DEMAM DENGUE
Diajukan untuk memenuhi satu syarat guna mengikuti ujian akhir Kepaniteraan Klinik
Madya di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sakit Umum Abepura
Oleh :
Devi C. Damanik
Ratna C. S. Dewi
Roldus Andy Bunga
Pembimbing :
dr. Immaculata Purwaningsih, Sp.A
i
LEMBAR PENGESAHAN
Demam Dengeu
Hari :
Tanggal : 2017
Mengesahkan
Pembimbing/Penguji
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 DEFINISI
Infeksi virus dengue merupakan salah satu penyakit dengan vektor nyamuk
(mosquito borne disease) yang paling penting di seluruh dunia terutama di daerah
tropis dan subtropis. Penyakit ini mempunyai spektrum klinis dari asimptomatis,
undifferentiated febrile illness, demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue
(DBD), mencakup manifestasi paling berat yaitu sindrom syok dengue (dengue shock
syndrome/DSS). 1
Infeksi dengue dapat disebabkan oleh salah satu dari keempat serotipe virus
yang dikenal (DEN-1,DEN-2,DEN-3 dan DEN-4). Infeksi salah satu serotipe akan
memicu imunitas protektif terhadap serotipe tersebut tetapi tidak terhadap serotipe
yang lain, sehingga infeksi kedua akan memberikan dampak yang lebih buruk. Hal
ini dikenal sebagai fenomena yang disebut antibody dependent enhancement (ADE),
dimana antibodi akibat serotipe pertama memperberat infeksi serotipe kedua. 1
Menegakkan diagnosis DBD pada stadium dini sangatlah sulit karena tidak
adanya satupun pemeriksaan diagnostik yang dapat memastikan diagnosis DBD
dengan sekali periksa, oleh sebab itu perlu dilakukan pengawasan berkala baik klinis
maupun laboratoris. 2
1
BAB II
LAPORAN KASUS
1
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat pernah menderita demam berdarah disangkal
- Riwayat ada flek di paru-paru pasien saat umur 11 bulan tapi sudah
pengobatan selama 1 tahun.
- Riwayat alergi telur (sudah diobati) sekitar 1 minggu sebelumnya.
- Riwayat alergi obat disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Asma, penyakit jantung, DM, hipertensi, semua disangkal.
5. Riwayat Sosial dan Kebiasaan
Pasien tinggal di lingkungan yang padat penduduk, rumah saling
berdempetan dan tetangga pasien ada yang menderita demam berdarah.
6. Riwayat Kehamilan:
Selama hamil ibu pasien tidak pernah sakit dan tidak pernah
minum obat-obatan maupun jamu. Riwayat sakit malaria (-), hipertensi (-)
disangkal.
7. Riwayat Kelahiran
Umur kehamilan cukup bulan, SC atas indikasi ketuban pecah tapi
tidak ada kontraksi uterus. Lahir langsung menangis, BBL 3800 gr, PB 51
cm.
8. Riwayat Imunisasi:
Imunisasi lengkap tapi ibu pasien tidak ingat tanggal semua imunisasinya.
