 hari SMRS (Minggu siang). dikatakan demam tinggi
dengan suhu selalu berkisar 38-38'5 C, namun turun dengan pemberian obat penurun panas.
Selain itu, pasien juga merasakan nyeri perut yang hilang timbul, sejak 3 hari SMRS. Pasien
merasakan mual, juga mengalami muntah sebanyak tiga kali tadi pagi dengan volume kurang
lebih 10cc. Muntah berisi makanan dan cairan, muntah berdarah disangkal. Keluhan gusi
berdarah disangkal, mimisan disangkal. BAB dan BAK dalam batas normal. Pasien 3 hari
lalu sempat ke praktek dokter spesialis anak dan diberikan terapi Cefixime syrup dan
Isoprinosine syrup.

2. Riwayat Penyakit Keluarga


Hanya pasien yang mengalami sakit seperti ini di dalam keluarga.

3. Anamnesis Antenatal
Selama hamil, ibu pasien ANC teratur sebanyak 9 kali dan suntik TT 1 kali. Selama masa
kehamilan ibu pasien sehat.

4. Riwayat Pemberian Makan


ASI : sejak lahir – 18 bulan
PASI : 18 bulan – 24 bulan
Bubur susu : 6 bulan – 8 bulan
Bubur saring : 8 bulan – 10 bulan
Bubur halus : 10 bulan – 12 bulan
Nasi lembek : 12 bulan – 24 bulan

5. Imunisasi
Pasien mendapatkan imunisasi BCG pada usia 1 bulan. Pasien mendapatkan imunisasi Polio
pada usia 1,2,3 dan 4 bulan. Pasien mendapatkan imunisasi DPT pada usia 1,2,3, dan 4 bulan.
Pasien mendapatkan imunisasi campak pada usia 9 bulan. Pasien mendapatkan imunisasi
Hepatitis pada usia 0,1,2,3, dan 4 bulan.

6. Keadaan Sosial, Ekonomi dan Lingkungan


Pasien tinggal di rumah permanen, beratapkan seng, berdinding beton, berlantai keramik.
Jumlah kamar tidur sebanyak 2 buah, dihuni oleh 6 orang, terdiri dari 4 orang dewasa dan 2
anak-anak. Kamar mandi terletak di dalam rumah. Sumber air minum dari air kemasan,
sumber penerangan dari PLN dan penanganan sampah dengan cara dibuang.
C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit

Kesadaran : Compos mentis

Status Antropometri

Berat Badan : 16 kg

Tinggi Badan : 107 cm

Tanda Vital

Tekanan darah : 80/60 mmHg

Nadi : 140 x /menit

Respirasi : 28 x/menit

Suhu : 37,8 ºC

SpO2 : 98%

Status Gizi

Perempuan, 3 tahun 11 bulan, berat badan 16 kg, tinggi badan 107 cm

Menurut kurva WHO anak perempuan

Berat badan/usia: di antara 0 dan +2 SD (berat badan normal)

Tinggi badan/usia: di antara 0 dan +2 SD (perawakan normal)

Berat badan/tinggi badan: gizi baik/gizi normal


Sianosis : Tidak ditemukan

Anemis : Tidak ditemukan

Ikterus : Tidak ditemukan

Kejang : Tidak ditemukan

Kulit

Warna : Sawo Matang

Efloresensi : Tidak ada

Pigmentasi : Tidak ada

Jaringan parut : Tidak ada

Lapisan lemak : cukup

Turgor : Kembali cepat

Tonus : Eutonia

Oedema : Tidak ada

Lain-lain : Tidak ada


Kepala

Bentuk : Normocephali

Ubun-ubun besar : Sudah menutup

Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

Mata

 Exophtalmus/enophtalmus : Tidak ada

 Tekanan bola mata : Normal pada perabaan

 Conjunctiva : Tidak anemis

 Sclera : Tidak ikterik

 Corneal reflex :+/+

 Pupil : Bulat, isokor, Ø 3 mm – 3 mm

 Lensa : Jernih

 Fundus & visus : Tidak dievaluasi

 Gerakan : Normal ke segala arah

Telinga : Sekret (-/-)

Hidung : Sekret (-/-)


Mulut

Bibir : Tidak ada sianosis

Selaput mulut : Mukosa basah

Lidah : Beslag (-)

Gusi : Perdarahan (-)

Gigi : Karies (-)

Bau pernapasan : Foetor ex ore (-)

Tenggorokan

Tonsil : T1-T1, hiperemis (-), detritus (-)

Faring : Hiperemis (-)

Leher

Trakea : Letak ditengah

Kelenjar : Pembesaran KGB (-)

Kaku kuduk : Tidak ada

Lain – lain : Tidak ada

Thoraks

Bentuk : Simetris

Xiphosternum : Tidak ditemukan

Rachitic rosary : Tidak ditemukan

Harrison’s groove : Tidak ditemukan

Ruang intercostal : Normal


Pernapasan paradoxal : Tidak

ditemukan Precordial bulging : Tidak

ditemukan Retraksi : Tidak ditemukan

Lain-lain : Tidak ditemukan

Paru-paru

Inspeksi : Simetris, retraksi (-)

Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri, krepitasi (-)

Perkusi : Sonor kanan = kiri

Auskultasi : Suara pernapasan bronkovesikuler menurun di paru kanan,

ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung

Detak jantung : 140 kali/menit

Iktus kordis : Tidak tampak

Batas kiri : ICS V Linea midklavikularis sinistra

Batas kanan : ICS III-IV Linea parasternalis

dextra Batas atas : ICS II-III Linea parasternalis dextra

Bunyi jantung apeks : katup mitral M1>M2

Bunyi jantung aorta : katup aorta A1>A2

Bunyi jantung pulmo : katup pulmonal P1> P2

Bising : Tidak ada


Abdomen

Bentuk : Datar, lemas

Lain-lain : Bising usus (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+)

Hepar : Tidak teraba besar

Lien : Tidak teraba besar

Genitalia eksterna : Labia mayora menutupi labia minor

Kelenjar : Pembesaran KGB (-)

Anggota gerak : Akral dingin, CRT > 2 detik, sianosis (-)

Tulang Belulang : Deformitas (-)

Otot-otot : Atrofi (-)

Refleks-refleks : Refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-, Klonis (-), Spastis

