Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

KEJANG DEMAM SEDERHANA

Disusun oleh:

dr. Vico Mardenanta

Pembimbing :

dr. Abdul Jafar S

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RS UNIPDU MEDIKA
JOMBANG
MEI 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah subhanallahu wa ta’ala atas segala rahmat dan

hidayah-Nya, shalawat serta salam terlimpahkan kepada Nabi Muhammad

Shallallahu alaihi wasallam, keluarga dan para sahabatnya. Syukur

Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul

“Kejang Demam Sederhana”.

Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk memenuhi salah satu

tugas program internship dokter yang dilaksanakan di Rumah Sakit Unipdu

Medika Jombang. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada dokter

pembimbing dr. Abdul Jafar serta semua pihak terkait yang telah membantu

terselesaikannya referat dan laporan kasus ini.

Laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan

kerendahan hati penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan

mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga laporan kasus ini

dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jombang, 2 April 2023


Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Insiden kejang demam terjadi pada 2-5% anak usia 6 bulan hingga 5

tahun. Anak laki-laki diketahui lebih sering mengalami kejang demam

dibandingkan dengan anak perempuan dengan perbandingan 1,2–1,6:1.

Studi-studi sebelumnya menemukan bahwa 62,2%, kemungkinan kejang

demam berulang pada 90 anak yang mengalami kejang demam sebelum usia

12 tahun, dan 45% pada 100 anak yang mengalami kejang setelah usia 12

tahun.

Kejang demam dapat terjadi pada semua kelompok etnis namun

diketahui bahwa kejang demam lebih sering terlihat pada populasi Asia (5-

10% dari anak- anak India dan 6-9% dari anak-anak Jepang). Kondisi ini

lebih sering terjadi pada anak-anak dengan status sosial ekonomi yang lebih

rendah yang diduga disebabkan oleh akses terhadap perawatan medis yang

kurang memadai.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh

tentang Kejang Demam baik mengenai definisi, etiologi, manifestasi klinis,

diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosisnya.

1.3 Manfaat
Mengetahui tentang Kejang Demam baik mengenai definisi, etiologi,

manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosisnya.


BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : An. A.B

Umur : 2 tahun

BB : 11 kg

TB : 90 cm

Jenis Kelamin : Laki - laki

Alamat : Jombang

Agama : Islam

Pendidikan : Belum sekolah

Masuk Rawat Inap : Rabu, 8 Februari 2023 pukul 04.30 WIB

2.2 Perjalanan Penyakit

2.2.1 Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada ibu pasien.

Keluhan Utama : Kejang

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien kejang 1x di rumah sebelum datang ke IGD 30 menit

yang lalu, kejang selama <5 menit, kejang dengan kaku tangan &

kaki serta mata melirik. Setelah kejang pasien langsung bangun

namun terasa lemas. Pasien tiba tiba kejang diketahui ibu pasien saat

pasien mengalami demam tinggi. Saat ini adalah kejang pertama

kali. Ibu pasien mengatakan, sebelumnya pasien demam 1 hari yang


lalu (+), awalnya demam summer-summer lalu sejak tadi malam

panas semakin tinggi. Panas tidak reda ketika diberikan obat. Batuk

dan pilek (+), mual & muntah (-), mencret (-), sakit telinga (-), sakit

gigi (-), riw. trauma (-). BAB dan BAK dalam batas normal.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak ada riwayat opname

Riwayat kejang didahului demam (-)

Riwayat Alergi :

Tidak ada riwayat alergi

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riw. Kejang Ibu : tidak ada

Riw. Kejang Ayah : tidak didapatkan data

Ayah dan ibuk batuk batuk biasa

Riwayat Tumbuh Kembang

Usia 2 tahun  lari lari & kosakata banyak


Usia 1 tahun  jalan di tuntun (tetah)
Kesimpulan : Gizi Normal

Riwayat Imunisasi :

