DISPEPSIA
Disusun Oleh :
Pembimbing :
PEKALONGAN
2018
BAB I
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Nyeri ulu hati
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 3 hari yang lalu,
nyeri di rasakan memberat jika terlambat makan. Perut terasa kembung,
mual,dan panas. Pasien juga mengeluh dada terasa panas dan agak
sesek. Pasien sering makan tidak teratur.
2
Riwayat sakit seperti ini : diakui
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat batuk lama : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Peny. Jantung : disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat TB : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 29 Agustus 2018 di ruang IGD pada
pukul19.15 WIB.
3
Telinga : Discharge (-/-), nyeri tekan tragus (-)
Leher : benjolan (-), kulit merah (-), perabaan hangat (-), nyeri
tekan (-) pembesaran limfonodi (-)
Thoraks : Bentuk normal, retraksi (-)
Paru Depan
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Ekspansi paru kanan = paru kiri
stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : hipersonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+)
Paru Belakang
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Ekspansi paru kanan = paru kiri
stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+)
Jantung
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba setinggi spatium intercostalis VI 2 cm
lateral linea mid clavicularis sinistra, diameter 2 cm, thrill
(-), kuat angkat (-), pulsasi parasternal (-), pulsasi
epigastrial (-), sternal lift (-)
Perkusi : Batas atas = ICS II linea parasternal sinistra
Batas kiri = sesuai ictus cordis
Batas kanan = linea parasternal dekstra
Pinggang jantung cekung
Auskultasi : bunyi jantung I-II normal, bising (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung
4
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi :Distensi (-), nyeri tekan epigastrik (+), hepatomegali (-),
splenomegali (-)
Ekstremitas
Superior Inferior
Mukosa kuku pucat -/- -/-
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Tremor jari -/-
Tidak dilakukan
5
- Menjelaskan kepada pasien agar minum obat secara teratur
- Menjelaskan kepada pasien agar tidak telat makan
- Menjelaskan pada pasien dan keluarga apabila keluhan kembali
terjadi untuk segera membawa pasien ke IGD kembali.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Dispepsia adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau
rasa tidak nyaman diepigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuhatau cepat
kenyang, dan sering bersendawa. Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan
organik (misalnya tukak peptik, gastritis, kolesistitis, dan lainnya), bila telah
diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. maupun yang bersifat
nonorganik/fungsional/ dyspepsia non ulkus, bila tidak jelas penyebabnya.
Etiologi
Penyebab Dispepsia meliputi :
1. Dispepsia Organik .
- Gangguan dalam lumen saluran cerna (Tukak peptic, Gastritis, Keganasan,
dll)
- Gastroparesis
- Obat-obatan ( AINS, Teofilin, Digitalis, Antibiotik )
- Hepato Biller ( Hepatitis, Kolesistitis, Kolelitiatis, Keganasan, Disfungsi
spincter odii )
- Pancreas ( Pankreatitis, Keganasan )
- Keadaan Sistematik ( DM, Penyakit tiroid, Gagal ginjal, Kehamilan, PJI )
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta, pemasukan makanan menjadi kurang
sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan
erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi
demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di
medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat
baik makanan maupun cairan
7
2. Dispepsia Non organik atau fungsional
- Stress psikososial
- Factor lingkungan (makanan, genetik)
Berdasarkan atas keluhan atau gejala yang dominan, membagi dispepsia menjadi
3 tipe :
d) Nyeri episodik.
8
2) Dispepsia dengan GFI seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia),
dengan gejala :
a) Mudah kenyang
c) Mual
d) Muntah
Diagnosis
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama,
seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan
kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan
penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium,
radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets
mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium
dalam batas normal.
Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran
makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran
makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
9
Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya
normal atau sangat tidak spesifik.
USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak
dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit,
apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan
pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan
Pengobatan
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi
asam lambung. Campuran yang biasanya terdapat dalam antasid antara lain Na
bikarbonat, AL (OH)3, Mg (OH)2 dan Mg trisilikat. Pemakaian obat ini
sebaiknya jangan diberikan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk
mengurangi rasa nyeri. Mg trisilikat dapat dipakai dalam waktu lebih lama,
juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam
dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
2. Antikolinergik
10
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif
yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan
sekresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek
sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor
H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin dan famotidin
Sesuai dengan namanya, golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung
pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk
golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif
6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid, dom peridon dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia
11
fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki
bersihan asam lambung (acid clearance).
Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi
makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus
makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara
wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.
12