(-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 6 September 2022 (Pukul 20.36 WITA)

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan


Leukosit 7.3 10^3/uL 5.0 - 15.0
Eritrosit 6.93 10^6/uL 4.00 - 5.20
Hemoglobin 19.0 g/dL 11.0 - 14.0
Hematokrit 53.8 % 34.0 - 40.0
Trombosit 25 10^3/uL 200 - 490
MCHC 35.3 g/dL 31.0 - 37.0
MCV 77.6 fL 75.0 - 87.0
MCH 27.4 pg 27.0 - 35.0
PT 21.4 detik 12.0 - 16.0
INR 1.59 detik 0.80 - 1.30
APPT 58.8 detik 27.0 - 39.0
Albumin 3.45 g/dL 3.50 - 5.70
Anti Dengue Ig G Negatif Indeks Negatif
Anti Dengue Ig M Negatif
CRP <6 mg/L < 6.00
NS1 Positif (+)
SGOT (AST) 365 U/L < 33
SGPT (ALT) 65 U/L < 43
Ureum Serum 59 mg/dL 10 - 40
Creatinine Serum 0.8 mg/dL 0.5 - 1.5
Natrium Serum 134 mmol/L 135 - 153
Kalium Serum 5.3 mmol/L 3.5 - 5.1
Klorida Serum 97 mmol/L 97 - 111
Tanggal 7 Oktober 2022

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan


Leukosit 9.1 10^3/uL 5.0 - 15.0
Eritrosit 6.01 10^6/uL 4.00 - 5.20
Hemoglobin 16.9 g/dL 11.0 - 14.0
Hematokrit 45.5 % 34.0 - 40.0
Trombosit 16 10^3/uL 200 - 490
MCHC 37.1 g/dL 31.0 - 37.0
MCV 75.7 fL 75.0 - 87.0
MCH 28.1 pg 27.0 - 35.0
001 Eosinofil 0 % 1-5
002 Basofil 0 % 0-1
003 Netrofil 0 % 2-8
Batang
004 Netrofil 36 % 50 - 70
Segmen
005 Limfosit 52 % 20 - 40
006 Monosit 12 % 2-8
CRP <6 mg/L < 6.00
Tanggal 8 Oktober 2022

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan


Leukosit 18.2 10^3/uL 5.0 - 15.0
Eritrosit 4.95 10^6/uL 4.00 - 5.20
Hemoglobin 14.0 g/dL 11.0 - 14.0
Hematokrit 39.2 % 34.0 - 40.0
Trombosit 53 10^3/uL 200 - 490
MCHC 35.7 g/dL 31.0 - 37.0
MCV 79.2 fL 75.0 - 87.0
MCH 28.3 pg 27.0 - 35.0
PT 14.8 detik 12.0 - 16.0
INR 1.10 detik 0.80 - 1.30
APPT 38.7 detik 27.0 - 39.0
Fibrinogen 137 mg/dL 200 - 400
D-Dimmer 1,07 ug/mL < 0.5
Tanggal 10 Oktober 2022

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan


Leukosit 12.3 10^3/uL 5.0 - 15.0
Eritrosit 5.15 10^6/uL 4.00 - 5.20
Hemoglobin 14.3 g/dL 11.0 - 14.0
Hematokrit 39.8 % 34.0 - 40.0
Trombosit 117 10^3/uL 200 - 490
MCHC 35.9 g/dL 31.0 - 37.0
MCV 77.3 fL 75.0 - 87.0
MCH 27.8 pg 27.0 - 35.0
001 Eosinofil 0 % 1-5
002 Basofil 0 % 0-1
003 Netrofil 2 % 2-8
Batang
004 Netrofil 40 % 50 - 70
Segmen
005 Limfosit 41 % 20 - 40
006 Monosit 17 % 2-8
CRP <6 mg/L < 6.00
Tanggal 11 Oktober 2022

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan


Leukosit 7.8 10^3/uL 5.0 - 15.0
Eritrosit 4.79 10^6/uL 4.00 - 5.20
Hemoglobin 13.3 g/dL 11.0 - 14.0
Hematokrit 36.8 % 34.0 - 40.0
Trombosit 162 10^3/uL 200 - 490
MCHC 36.1 g/dL 31.0 - 37.0
MCV 76.8 fL 75.0 - 87.0
MCH 27.8 pg 27.0 - 35.0

Tanggal 12 Oktober 2022

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan


Leukosit 8.7 10^3/uL 5.0 - 15.0
Eritrosit 4.55 10^6/uL 4.00 - 5.20
Hemoglobin 12.6 g/dL 11.0 - 14.0
Hematokrit 38.8 % 34.0 - 40.0
Trombosit 146 10^3/uL 200 - 490
MCHC 32.4 g/dL 31.0 - 37.0
MCV 85.3 fL 75.0 - 87.0
MCH 27.7 pg 27.0 - 35.0
Tanggal 13 Oktober 2022

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan


Leukosit 9.2 10^3/uL 5.0 - 15.0
Eritrosit 4.94 10^6/uL 4.00 - 5.20
Hemoglobin 13.9 g/dL 11.0 - 14.0
Hematokrit 38.9 % 34.0 - 40.0
Trombosit 250 10^3/uL 200 - 490
MCHC 35.7 g/dL 31.0 - 37.0
MCV 78.7 fL 75.0 - 87.0
MCH 28.1 pg 27.0 - 35.0

Foto Thoraks

Pada foto Thorax AP/RLD yang dilakukan tanggal 6 September 2022, didapatkan

kesimpulan: Efusi Pleura Dextra.


E. RESUME

Pasien anak perempuan, usia 3 tahun 11 bulan, BB: 16 Kg, TB: 107 cm masuk rumah
sakit 06 September 2022 pukul 21.50 WITA. Pasien datang ke RSUP Prof. dr. R. D. Kandou
Manado dengan diagnosis Demam Berdarah Dengue Derajat III. Pasien datang diantar
orangtua dengan keluhan kaki dan tangan dingin sejak beberapa jam SMRS. Pasien
merasakan demam tinggi sejak 4 hari SMRS (Minggu siang). dikatakan demam tinggi dengan
suhu selalu berkisar 38-38'5 C, namun turun dengan pemberian obat penurun panas. Selain
itu, pasien juga merasakan nyeri perut yang hilang timbul, sejak 3 hari SMRS. Pasien
merasakan mual (+), muntah (+) sebanyak tiga kali tadi pagi dengan volume kurang lebih
10cc. Keluhan gusi berdarah disangkal, mimisan disangkal. BAB dan BAK dalam batas
normal, intake makan dan minum menurun. Pasien 3 hari lalu sempat ke praktek dokter
spesialis anak dan diberikan terapi Cefixime syrup dan Isoprinosine syrup.

