Anda di halaman 1dari 55

Presentasi Kasus

KEJANG DEMAM SIMPLEKS


Oleh :
Aurellia Deasy R R

Pembimbing :
dr. Wulan Meilani
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AR
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 2 tahun 1 bulan 23 hari
Agama : Islam
Alamat : Pantai Gading, Tanjung Buntung,
Bengkong
No. RM : 00332386
Tanggal Masuk : 09/01/2024
IDENTITAS ORANG TUA PASIEN
Nama Ibu : Ny. R
Usia : 37 thn
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
ANAMNESIS
Keluhan Utama Keluhan Tambahan
Kejang Demam, Batuk, Sesak

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD Puskesmas Tj. Buntung dengan keluhan kejang yang terjadi ± 30
menit yang lalu. Kejang yang dialami berupa kaku pada seluruh tubuh dengan mata mendelik
ke atas serta rahang menggigit yang berlangsung selama ± 5 menit kemudian berhenti.
Setelah berhenti pasien sadar dan terlihat lemas. Pasien mengalami kejang sebanyak 1x di
rumah dan Pasien tidak pernah mengalami kejang sebelumnya. sejak 1 hari yang lalu pasien
juga mengalami demam dan telah diberikan obat penurun panas di rumah. Demam
dikeluhkan muncul secara tiba-tiba dengan suhu mencapai 39,5C, demam terjadi terus
menerus. Ibu pasien juga mengeluhkan bahwa pasien mengalami batuk grok-grok sejak 3
hari. Mual dan muntah disangkal. BAK dan BAB dalam batas normal. Makan dan minum
masih dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu

• Riwayat Penyakit serupa : disangkal


• Riwayat Epilepsi :
disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
• Riwayat Alergi :
disangkal
• Riwayat demam mendadak •Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta
dalam waktu dekat : disangkal dan ibu pasien sebagai ibu rumah tangga.
•Berobat dengan Umum.
•Ayah seorang perokok aktif
Riwayat Penyakit Keluarga
Kesan : Sosial ekonomi baik

• Riwayat Penyakit serupa : kakak (+)


• Riwayat Epilepsi : disangkal
• Riwayat Alergi : disangkal
• Riwayat demam mendadak
dalam waktu dekat : disangkal
RIWAYAT PERINATAL

Ibu G2P1A0 hamil 38 minggu rutin Bayi laki-laki lahir dari ibu G2P1A0, Pemeliharaan postnatal
ANC 1 bulan sekali di bidan, selama 37 tahun, usia kehamilan 38 minggu, lahir dilakukan dirumah dan anak
kehamilan ibu tidak mengalami masalah spontan di bidan dalam keadaan sehat.
atau kelainan BBL = 3200 gr, PBL = 50 cm, LK : 34 cm

Kesan : Riwayat pemeliharaan perinatal baik


Riwayat Makan Minum Riwayat Imunisasi

Anak diberikan ASI eksklusif sejak • Hepatitis B : 1x  0 bulan


lahir sampai usia 6 bulan dan • Polio : 2x  0,2 bulan
mendapat makanan pendamping ASI • BCG : 1x  1 bulan
berupa bubur cerelac saat usia 6 • DPT-HB-Hib : 1x  2 bulan
bulan. Umur 1 tahun hingga sekarang
mulai mendapat makanan orang Kesan : Imunisasi dasar belum lengkap
dewasa (nasi, lauk, sayur, dan buah). (berdasarkan alloanamnesa)

Kesan : ASI Eksklusif, nutrisi


kualitas dan kuantitas tercukupi

Riwayat KB

Ibu pasien tidak menggunakan KB


Riwayat Perkembangan Anak

− Senyum : 2 bulan
− Miring : 3 bulan
− Tengkurap : 3 bulan
− Duduk : 4 bulan
− Merangkak : 5 bulan
− Berdiri : 6 bulan
− Berjalan : 10 bulan

Perkembangan sesuai dengan usia


STATUS GIZI
Tanggal lahir : 13-11-2021
•BBL : 3200 g
•PBL : 50 cm
•BB Sekarang : 12 kg
•Panjang Badan : 85 cm
•Lingkar Kepala : 49 cm

