“GLAUKOMA”
Oleh :
VICO MARDENANTA
201510330311038
1.3 Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
pemahaman penulis maupun pembaca mengenai glaukoma beserta patofisiologi dan
penangananannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Glaukoma merupakan suatu kumpulan gejala yang mempunyai suatu
karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan hilangnya lapangan pandang.
Walaupun kenaikan tekanan intra okuli adalah salah satu dari faktor risiko primer, ada
atau tidaknya faktor ini tidak merubah definisi penyakit.4
2.2 Klasifikasi
Berdasarkan gangguan saluran aquous humor glaukoma dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1. Glaukoma sudut terbuka, yaitu glaukoma kronis primer dengan sudut
pada kamera okuli anterior yang terbuka disertai dengan pe ingkatan tekanan
intraocular.
2. Glaukoma sudut tertutup, yaitu kelompok penyakit glaukoma yang
dicirikan dengan obstruksi mekanik dari trabecular meshwork dengan sudut
pada kamera okuli anterior yang tertutup dan tekanan intraocular yang
meningkat.
2.3 Etiologi
Glaukoma dapat bersifat kongenital ataupun didapat.berdasarkan etiologinya
glaukoma dibagi menjadi :
1. Glaukoma primer, tanpa faktor kontributor yang jelas
2. Glaukoma sekunder, dengan faktor kontributor ocular atau ekstra-
okular yang jelas yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
intraocular.
2.4 Patofisiologi
Pada glaukoma akut, peningkatan tekanan intraocular mendadak hingga diatas
50 mmHg mengakibatkan kerusakan iskemia akut dari nervus optikus. Pada
glaukoma sudut terbuka primer, kerusakan sel ganglion retina mucul akibat jejas
kronis menahun. Pada glaukoma kronik, adanya peningkatan TIO dapat disebabkan
karena beberapa hal antara lain terjadinya obstruksi trabekular, adanya kehilangan sel
endotel trabekular, kehilangan kemampuan densitas trabekular dan menyempitnya
kanal Schlemm, kehilangan vakuola di dinding endotel kanal schlemm, gangguan
aktivitas fagositik, gangguan metabolisme KS, disfungsi kontrol adrenergik, dan
proses imunologik abnormal.
Mekanisme utama penurunan penglihatan adalah dengan terjadinya atrofi sel
ganglion difus yang ditandai dengan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian
dalam retina serta berkurangnya jumlah sel akson di saraf optikus. Beberapa postulat
telah diajukan untuk menerangkan terjadinya proses tersebut. Tatapi hingga kini
hanya ada dua postulat yang dapat menjelaskan proses ini secara lengkap yaitu: 4
1) Teori iskemik: gangguan pembuluh darah kapiler akson nervus optikus,
memainkan peranan penting pada patogenesis kerusakan akibat glaukoma.
Mekanime yang terjadi:
a) Hilangnya pembuluh darah
b) Perubahan aliran darah kapiler
c) Perubahan yang mempengaruhi penghantaran nutrisi ataupun
pembuangan produk metabolit dari akson
d) Kegagalan pengaturan aliran darah
e) Penghantaran substansi vasoaktif yang bersifat merusak ke dalam
pembuluh darah saraf optikus.
2) Teori mekanik langsung menjelaskan bahwa peningkatan tekanan intraokuler
yang bersifat kronik merusak saraf retina secara langsung pada saat saraf tersebut
melewati lamina kribosa. Kenaikan tekanan intraokuler memicu kolapsnya serta
perubahan pada lempeng laminar serta perubahan susunan kanal aksonal, serta
menyebabkan penekanan secara langsung pada serat saraf dan juga menyebabkan
gangguan aliran darah serta penurunan hantaran nutrien kepada akson pada papil
saraf optikus.
Glaukoma sudut tertutup akut primer ditandai oleh adanya gejala kekaburan
penglihatan mendadak yang disertai dengan nyeri hebat, rasa pegal di sekitar mata,
mata merah, melihat lingkaran-lingkaran berwarna seperti pelangi di sekitar sinar
lampu (halo), mual dan muntah.1,2 Selain itu perlu ditanyakan faktor presipitasi
serangan akut seperti pemakaian obat yang berfungsi melebarkan pupil
(simpatomimetik, antikolinergik), berdiam lama di tempat yang kurang terang atau
gelap dan berhubungan dengan emosional.2
Pada pemeriksaan oftalmologi dapat ditemukan injeksi silier yang lebih hebat
di dekat limbus kornea-skleral dan berkurang ke arah forniks; pembuluh darah tidak
bergerak dengan konjungtiva; mid-dilatasi pupil dan tidak bereaksi terhadap sinar;
kornea tampak edema dan keruh; dan kamera okuli anterior yang sempit. Pada
pemeriksaan tekanan intraokular meningkat, visus sangat turun hingga 1/300, lapang
pandang menyempit dan kamera okuli anterior sempit pada gonioskopi.