3) Status Generalis
a. Kepala
Bentuk : normocepal, Simetris
Rambut : Hitam, Distribusi Merata
Mata : Conjungtiva Anemis (-/-); Sklera Ikterik (-); Sekret
(-/-), Pupil Isokor D=S, mata merah (-)
Telinga : Deformitas (-), Sekret (-)
Hidung : Deviasi (-)
Mulut : mukosa lembab, Oral Candidiasis (-); Tonsil (T1-
T1); Lidah Kotor (-), tenggorokan hiperemis (+)
b. Leher : Trakea Letak Normal
Pembesaran KGB (-/-)
JVP Tidak Meningkat
c. Thoraks
Paru
Inspeksi : Simetris, Ikut Gerak Nafas, Retraksi Interkosal (-),
Jejas (-)
Palpasi : Vokal Fremitus (Dextra=Sinistra)
Perkusi : Sonor di Kedua Lapang Paru
Auskultasi : Suara Nafas Vesikuler (+/+)
Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Pleural Friction Rub (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus Cordis Tidak Terlihat; Thrill (-)
Palpasi : Iktus Cordis Teraba Pada ICS V Midline Clavicula
Sinistra
Perkusi : Pekak (Batas Jantung Dalam Batas Normal)
Auskultasi : BJ I-II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
d. Abdomen
Inspeksi : Tampak Datar, Jejas (-), distens (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), Hepar/Lien : Tidak Teraba
Membesar
Perkusi : Timpani
e. Ektremitas : Akral Hangat, Capillary Refill Time <2 detik
Edema (-), Ulkus (-), Clubbing Finger (-), uji
Rumple leed (+)
f. Genitalia : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
2.7. PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 16 tpm makro
- Inj. Cefotaxime 3 x 350 mg
- Inj. Ranitidin 2 x 11 mg
- Inj. Paracetamol 3 x 100 mg
- Observasi febris
- Evaluasi tanda-tanda syok
2.7 FOLLOW UP RUANGAN
Hari Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Diagnosa Terapi
/Tgl Penunjang
Pada kasus didapatkan pasien anak usia 10 tahun 9 bulan datang dengan
keluhan demam yang mendadak meninggi mencapai 390C, demam sudah di
rasakan 4 hari. Pasien sudah berobat ke bidan tapi demamnya akan ada lagi
setelah efek obat habis ini menjadi alasan orang tua membawa anak ke Rumah
Sakit. Pasien juga mengeluh badan sakit-sakit, tidak muntah, nafsu makan pasien
menurun, di tangan pasien terlihat bintik-bintik kemerahan, tidak ada perdarahan
gusi. BAB normal padat tidak keras, warna kuning (normal), Intensitas buang air
kecil seperti biasa tidak nyeri, warna merah (-), batuk (+), tidak pilek, nyeri saat
menelan ada, tidak ada nyeri telinga.
Pada Demam dengue ditemukan demam yang timbul akut selama 2-7 hari
dengan dua atau lebih manifestasi seperti nyeri kepala, nyeri retro-orbital, mialgia,
ruam kulit, manifestasi perdarahan dan leukopenia.2 Awal penyakit biasanya
mendadak dengan adanya trias yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota badan dan
ruam. 3,4
-
Demam : suhu tubuh biasanya mencapai 39 C sampai 40 C dan demam
bersifat bifasik yang berlangsung sekitar 5-7 hari.5
-
Ruam kulit : kemerahan atau bercak bercak meraj yang menyebar dapat
terlihat pada wajah, leher dan dada selama separuh pertama periode
demam dan kemungkinan makulopapular maupun menyerupai demam
skalartina yang muncul pada hari ke 3 atau ke 4.5 Ruam timbul pada 6-12
jam sebelum suhu naik pertama kali (hari sakit ke 3-5) dan berlangsung 3-
4 hari.4
-
Anoreksi dan obstipasi sering dilaporkan. Gejala klinis lainnya meliputi
berkeringat, batuk, epistaksis dan disuria. Kelenjar limfa servikal
dilaporkan membesar pada 67-77% kasus atau dikenal sebagai Castelanis
sign yang patognomonik. Beberapa bentuk perdarahan lain dapat
menyertai.3,4
Sedangkan demam berdarah dengue akan ditemukan demam tinggi
mendadak yang berlangsung 2-7 hari dengan peningkatan suhu >380C pada
sebagian penderita dapat dilihat bentuk kurva suhu yang menyerupai pelana kuda
sehingga disebut saddle fever. Setelah hari ketiga demam, biasanya demam akan
turun dan penderita mungkin merasa sudah sembuh tetapi setelah itu demam dapat
menyerang kembali. Pada masa ini sebaiknya berwaspada agar tidak menganggap
sudah sembuh dan tidak menjaga kesehatannya. Karena memang sulit
membedakan antara DD dan DBD pada fase demam. Perbedaan akan tampak jelas
pada saat suhu turun, yaitu pada DD akan terjadi penyembuhan, sedangkan pada
DBD terdapat tanda awal kegagalan sirkulasi (syok). Dan pada anak ini tidak
terdapat manifestasi syok, seperti kulit pucat, gelisah, nadi menjadi cepat dan
lambat, oliguria.1 Adanya perembesan plasma ini membedakan demam dengue
dan demam berdarah dengue.6 Pada pasien ini saat diperiksa, masih didapatkan
adanya demam. Interprestasi demam yang terjadi menjadi indikasi pasien harus
diobservasi terhadap komplikasi yang dapat terjadi. Infeksi virus dengue
merupakan salah satu penyakit dengan vektor nyamuk (mosquito borne disease)
yang paling penting di seluruh dunia terutama di daerah tropis dan subtropis.
