Oleh:
dr. Faurani Yuzia
Dokter Internsip
PENDAMPING:
dr. Sidrati Amir
dr. Afdilla Hamni
1
Borang Portofolio Kasus Medis
Objektif Presentasi
2
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Keluhan utama
Sesak nafas yang semakin memberat sejak 4 jam SMRS
4. Riwayat pengobatan
Pasien berobat ke poli penyakit dalam jika ada keluhan saja
3
Tidak ada keluarga yang mengami keluhan yang sama dengan pasien
7. Pemeriksaan fisik
a.Vital sign
- Keadaan umum :Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis cooperatif
- Vital Sign
Tekanan darah : 210/100 mmHg
Nadi : 86 x/menit regular
Pernafasan : 26 x/menit
Suhu : 36 º
- SpO2 : 93%
- BB : 63 kg
b.Pemeriksaan sistemik
Kulit : Ikterik (-) pucat (-)
Kepala : Normochepal
Mata : Sklera ikterik -/- Konjungtiva anemis -/-, pupil isokor,diameter 2
mm/2mm, Refleks cahaya +/+
THT : Dalam Batas normal
KGB : Tidak teraba pembesaran KGB pada leher, axilla dan inguinal
Leher : JVP 5-2 cmH2O
Thoraks :
Paru : Inspeksi : bentuk dada simetris, gerakan pernafasan
simetris kanan dan kiri
Palpasi : Vocal fremitus melemah pada lapangan paru
kanan
Perkusi : Lapangan paru kanan redup. Lapangan paru
kiri sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler melemah pada lapangan
paru kanan , ronkhi (-/-),wheezing (-/-)
Jantung : Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : irama teratur,bising tidak ada
4
Abdomen
Inspeksi : Distensi tidak ada
Palpasi : Supel. Hepar/lien tidak teraba
Perkusi : Tympani
8. Pemeriksaan penunjang
Hematokrit : 27%
Rontgen thorak PA
Jantung tidak membesar, corakan bronkovaskular normal, tidak ada infiltrat dan nodul di
kedua lapangan paru, Sudut costofrenikus kanan tumpul
9. Diagnosis
-Hipertensi Emergency + Hemiparese (S) ec Susp. Stroke Iskemik
-Efusi Pleura (D) ec Susp. TB Paru
5
10. Tatalaksana awal
- O2 nasal 3- 4L/i
- Captopril 25 mg (SL) TD : 180/90 mmHg
- IVFD RL 20 tts/i
- Inj. Piracetam 4x 3 gr (IV)
- Inj. Citicolin 2x1 (IV)
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (IV)
- Asam folat 1x1 tab
11. Follow up
Hari/tanggal Plan (Terapi)
Minggu/ 01- S/ Sesak nafas (+), Batuk (+) - IVFD RL 20 tts/I
07-2018 Lemah anggota gerak kiri (+) - Inj. Piracetam 4x 3 gr (IV)
- Inj. Citicolin 2x1 (IV)
O/ TD : 176/90 mmHg RR: 24 x/i - Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (IV)
Nadi : 96 x/I T : 36,5 - Amlodipin 1x10 mg
- Asam folat 1x1 tab
Mata : sklera ikterik -/-, pupil isokor 2/2mm,
RC+/+
Cor : BJ I II reguler, bising(-)
Pulmo: I= Bentuk dada simetris
P= Vocal Fremitus kanan melemah
P= Redup pada Lapangan paru kanan
A= Suara nafas vesikuler melemah
pada lapangan paru kanan
Abdomen : Supel, NTE (+), BU (+), timpani
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik,
edema(-)
Motorik : 444 555
444 555
6
- Inj. Citicolin 2x1 (IV)
O/ TD : 160/82 mmHg RR: 24 x/i - Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (IV)
Nadi : 98 x/i T : 36 - Amlodipin 1x10 mg
- Asam folat 1x1 tab
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik - Cek BTA
-/-, pupil isokor 2/2mm, RC+/+ - Konsul Paru
Cor : BJ I-II reguler, bising(-) (dr. Ardianof, Sp.P)
Pulmo: I= Bentuk dada simetris Rencana Tapping cairan Pleura
P= Vocal Fremitus kanan melemah (D) besok
P= Redup pada Lapangan paru kanan
A= Suara nafas vesikuler melemah
pada lapangan paru kanan
Abdomen : Supel, NTE (+), BU (+), timpani
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik,
edema(-)
Motorik : 555 555
555 555
7
edema(-)
8
Abdomen : Supel, NTE (+), BU (+), timpani
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik,
edema(-)
9
Sabtu/ 07- S/ Sesak nafas (-), Batuk (+) -Terapi Lanjut
07-2018 -Acc Rawat jalan
O/ TD : 157/90 mmHg RR: 22 x/i
Nadi : 94 x/I T : 36,5
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
10
Terdapat faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya kontak antarmembran maupun yang
mendukung pemisahan antarmembran. Faktor yang mendukung kontak antarmembran
adalah: (1) tekanan atmosfer di luar dinding dada dan (2) tekanan atmosfer di dalam alveolus
(yang terhubung dengan dunia luar melalui saluran napas). Sementara itu faktor yang
mendukung terjadi pemisahan antarmembran adalah: (1) elastisitas dinding toraks serta (2)
elastisitas paru.4 Pleura parietal memiliki persarafan, sehingga iritasi terhadap membran ini
dapat mengakibatkan rasa alih yang timbul di regio dinding torako-abdominal (melalui n.
interkostalis) serta nyeri alih daerah bahu (melalui n. frenikus).
Gambar 1 – Anatomi Pleura Pada Paru Normal (Kanan) dan Paru yang Kolaps (Kiri)
Antara kedua lapis membran serosa pleura terdapat rongga potensial, yang terisi oleh
sedikit cairan yakni cairan pleura. Rongga pleura mengandung cairan kira-kira sebanyak 0,3
ml kg-1 dengan kandungan protein yang juga rendah (sekitar 1 g dl-1). Secara umum, kapiler
di pleura parietal menghasilkan cairan ke dalam rongga pleura sebanyak 0,01 ml kg -1 jam-1.
Drainase cairan pleura juga ke arah pleura parietal melalui saluran limfatik yang mampu
mendrainase cairan sebanyak 0,20 ml kg-1 jam-1. Dengan demikian rongga pleura memiliki
faktor keamanan 20, yang artinya peningkatan produksi cairan hingga 20 kali baru akan
menyebabkan kegagalan aliran balik yang menimbulkan penimbunan cairan pleura di rongga
pleura sehingga muncul efusi pleura.
11
Gambar 2 – Desain Morfofungsional Rongga Pleura
(s.c : kapiler sistemik; p.c : kapiler pulmoner)
Sama seperti proses transudasi cairan pada kapiler, berlaku pula hukum Starling untuk
menggambarkan aliran transudasi (Jv) antara dua kompartmen. Hukum ini secara matematis
dinyatakan sebagai berikut5:
12
Kf merupakan koefisien filtrasi (yang tergantung kepada ukuran pori membran pemisah
antara dua kompartmen), PH dan berturut-turut adalah tekanan hidrostatik dan
koloidosmotik, serta merupakan koefisien refleksi (=1 menggambarkan radius dari zat
terlarut lebih besar dari pori sehingga zat terlarut tak akan mampu melewati pori, sebaliknya
=0 menggambarkan seluruh zat terlarut lebih kecil ukurannya dari pori yang mengakibatkan
aliran zat terlarut dapat berlangsung secara bebas).
Gambar 3 –Gambar (a) merupakan hipotesis Neggard (1927) yang menggambarkan hipotesis
tentang pembentukan serta drainase cairan pleura. Hipotesis ini terlalu sederhana karena
mengabaikan keberadan interstisial dan limfatik pleura; sedangkan (b) merupakan teori yang
saat ini diterima berdasarkan percobaan terhadap kelinci.
Filtrasi cairan pleura terjadi di plura parietal (bagian mikrokapiler sistemik) ke rongga
interstitium ekstrapleura. Gradien tekanan yang kecil mendorong cairan ini ke rongga
pleura.3 Nilai antara intersitisium parietal dengan rongga pleura relatif kecil (=0,3),
13
sehingga pergerakan protein terhambat dan akibatnya kandungan protein cairan pleura relatif
rendah (1 g dl-1) dibandingkan dengan interstisium parietal (2,5 g dl-1)5.
Sementara itu drainase cairan pleura sebagian besar tidak melalui pleura visceral
(sebagaimana yang dihipotesiskan oleh Neggard), sehingga pada sebagian besar keadaan
rongga pleura dan interstisium pulmoner merupakan dua rongga yang secara fungsional
terpisah dan tidak saling berhubungan. Pada manusia pleura visceral lebih tebal dibandingkan
pleura parietal, sehingga permeabilitas terhadap air dan zat terlarutnya relatif rendah. Saluran
limfatik pleura parietal dapat menghasilkan tekanan subatmosferik -10 cmH2O.
Pendekatan diagnostik pada efusi pleura melibatkan pengukuran parameter cairan pleura
serta keadaan sistemik. Efusi perlu dibedakan antara transudat (yang umumnya terjadi
akibat faktor sistemik) dan eksudat (akibat faktor lokal). Transudat dan eksudat dapat
dibedakan dengan mengukur LDH dan protein, sehingga dapat disimpulkan bahwa eksudat
dicirikan dengan6:
14
Gambar 5 menggambarkan alur diagnosis efusi pleura menggunakan algoritma
pemeriksaan tertentu. Sebagai contoh, cairan dengan kecenderungan transudat memerlukan
kecurigaan ke arah:
1. Gagal jantung kiri (kongestif), sebab terjadi kongesti cairan di paru akibat kegagalan
pompa jantung mengakibatkan peningkatan tekanan vaskular paru. NT-proBNP >1500
pg/mL mengonfirmasi efusi pleura akibat gagal jantung kongestif.
2. Hidrotoraks hepatik, akibat sirosis dan ascites.
3. Emboli paru
4. Sindroma nefrotik
5. Dialisis peritonela
6. Obsgtruksi sindroma kava superior
7. Miksedema
15
Gambar 5 – Algoritma Diagnosis Efusi Pleura7
16
Gambaran radiologi yang penting ditemukan pada efusi pleura adalah penumpulan sudut
kostofrenikus pada foto posteroanterior. Jika foto polos toraks tidak dapat menggambarkan
efusi, diperlukan apencitraan radiologi lain seperti ultrasound dan CT. Efusi yang sangat
besar dapat membuat hemitoraks menjadi opak dan menggeser mediastiunum ke sisi
kontralateral. Efusi yang sedemikian masif umumnya disebabkan oleh keganasan,
parapneumonik, empiema, dan tuberkulosis. Namun apabila mediastinum bergeser ke sisi di
mana efusi pleura masif berada, perlu dipikirkan kejadian obstruksi endobronkial ataupun
penekanan akibat tumor.
17