F. DIAGNOSIS
Demam Berdarah Dengue derajat III dan Efusi Pleura Dekstra

G. TERAPI
• O2 nasal

• IVFD Ringer’s Lactate 20 cc/kgbb = 360 ml guyur secepatnya 2x di


IRDA turun bertahap sesuai protokol

• IVFD Ringer’s Lactate 10 cc/kgbb = 160 ml (mulai jam 21.30 - 01.30 wita)

• IVFD Ringer’s Lactate 7 cc/kgbb = 112 ml (mulai jam 01.30 – 5.30 wita)

• IVFD Ringer’s Lactate 5 cc/kgbb = 80 ml (mulai jam 5.30 – 9.30 wita)

• IVFD Ringer’s Lactate 5 cc/kgbb = 48 ml (mulai jam 9.30 – 13.30 wita)

• Inj Ranitidine 2x20 mg IV

• Parasetamol syr 4x10 ml PO bila demam oralit ad libitum

• BD/24 jam
H. FOLLOW UP

6 Oktober 2022 (Pengamatan pertama di IRDA, pukul 20.50 WITA)

S Pasien datang diantar orangtua dengan keluhan kaki dan tangan dingin
sejak beberapa jam SMRS, demam tinggi sejak 4 hari SMRS (Minggu
siang). dikatakan demam tinggi dengan suhu selalu berkisar 38-38'5 C,
namun turun dengan pemberian obat penurun panas. Nyeri perut hilang
timbul, sejak 3 hari SMRS. mual (+), muntah (+) 3x tadi siang dengan
volume kurang lebih 10cc. Menurut ibu pasien tidak terlalu aktif mulai tadi
siang. gusi berdarah disangkal, mimisan disangkal. BAB dan BAK dalam
batas normal, intake makan dan minum menurun. Pasien 3 hari lalu sempat
ke praktek dokter spesialis anak dan diberikan terapi Cefixime syr 2x1 cth
dan isoprinosisn syrup.
O KU tampak sakit, kesadaran CM
TD: 80/60 mmhg N: 140x/mnt SB: 36'8 C, Sp03 98%
BB: 16 kg TB: 107 cm
Status gizi baik
kepala conjungtiva anemis -/- sklera ikterik -/- PCH
- thorax simetris, retraksi -/-
cor bising jantung -, sp bronchovesikuler rhonki -/-
wheezing -/-
abdomen cembung lemas BU +, hepar dan lien ttb
ekstremitas akral dingin, CRT > 2 detik,
PCV 55%
A DHF grade III
P O2 nasal
IVFD RL 20 cc/kgbb = 360 ml guyur secepatnya 2x di IRDA turun bertahap
sesuai protokol
IVFD RL 10 cc/kgbb = 160 ml (mulai jam 21.30 - 01.30 wita)
IVFD RL 10 cc/kgbb = 160 ml (mulai jam 21.30 - 01.30 wita)
IVFD RL 7 cc/kgbb = 112 ml (mulai jam 01.30 – 5.30 wita)
IVFD RL 5 cc/kgbb = 80 ml (mulai jam 5.30 – 9.30 wita)
IVFD RL 3 cc/kgbb = 48 ml (mulai jam 9.30 – 13.30 wita)
Inj Ranitidine 2x20 mg
Parasetamol syr 4x10 ml PO bila demam oralit ad libitum
TTV/jam
BD/24 jam
pro DL, DC, CRP, OT/PT, PT/APTT/INR, Ur/cr, elektrolit, cross, swab antigen
pro foto thorax Ap, RLD
pro rawat PICU
7 Oktober 2022 (Pengamatan kedua di PICU, pukul 01.30 WITA)

S Demam masih ada


O KU tampak sakit, kesadaran CM
TD: 90/60 mmhg N: 130x/mnt SB: 37'5 C, Sp03 98%
BB: 16 kg TB: 107 cm
Status gizi baik
kepala conjungtiva anemis -/- sklera ikterik -/- PCH
- thorax simetris, retraksi -/-
cor bising jantung -, sp bronchovesikuler rhonki -/-
wheezing -/-
abdomen cembung lemas BU +, hepar dan lien ttb
ekstremitas akral dingin, CRT > 2 detik,
PCV 55%
A DHF grade III
P O2 nasal
IVFD RL 20 cc/kgbb = 360 ml guyur secepatnya 2x di IRDA turun bertahap
sesuai protokol
IVFD RL 10 cc/kgbb = 160 ml (mulai jam 21.30 - 01.30 wita)
IVFD RL 7 cc/kgbb = 112 ml (mulai jam 01.30 – 5.30 wita)
IVFD RL 5 cc/kgbb = 80 ml (mulai jam 5.30 – 9.30 wita)
IVFD RL 3 cc/kgbb = 48 ml (mulai jam 9.30 – 13.30 wita)
Inj Ranitidine 2x20 mg
Parasetamol syr 4x10 ml PO bila demam oralit ad libitum
TTV/jam
BD/24 jam

7 Oktober 2022 (Pengamatan ketiga di PICU, pukul 05.30 WITA)

S Demam masih ada


O KU tampak sakit, kesadaran CM
TD: 100/70 mmhg N: 130x/mnt SB: 37'7 C, Sp03
98% BB: 16 kg TB: 107 cm
Status gizi baik
kepala conjungtiva anemis -/- sklera ikterik -/- PCH
- thorax simetris, retraksi -/-
cor bising jantung -, sp bronchovesikuler rhonki -/-
wheezing -/-
abdomen cembung lemas BU +, hepar dan lien ttb
ekstremitas akral dingin, CRT > 2 detik,
PCV 55%
A DHF grade III
P O2 nasal
IVFD RL 20 cc/kgbb = 360 ml guyur secepatnya 2x di IRDA turun bertahap
sesuai protokol
IVFD RL 10 cc/kgbb = 160 ml (mulai jam 21.30 - 01.30 wita)
IVFD RL 7 cc/kgbb = 112 ml (mulai jam 01.30 – 5.30 wita)
IVFD RL 5 cc/kgbb = 80 ml (mulai jam 5.30 – 9.30 wita)
IVFD RL 3 cc/kgbb = 48 ml (mulai jam 9.30 – 13.30 wita)
Inj Ranitidine 2x20 mg
Parasetamol syr 4x10 ml PO bila demam oralit ad libitum
TTV/jam
BD/24 jam