Penyakit ini mempunyai spektrum klinis dari asimptomatis, undifferentiated
febrile illness, demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD),
mencakup manifestasi paling berat yaitu sindrom syok dengue (dengue shock
syndrome/DSS).1
Infeksi dengue dapat disebabkan oleh salah satu dari keempat serotipe
virus yang dikenal (DEN-1,DEN-2,DEN-3 dan DEN-4). Infeksi salah satu
serotipe akan memicu imunitas protektif terhadap serotipe tersebut tetapi tidak
terhadap serotipe yang lain, sehingga infeksi kedua akan memberikan dampak
yang lebih buruk. Hal ini dikenal sebagai fenomena yang disebut antibody
dependent enhancement (ADE), dimana antibodi akibat serotipe pertama
memperberat infeksi serotipe kedua. 1
Penyakit ini merupakan penyebab terbanyak morbiditas dan mortalitas pada
anak-anak di beberapa negara Asia dan Amerika latin, deteksi dini dan terapi
segera dapat menurunkan angka kematian hingga 1%. Data WHO Asia
menempatkan urutan pertama setiap tahunnya. Diperkirakan terdapat 390 juta
dengan 96 juta yang bermanifestasi secara klinis2. Pada tahun 2014 tercatat
penderita DBD di 34 profinsi di indonesia sebanyak 71.668 orang dan 641 orang
diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang
dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita.7
Gambar. Angka kesakitan per 100.000 penduduk menurut provinsi tahun 20158
Gambar. Kurva suhu pada demam berdarah dengue, saat suhu reda keadaan
klinis pasien memburuk (syok)
Pada DBD terdapat perdarahan kulit, uji tornikuet positif, memar dan
perdarahan pada tempat pengambilan darah vena. Petekia halus tersebar di
anggota gerak, muka, aksila sering kali ditemukan pada masa dini demam.
Epistaksis dan perdarahan gusi jarang dijumpai sedangkan perdarahan saluran
pencernaan hebat lebih jarang lagi dan biasanya timbul setelah renjatan tidak
dapat diatasi.12
.
Demam Dengue Gejala Klinis Demam Berdarah
Dengue
++ Nyeri Kepala +
+++ Muntah ++
+ Mual +
++ Nyeri Otot +
++ Ruam Kulit +
++ Diare +
+ Batuk +
+ Pilek +
++ Limfadenopati +
+ Kejang +
0 Kesadaran menurun ++
0 Obstipasi +
+ Uji tornikuet positif ++
++++ Petekie +++
0 Perdarahan saluran cerna +
++ Hepatomegali +++
+ Nyeri perut +++
++ Trombositopenia ++++
0 Syok +++
Gambar . Peran sitokin dan mediator kimiawi dalam patogenesis DBD14
Pemeriksaan penunjang
Volume Plasma
Fenomena patofisiologi utama yang menetukan derajat penyakit dan
membedakan antara DD dengan DBD ialah peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah, penurunan volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia
dan diathesis hemoragik. Penyelidikan volume plasma pada kasus DBD dengan
menggunakan 131 Iodine lablled human albumin sebagai indikator membuktikan
bahwa plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari permulaan masa
demam dan mencapai puncaknya pada masa syok. Meningginya nilai hematokrit
pada kasus syok menimbulkan dugaan bahwa syok terjadi sebagai akibat
kebocoran plasma ke daerah ekstravaskular (ruang interstisial dan rongga serosa)
melalui kapiler yang rusak.
Nilai hematokrit biasanya meningkat pada hari ke-3 pada perjalanan
penyakit dan makin meningkat sesuai dengan proses perjalanan penyakit DBD.
Seperti telah disebutkan bahwa peningkatan nilai hematokrit merupakan
manifestasi hemokonsentrasi yang terjadi akibat kebocoran plasma ke ruang
ekstravaskular disertai efusi cairan serosa, melalui kapiler yang rusak. Akibat
kebocoran ini plasma jadi berkurang yang dapat mengakibatkan terjadinya syok
hipovolemik dan kegagalan sirkulasi.
Kadar hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau sedikit
menurun, tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti peningkatan
hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematologi paling awal yang dapat
ditemukan pada DBD.