Kesan : Baik
Keadaan Umum Vital Sign

TD : Tidak dilakukan
Lemas
Nadi : 130x/ menit (isi dan tegangan cukup)
RR : 42 x/ menit, regular, adekuat
Kesadaran
Suhu : 39,5 ° C
SpO2 : 86 % (NRM 8 lpm 97%)
Composmentis
Status Generalisata
• Kepala : Mesocephale
• Kulit : Pucat (-), sianosis (-), ruam kemerahan (-), ikterik (-)
• Wajah : bengkak (-)
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), mata cowong (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-),
edema (-/-)
• Hidung : Sekret (-/-), nafas cuping hidung (+/+), deformitas (-/-), epistaksis (-/-)
• Telinga : Bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri (-/-)
• Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), gusi berdarah (-/-) lidah kotor (-), atrofi papil(-), faring hiperemis (-),
pembesaran tonsil (-)
• Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, massa (-)

Kesan : Nafas Cuping Hidung


PF THORAX
PARU
• Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris saat statis dan dinamis, retraksi dinding dada(+)
• Palpasi : Benjolan (-), massa (-), nyeri tekan (-)
• Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
• Auskultasi : SDV (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (+/+), stridor (-/-)

JANTUNG
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra 1 cm ke medial
• Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
• Auskultasi : BJ I-II normal, reguler, murmur (-), gallop (-)

Kesan : Retraksi dinding dada (+), ronkhi (+/+)


PF ABDOMEN

• Inspeksi : Cembung, hiperemis (-), jejas (-), distensi (-), hernia umbilikalis (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) normal 20x/menit
• Perkusi : Timpani pada 4 kwadran
• Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), defense muscular(-), Pembesaran Hepar (-), Pembesaran lien (-),
turgor kulit kembali cepat

Kesan : Abdomen dalam batas normal


PF EXTREMITAS

Kesan : Dalam batas normal


PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
• Motorik : Koordinasi baik, simetris, kekuatan (kesan >3)
• Sensorik : Dalam batas normal
• Reflek Fisiologis :
R. Biseps : (+/+)
R. Triseps : (+/+)
• Reflek Patologis :
R. Babinsky : ( - / - )
R. Chaddock : ( - / - )
R. Tromner : ( - / -)
• Meningeal Sign :
Kaku kuduk : ( - )
Brudzinsky I : ( - )
Brudzinsky II: ( - )
Kernig sign : ( - )

Kesan : Dalam batas normal


Saraf Kranial Cara Pemeriksaan Pemeriksaan
I Penciuman Tidak dapat dilakukan Nervus Cranialis
II Ketajaman Tidak dapat dilakukan
pengelihatan
II, III Respon terhadap Reflek pupil  (+)/(+)
cahaya
III, IV, Gerakan pergerakan mata anak mengikuti sinar penlight 
VI ekstraokular respon (+)/(+)
V Trigeminal Tidak dilakukan
VII Fasial Wajah simetris saat tersenyum (+)
VIII Akustik Reflek mengedip terhadap suara (+)/(+)
IX, X Menelan Reflek menelan (+)
XI Aksesorius Tidak dapat dilakukan
Kesan : Peningkatan TIK (-),
XII Hipoglossal Tidak dapat dilakukan Lateralisasi (-), def. Neurologi (-).
DIAGNOSIS BANDING
Kejang
DD/Ekstrakranial : Kejang demam simplek
Kejang demam kompleks
DD/Intrakranial : Meningitis
Ensefalitis
Meningoensefalitis
Febris H.1
DD/ Infeksi : Viral : DD, DHF, ISPA
Parasit : Malaria
Bakterial: ISK, BRPN
Batuk
DD :
Bronkitis
Bronkiektasis
Bronkiolitis akut dan kronis
Asma
Diagnosis

Kejang Demam Sederhana


Bronkopneumoni
TERAPI
08.45
•O2 NRM 8 LPM
•Stessolid Supp 10mg
•Paracetamol Supp 125mg

Observasi 10 menit didapatkan :

•S: Pasien tidak kejang, masih sesak dan nafas berbunyi


O: RR 42x/mnt, nafas cuping hidung(+), retraksi subseternal (+), Ronkhi
(+/+)
A: KDS Perbaikan dengan bronkopneumonia
P: IVFD RL 10 tpm micro, O2 NRM 8 LPM