7 Oktober 2022 (Pengamatan keempat di PICU, pukul 09.30 WITA)

S Demam dirasakan sumer-sumer


O KU tampak sakit, kesadaran CM
TD: 105/70 mmhg N: 125x/mnt SB: 37'2 C, Sp03
98% BB: 16 kg TB: 107 cm
Status gizi baik
kepala conjungtiva anemis -/- sklera ikterik -/- PCH
- thorax simetris, retraksi -/-
cor bising jantung -, sp bronchovesikuler rhonki -/-
wheezing -/-
abdomen cembung lemas BU +, hepar dan lien ttb
ekstremitas akral dingin, CRT > 2 detik,
PCV 55%
A DHF grade III
P O2 nasal
IVFD RL 20 cc/kgbb = 360 ml guyur secepatnya 2x di IRDA turun bertahap
sesuai protokol
IVFD RL 10 cc/kgbb = 160 ml (mulai jam 21.30 - 01.30 wita)
IVFD RL 7 cc/kgbb = 112 ml (mulai jam 01.30 – 5.30 wita)
IVFD RL 5 cc/kgbb = 80 ml (mulai jam 5.30 – 9.30 wita)
IVFD RL 3 cc/kgbb = 48 ml (mulai jam 9.30 – 13.30 wita)
Inj Ranitidine 2x20 mg
Parasetamol syr 4x10 ml PO bila demam oralit ad libitum
TTV/jam
BD/24 jam

7 Oktober 2022 (Pengamatan kelima di PICU, pukul 13.30 WITA)

S Demam sudah tidak ada


O KU tampak sakit, kesadaran CM
TD: 100/60 mmhg N: 125x/mnt SB: 37'2 C, Sp03
98% BB: 16 kg TB: 107 cm
Status gizi baik
kepala conjungtiva anemis -/- sklera ikterik -/- PCH
- thorax simetris, retraksi -/-
cor bising jantung -, sp bronchovesikuler rhonki -/-
wheezing -/-
abdomen cembung lemas BU +, hepar dan lien ttb
ekstremitas akral dingin, CRT > 2 detik,
PCV 55%
A DHF grade III
P O2 nasal
IVFD Asering 24ml/jam 13.30
Inj Ranitidine 2x20 mg
Parasetamol syr 4x10 ml PO bila demam
oralit ad libitum
TTV/jam
BD/24 jam
8 Oktober 2022 (Pengamatan hari ke tiga di PICU, pukul 08.00 WITA)

S demam tidak ada


muntah tidak ada

O Ku : tampak sakit, kes : somnolen


TD : 100/70mmgHg, nadi : 122 kali per menit, R : 28 kali per menit, Sb :
36,8C
SSP : pupil bulat isokor, 2mm-2mm, Rc +/+
CV : akral hanga, CRT < 2 detik
RT : simetris, retraksi tidak ada , Rh -/-, Wh -/-
GIT : cembung, tegang, BU pos normal, defans muskular (-) nyeri tekan
epigastrik (+)
Hemato : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

A DHF gr. III dalam terapi 35 jam (08.00) F-6 (Minggu siang) + Efusi pleura
dextra
P IVFD Asering 24ml/jam
IVFD Dobutamine 240mg in NS 0.9% 50ml -> 5mcg/kg/m -> 1ml/jam ¼
PRO STOP
Inj. Ranitidine 2x20mg IV
Paracetamol 4x200mg PO k/p
Pro Ondan/Dompe k/p muntah2 berulang
Oralit naik bertahap
BD/TTV/jam
PCV/4 jam
Pro DL, D-dimmer, Fibrinogen, PT APTT INR
9 Oktober 2022 (Pengamatan hari ke empat di PICU, pukul 08.00 WITA)

S Demam tidak ada


muntah tidak ada

O Ku : tampak sakit, kes : somnolen


TD : 100/70mmgHg, nadi : 122 kali per menit, R : 28 kali per menit, Sb :
36,8C
SSP : pupil bulat isokor, 2mm-2mm, Rc +/+
CV : akral hanga, CRT < 2 detik
RT : simetris, retraksi tidak ada , Rh -/-, Wh -/-
GIT : cembung, tegang, BU pos normal, defans muskular (-) nyeri tekan
epigastrik (+)
Hemato : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

A DHF gr. III dalam terapi 59 jam (08.00) F-6 (Minggu siang) + Efusi pleura
dextra + Obs Hematuri ec ISK + Obs. Melena
P O2 nasal 2 lpm
IVFD Asering 24ml/jam
Inj Ceftriaxone 2 x 800mg (2)
Inj Lansoprazole 2 x 10mg
Paracetamol 4x200mg PO k/p
Pro Ondan/Dompe k/p muntah2 berulang
BD/TTV/jam
PCV/4 jam
NPO
Pro Kultur Urine
10 Oktober 2022 (Pengamatan hari ke lima di Ruangan, pukul 13.00 WITA)

S Demam tidak ada


muntah ada
O Ku : tampak sakit, kes : kompos mentis
TD : 100/70mmHg, nadi : 130 kali per menit, R : 28 kali per menit, Sb : 36,6'C
Kepala : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- Thorax: simetris, retraksi tidak ada , Rh -/-,
Wh -/-, bising jantung tidak ada
Abdomen: cembung, tegang, Bising usus normal, defans muskular (-) nyeri tekan epigastrik
(+) suprapubik (+), terdapat perdarahan tidak aktif pada OUE, hepar dan lien tidak teraba
besar Extremitas: akral hangat, CRT <2 detik

