DOKTER INTERNSIP
EFUSI PLEURA
Oleh:
Pendamping:
2019
HALAMAN PENGESAHAN
EFUSI PLEURA
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan program
internship dokter Indonesia di wahana Pesisir Selatan (RSUD M. Zein Painan) 2018-2019.
Pembimbing,
Pada hari kamis, tanggal -- Februari 2019 di wahana RSUD Dr. M. Zein Painan telah
dipresentasikan portofolio oleh :
Bagian : Interna
1 1.
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
Dokter pendamping
2. Riwayat Pengobatan :
Tidak pernah mengkonsumsi OAT
Rutin konsumsi obat batuk dan obat sesak nafas (nama obat tidak diketahui)
3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit : Os sering berobat karna sesak dan batuk.
Hipertensi (-), DM (-), TB paru (-).
4. Riwayat Keluarga/ Masyarakat :
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien.
5. Riwayat Pekerjaan :
Pedagang/buruh
6. Lain-lain : -
Daftar Pustaka :
1. Danusantoso, Halim. Efusi Pleura. Buku Saku Ilmu Penykit Paru. Penerbit hipokrates.
Hal.262-274
2. Aru W sudoyo, dkk. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Perhimpunan dokter
spesialis penyakit dalam Indonesia. Hal 2254-2262
3. Ali J, et al, 2010. Pulmonary pathofisiology: A clinical Approach. USA: McGraw-Hill.
Page 191-197
4. Gayton AC, Hall JE 2007. Pernapasan In: Rachman LY, et al. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. 514, Jakarta :EGC.
5. Mcgrath EE, Anderson PB.2011. Diagnosis of Pleural Effusion : A Systematic
Approach, American journal Of Critical Care Volume 20 No.2;119-127
Hasil Pembelajaran :
1. Patofisiologi Efusi Pleura
2. Gambaran Klinis Efusi Pleura
3. Penegakkan Diagnostik Efusi Pleura
4. Tatalaksana Efusi Pleura
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subyektif
Keluhan utama : Sesak nafas memberat sejak 2 hari yang lalu terutama saat
beraktivitas/bekerja.
Sesak tidak berkurang dengan tidur menggunakan 2-3 bantal
Sesak sedikit berkurang saat posisi duduk dibanding saat tidur/terlentang.
Lebih nyaman ketika tidur miring kekiri dibanding kekanan
Batuk (+) sejak 2 bulan lalu
Penurunan nafsu makan (+)
Penurunan BB (+)
BAB (+)
BAK (+)
Nyeri dada (-)
Demam (-)
Oedem (-)
2. Objektif
- Keadaan umum : Tampak sakit berat
- Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4 M6 V5
- Vital Sign
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Frekuensi nadi : 112 x/menit
Frekuensi pernafasan : 30 x/menit
Suhu : 37 ºC
- Berat Badan : 57 kg
- Tinggi badan : 160 cm
- Gizi : Kesan sedang
Status Generalis
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), seklera ikterik (-/-),
Mulut : Bibir kering (-), lidah kotor (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks :
Paru
Inspeksi : Gerakan nafas cepat, dada kanan datar, dada kiri
cembung.
Palpasi : Fremitus kanan (kuat), kiri (menurun)
Perkusi : Redup pada paru kiri, sonor pada paru kanan
Auskultasi : Paru kanan : Vesikuler, Rhonki (-/-),Wheezing (-/-)
Paru kiri : Vesikuler (-), Rhonki(-/-), Wheezing(-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di linea midclavicularis
sinistra ICS V
Perkusi : Batas jantung kanan di ICS IV linea parasternalis
dextra. Batas jantung kiri di ICS IV-V Linea
midclavicularis sinistra.
Auskultasi : Murmur (-/-), Gallop (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Hepar dan Lien tidak teraba membesar, Nyeri tekan
abdomen (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) normal.
1. Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan cairan melebihi cairan
normal di dalam cavum pleura diantara pleura parietalis dan visceralis dapat berupa
transundat dan eksudat. Efusi pleura maligna di definisikan sebagai efusi yang terjadi
berhubungan dengan keganasan yang di buktikan dengan penemuan sel ganas pada
pemeriksaan sitologi cairan pleura atau biopsi pleura.
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pada rongga pleura melebihi jumlah normal
(10-20cc). efusi pleura biasanya merupakan efek sekunder yang di akibatkan oleh penyakit
primernya.
2. Patofisiologi
Dalam rongga pleura yang normal, cairan masuk dan keluar dengan jumlah yang sama secara
terus menerus karena adanya filtrasi yang berkelanjutan dari sejumlah kecil cairan rendah protein
dalam pembuluh darah mikro yang normal. Straling dan Tubby mengeluarkan sebuah hipotesis,
bahwa pertukaran cairan mikrovaskular dan zat terlarut diatur oleh keseimbangan antara tekanan
hidrostatik, tekanan osmotik dan permeabilitas membrane. (McGrath E, Anderson PB,2011)
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan yang berlebihan didalam rongga pleura. Hal ini
menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan cairan pleura. Pada
keadaan normal rongga pleura hanya terisi sejumlah kecil cairan, biasanya hanya 0,1-0,2
ml/kgbb.
Cairan pleura terbentuk dan diserap kembali secara lambat, dengan jumlah yang sama dan
mempunyai kadar protein yang rendah dibandingkan dengan paru dan kelenjar getah bening
perifer.
Beberapa mekainisme terbentuknya cairan pleura antara lain : (Yataco JC, Dweik RA,2005):
3. Etiologi
Efusi pleura merupakan suatu indikator adanya suatu penyakit dasar baik itu
pulmoner maupun non pulmoner, akut maupun kronis.
Penyebab efusi pleura tersering adalah gagal jantung kongestif (penyebab dari
sepertiga efusi pleura tersering), pneumonia, keganasan, emboli paru, TB paru lama dan
PPOK.
4. Gambaran klinis
Gejala klinis dari efusi pleura biasanya berdasarkan penyakit yang mendasarinya.
Gejala yang paling sering muncul adalah dispnea progresif, batuk (non produktif), pleuritic
chest pain.
Dispnea
Dispnea gejala klinis yang paling sering muncuul
Menunjukkan adanya efusi yang luas (biasanya >500 ml)
Dispnea dilaporkan terdapat pada 50% kasus efusi pleura yang berat
Faktor lain seperti penyakit paru, disfungsi jantung, anemia berat.
Nyeri dada
Nyeri dada pleuritic bersifat tajam (seperti ditusuk pisau), dapat ringan atau berat,
sering terjadi pada inspirasi dalam
Nyeri dada bersifat terlokalisir dan menjalar ipsilateral ke bahu atau abdomen bagian
atas, sering terjadi karena pergerakan diafragma
Nyeri dada yang terjdi berkaitan dengan iritasi pada pleura yang berhubungan
dengan penyebab efusi pleura, dimana efusi transudat tidak menyebabkan iritasi pada
pleura secara langsung.
Nyeri dada berkurang intensitasnya dengan bertambah luasnya efusi pleura
Apabila volume cairan .300 ml, maka hasiil pemeriksaan fisik sebagai berikut :
5. Penegakkan diagnosis
a. Anamnesis
Gejala klinis yang ditimbulkan akibat efusi pleuar adalah sesak napas, nyeri
dada pleuritik, batuk, demam dan lemas. Gejala yang muncul berdasarkan penyakit
yang mendasarinya.