Penilaian angka hematokrit tidak cukup hanya dengan satu kali
pemeriksaan darah rutin, harus dilihat melalui pemeriksaan hematokrit serial
dimana pemeriksaan darah rutin dilakukan setiap hari atau 2 hari sekali dan dilihat
serta dibandingkan dengan hasil pemeriksaan sebelumnya ada tidaknya
penurunan.
Penggantian cairan harus terus kita monitor, selain untuk memantau
kebocoran plasma yang terjadi (yang dapat kita nilai dari peningkatan hematokrit,
tanda vital dan urin tampung), dan juga biasanya kebocoran plasma terjadi secara
cepat dalam 6-12 jam pertama.
Pemeriksaan Serologi
Ada beberapa uji serologi yang dapat dilakukan yaitu :
- Uji hambatan hemaglitinasi
- Uji Netralisasi
- Uji fiksasi komplemen
- Uji Hemadsorpsi Immunosorben
- Uji Elisa Anti Dengue Ig M
- Tes Dengue Blot.10
Teori enhancing antibody/ the immune enhancement theory
Teori ini dikembangkan Halstead tahun 1970an. Belaiau mengajukan
dasar imunopatologi DBD/DSS akibat adanya antibodi non-neutralisasi
heterotrpik selama perjalanan infeksi sekunder yang menyebabkan peningkatan
jumlah sel mononuklear yang terinfeksi virus dengue. Berdasarkan data
epuidemiologi dan studi in vitro, teorui ini saat ini dikenal sebagai antibody
dependent enhancement (ADE) yang dianut untuk menjelaskan patogenesis
DBD/DSS. Hipotesisi ini juga mendukung bahwa pasien yang menderita infeksi
sekunder dengan serotipe virus dengue heteroolog memiliki risiko lebih tinggi
mengalami DBD dan DSS. 1
Menurut teori ADE ini, saat pertama digigit nyamuk Aedes aegypty, virus
DEN akan masuk dalam sirkulasi dan terjadi 3 mekanisme yaitu :
- Mekanisme aferen dimana virus DEN melekat pada monosit melalui
reseptor Fc dan masuk dalam monosit
- Mekanisme eferen dimana monosit terinfeksi menyebar ke hati, limpa dan
sumsum tulang (terjadi viremia).
- Mekanisme efektor dimana monosit terinfeksi ini berinteraksi dengan
berbagai sistem humoral dan memicu pengeluaran subtansi inflamasi
(sistem komplemen), sitokin dan tromboplastin yang mempengaruhi
permeabilitas kapiler dan mengaktivasi faktor koagulasi.14
Penatalaksanaan
Pengobatan DBD bersifat suportif simptomatik dengan tujuan
memperbaiki sirkulasi dan mencegah timbulnya renjatan dan timbulnya Koagulasi
Intravaskuler Diseminata (KID).
Penatalaksanaan Demam Dengue
Penatalaksanaan kasus DD bersifat simptomatis dan suportif meliputi :
- Tirah baring selama fase demam akut
- Antipiretik atau sponging untuk menjaga suhu tubuh tetap dibawah 40 C,
sebaiknya diberikan parasetamol
- Analgesik atau sedatif ringan mungkin perlu diberikan pada pasien yang
mengalami nyeri yang parah
- Terapi elektrolit dan cairan secara oral dianjurkan untuk pasien yang
berkeringat lebih atau muntah. 8
1. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan maupun tanpa syok
2. kelainan Ginjal akibat syok berkepanjangan
3. Edema paru, akibat over loading cairan
Kriteria memulangkan pasien :
Pencegahan
- Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
a. Melakukan metode 3 M (menguras, Menutup dan Menyingkirkan
tempat perindukan nyamuk) minimal 1 x seminggu bagi tiap
keluarga
b. 100% tempat penampungan air sukar dikuras diberi abate tiap 3
bulan
c. ABJ (angka bebas jentik) diharapkan mencapai 95%
- Foging Focus dan Foging Masal
d. Foging fokus dilakukan 2 siklus dengan radius 200 m dengan
selang waktu 1 minggu
e. Foging masal dilakukan 2 siklus diseluruh wilayah suspek KLB
dalam jangka waktu 1 bulan
f. Obat yang dipakai : Malation 96EC atau Fendona 30EC dengan
menggunakan Swing Fog
DAFTAR PUSTAKA