A Post DHF gr. III F-7 (Minggu siang) + Efusi pleura dextra

P O2 nasal
IVFD Asering 24ml/jam
Inj Ceftriaxone 2 x 800mg (3)
Inj Lansoprazole 2 x 10mg
Pro Ondan/Dompe k/p muntah2 berulang PCV /4 jam
Oralit -> susu
11 Oktober 2022 (Pengamatan hari ke enam di Ruangan, pukul 6.00 WITA)

S Demam (-), makan minum baik

O Ku : tampak sakit, kes : kompos mentis


TD : 100/60mmHg, nadi : 110 kali per menit, R : 24 kali per menit, Sb : 36,6’C
Kepala : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- Thorax: simetris, retraksi tidak ada , Rh -/-,
Wh -/-, bising jantung tidak ada
Abdomen: cembung, tegang, Bising usus normal, defans muskular (-) nyeri tekan epigastrik
hepar dan lien tidak teraba besar Extremitas: akral hangat, CRT <2 detik

A Post DHF gr. III F-9 (Minggu siang) + Efusi pleura dextra + Obs Hematuri ec ISK

P IVFD Asering 24ml/jam


Inj Ceftriaxone 2 x 800mg (4)
Inj Lansoprazole 2 x 10mg IV
Pro Ondan/Dompe k/p muntah2 berulang PCV /6 jam
Oralit -> susu
12 Oktober 2022 (Pengamatan hari ke tujuh di Ruangan, pukul 20.50 WITA)

S Demam (-), makan minum baik

O Ku : tampak sakit, kes : kompos mentis


TD : 110/70mmHg, nadi : 100 kali per menit, R : 24 kali per menit, Sb : 36,6'C
Kepala : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- Thorax: simetris, retraksi tidak ada , Rh -/-,
Wh -/-, bising jantung tidak ada
Abdomen: cembung, tegang, Bising usus normal, defans muskular (-) nyeri tekan epigastrik
(+) hepar dan lien tidak teraba besar Extremitas: akral hangat, CRT <2 detik

A Post DHF gr. III F-10 (Minggu siang) + Efusi pleura dextra

P IVFD Asering 24ml/jam


Inj Ceftriaxone 2 x 800mg (5)
Inj Lansoprazole 2 x 10mg IV
Pro Ondan/Dompe k/p muntah2 berulang
PCV /6 jam
Oralit -> susu
13 Oktober 2022 (Pengamatan hari ke delapan di Ruangan, pukul 07.00 WITA)

S Demam (-), makan minum baik

O Ku : tampak sakit, kes : kompos mentis


TD : 105/70mmHg, nadi : 105 kali per menit, R : 26 kali per menit, Sb : 36,3'C
Kepala : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- Thorax: simetris, retraksi tidak ada , Rh -/-,
Wh -/-, bising jantung tidak ada
Abdomen: cembung, tegang, Bising usus normal, defans muskular (-) nyeri tekan epigastrik
(+) hepar dan lien tidak teraba besar
Extremitas: akral hangat, CRT <2 detik

A Post DHF gr. III F-11 (Minggu siang) + Efusi pleura dextra

P IVFD Asering 24ml/jam


Inj Ceftriaxone 2 x 800mg (6)
Inj Lansoprazole 2 x 10mg IV
Pro Ondan/Dompe k/p muntah2 berulang
PCV /6 jam
Oralit -> susu
14 Oktober 2022 (Pengamatan hari ke sembilan di Ruangan, pukul 07.00 WITA)

S Demam (-),makan minum baik

O Ku : tampak sakit, kes : kompos mentis


TD : 105/70mmHg, nadi : 105 kali per menit, R : 26 kali per menit, Sb : 36,3'C
Kepala : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- Thorax: simetris, retraksi tidak ada , Rh -/-,
Wh -/-, bising jantung tidak ada
Abdomen: cembung, tegang, Bising usus normal, defans muskular (-) nyeri tekan epigastrik
(+) hepar dan lien tidak teraba besar
Extremitas: akral hangat, CRT <2 detik

A Post DHF gr. III F-11 (Minggu siang) + Efusi pleura dextra

P IVFD Asering 24ml/jam


Inj Ceftriaxone 2 x 800mg (7)
Inj Lansoprazole 2 x 10mg IV
Pro Ondan/Dompe k/p muntah2 berulang
PCV /6 jam
Oralit -> susu
Pro rawat jalan
I. PROGNOSIS

Quo ad vitam. : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad sanationam : bonam


BAB III
PEMBAHASAN

Virus dengue diklasifikasikan menjadi 4 serotipe (DENV 1-4) berdasarkan

heterogenitas antigenik. Pada meta-analisa menemukan bahwa DENV-3 paling sering

menyebabkan kasus yang berat pada infeksi pertama di asia tenggara, dengan DENV-2 dan

DNV-4 paling sering di hubungkan dengan DSS, sedangkan DENV-3 dan DENV-4 sangat

berhubungan dengan DBD. merupakan serotipe yang paling banyak menjadi penyebab

infeksi virus dengue. Di Indonesia, serotipe DENV-3 yang paling sering menginfeksi,

walaupun dalam beberapa tahun ini ada kecenderungan didominasi oleh virus DENV-2.8,9

Infeksi virus dengue bisa asimtomatik atau bisa menyebabkan undifferentiated febrile illness

(viral syndrome), demam dengue (DD), atau demam berdarah dengue (DBD) termasuk

sindrom syok dengue (DSS).2,10

Perbedaan klinis antara DD dan DBD disebabkan oleh mekanisme patofisiologi yang

berbeda. Adanya renjatan pada DBD disebabkan karena kebocoran plasma (plasma leakage)

yang diduga karena proses imunologi. Hal ini tidak didapati pada DD. Patofisiologi utama

yang menentukan derajat penyakit dan membedakan antara DD dan DBD ialah peningkatan

permeabilitas dinding pembuluh darah, penurunan volume plasma, terjadinya hipotensi,

trombositopenia serta diathesis hemoragik. Virus dengue yang masuk ke dalam tubuh akan

beredar ke dalam sirkulasi darah dan akan ditangkap oleh makrofag (Antigen Presenting