Observasi 10 menit

•Perbaikan semua gejala


•Obat Pulang:
•GG 3x1/2 Tab
•Cefadroxil syrup 2x1 cth
•Dexametason 3x1/2 tab
IP Edukasi
 Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai kondisi & kemungkinan penyebab
kejang pada anak
 Menjelaskan kepada orang tua tentang fungsi obat yang diberikan, yaitu Diazepam
untuk memutus kejang dengan efek samping anak menjadi relaks dan tidur
 Saat kejang tetap tenang dan tidak panik, semua pakaian ketat dilonggarkan
terutama sekitar leher, bila tidak sadar posisikan kepala miring dan terlentang
 Ukur suhu tubuh, catat lama, bentuk, dan sifat kejang dan tetap bersama anak saat
kejang dan laporkan ke perawat
 Kompres hangat jika masih demam
 Ibu diberitahukan untuk menghindarkan pasien dari paparan asap rokok dan polusi
 Menganjurkan untuk rutin ke posyandu tiap bulan untuk melengkapi imunisasi
TINJAUAN
PUSTAKA
Kejang
Demam
Definisi
Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu di atas 38C
dengan metode apapun yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Kejang demam terjadi pada 2-5% anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun.

Terdapat beberapa poin terkait kejang demam yaitu:


• Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh, bukan karena gangguan elektrolit atau
lainnya.
• Bila ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya maka tidak disebut sebagai kejang
demam.
• Anak berumur antara 1-6 bulan masih dapat mengalami kejang demam, namun
jarang.
• Bila anak berumur kurang dari 6 bulan mengalami kejang yang didahului demam
harus dipikirkan pencetus lain terutama infeksi susunan saraf pusat.
• Bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam rekomendasi ini melainkan
termasuk dalam kejang neonatus.
Klasifikasi
FaktOr risikO 1. Kejang demam sederhana (simple febrile
seizure)
1. Riwayat Kejang pada keluarga • berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)
2. Defisiensi zat besi dan zinc • bentuk umum (tonik dan atau klonik)
3. Riwayat prenatal dan • tidak berulang dalam waktu 24 jam
perinatal 2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
4. Faktor demam • berlangsung lebih lama (>15 menit)
• tipe kejang fokal atau parsial satu sisi, atau
kejang umum didahului kejang parsial
• berulang dalam waktu 24 jam.
Pemeriksaan Penunjang
● Pemeriksaan laboratorium
● Pungsi Lumbal
Indikasi pungsi lumbal
- Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
- Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan klinis
- Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai
demam yang sebelumnya telah mendapat antibiotik dan
pemberian antibiotik tersebut dapat mengaburkan
tanda
dan gejala meningitis.
● EEG (diperlukan jika bangkitan bersifat fokal)
● Pencitraan (CT scan atau MRI kepala)
Tata laksana
1. Saat kejang

Saat di IGD pasien kejang -> Diazepam IV dosis 0,2-0,5 mg/kg secara
perlahan dengan kecepatan 2 mg/ menit atau dalam waktu 2-5 menit, dosis
maksimal 10 mg
Obat yang praktis untuk orang tua di rumah (prehospital) -> diazepam
rektal dosis : 5 mg untuk bb <12 kg
10 mg untuk bb >12 kg

Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti -> ulangi
dengan dosis yang sama selang waktu 5 menit
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal pasien masih tetap kejang,
maka dianjurkan ke rumah sakit.
Tata laksana
● 2. Terapi
P r Ofilaksis
●Antikonvulsan intermiten Antikonvulsan rumat
●Merupakan obat yang diberikan hanya Hanya diberikan terhadap kasus
pada saat demam, diberikan pada kejang selektif. Indikasi pengobatan rumat:
demam dengan salah satu faktor risiko: • Kejang fokal
• Kelainan neurologis berat, misalnya • Kejang lama >15 menit
palsi serebral • Terdapat kelainan neurologis yang
• Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun nyata sebelum atau sesudah kejang,
• Usia <6 bulan misalnya palsi serebral,
• Bila kejang terjadi pada suhu hidrosefalus, hemiparesis.
tubuh kurang dari 39 derajat
Celsius
• Apabila pada episode kejang
demam sebelumnya, suhu tubuh
meningkat dengan cepat.
Tata laksana

● 3. Ter api antipir etik

●Berdasarkan teori tidak ditemukan bahwa penggunaan obat penurun demam untuk
mengurangi terjadinya kejang demam. Meskipun demikian, dokter neurologi anak di Indonesia
sepakat bahwa obat penurun demam tetap diberikan.
MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis yang dapat dijumpai pada pasien kejang


demam adalah:
• Suhu tubuh mencapai 38oC
• Anak sering hilang kesadaran saat kejang
• Kepala anak seperti terlempar ke atas, mata mendelik, tungkai
dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak menjadi berguncang.
Gejala kejang bergantung pada jenis kejang
• Kulit pucat dan mungkin menjadi biru
• Serangan terjadi beberapa menit setelah itu anak sadar
Penegakan Diagnosis