2.6 Diagnosis
Pemeriksaan yang penting dalam mendiagnosis galukoma adalah pemeriksaan
peningkatan tekanan intra-orbita. Pemeriskaan yang dilakukan dengan tonometri
(tonometri digital, Schiotz, aplanasi Goldmann). Beberapa hal perlu diingat yaitu
adanya variasi diurnal yang menyebabkan fluktuasi tekanan intra orbita, sehingga
perlunya dilakukan pemeriksaan pada beberapa waktu yang berbeda dalam sehari.
Adanaya perbedaan tekanan sebesar 5 mmHg antara kedua mata harus meningkatkan
kecurigaan kearah galukoma. 4 Penilaian diskus optikus juga penting dilakukan pada
pasien galukoma, yang dapat ditemukan antara lain tanda penggaungan yang khas
yaitu pinggir papil bagian temporal menipis, adanya ekskavasi melebar dan
mendalam tergaung, tampak bagian pembuluh darah di tengah papil tak jelas, tampak
pembuluh darah seolah-olah menggantung di pinggir dan terdorong ke arah nasal ,
dan jika tekanan cukup tinggi akan terlihat pulsasi arteri.
2.7 Tatalaksana
Penatalaksanaan pada pasien dengan glaukoma berujuan untuk mempertahankan
fungsi visual dengan mengendalikan tekanan intraokuler dan dengan begitu akan
mencegah atau menunda kerusakan saraf optik yang lebih lanjut. Pemberian
penatalaksanaan secara dini dapat meminimalisasi terjadinya gangguan penglihatan.
Penurunan tekanan intraokular dapat mencegah terjadinya kerusakan pada nervus
optikus.
1) Penatalaksanaan medikamentosa
Penatalaksanaan medikamentosa dibagi berdasarkan cara kerjanya dalam
menghambat produksi aqueus humor, fasilitasi aliran aqueus, reduksi volume
1
vitreus serta miotik, midriatik dan siklopegik. Obat-obatan yang digunakan
antara lain:
Beta-blockers: bekerja dengan menurunkan produksi aqueous
humor, contohnya Timolol, Betaxolol, dan Carteolol.
Agonis alpha: bekerja dengan menurunkan produksi cairan
sekaligus meningkatkan aliran keluar aqueous humor contohnya
Brimonidine dan Apraclonidine.
Analog prostaglandin/prostamide: contohnya Latanaprost
0,005% bekerja dengan meningkatkan aliran keluar aqueous humor
melalui non-conventional (uveo-scleral) outflow pathway.
Ihibitor karbonik anhidrase: contohnya Acetazolamide,
Dorzolamide dan Brinzolamide. Bekerja dengan menurunkan produksi
aqueous humor
Agonis kolinergik: contohnya pilokarpin. Bekerja dengan
meningkatkan aliran keluar aqueous humor melalui conventional
outflow pathway
Obat-obatan lain seperti epinefrin (meningkatkan outflow dan
menurunkan produksi aqueus humor)
Agen hiperosmotik untuk menurunkan volume badan vitreus
seperti gliserol, isosorbid, urea, dan manitol.
2) Penatalaksanaan bedah
Pada umumnya operasi ditangguhkan selama mungkin dan baru dilakukan bila
terjadi beberapa keadaan antara lain:
TIO tak dapat dipertahankan di bawah 22 mmHg
Lapang pandangan yang terus mengecil
Pada pasien yang tidak dapat dipercaya pengobatannya
Tidak mampu membeli obat untuk seumur hidup
Tak tersedia obat-obatan yang diperlukan
Teknik bedah yang dilakukan adalah dengan iridotomi perifer, trabekuloplasti serta
bedah untuk drainase (prosedur trabekulektomi). Jika semua usaha bedah tersebut
gagal dilakukan prosedur siklodestruktif untuk menghancurkan badan silier. Prosedur
siklodestruktif antara lain dengan krioterapi, diatermi, ultrasonik frekuensi tinggi dan
dengan termal neodynium
BAB III
KESIMPULAN