Usia Jenis Vaksin


Saat lahir (0 bulan) Hb0, Polio0
1 bulan BCG
2 bulan Pentabio 1, Polio1
3 bulan Pentabio 2, Polio2
4 bulan Pentabio 3, Polio3
9 bulan Campak
18 bulan Campak & Pentabio lanjutan
Riwayat Persalinan
Lahir di bidan sehari langsung pulang, cukup bulan
Riwayat Sosial dan Ekonomi
Keadaan rumah adalah dinding rumah tembok, ventilasi baik,
kamar mandi di dalam rumah. Minum air pdam.
Pasien sehari-hari dirawat oleh ibu, ayah kandung dan nenek.
Setiap hari bisa dibelikan jajan apa saja jika anak mau
2.2.2 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum :
Nampak mengantuk
Vital Sign
Nadi : 148x/menit, kuat, irama teratur
RR : 24x/menit
S : 38,8 oC
TD :-
Kepala/Leher
Bentuk dan ukuran : Normocephali
Mata : Anemis +/+, ikterus -/- cowong -/-
RC +/+ , PBI 3mm/3mm, saat menangis air
mata sedikit
Telinga : Otorea (-)
Hidung : Rinorea (-)
Mulut : Pucat (-), sianosis (-), Tonsil hiperemi
hipertrofi (-), nampak detritus (-), faring
hiperemi (+)
Leher : Pembesaran KGB Coli (-), Deviasi trakea (-)
Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada normal, Gerak nafas simetris,
retraksi (-)
Palpasi : Fremitus taktil simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : ves +/+ , Rhonki -/- , Wheezing -/-

Jantung
Pembesaran : Batas jantung normal
Auskultasi : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Flat
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel
Perkusi : Meteorismus (-)
Inguinal/Genitalia
Tidak ada kelainan
Ekstremitas
Akral: hangat, kering, kuku nampak pucat CRT: <2 detik, edema -/-.
Pemeriksaan Neurologi

- GCS : 456

- Meningeal Sign: kaku kuduk (-), brudzinsky I/II/III/IV (-/-/-/-)

- Nervus cranialis: dbn

- Motorik: tde

- Sensorik: dbn

- Reflek fisiologis :

+ 2/+2 + 2/+2
BPR/TPR KPR/APR
+ 2/+2 + 2/+2

- Reflek patologis: Babinsky -/-, Chaddock -/-


2.2.3 Pemeriksaan Penunjang

Darah lengkap

Parameter Hasil Unit

Hemoglobin 12.4 g/Dl

Hematokrit 34.9 %

Leukosit 14.200 Cmm

Trombosit 245.000 Cmm

Kesimpulan : Leukositosis

2.3 Problem List

 Kejang Umum < 5 menit

 Kejang saat demam tinggi

 Setelah kejang pasien sadar

 Kejang tidak berulang

 Demam & batuk

 Nafsu makan dan minum menurun

 Pemeriksaan Fisik :

Mata : saat menangis air mata sedikit

Mulut : faring hiperemi

 Pemeriksaan lab : Leukositosis

2.4 Inisial Diagnosis

- Kejang demam sederhana ec. faringitis akut

dd: - Epilepsi
- Meningitis

- Status Gizi : Gizi Normal

2.5 Planning Diagnosis

- Pemeriksaan Lumbal Pungsi

- Permeriksaan EEG

2.6 Planning Therapy

- Infus D5 ¼ NS 1000 cc/24 Jam

- Proris Supp ½ tab

- Inj. Ranitidin 10 mg

Pemberian cairan ini sebagai terapi rumatan yang dihitung sesuai

kebutuhan pasien. Pemasangan infus juga berguna sebagai akses untuk

memasukkan obat terutama obat anti kejang yang dimasukkan secara

intravena. Hal ini sangat penting jika suatu saat kejang kembali kambuh.

Adapun untuk dietnya berupa bubur kasar rendah serat sesuai usia dan

kebutuhan kalorinya.

2.7 Planning Monitoring

 Keluhan kejang pasien

 Vital Sign (nadi, frekuensi nafas, suhu)

 Defisit neurologis

 Evaluasi faring dan tonsil

2.8 Planning Edukasi

 Memberikan edukasi kepada orang tua mengenai penyakit yang

diderita oleh pasien dan prognosis penyakit, serta obat-obatan

dan efek samping dari obat.


 Memberikan edukasi kepada orang tua untuk anak agar lebih

tenang dan memahami tatalaksana apabila selanjutnya pasien

mengalami kejang dan tatalaksana ketika mengalami demam.

 Memberikan edukasi kepada orang tua mengenai ketaatan

minum obat dan efek samping obat.