Anamnesis
• Frekuensi dan lamanya kejang?
• Apakah kejang itu baru pertama kali atau sudah pernah
sebelumnya?
• Apakah kejang bersifat tonik, klonik, atau fokal?
• Apakah terjadi interval antara dua serangan?
• Gejala lain yang menyertai termasuk demam, muntah, lumpuh,
penurunan kesadaran, penyebab demam di luar SSP (ISPA, ISK,
OMA , BRPN dll).

Unit kerja koordinasi neurologi IDAI, 2016


Pemeriksaan fisik :
• KU dan tingkat kesadaran apakah terdapat penurunan
kesadaran?
• TTV?
• Status neurologis (meningeal sign, px N. kranialis)?
• Apakah ada tanda-tanda peningkatan TIK (ubun-ubun besar
menonjol, papil edema)?
• Apakah ada tanda-tanda infeksi di luar SSP (ISPA, BRPN,ISK,
OMA, dan sebagainya)?
Penanganan
Kejang Demam
• Anak dibaringkan di tempat yang datar posisi menyamping dan jangan
memasukkan benda apapun dalam mulut anak
• Ukur suhu, observasi durasi dan bentuk kejang
• Jangan memegangi anak untuk melawan kejang
• Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti
• Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit  anak harus segera dibawa ke
fasilitas kesehatan terdekat
• Saat Demam
⮚ Antipiretik : - Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4x sehari
- Paracetamol 10-15 mg/KgBB/kali, 4x sehari
• Pengobatan Rumatan
⮚ Ciri-ciri :
❑ Kejang lama > 15 menit
❑ Ada kelainan neurologis sebelum atau sesudah kejang seperti hemiparesis, cerebral palsy, hidrosefalus.
❑ Kejang fokal
⮚ Pengobatan Rumatan dipertimbangkan apabila :
❑ Kejang berulang 2x atau lebih dalam 24 jam
❑ Kejang demam terjadi pada bayi < 12 bulan
❑ Kejang demam dalam ≥ 4x pertahun
Obat yang diberikan :
✔ Asam Valproat 15-40 mg/kgBB/hari, 2-3 dosis atau fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari
✔ Lama pengobatan rumatan  2-3 tahun bebas kejang, lalu dihentikan bertahap selama 1-2 bulan
BRONKOPNEUMONIA
Definisi

Peradangan parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang


mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli

Bronkopneumonia🡪 infeksi pada parenkim paru


yang terbatas pada alveoli kemudian menyebar
secara berdekatan ke bronkus terminalis. Pada
pemeriksaan histologis terdapat reaksi inflamasi
dan pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan
oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam
jangka waktu yang bervariasi.
Faktor Resiko

Faktor risiko
Pada negara berkembang terdapat beberapa faktor risiko terjadinya pneumonia,
diantaranya berat badan lahir rendah (BBLR), malnutrisi, tidak mendapat imunisasi,
tidak mendapatkan ASI yang adekuat, tingginya pajanan terhadap polusi udara,
paparan rokok tinggi, serta keadaan sosial ekonomi rendah.

🡪Pada pasien ini terdapat factor resiko berupa paparan asap


rokok
Etiologi

Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, yaitu bakteri, virus dan fungi.
- Kelopok bakteri: Streptococcus pneumonia, Mycoplasma pneumonia, Chlamidia spp, dan
Echerichia coli
- Kelompok virus: Respiratory Syncytial virus
Penyebab pneuminia pada anak dapat diperkirakan dari usia penderia

🡪 Pada kasus ini penyebab bronkopneumoni belum diketahui,


untuk mengetahui pasti perlu dilakukan pemeriksaan
mikrobiologi sputum.
Tanda & Gejala

• Batuk merupakan gejala yang paling sering


ditemui oleh pasien dengan pneumonia,
disertai dengan manifestasi klinis lainnya
seperti ronki, demam, takipneu, takikardi,
retraksi, dll.
Pada kasus ini  gejala yang dialami
• Demam, dispneu, kadang disertai muntah
pasien sesuai yaitu berupa batuk,
dan diare
demam, sesak
• Biasanya didahului infeksi traktus
respiratorius bagian atas selama
beberapa hari
• Napas cuping hidung
Tanda & Gejala