Cell). Viremia terjadi selama 24 hingga 48 jam sebelum timbulnya gejala demam. Antigen

yang menempel pada makrofag akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag

lainnya untuk menangkap lebih banyak virus. Sedangkan sel T-Helper akan mengaktifasi sel
T-Sitotoksik yang akan melisis makrofag. Telah dikenali tiga jenis antibodi yaitu antibodi

netralisasi, antibodi hemaglutinasi, antibodi fiksasi komplemen. Proses ini akan diikuti

dengan dilepaskannya mediator-mediator yang merangsang terjadinya gejala sistemik seperti

demam, nyeri sendi, nyeri otot, dan gejala lainnya. Juga bisa terjadi agregasi trombosit yang

menyebabkan trombositopenia ringan. Hipotesis mengenai perkembangan menjadi Demam

dengue yang berat dihubungkan dengan fenomena yang dikenal sebagai badai sitokin, yang

merupakan perubahan kadar sitokin dan kemokin, yang menyebbakan sel-sel endote; tidak

berfungsi dan akhirnya menyebabkan permeabilitas vascular sel endotel dan kebocoran

plasma terlihat pada DBD dan DSS. 4,11,12

DBD memiliki 3 fase yang berbeda, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase

pemulihan. Pada fase demam, dijumpai trias sindrom, yaitu demam tinggi, nyeri pada

anggota badan, dan timbulnya ruam. Demam pada umumnya timbul mendadak, tinggi (39°C-

40°C), terus-menerus (pola demam kurva kontinua), bifasik, dengan nyeri retro-orbita dan

sakit kepala berkisar 5-7 hari. 50-80% pasien menunjukan ruam atau petekie, ruam terdapat

di dada, serta abdomen, menyebar ke anggota gerak dan wajah pada hari kedua dan ketiga

demam, dan ruam mencolok berbentuk maculopapular atau rubelliform muncul sekitar hari

ketiga atau keempat.2,6

Fase kritis ditandai dengan kebocoran plasma dengan atau tanpa perdarahan, yang

dimulai tiba-tiba setelah demam. Selama fase ini, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler

ditandai dengan naiknya hematokrit sekitar 10-15% dari baseline adalah gejala awal dari

kebocoran plasma. Selain itu, dapat terjadi akumulasi cairan di rongga perut dan toraks, syok

hipovolemik hingga mengakibatkan disfungsi organ multipel, asidosis metabolic, koagulasi

intravaskular diseminata (DIC), dan perdarahan hebat. Diuresis dan kembalinya nafsu makan
adalah tanda pemulihan dan indikasi untuk menghentikan volume penggantian. Pemulihan

dalam pasien dengan atau tanpa syok biasanya pendek dan lancar. Bahkan dalam kasus

dengan syok berat, setelah syok diatasi dengan perawatan yang tepat, pasien akan pulih

dalam 2 – 3 hari. Fase pemulihan yang berlangsung dengan kelebihan cairan yang tidak

teratasi, dapat menyebabkan penurunan kesadaran atau kejang.2,6,4

Demam tinggi merupakan manifestasi klinik yang utama pada penderita infeksi virus

dengue sebagai respon fisiologis terhadap mediator yang muncul. Sel penjamu yang muncul

dan beredar dalam sirkulasi merangsang terjadinya panas. Faktor panas yang dimunculkan

yaitu jenis-jenis sitokin yang memicu panas seperti TNF-α, IL-1, IL-6, dan sebaliknya sitokin

yang meredam panas adalah TGF-β, dan IL-10. Banyaknya partikel virus yang merupakan

kompleks imun yang terkait dengan sel ini menyebabkan viremia pada infeksi virus Dengue

sukar dibersihkan. Antibodi yang dihasilkan pada infeksi virus dengue merupakan non

netralisasi antibodi yang dipelajari dari hasil studi menggunakan stok kulit virus C6/C36, viro

sel nyamuk dan preparat virus yang asli.13

Pada kasus ini, pasien datang ke RSUP. Prof. dr. R. D. Kandou Manado dengan

riwayat demam 4 hari yang sebelum masuk rumah sakit (Hari Jumat). Pasien dirujuk karena

pasien mengalami akral dingin. Sesuai dengan fase dari demam dengue, pasien masuk dalam

fase kritis. Pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan foto thorax, didapatkan hasil efusi pleura

dextra, yang merupakan salah satu tanda dari peningkatan permeabilitas kapiler.

Untuk mendiagnosis dengue, hanya dengan gejala klinis saja tidak selalu akurat

karena spektrumnya yang luas dan beberapa memiliki gejala non-spesifik. Alat diagnostik

khusus dan sensitif dapat digunakan sesuai fase dan interpretasinya. Selama infeksi awal atau

demam <5 hari, diagnosis digunakan dengan isolasi virus atau deteksi antigen virus seperti
NS1. Setelah demam lebih dari 5 hari, antigen virus tidak bisa terdeteksi, karena viremia

telah mereda dan respon antibody telah meningkat. Sehingga dapat digunakan pemeriksaan

antibodi spesifik menggunakan serologis (IgM atau IgG).10 Respon innate immune terhadap

infeksi virus dengue meliputi dua komponen yang berperan penting di periode sebelum gejala

infeksi yaitu antibodi IgM dan platelet. Antigen Dengue dapat dideteksi di lebih dari 50%

“Complex Circulating Imun”. Kompleks imun IgM tersebut selalu ditemukan didalam

dinding darah di bawah kulit penderita dengue. Oleh karenanya dalam penentuan virus

dengue level IgM merupakan hal yang spesifik.14 Pada pasien ini diperiksakan IgM dan IgG

dengan hasil IgM anti dengue positif, dan IgG anti dengue negatif.

Ciri khas dari DBD adalah peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang

mengakibatkan kebocoran plasma, volume intravaskular berkontraksi, dan syok pada kasus

yang parah. Kebocoran selektif yaitu plasma hanya pada rongga pleura dan peritoneal, dan

periode kebocoran singkat (24 - 48 jam). Kebocoran plasma dapat dilihat menggunakan

radiografi dan USG, yang menunjukan foto rontgen decubitus lateral kanan meningkat

sensitivitas untuk mendeteksi efusi pleura. Edema dinding kandung empedu berhubungan

dengan kebocoran plasma, dan dapat menjadi deteksi awal klinis. 2 Pada pasien ini, hari

pertama pasien masuk rumah sakit, pada pemeriksaan fisik dan radiologis ditemukan tanda

efusi pleura.

