Anda di halaman 1dari 14

MORNING REPORT

SERANGAN ASMA DERAJAT BERAT ANAK

Disusun Oleh :
dr. Tan, Gabriella Heidina Handoko

Pendamping :
dr. Ratih Pramana

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM SANTA MARIA PEMALANG
PERIODE 19 DESEMBER 2020 – 18 MARET 2021
PEMALANG
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : Anak. AKD
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir (usia) : 27 Februari 2012 ( 8 tahun 10 bulan )
Alamat : Banjardawa, Pemalang
Tanggal Masuk : 29 Desember 2020, pukul 23:45 WIB
Tanggal Pemeriksaan : 29 Desember 2020, pukul 23:45 WIB

1.2 Anamnesis
Informasi diperoleh secara autoanamnesis dan alloanamnesis, dengan ibu dan ayah
kandung pasien.
1.2.1 Keluhan Utama
Sesak sejak 1 hari yang lalu.

1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Sesak timbul sejak 1 hari yang lalu SMRS. Pasien merasa sesak terus menerus.
Sesak muncul tiba-tiba, tidak dipengaruhi posisi, diperburuk dengan aktivitas
seperti bermain (berlari dan tertawa) bersama teman dan bila suhu dingin.
Saat sesak terdengar bunyi ngik-ngik. Pencetus lain bila pasien terpapar debu.
Pasien belum berobat, pasien lebih nyaman dalam posisi duduk dibanding
tiduran. Keluhan lain terdapat batuk berdahak sejak 1 hari yang lalu juga,
terutama saat pasien ingin berbicara, terdapat dahak tetapi susah keluar. Saat
malam keluhan pasien sesak dan batuk bertambah parah hingga pasien tidak
dapat tertidur. Keluhan lain seperti demam, pilek, nyeri kepala, mual, muntah,
diare, nyeri saat BAK disangkal oleh pasien.

1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah mengalami keluhan serupa sudah 2x dirawat karena ini, tetapi
tidak pernah kontrol ke dr. Anak. Pasien memiliki riwayat alergi debu. Riwayat
penyakit bawaan dan operasi disangkal, dan tidak terdapat alegi obat atau
makanan.

1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa. Riwayat penyakit
pada keluarga dan alergi disangkal.
1.2.5 Riwayat Nutrisi
Pasien mendapat ASI ekslusif hingga usia 6 bulan. Dilanjutkan dengan
pemberian MPASI. Pasien mengikuti menu makanan keluarga saat berusia 1
tahun. Sekarang nutrisi berasal dari nasi, lauk, dan sayur dengan porsi
makanan yang sediki ( setengah piring orang dewasa ) sebanyak 3x sehari. Ibu
pasien mengatakan pasien sulit makan jika dibandingkan dengan anak
seusianya.
Kesan : Kualitas nutrisi baik tetapi kuantitas kurang.

1.2.6 Riwayat Tumbuh Kembang


Personal – Sosial : Dapat berpakaian, makan, dan menggosok gigi sendiri.
Bahasa : Dapat merangkai kalimat.
Motorik Halus : Menggambar bentuk persegi, menggambar manusia.
Motorik Kasar : Dapat berjalan dan berdiri diatas 1 kaki.
Kesan : Riwayat tumbuh kembang dalam batas normal

1.2.7 Riwayat Imunisasi


Vaksin I II III IV
BCG ×
DTP × × ×
Polio × × × ×
Campak ×
Hepatitis B × × × ×
HiB × × ×
Kesan : Imunisasi dasar program pemerintah lengkap, booster tidak diketahui.

1.2.8 Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Kondisi Lingkungan


Pasien tinggal dirumah pribadi bersama keluarganya; ayah, ibu, dan adik. Ayah
bekerja sebagai karyawan swasta dan ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Kesan : Sosial dan lingkungan baik, dengan sosial menengah kebawah.

