Pembimbing :
dr. Wulan Meilani
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AR
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 2 tahun 1 bulan 23 hari
Agama : Islam
Alamat : Pantai Gading, Tanjung Buntung,
Bengkong
No. RM : 00332386
Tanggal Masuk : 09/01/2024
IDENTITAS ORANG TUA PASIEN
Nama Ibu : Ny. R
Usia : 37 thn
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
ANAMNESIS
Keluhan Utama Keluhan Tambahan
Kejang Demam, Batuk, Sesak
Ibu G2P1A0 hamil 38 minggu rutin Bayi laki-laki lahir dari ibu G2P1A0, Pemeliharaan postnatal
ANC 1 bulan sekali di bidan, selama 37 tahun, usia kehamilan 38 minggu, lahir dilakukan dirumah dan anak
kehamilan ibu tidak mengalami masalah spontan di bidan dalam keadaan sehat.
atau kelainan BBL = 3200 gr, PBL = 50 cm, LK : 34 cm
Riwayat KB
− Senyum : 2 bulan
− Miring : 3 bulan
− Tengkurap : 3 bulan
− Duduk : 4 bulan
− Merangkak : 5 bulan
− Berdiri : 6 bulan
− Berjalan : 10 bulan
Kesan : Baik
Keadaan Umum Vital Sign
TD : Tidak dilakukan
Lemas
Nadi : 130x/ menit (isi dan tegangan cukup)
RR : 42 x/ menit, regular, adekuat
Kesadaran
Suhu : 39,5 ° C
SpO2 : 86 % (NRM 8 lpm 97%)
Composmentis
Status Generalisata
• Kepala : Mesocephale
• Kulit : Pucat (-), sianosis (-), ruam kemerahan (-), ikterik (-)
• Wajah : bengkak (-)
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), mata cowong (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-),
edema (-/-)
• Hidung : Sekret (-/-), nafas cuping hidung (+/+), deformitas (-/-), epistaksis (-/-)
• Telinga : Bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri (-/-)
• Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), gusi berdarah (-/-) lidah kotor (-), atrofi papil(-), faring hiperemis (-),
pembesaran tonsil (-)
• Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, massa (-)
JANTUNG
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra 1 cm ke medial
• Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
• Auskultasi : BJ I-II normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
• Inspeksi : Cembung, hiperemis (-), jejas (-), distensi (-), hernia umbilikalis (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) normal 20x/menit
• Perkusi : Timpani pada 4 kwadran
• Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), defense muscular(-), Pembesaran Hepar (-), Pembesaran lien (-),
turgor kulit kembali cepat
Observasi 10 menit
Saat di IGD pasien kejang -> Diazepam IV dosis 0,2-0,5 mg/kg secara
perlahan dengan kecepatan 2 mg/ menit atau dalam waktu 2-5 menit, dosis
maksimal 10 mg
Obat yang praktis untuk orang tua di rumah (prehospital) -> diazepam
rektal dosis : 5 mg untuk bb <12 kg
10 mg untuk bb >12 kg
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti -> ulangi
dengan dosis yang sama selang waktu 5 menit
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal pasien masih tetap kejang,
maka dianjurkan ke rumah sakit.
Tata laksana
● 2. Terapi
P r Ofilaksis
●Antikonvulsan intermiten Antikonvulsan rumat
●Merupakan obat yang diberikan hanya Hanya diberikan terhadap kasus
pada saat demam, diberikan pada kejang selektif. Indikasi pengobatan rumat:
demam dengan salah satu faktor risiko: • Kejang fokal
• Kelainan neurologis berat, misalnya • Kejang lama >15 menit
palsi serebral • Terdapat kelainan neurologis yang
• Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun nyata sebelum atau sesudah kejang,
• Usia <6 bulan misalnya palsi serebral,
• Bila kejang terjadi pada suhu hidrosefalus, hemiparesis.
tubuh kurang dari 39 derajat
Celsius
• Apabila pada episode kejang
demam sebelumnya, suhu tubuh
meningkat dengan cepat.
Tata laksana
●Berdasarkan teori tidak ditemukan bahwa penggunaan obat penurun demam untuk
mengurangi terjadinya kejang demam. Meskipun demikian, dokter neurologi anak di Indonesia
sepakat bahwa obat penurun demam tetap diberikan.
MANIFESTASI KLINIS
Anamnesis
• Frekuensi dan lamanya kejang?
• Apakah kejang itu baru pertama kali atau sudah pernah
sebelumnya?
• Apakah kejang bersifat tonik, klonik, atau fokal?
• Apakah terjadi interval antara dua serangan?
• Gejala lain yang menyertai termasuk demam, muntah, lumpuh,
penurunan kesadaran, penyebab demam di luar SSP (ISPA, ISK,
OMA , BRPN dll).
Faktor risiko
Pada negara berkembang terdapat beberapa faktor risiko terjadinya pneumonia,
diantaranya berat badan lahir rendah (BBLR), malnutrisi, tidak mendapat imunisasi,
tidak mendapatkan ASI yang adekuat, tingginya pajanan terhadap polusi udara,
paparan rokok tinggi, serta keadaan sosial ekonomi rendah.
Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, yaitu bakteri, virus dan fungi.
- Kelopok bakteri: Streptococcus pneumonia, Mycoplasma pneumonia, Chlamidia spp, dan
Echerichia coli
- Kelompok virus: Respiratory Syncytial virus
Penyebab pneuminia pada anak dapat diperkirakan dari usia penderia
Pada kasus ini didapatkan suara nafas Pada kasus ini belum dilakukan
tambahan berupa ronkhi basah halus pemeriksaan darah & X-foto thoraks
dan retraksi dinding dada
Pemeriksaan Fisik
● Temuan paru pada semua kelompok umur mungkin termasuk penggunaan otot bantu napas,
seperti pelebaran hidung dan retraksi di situs subkostal, interkostal, atau suprasternal. Tanda-
tanda seperti mendengus, takipnea parah, dan retraksi, mendorong dokter untuk memberikan
dukungan pernapasan segera. Retraksi hasil dari upaya untuk meningkatkan tekanan intra-toraks
untuk mengkompensasi penurunan kepatuhan.
● Anak-anak di bawah 2 bulan: Lebih dari atau sama dengan 60 napas/menit
● Anak-anak usia 2-12 bulan: Lebih dari atau sama dengan 50 napas/menit
● Anak-anak usia 1-5 tahun: Lebih dari atau sama dengan 40 napas/menit
● Penilaian saturasi oksigen dengan oksimetri nadi harus dilakukan pada awal evaluasi semua
anak dengan gejala pernapasan. Sianosis dapat terjadi pada kasus yang parah. Jika sesuai dan
tersedia, kapnografi mungkin berguna dalam evaluasi anak-anak dengan potensi gangguan
pernapasan
Pemeriksaan Fisik
● Pada pneumonia berat anak dengan kelihan batuk dan atau kesulitan bernafas disertai
minimal satu keluhan antara lain kepala terangguk, pernafasan cuping hidung,
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Suara merintih dapat ditemukan pada
bayi muda. Pada auskaltasi dapat terdengar suara tambahan ronki, suara nafas bronkial
dan suara pernafasan menurun. Dalam keadaan yang sangat berat ditemukan anak tidak
dapat menyusu atau minum atau makan, atau memuntahkan semuanya. Penurunan
kesadaran atau letargis pada anak, atau kejang pada bayi
Pemeriksaan Penunjang
● Bronkitis
● Bronkiektasis
● Bronkiolitis akut dan kronis
● Asma
● Pediatric Acute Respiratory Distress Syndrome
● Pediatric Pneumococcal Infections
Tatalaksana
● Pengobatan harus ditujukan pada patogen spesifik yang dicurigai berdasarkan informasi yang
diperoleh dari riwayat dan pemeriksaan fisik. Manajemen suportif dan simtomatik adalah kunci
dan termasuk oksigen tambahan untuk hipoksia, antipiretik untuk demam, dan cairan untuk
dehidrasi.