Penegakkan diagnosis umumnya berdasarkan kriteria diagnosis WHO yang terdiri

dari kriteria klinis dan laboratoris, yaitu sebagai berikut.2

Kriteria klinis:

1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, anoreksia, lemah, nyeri pada punggung,

tulang, persendian dan kepala yang berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji tourniquet positif, petekie, ekimosis,

epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena.

3. Hepatomegali

4. Syok, nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi ≤ 20 mmHg, atau hipotensi disertai

gelisah dan akral dingin.

Kriteria laboratoris:

1.Trombositopenia (≤ 100.000/uL)

2.Hemokonsentrasi (kadar Ht meningkat ≥ 20%)

Tingkat keparahan dari DBD diklasifikasikan menjadi 4 derajat (Tabel 1). Adanya

trombositopenia dan hemokonsentrasi bersamaan merupakan pembeda DBD derajat I dan II,

dari demam dengue. DBD derajat I dan II merupakan kasus yang relatif ringan tanpa syok,

sedangkan derajat III dan IV lebih berat. 5-10% penderita memburuk ke arah DBD derajat III

dan atau IV yang didefinisikan sebagai Dengue Shock Syndrome (DSS).2

DD / DSS Derajat Tanda dan Gejala Laboratorium


Demam disertai 2 dari
gejala:
- Leukopenia (<5000/
nyeri kepala mm3)
-
nyeri retro-orbita Trombositopenia (<
-
myalgia 150.000/mm3)
DD -
atralgia Peningkatan hematokrit
-
rash 5-10% Tanpa bukti
-
manifestasi perdarahan
-
kehilangan plasma
tanpa bukti kebocoran
Plasma
Demam dan manifestasi Trombositopenia
perdarahan (tes tourniquet (≤100.000/mm3)
DHF I
(+)) dan bukti kebocoran Hematokrit meningkat
plasma ≥20%
Trombositopenia
Sama dengan derajat I
(≤100.000/mm3)
DHF II dengan perdarahan
Hematokrit meningkat
spontan
≥20%
Sama dengan derajat I
Trombositopenia
atau II dengan kegagalan
DHF (≤100.000/mm3)
III sirkulasi (nadi lemah,
DSS Hematokrit meningkat
tekanan nadi sempit,
≥20%
hipotensi, gelisah)
Sama dengan derajat II Trombositopenia
DHF dengan syok berat dengan (≤100.000/mm3)
IV
DSS tekanan darah dan nadi Hematokrit meningkat
yang tidak terukur ≥20%

Tabel 1. Derajat keparahan infeksi virus dengue2

Komplikasi pada DBD biasanya terjadi sehubungan dengan syok yang dalam atau

syok berkepanjangan yang menyebabkan asidosis metabolik dan perdarahan hebat akibat

Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) dan kegagalan multiorgan seperti disfungsi

hati dan ginjal. Lebih penting lagi, penggantian cairan yang berlebihan selama periode

kebocoran plasma dalam penatalaksanaan dilakukan pengamatan parameter vital, kepenuhan

sistem vaskular (penurunan tekanan darah) dan bukti klinis syok hipovolemik. Grafik

pemantauan (secara grafis menunjukkan parameter utama seperti hematokrit dan jumlah

trombosit) harus dipelihara secara akurat. Tinjauan rutin (setidaknya 4 jam) oleh dokter dan

perawat sangat penting selama fase kritis. Pasien yang harus dirawat inap di rumah sakit

untuk observasi ketat saat mendekati fase kritis. Indikasi pemberian cairan intravena pada

DBD adalah saat pasien tidak mendapatkan asupan cairan oral yang memadai atau muntah,

hematokrit terus meningkat 10-20% meskipun telah dilakukan rehidrasi oral, dan terdapat

tanda syok yang akan datang atau pasien mengalami syok.2


Tatalaksana DBD tanpa syok dapat diberikan cairan kristaloid atau NaCl 0,9% yaitu 7

ml/kgBB/jam. Monitor tanda vital, diuresis setiap jam dan hematokrit serta trombosit setiap 6

jam. Selanjutnya evaluasi 12 sampai 24 jam. Apabila selama observasi keadaan umum baik

yaitu anak nampak tenang tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil, diuresis cukup, dan kadar

hematokrit cenderung turun minimal dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut, maka tetesan

dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam. Apabila dalam observasi selanjutnya tanda vital stabil,

tetesan dikurangi menjadi 3 ml/kgBB/jam dan akhirnya cairan dihentikan setelah 24 - 48 jam.

15

Tatalaksana awal DBD dengan syok yaitu pemakaian oksigen via nasal kanul dan

segera melakukan penggantian volume plasma dengan larutan kristaloid 10-20 ml/kgBB/ jam

dalam 1 jam, lalu observasi kembali kondisi pasien (tanda vital, CRT, hematokrit, dan

diuresis). Jika kondisi membaik, kecepatan tetesan diturunkan perlahan menjadi 5-7

ml/kgBB/jam selama 1-2 jam, setelah itu 3-5 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam, lalu 3-1,5

ml/kgBB/jam. Cairan dihentikan dalam 24-48 jam.2,16

Pada pasien ini, rehidrasi awal dilakukan di IRDA RSUP. Prof. dr. R. D. Kandou

dengan kecepatan tetasan 10 ml/kgBB/jam selama 1 jam, lalu diturunkan perlahan saat

pindah ke PICU. Pada pasien juga dilakukan pemantauan hematokrit setiap 4 jam dan

pemberian oksigen nasal 2 liter per menit jika dibutuhkan.

Prognosis pada penderita ini adalah dubia ad bonam karena pasien mendapat

pengobatan sesuai protokol yang ada. Bagi prognosis ad functionam dan santionam adalah

dubia ad bonam karena bila pasien sembuh tidak akan mengganggu fungsi kehidupan

selanjutnya.