1.3 Pemeriksaan Fisik


1.3.1 Tanda Vital
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang-berat
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah :-
Laju Nadi : 100x/menit, regular, kuat angkat
Laju Napas : 30x/menit
SpO2 : 95%
Suhu : 36℃
1.3.2 Status Gizi dan Antropometri
Berat Badan : 20 kg
Tinggi Badan : 126 cm
Berat Ideal : 28.5 kg
BB/U : 70.2 %
TB/U : 95.5 %
BB/TB : 80 %
Kesan : Berat badan kurang, perawakan normal, gizi kurang.
1.3.3 Status Generalis
Sistem Deskripsi
Kepala Normosefali
Rambut hitam tersebar merata
Mata Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
Pupil bulat isokor, 3mm/3mm
RCL (+/+) RCTL (+/+)
Allergic shiners (+)
Hidung Napas cuping hidung (+)
Sekret (-)
Konka edema livid (+)
Allergic salute (-)
Telinga Simetris
Sekret (-/-)
Mulut Bibir lembab
Sianosis (-)
Mukosa lembab
Tenggorokan Tonsil; T1/T1, hiperemis (-), kripta (-)
Faring; arkus simetris, hiperemis (-)
Post nasal drip (-)
Leher Pembesaran KGB (-)
Dada Bentuk dalam batas normal
Retraksi suprasternal (+)
Jantung Inspeksi; iktus cordis tidak terlihat
Palpasi; iktus cordi tidak teraba
Perkusi; tidak dilakukan
Auskultasi; S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Paru Inspeksi; perkembangan dada simetris, statis
Palpasi; perkembangan dada simetris
Perkusi; sonor
Auskultasi; vesikular, wheezing (+++/+++), ronki (-)
Abdomen Inspeksi; datar
Auskultasi; BU (+) 10x/menit
Palpasi; supel, nyeri tekan (-), pembesaran organ (-)
Perkusi; timpani
Turgor kulit < 2 detik
Punggung Dalam batas normal
Ekstremitas Akral hangat, edema (-)
Genitalia Dalam batas normal
Kulit Warna sawo matang
Neurologis Tidak dilakukan
Kesan : Tampak allergic shinners, napas cuping hidung, konka hidung edem
dan livid, retraksi suprasternal, dan wheezing pada saat pemeriksaan.
1.4 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan.

1.5 Diagnosis
Diagnosis Kerja :
Asma serangan berat, persisten-ringan, tidak terkendali, dan gizi kurang.

1.6 Tatalaksana
IGD  Oksigen 2 lpm nasal kanula
 Nebulizer combivent (1) : pulmicort (1)
 HR 80x/menit regular kuat angkat, RR 24/xmin, SpO298%
 Wheezing (+/+)
Rawat Jalan  Edukasi rawat tetapi pasien menolak, mau kontrol dr.Anak
 PO Cetirizine sirup 5mg/5ml 2x5ml
 PO Ambroxol sirup 2x5ml
 PO Salbutamol tab 2mg 3x2mg (k/p)
 PO Metilprednisolon 4x8mg

1.7 Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
BAB II
ANALISA KASUS

Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 1 hari SMRS. Assesment awal yang perlu
dilakukan pada pasien adalah menerapkan Pediatric Assesment Triangle.1 Permasalahan yang
dapat ditemukan pada pasien ini; takipnu (RR meningkat), napas cuping hidung, retraksi
suprasternal, dan terdengar wheezing pada auskultasi dengan atau tanpa stetoskop. Sehingga
didapatkan adanya masalah pada work of breathing. Primary Survey dilakukan pada pasien
ini, dan dilanjutkan dengan secondary survey setelah memastikan pasien dalam keadaan
stabil. Dari secondary survey dapat diarahkan diagnosis pasien adalah asma persisten ringan
dengan serangan asma derajat sedang, tidak terkontrol.

Airway  Tidak ditemukan sumbatan


Appearence  Kesadaran compos mentis, GCS 15 ( E4M6V5 )
Breathing  Terdapat usaha nafas, takipnu
 Sianosis (-)
 Wheezing (+++/+++)
 Pemberian oksigen 2 liter nasal kanul
Circulation  Hangat
 Nadi kuat angkat regular
 CRT < 2 detik
Disability  Tidak ada penurunan kesadaran dan kelainan neurologis
Environment  Tidak ada perdarahan aktif, jejas, lesi

Menurut Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA), asma adalah penyakit saluran respiratori
dengan dasar inflamasi kronik yang mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran
respiratori dengan derajat bervariasi. Manifestasi klinis asma dapat berupa batuk, wheezing,
sesak napas, dada tertekan yang timbul secara kronik dan atau berulang, reversibel,
cenderung memberat pada malam atau dini hari, dan biasanya timbul bila ada pencetus.2
Gejala dengan karakteristik yang khas diperlukan untuk menegakkan diagnosis asma.
Karakteristik yang mengarah ke asma adalah :2