● Pemberian antibiotic
Diagnosis
Anamnesis
Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan yang dialami penderita, meliputi: demam, batuk,
gelisah, rewel dan sesak nafas. Pada bayi, gejala tidak khas, seringkali tanpa gejala demam
dan batuk. Anak besar, kadang mengeluh nyeri kepala, nyeri abdomen, muntah. Manifestasi
klinis yang terjadi akan berbeda-beda, tergantung pada beratnya penyakit dan usia
penderita.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sesak. Dari
pengukuran tanda vital didapatkan takikardi dan hipertermi dengan suhu
tubuh pasien 39,5C. didapatkan nafas cuping hidung pada pasien ini
didapatkan adanya retraksi dinding dada dan pada pemeriksaan auskultasi
paru ditemukan adanya suara nafas tambahan berupa ronkhi basah halus
pada kedua lapang paru.
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium: pemeriksaan darah rutin, Analisa Gas Darah (AGD), C-Reaktif Protein
(CRP), uji serologis dan pemeriksaan mikrobiologik
• Serologis: dilakukan untuk mengetahui etiologi respiratory syntitial virus (RSV),
parainfluenza 1,2,3, influenza, adenovirus dimana spesimen berasal dari nasofaring.
Pemeriksaan ini tidak bermanfaat untuk infeksi bakteri
• Foto thorax: dilakukan untuk melihat luasnya kelainan patologis pada jaringan paru.
Gambaran infiltrat di bagian lobar, interstisial, unilateral atau bilateral memberikan
petunjuk organ paru yang terlibat. Pada umumnya, infiltrat alveolar menunjukkan
gambaran kuat adanya pneumonia pada anak
Pneumonia berat
• Bila ada sesak
Pasien berumur 3 tahun sehingga
• Harus dirawat dan diberikan antibiotik masuk dalam kriteria bayi dan
anak. Pasien datang dengan sesak
Pneumonia nafas🡪pneumonia berat yang
merupakan indikasi untuk dirawat
• Bila tidak ada sesak dan diberikan antibiotic.
• Ada nafas cepat dengan laju nafas:
• > 50 x/menit untuk anak usia 2 bulan – 1 tahun
• > 40x/menit untuk anak > 1 – 5 tahun
• Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral
Bukan Pneumonia
• Bila tidak ada napas cepat dan sesak nafas
• Tidak perlu rawat inap dan antibiotik. Hanya diberi obat simptomatis, seperti penurun panas
BAYI & ANAK USIA KURANG 2 BLN
Pneumonia
• Bila ada nafas cepat(>60x/menit) atau sesak nafas (Retraksi)
• Harus dirawat dan diberikan antibiotik oral
Bukan Pneumonia
• Tidak ada napas cepat dan sesak nafas
• Tidak perlu rawat inap, cukup obat simptomatis, seperti penurun panas
Tatalaksana
• Anak dengan saturasi oksigen ≤ 92% harus diberikan terapi oksigen 2-4 liter/menit di
Rumah Sakit dengan nasal kanul, head box atau sungkup guna mempertahankan saturasi
oksigen > 92%.
• Terapi cairan diperlukan karena kondisi anak yang lemas. Hal ini terjadi karena banyaknya
energi yang digunakan anak sebagai bentuk kompensasi pernapasan yang terlihat dari
penggunaan otot-otot bantu pernapasan pada pneumonia sedang sampai berat.
• Pemberian kortikosteroid pada anak memberikan hasil bervariasi pada banyak institusi.
Pemberian deksametason sebagai antipiretik pada pneumonia terbukti mengurangi masa
rawatan selama 1 hari dimana terlihat penurunan suhu yang signifikan terhadap pasien.