Pencegahan DBD dapat dilakukan dengan penyemprotan massal pada daerah endemis

DBD, menggalakkan pembinaan peran serta masyarakat, dalam kegiatan pemberantasan


sarang nyamuk, melakukan penyuluhan kepada masyarakat, langkah pemberantasan nyamuk

berupa fogging fokus dan abatisasi selektif.18

Oleh karenanya program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 4M Plus

perlu terus dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun khususnya pada musim

penghujan. Program PSN yaitu: 1) Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering

dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air

minum, penampung air lemari es dan lain-lain; 2) Menutup, yaitu menutup rapat-rapat

tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya, termasuk

menutup barang bekas atau sampah yang dapat menampung air sehingga berpotensi menjadi

sarang nyamuk; 3) Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki

potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah; dan 4)

Memantau wadah penampungan air dan bak sampah, yang sebaiknya dilakukan oleh seorang

juru pemantau jentik (jumantik). Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk

kegiatan pencegahan seperti 1) Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air

yang sulit dibersihkan; 2) Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk; 3) Menggunakan

kelambu saat tidur; 4) Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk; 5) Menanam tanaman

pengusir nyamuk; 6) Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah; 7) Menghindari kebiasaan

menggantung pakaian di dalam rumah.18


BAB IV

PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus Demam Berdarah Dengue derajat III dengan efusi

pleura dekstra pada seorang anak perempuan berusia 3 tahun. Diagnosis ditegakkan dengan

anamnesis keluhan kaki dan tangan dingin sejak beberapa jam sebelum masuk rumah sakit.

Pasien mengalami demam tinggi sejak 4 hari SMRS (Hari Minggu siang). Demam dirasakan

tinggi mendadak. Demam turun dengan obat penurun panas namun tidak sampai normal.

Pasien juga mengalami nyeri perut, mual dan muntah sejak 3 hari sebelum masuk rumah

sakit, sehingga nafsu makan pasien menurun. Mimisan disangkal. Gusi berdarah disangkal.

Buang air besar kehitaman disangkal. Buang air kecil kuning jernih volume normal.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum tampak sakit, kesadaran compos

mentis. Tekanan darah 80/60 mmHg, nadi 124 x/menit, respirasi 28 x/menit, suhu badan

37,8oC. Pada pemeriksaan auskultasi thoraks ditemukan suara pernafasan menurun di paru

kanan, tidak didapatkan adanya ronkhi dan wheezing. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan

abdomen cembung, lemas, bising usus (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+). Pada

pemeriksaan ekstremitas didapatkan akral dingin dan CRT > 2 detik.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 7300/uL, trombosit 25.000/uL,

hemoglobin 19 g/dL, hematokrit 53,8%, Albumin 3,45 g/dL, SGOT 365 U/L, SGPT 65 U/L,

Natrium 134. Pada pemeriksaan imunoserologis didapatkan NS1 positif, IgM negatif dan IgG

negatif. Pada pemeriksaan foto thoraks didapatkan kesan efusi pleura dekstra. Dari hasil

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berdasarkan kriteria diagnosis


WHO 2011 pasien didiagnosis dengan Demam Berdarah Dengue derajat III dan efusi pleura

dekstra. Pasien ditatalaksana sesuai protokol penatalaksanaan demam berdarah dengue

berupa pemberian cairan adekuat, pemantauan status hemodinamik berkala dan tanda-tanda

vital selama fase kritis. Prognosis ad vitam dubia ad bonam, ad fungsionam dubia ad bonam,

dan ad sanationam dubia ad bonam.


DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Penyakit Demam Berdarah Di Indonesia 2017


[Internet]. Vol. 31, Journal of Vector Ecology. 2018. p. 71–8. Available from:https://
www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/InfoDatin-
Situasi-Demam-Berdarah-Dengue.pdf

2. World Health Organization. Prevention and control of dengue and dengue


haemorrhagic fever. Regional Guidelines [Internet]. World Health Organisation. 2011.
Available from: https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/205653/B0109.pdf

3. Wang W-H, Urbina AN, Chang MR, Assavalapsakul W, Lu P-L, Chen Y-H, et al.
Dengue hemorrhagic fever – A systemic literature review of current perspectives on
pathogenesis, prevention and control. J Microbiol Immunol Infect [Internet].
2020;53(6):963–78. Available from: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/
S1684118220300670

4. Ranawaka R, Jayamanne C, Dayasiri K, Samaranayake D, Sandakelum U, Hathagoda


W, et al. Effect of Prior Symptomatic Dengue Infection on Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF) in Children. J Trop Med. 2021;2021.

5. Roy SK, Bhattacharjee S. Dengue virus: Epidemiology, biology, and disease aetiology.
Can J Microbiol. 2021;67(10):687–702.

6. Leowattana W, Leowattana T. Dengue hemorrhagic fever and the liver. World J


Hepatol. 2021;13(12):1968–76.

7. Kemenkes RI. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan
Zoonotik (DIT.P2PTVZ) - Kementerian Kesehatan RI [Internet]. 2021. Available
from: https://ptvz.kemkes.go.id/berita/situasi-dbd-di-indonesia-minggu-ke-51-tahun-
2021

8. Begum F, Das S, Mukherjee D, Mal S, Ray U. Insight into the tropism of dengue virus
in humans. Viruses. 2019;11(12).
9. Nagaram PP, Piduru P, Munagala VK, Matli VV. Clinical and laboratory profile and
outcome of dengue cases among children attending a tertiary care hospital of South
India. Int J Contemp Pediatr. 2017;4(3):1074.

10. Harapan H, Michie A, Sasmono RT, Imrie A. Dengue: A minireview. Viruses.


2020;12(8):1–35.

11. Uno N, Ross TM. Dengue virus and the host innate immune response. Emerg
Microbes Infect [Internet]. 2018;7(1). Available from: http://dx.doi.org/10.1038/
s41426-018-0168-0

12. Puc I, Ho TC, Yen KL, Vats A, Tsai JJ, Chen PL, et al. Cytokine signature of dengue
patients at different severity of the disease. Int J Mol Sci. 2021;22(6):1–15.

13. Behrman RE, Kliegman R AA. Nelson Ilmu kesehatan Anak. 15th ed. Jakarta: EGC;
2012. 1907–10 p.

14. Soedarmo SSP, Garna H, Hdinegoro STS SH. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropik.
2nd ed. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI; 2015. 155-81.p.

15. Trihono PP, Djer MM, Hendarto A, Titis P. Pitfalls in Pediatric Practices. Ikatan
Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta. 2012.

16. Dengue: Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. Geneva: World
Health Organization; 2009.

17. Darwis D. Kegawatan Demam Berdarah Dengue pada Anak. 2003;4:156–62.

18. Kemenkes RI. Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue Di
Indonesia. Jakarta; 2017.

Anda mungkin juga menyukai