 Gejala timbul secara episodik atau berulang


 Variabilitas, yaitu intensitas gejala bervaruasu dari waktu ke waktu, bahkan dalam 24 jam.
Biasanya gejala lebih berat pada malam hari
 Reversibilitas, yaitu gejala dapat membaik secara spontan atau dengan pemberian obat
pereda asma
 Timbul bila ada faktor pencetus ( iritan, alergen, infesi respiratori akut karena virus, atau
aktivitas fisik )
 Adanya riwayat alergi pada keluarga atau pasien
Gambar 1. Pediatric Assessment Triangle (PAT)1
Diagnosis pada pasien sudah dapat ditegakkan menurut alur diagnosis asma pada
anak (terdapat 5 dari 5 gejala) yaitu; timbul berulang, memberat pada malam hari, gejala
timbul saat beraktivitas atau saat ada debu, riwayat alergi dan selain itu pemberian nebulizer
di IGD memperbaiki gejala pasien. Serangan asma pada pasien saat itu adalah serangan berat
karena sesak saat istirahat, lebih suka duduk bertopang lengan, ada napas cuping hidung,
wheezing terdengar sangat nyaring tanpa stetoskop dan takipnu, tetapi pasien masih dapat
berbicara penggal kalimat, tidak ada sianosis dan saturasi oksigen masih 95%.2,3

Gambar 2. Kriteria diagnosis asma anak > 5 tahun2

The Global Initiative for Asthma (GINA) membagi tata laksana serangan asma menjadi
dua, yaitu tata laksana di rumah dan di fasilitas kesehatan.3 Terapi yang diberikan saat di
fasilitas kesehatan diberikan pulmicort dan combivent via nebulizer diberikan satu kali.
Setelah dilakukan nebulisasi keadaan pasien membaik, dinilai dari gejala sesak yang membaik,
batuk membaik, laju napas kembali normal, SpO2 meningkat dan wheezing berkurang. Pasien
disarankan rawat inap tapi menolak sehingga dibawakan obat pulang dan disarankan segera
kontrol ke dokter Anak.

Gambar 3. Klasifikasi asma menurut derajat serangan2


Tatalaksana diberikan sesuai alur penatalaksanaan asma pada anak, pasien mendapat
kan nebulizer agonis β2 kerja pendek dan ipratoprium bromida (pulmmicort dan combivent).
Pada saat ini disarankan dapat dimulai pemberian steroid sistemik yaitu prednison/
prednisolon dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari dengan dosis maksimum 40mg IV. Pada pasien
tidak diberikan steroid sistemik dengan pertimbangan pasien tidak ingin di rawat inap. Selain
itu karena sedang masa pandemi nebulizer dilakukan di tempat luar IGD dimana ruangan
bertekanan negatif, sehingga pemberian oksigen tidak dilakukan disaat bersamaan.

Gambar 4. Alur tata laksana serangan asma pada anak2,3


Obat yang dibawa pulang adalah perada agonis β2 kerja pendek (diberikan secara
oral). Dosis salbutamol 0.1-0.15mg/kgBB/dosis dengan berat pasien 20kg didapatkan 2-
3mg/dosis, kemudia diambil dari dosis terendah yaitu 3 x 2mg, pertimbangan karena pasien
akan segera ke dokter anak besok hari serta orang tua sudah dijelaskan efek samping dari
obat tersebut. Obat lain diberikan steroid oral yaitu metilpredinisolon tablet dengan kerja
sistemik. Dosis pada anak 1-2mg/kgBB/hari dengan berat badan anak diatas menjadi 20-
40mg/hari, sehingga diberikan 4x8mg diberikan selama 3hari dan dapat dihentikan tanpa
tappering off. Pasien diberikan obat batuk ambroxol dengan dosis 2x5mg.2

Tatalaksana non-medikamentosa berupa pengendalian lingkungan dan penghindaran


pencetus. Diedukasikan pada pasien untuk tidak beraktivitas berat seperti berlari-lari, tertawa
terlalu keras dan menghindari pencetur pada pasien adalah debu. Pasien disarankan
menggunakan masker bila keluar rumah, dan membersihkan rumah secara teratur terutama
seprai dan gorden.2

Gambar 5. Klasifikasi kekerapan asma

Pemeriksaan antropometri menggunakan kurva CDC untuk anak perempuan usia 2


hingga 20 tahun. Pada pemeriksaan ditemukan berat badan kurang, perawakan normal
dengan gizi kurang. Penentuan status gizi menurut kriteria Waterlow, BB/TB pasien (%
median) adalah 80%, dimana hasilnya bila 70-90 berarti pasien memiliki status gizi kurang.
Penampakan klini pasien baik, tidak ada edema, masih mau makan, dan tidak terdapat
komplikasi medis seperti anoreksia, pneumonia berat, anemia berat, dehidrasi berat, demam
sangat tinggi, dan penurunan kesadaran sehingga pasien dapat ditangani dengan penanganan
secara rawat jalan.4
Tabel 1. Penentuan status gizi menurut kriteria Waterlow, WHO 2006, dan CDC 20004

Status gizi BB/TB (% median) BB/TB WHO 2006 IMT CDC 2000
Obesitas >120 >+3SD > P95
Overweight >110 >+2SD s/d +3SD P85-P95
Normal >90 +2SD s/d -2SD
Gizi kurang 70-90 <-2SD s/d -3SD
Gizi buruk <70 <-3SD
Gambar 6. Alur pemeriksaan anak dengan gizi buruk4

Tatalaksana pada anak dengan gizi kurang berupa menangani penyakit mendasar
(apabila ada), penambahan energi dan protein 20-25% di atas angka kecukupan gizi atau
pemberian suplementasi 75kcal/kgBB/hari.4 Berat ideal pasien 28.5kg, kebutuhan protein
dan energi berdasarkan umur 2gr/kgBB/hari dan 60-75kkal/kg/hari, sehingga didapatkan
angka kebutuhan protein 57gr/hari dan 1,710-2,137kkal/hari. Untuk mengatasi gizi kurang
pasien memerlukan protein 68.4g/hari dengan kebutuhan energi 2,052-2,564kkal/hari, atau
dapat diberikan suplementasi sebanyak 2,137kkal/hari.

Tabel 2. Anjuran jumlah bahan makanan sehari anak usia 7-9 tahun5

Bahan Makanan Anak Usia 7-9 tahun 1850kkal Berat gram


Nasi 4½P 450
Sayuran 3P 300
Buah (1 buah pisang ambon) 3P 150
Tempe 3P 150
Daging 2P 70
Susu sapi cair 1P 200
Minyak 5P 25
Gula 2P 40
Anjuran jumlah bahan makanan dapat dilihat pada tabel 2 dimana sesuai dengan tabel
tersebut, maka kebutuhan kalori sebesar 1850kkal akan tercukupi. Defisit 202-714 kkal pada
pasien dapat dibantu dengan pemberian makanan lebih sedikit tetapi frekuensi makan
ditingkatkan, contoh pada pemberian susu atau nasi maupun lauk pauknya. Cara lain dapat
diberikan makanan selingan 2-3 kali sehari dengan syarat seperti memberikan cemilan 2 jam
sebelum makanan utama, memberikan cemilan saat anak lapar, dan bukan sebagai
penghargaan atau untuk mebujuk anak dan diberikan sesuai pola gizi seimbang (susu, jus
buah, roti, buah). 5
DAFTAR PUSTAKA

1. Dieckmann RA, Brownstein D, Gausche-Hill M. The pediatric assessment


triangle. Pediatric Emergency Care; 2010:26(4):312-5.
2. Anonimus. Diagnosis dan klasifikasi. Dalam: Rahajoe N, Kartasasmita CB,
Supriyatno B, Setyanto DB, penyunting. Pedoman Nasional Asma Anak.
Jakarta: UKK Respirologi PP IDAI, 2016. h. 25-33.
3. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global Strategy for Asthma
Management and Prevention, 2018. Available from:
www.ginasthma.org. Diakses pada tanggal 5 Januari 2019.
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Bagan tatalaksana anak gizi
buruk buku I. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2011. p.1-29.
5. Asosiasi Dietisien Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Persatuan Ahli Gizi
Indonesia. Gizi Bayi dan Anak. In: Nasar SS, Djoko S, Hartati SAB, Budiwarti YE,
editors. Penuntun Diet Anak. 3rd Edition. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2017. p. 35-6.

Anda mungkin juga menyukai