• Pada pemeriksaan darah tepi


• Pada auskultasi ditemukan ronkhi ditemukan adanya leukositosis dengan
basah halus nyaring
predominan PMN
• Adanya retraksi epigastrik, interkostal,
• Pada pemeriksaan rontgen thoraks
suprasternal
ditemukan adanya infiltrat interstitial
• Adanya pernapasan yang cepat dan
dan infiltrat alveolar serta gambaran
pernapasan cuping hidung
bronkopneumonia

Pada kasus ini  didapatkan suara nafas Pada kasus ini belum dilakukan
tambahan berupa ronkhi basah halus pemeriksaan darah & X-foto thoraks
dan retraksi dinding dada
Pemeriksaan Fisik
● Temuan paru pada semua kelompok umur mungkin termasuk penggunaan otot bantu napas,
seperti pelebaran hidung dan retraksi di situs subkostal, interkostal, atau suprasternal. Tanda-
tanda seperti mendengus, takipnea parah, dan retraksi, mendorong dokter untuk memberikan
dukungan pernapasan segera. Retraksi hasil dari upaya untuk meningkatkan tekanan intra-toraks
untuk mengkompensasi penurunan kepatuhan.
● Anak-anak di bawah 2 bulan: Lebih dari atau sama dengan 60 napas/menit
● Anak-anak usia 2-12 bulan: Lebih dari atau sama dengan 50 napas/menit
● Anak-anak usia 1-5 tahun: Lebih dari atau sama dengan 40 napas/menit
● Penilaian saturasi oksigen dengan oksimetri nadi harus dilakukan pada awal evaluasi semua
anak dengan gejala pernapasan. Sianosis dapat terjadi pada kasus yang parah. Jika sesuai dan
tersedia, kapnografi mungkin berguna dalam evaluasi anak-anak dengan potensi gangguan
pernapasan
Pemeriksaan Fisik

● Pada pneumonia berat anak dengan kelihan batuk dan atau kesulitan bernafas disertai
minimal satu keluhan antara lain kepala terangguk, pernafasan cuping hidung,
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Suara merintih dapat ditemukan pada
bayi muda. Pada auskaltasi dapat terdengar suara tambahan ronki, suara nafas bronkial
dan suara pernafasan menurun. Dalam keadaan yang sangat berat ditemukan anak tidak
dapat menyusu atau minum atau makan, atau memuntahkan semuanya. Penurunan
kesadaran atau letargis pada anak, atau kejang pada bayi
Pemeriksaan Penunjang

● Darah perifer lengkap,


● C-reaktif Protein (CRP),
● uji serologis
● Pemeriksaan mikrobiologis
● Pemeriksaan rontgen thoraks
Diagnosis Banding

● Bronkitis
● Bronkiektasis
● Bronkiolitis akut dan kronis
● Asma
● Pediatric Acute Respiratory Distress Syndrome
● Pediatric Pneumococcal Infections
Tatalaksana

● Pengobatan harus ditujukan pada patogen spesifik yang dicurigai berdasarkan informasi yang
diperoleh dari riwayat dan pemeriksaan fisik. Manajemen suportif dan simtomatik adalah kunci
dan termasuk oksigen tambahan untuk hipoksia, antipiretik untuk demam, dan cairan untuk
dehidrasi.
● Pemberian antibiotic
Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksan penunjang.

Anamnesis
Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan yang dialami penderita, meliputi: demam, batuk,
gelisah, rewel dan sesak nafas. Pada bayi, gejala tidak khas, seringkali tanpa gejala demam
dan batuk. Anak besar, kadang mengeluh nyeri kepala, nyeri abdomen, muntah. Manifestasi
klinis yang terjadi akan berbeda-beda, tergantung pada beratnya penyakit dan usia
penderita.