2.9 Prognosis

Ad Vitam = dubia ad bonam

Ad Functionam = dubia ad bonam

Ad Sanationam = dubia ad bonam

Prognosis pada pasien ini untuk kekambuhannya masih mungkin

terjadi jika timbul demam yang tinggi lagi, oleh karena itu mencegah agar

tidak terjadi demam pada pasien ini merupakan hal yang sangat penting

untuk mencegah kejang berulang.


BAB III

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini, akan dibahas mengenai hasil anamnesis,

pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang didapatkan dari pasien

secara langsung serta kesimpulan dari hasil pemeriksaan dan pemberian

terapi bagi pasien tersebut.

Pada anamnesis, diketahui pasien kejang 1x di rumah sebelum

datang ke IGD 30 menit yang lalu, kejang selama <5 menit, kejang dengan

kaku tangan & kaki serta mata melirik. Setelah kejang pasien langsung

bangun namun terasa lemas. Pasien tiba tiba kejang diketahui ibu pasien

saat pasien mengalami demam tinggi. Saat ini adalah kejang pertama kali.

Ibu pasien mengatakan, sebelumnya pasien demam 1 hari yang lalu (+),

awalnya demam summer-summer lalu sejak tadi malam panas semakin

tinggi. Panas tidak reda ketika diberikan obat. Batuk dan pilek (+).

Saat pemeriksa melakukan anamnesis mengenai riwayat penyakit

dahulu pada pasien tidak pernah didapatkan riwayat kejang sebelumnya dan

riwayat kejang pada keluarga pasien, namun didapatkan adanya

kemungkinan kontak batuk dengan kedua orang tuanya yang sesuai dengan

keluhan yang dialami pasien.

Pada pemeriksaan fisik pasien ini ditemukan pada faring hiperemi.

Kemudian pada bagian thorax, tidak didapatkan kelaianan pada pemeriksaan

fisik. Pada bagian abdomen, tidak didapatkan kelainan. Pada bagian

genitalia dan ekstremitas juga tidak didapatkan kelainan. Pemeriksaan

status neurologis tidak didapatkan temuan positif.


Dari serangkaian anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien

apabila belum ada riwayat kejang sebelumnya dan pemeriksaan fisik

ditemukan adanya radang tenggorok akibat bakteri serta pada pemeriksaan

status neurologis tidak menunjukkan lesi intrakranial maka masalah

mengarah ke kejang demam yang disebabkan oleh faringitis akut. Pada

pasien kejang berupa kejang umum yang dialami saat suhu tubuh tinggi

berdasarkan gejala klinis anemia menurut Konsensus IDAI (2016), Kejang

demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan

sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38 oC,

dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh

proses intracranial.

Kejang demam yang dialami kemungkinan merupakan kejang

demam kompleks, disebut kejang deman kompleks apabila dapat memenuhi

salah satu kriteria berikut yaitu; jika kejang berlangsung lebih dari 15 menit,

bersifat fokal atau parsial 1 sisi kejang umum didahului kejang fokal dan

berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Sedangkan tipe kejang yang

lain yaitu kejang sederhana berupa kejang yang berlangsung kurang dari 15

menit, bersifat umum serta tidak berulang dalam 24 jam. Kejang

demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam (Xixis

& Samanta, 2019).

Pada pemeriksaan fisik kepala, pada mulut pasien faring hiperemi.

Keradangan akibat infeksi bakteri pada tonsil ini mengakibat panas tinggi

yang memicu kejang demam pasien pada pasien pada usia 2 tahun. Hal ini

berhubungan dengan penyebab kejang demam yaitu; 1. Imaturitas otak dan


termoregulator, 2. Demam, dimana kebutuhan oksigen meningkat, dan 3.

predisposisi genetik: > 7 lokus kromosom (poligenik, autosomal dominan)

(PPM IDAI, 2019).

Anamnesis yang diperlukan pada kejang demam untuk menyakinkan

bahwa kejang disebabkan karena kelainan ektrakranial. Hal ini dapat

dibantu dengan tanda berikut; adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama

kejang-suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan

anak pasca kejang, penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat

(gejala Infeski saluran napas akut/ISPA, infeksi saluran kemih/ISK, otitis

media akut/OMA, dll) Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan

epilepsi dalam keluarga, menyingkirkan penyebab kejang yang lain

(misalnya diare/muntah yang mengakibatkan gangguan elektrolit, sesak

yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang yang dapat menyebabkan

hipoglikemia) (PPM IDAI, 2019).

Sedangkan pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan adalah dengan

melakukan pemeriksaan; kesadaran: apakah terdapat penurunan

kesadaran, Suhu tubuh (apakah terdapat demam), anda rangsang

meningeal : kaku kuduk, bruzinski I dan II, kernique, laseque, pemeriksaan

nervus kranial, tanda peningkatan tekanan intrakranial : ubun ubun besar

(UUB) membonjol, papil edema, tanda infeksi di luar SSP : ISPA, OMA,

ISK, dll. pemeriksaan neurologi: tonus, motorik, reflex fisiologis, reflex

patologis.

Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan darah lengkap.

Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan peningkatan kadar leukosit


14.210/cmm dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami leukositosis dan

sedang berada pada kondisi infeksi. Menurut Leung et al (2018)

Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari

penyebab demam atau kejang. Pemeriksaan dapat meliputi darah perifer

lengkap, gula darah, elektrolit, urinalisis dan biakan darah, urin atau feses.

Selain itu pemeriksaan jika masih curiga ada kelainan intrakranial yaitu;

pungsi lumbal, EEG, MRI atau CT scan.

Tatalaksana yang diberikan pada pasien berupa terapi untuk segera

melakukan terminasi kejang agar tidak berlangsung lama. Pengobatan

medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada algoritme tatalaksana kejang.

Saat ini lebih diutamakan pengobatan profilaksis intermiten pada saat

demam berupa; Antipiretik Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4

kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4

kali sehari. Anti kejang Diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8

jam atau diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat suhu

tubuh >38,50C. Terdapat efek samping berupa ataksia, iritabel dan sedasi

yang cukup berat pada 25-39% kasus.

Pengobatan jangka panjang/rumatan, pengobatan jangka panjang

hanya diberikan jika kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut

(salah satu): kejang lama > 15 menit, kelainan neurologi yang nyata

sebelum/sesudah kejang : hemiparesis, paresis Todd, palsi serebral, retardasi

mental, hidrosefalus. kejang fokal. Pengobatan jangka panjang

dipertimbangkan jika : kejang berulang 2 kali/lebih dalam 24 jam, kejang

demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan, kejang demam > 4 kali per
tahun. Obat untuk pengobatan jangka panjang : fenobarbital (dosis 3-4

mg/kgBB/hari dibagi 1-2 dosis) atau asam valproat (dosis 15-40

mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis) Pemberian obat ini efektif dalam

menurunkan risiko berulangnya kejang (Level I). Pengobatan diberikan

selama 1 tahun bebas kejang (PPM IDAI, 2009).

Kemungkinan kejang demam dapat berulang, kejang demam akan

berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya

kejang demam adalah : Riwayat kejang demam dalam keluarga, usia kurang

dari 12 bulan, temperatur yang rendah saat kejang, cepatnya kejang setelah

demam. Jika seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang

demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut

kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10%-15%. Kemungkinan

berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama (Konsensus

IDAI, 2016).

Pasien kejang demam juga mempunyai risiko menjadi epilepsy jika;

kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam

pertama, kejang demam kompleks, riwayat epilepsi pada orang tua atau

saudara kandung. Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan

kejadian epilepsi sampai 4%-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut

meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10%-49%. Kemungkinan

menjadi epilepsi tidak dapat dicegah denagn pemberian obat rumat pada

kejang demam (Konsensus IDAI, 2016).


DAFTAR PUSTAKA

Panepinto J A, Punzalan R C, and Scott J P. 2015. Nelson textbook of

Pediatrics Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders.

UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016. Rekomendasi

Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan

Dokter Anak Indonesia

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta:

Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia

Leung A K, Hon K L, Leung T N. 2018. Febrile seizures: an overview.

Department of Pediatrics, The University of Calgary. pp. 1-12

Xixis K L, Samanta D, Keenaghan M. 2019. Febrile Seizure. Treasure

Island (FL): StatPearls Publishing; 28 Juli 2020. Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448123/

Anda mungkin juga menyukai