Gejala yang paling sering muncul yaitu sesak napas, batuk dan nyeri dada
pleuritik. Nyeri pleuritik menunjukkan adanya iritasi local dari pleura parietal yang
banyak terdapat serabut saraf. Karena keterlibatan nervus frenikus, maka keterlibatan
pleura mediastinal menghasilkan nyeri dada dengan nyeri bahu ipsilateral. Nyeri juga
bisa menjalar ke perut melalui persarafan interkostalis. Sedangkan batuk kemungkinan
akibat iritasi bronchial yang disebabkan oleh kompresi parenkim paru (Roberts JR et
al,2014).
b. Pemeriksaan fisik
Volume cairan pleura Temuan klinis
<250-300 cm3 Kemungkinan masih normal
500 cm3 Redup pada perkusi
Fremitus melemah
Pernapasan vesikuler tapi intensitasnya menurun
6. Tatalaksana
Penatalaksanaan yang utama pada kasus efusi pleura adalah dengan mengurangi
gejala yang ditimbulkan dengan mengevakuasi cairan dari dalam rongga pleura kemudian
mengatasi penyakit yang mendasarinya. Pilihan terapinya tergantung pada jenis efusi, stadium
dan penyakit yang mendasarinya. Pertama kita harus menentukan apakah cairan pleura
transudat atau eksudat (Yu H,2011).
Penatalaksanaan efusi pleura dapat berupa aspirasi cairan pleura ataupun
pemasangan selang dada. Aspirasi cairan pleura dilakukan untuk tujuan diagnostik misalnya
pada efusi pleura yang tidak diketahui penyebabnya dan terapeutik yaitu untuk mengevakuasi
cairan dari rongga pleura ketika pasien tidak sanggup lagi untuk menunggu dilakukan
pemasangan selang dada. Selain aspirasi cairan pleura dapat juga dilakukan pemasangan
selang dada untuk tujuan terapeutik. Pemasangan selang dada diperlukan jika terjadi
gangguan fungsi fisiologis sistem pernapasan dan kariovaskular.(Klopp M,2013)
Selain torakosentesis, prinsip efusi pleura adalah dengan menobati penyakit yang
mendasarinya. Tindakan emergensi diperlukan ketika jumlah cairan efusi tergolong banyak,
adanya gangguan pernapasan , ketika fungsi jantung tergangggu atau ketika terjadi perdarahan
pleura akibat trauma yang tidak terkontrol. Drainase rongga pleura juga harus segera
dilakukan pada kasus epiema thoraks.
Efusi pleura minimal yang di sebabkan oleh proses malignansi terkadang akan
teratasi dengan sendirinya setelah di lakukan tindakan kemotherapi, namun tindakan
pleurodesis harus tetap dilakukan setelah cairan berhasil di evakuasi pada kasus dimana efusi
pleura berulang atau ketika jumlah cairan dalam rongga pleura tergolong sedang. (Sato
T,2006).
a. Torakosentesis
Torakosentesis merupakan pilihan pertama dan merupakan tindakan yang
sederhana untuk kasus efusi pleura, bukan hanya untuk diagnosis tapi juga untuk
terapeutik. Torakosentesis yang berulang bukan pilihan yang tepat untuk penanganan
efusi pleura ganas yang progresif. Torakosentesis hanya mengurangi gejala untuk
sementara waktu dan akan membutuhkan kunjungan yang berulang ke RS untuk
melakukannya (Yu H,2011).
Indikasi torakosentesis pada efusi pleura meliputi indikasi diagnostik dan terapeutik.
Diagnostik
Saat melakukann torakosentesis, sampel cairan pleura dapat diambil dan diperiksa
untuk menentukan penyebab efusii. Untuk pemeriksaan laboratorium dibutuhkan 50-
100 ml. sebagian besar efusi pleura yang masih baru terukur lebih dari 10 mm pada
foto thoraks posisi lateral dekibutus, CT scan thoraks atau USG thoraks.
Terapeutik
Tujuannya adalah untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan misalnya meringankan
sesak napas yang diakibatkan jumlah cairan yang banyak dan membutuhkan evakuasi
segera.