Pasien mengeluhkan batuk sejak 3 hari SMRS, keluhan disertai


sesak nafas dan demam. Dari anamnesis pasien ini mendukung
ke arah pneumoni.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan sejumlah tanda fisik patologis, terutama adanya
nafas cepat (takipnea) dan kesulitan bernafas (dyspnea). Pengukuran frekuensi napas
dilakukan dalam satu menit ketika anak sadar dan tidak sedang menangis. Demam dapat
mencapai suhu 38,50 C sampai menggigil.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sesak. Dari
pengukuran tanda vital didapatkan takikardi dan hipertermi dengan suhu
tubuh pasien 39,5C. didapatkan nafas cuping hidung pada pasien ini
didapatkan adanya retraksi dinding dada dan pada pemeriksaan auskultasi
paru ditemukan adanya suara nafas tambahan berupa ronkhi basah halus
pada kedua lapang paru.
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium: pemeriksaan darah rutin, Analisa Gas Darah (AGD), C-Reaktif Protein
(CRP), uji serologis dan pemeriksaan mikrobiologik
• Serologis: dilakukan untuk mengetahui etiologi respiratory syntitial virus (RSV),
parainfluenza 1,2,3, influenza, adenovirus dimana spesimen berasal dari nasofaring.
Pemeriksaan ini tidak bermanfaat untuk infeksi bakteri
• Foto thorax: dilakukan untuk melihat luasnya kelainan patologis pada jaringan paru.
Gambaran infiltrat di bagian lobar, interstisial, unilateral atau bilateral memberikan
petunjuk organ paru yang terlibat. Pada umumnya, infiltrat alveolar menunjukkan
gambaran kuat adanya pneumonia pada anak

Pada pasien ini belum dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium dan


pemeriksaan radiologi. Selanjutnya disarankan pemeriksaan hematologi
lengkap dan foto thorax
BAYI & ANAK USIA 2 BLN – 5 TH

Pneumonia berat
• Bila ada sesak
Pasien berumur 3 tahun sehingga
• Harus dirawat dan diberikan antibiotik masuk dalam kriteria bayi dan
anak. Pasien datang dengan sesak
Pneumonia nafas🡪pneumonia berat yang
merupakan indikasi untuk dirawat
• Bila tidak ada sesak dan diberikan antibiotic.
• Ada nafas cepat dengan laju nafas:
• > 50 x/menit untuk anak usia 2 bulan – 1 tahun
• > 40x/menit untuk anak > 1 – 5 tahun
• Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral

Bukan Pneumonia
• Bila tidak ada napas cepat dan sesak nafas
• Tidak perlu rawat inap dan antibiotik. Hanya diberi obat simptomatis, seperti penurun panas
BAYI & ANAK USIA KURANG 2 BLN

Pneumonia
• Bila ada nafas cepat(>60x/menit) atau sesak nafas (Retraksi)
• Harus dirawat dan diberikan antibiotik oral

Bukan Pneumonia
• Tidak ada napas cepat dan sesak nafas
• Tidak perlu rawat inap, cukup obat simptomatis, seperti penurun panas
Tatalaksana

Prinsip dasar tatalaksana pneumonia anak adalah eliminasi mikroorganisme penyebab


🡪 antibiotik yang sesuai disertai dengan tatalaksana supportif lainnya. Tata laksana
supportif meliputi terapi oksigen, pemberian cairan intravena dan koreksi gangguan
elektrolit pada dehidrasi serta pemberian antipiretik untuk demam. Obat penekan
batuk tidak dianjurkan.
Antibiotik
Antibiotik yang diberikan
pada pasien ini yaitu Inj.
Ceftriaxone 200 mg/12 jam
dan Inj. Gentamicin 40 mg/24
jam yaitu kombinasi first line
terapi dan second line terapi
yang direkomendasikan oleh
WHO dengan dosis yang
sesuai.
2. Terapi supportif

• Anak dengan saturasi oksigen ≤ 92% harus diberikan terapi oksigen 2-4 liter/menit di
Rumah Sakit dengan nasal kanul, head box atau sungkup guna mempertahankan saturasi
oksigen > 92%.
• Terapi cairan diperlukan karena kondisi anak yang lemas. Hal ini terjadi karena banyaknya
energi yang digunakan anak sebagai bentuk kompensasi pernapasan yang terlihat dari
penggunaan otot-otot bantu pernapasan pada pneumonia sedang sampai berat.
• Pemberian kortikosteroid pada anak memberikan hasil bervariasi pada banyak institusi.
Pemberian deksametason sebagai antipiretik pada pneumonia terbukti mengurangi masa
rawatan selama 1 hari dimana terlihat penurunan suhu yang signifikan terhadap pasien.

Pasien juga diberikan NRM. Karena pada pasien ini


didapatkan demam maka juga diberikan paracetamol.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai