Pasien datang ke RSUD Raden Mattaher dengan keluhan nyeri pada perut yang hilang
timbul dan berpindah pindah sudah lebih dari 1 bulan SMRS. Riwayat tidak disertai
demam, mual, muntah dimana BAB dan BAK normal . Pasien lahir secara normal dan
anak pertama dari dua bersaudara.
Riwayat Penyakit
BB : 32.2 kg
PB :136 cm
LK : 50 cm
Kesan : normal
3. BB /TB
RR : 24x/menit
Pemeriksaan Fisik
DSM
Mata, CA (-/-), konjungtiva merah, Inspeksi : bentuk normal, pergerakan
Sklera Ikterik (-/), pupil isokor dinding dada simetris, retraksi interkostal
Telinga: normotia (+)
Hidung : deviasi septum (-) Palpasi : nyeri tekan (-)
Mulut : bibir kerimg (-), puvat (-), Perkusi : tidak dilakukan
sianosis (-), Auskultasi : vesikuler (+/+) , ronchi (-/-),
wheezing (-/-)
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Inspeksi :
Cekung(-),cembung(-), massa (-)
Palpasi : lembut, turgor baik,
hati dan lien tidak teraba Jantung
DSM
Perkusi : tidak dilakukan
Aukultasi : bising usus (+)
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : bunyi jantung I/II
reguler, murmur (-)
Ekstremitas
Superior : bentuk simetris, Akral hangat,
CRT <2 detik, hematome (-) edema (-)
Inferior : akral hangat CRT <2 detik,
hematome (-), edema (-)
Diagnosa Kerja
Dyspepsia fungsional
Paling banyak terjadi pada bayi premature atau kurang bulan, baik karena
produksi surfaktan yang tidak memadai, maupuan inaktivasi surfaktan dalam
konteks paru-paru yang belum matang. Prematuritas mempengaruhi kedua
faktor ini, sehingga secara langsung berkontribusi terhadap RDS
FAKTOR RESIKO
Asfiksia perinatal
Kecil masa kehamilan
Infeksi maternal-fetal
PROM (Premature Rupture of Membranes)
Jenis kelamin laki-laki
Ras kulit putih
Intoleransi glukosa gestasional atau diabetes
Berat badan lahir rendah
Patofisiologi
Sindrom gangguan pernapasan neonatus disebabkan oleh defisiensi surfaktan, terutama
dalam konteks paru-paru yang belum matang..
tegangan
<<< compliance
permukaan dalam
<<< surfaktan paru-paru yang belum
saluran udara kecil
matang
dan alveoli
2
Pemantauan oksigenasi dan ventilasi
• Tekanan parsial oksigen arteri (PaO2) pada gas darah arteri dipertahankan antara
50 hingga 80 mmHg, dan tekanan parsial karbon dioksida arteri (PaCO2)
dipertahankan antara 40 hingga 55 mmHg, dengan pH >7,25.
• SpO2 >95%
Tatalaksana
3.
Bantuan ventilasi
• Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
• Bantuan Pernapasan Non-invasif: Nasal Intermittent Positive Pressure Ventilation
(NIPPV)
• High Flow Nasal Canula.
• Ventilasi Mekanik
4.
Lainnya
Terapi surfaktan eksogen , perawatan suportif, termasuk termoregulasi, dukungan
nutrisi, manajemen cairan dan elektrolit, terapi antibiotik
Prognosis
• Ikterus fisiologis
• Bentuk ikterus ini umumnya terjadi pada bayi baru lahir dengan
kadar bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama >2 mg/dL.
• Pada bayi kurang bulan yang mendapat susu formula juga akan
terjadi peningkatan kadar bilirubun dengan kadar puncak yang
lebih tinggi dan bertahan lebih lama.
• Umumnya fenomena ikterus ini ringan dan dapat membaik tanpa
pengobatan
Klasifikasi
• Ikterus Patologis
• ikterus yang terjadi sebelum usia 24 jam;
• setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan
fototerapi;
• peningkatan kadar bilirubin total serum >0,5 mg/dL/jam;
• adanya tanda-tanda penyakit yang mendasar pada setiap bayi
(muntah, letargis, malas menyusu, penurunan berat badan yang
cepat, apnea, takipnea, atau suhu yang tidak stabil)
• ikterus yang bertahan setelah delapan hari pada bayi cukup bulan
atau setelah 14 hari pada bayi kurang bulan.
Penegakan Diagnosis
1.
Anamness
• Riwayat keluarga ikterus, anemia, splenektomi, sferositosis, defisiensi glukosa
6-fosfatdehidrogenase (G6PD)
• Riwayat keluarga dengan penyakit hati
• Riwayat saudara dengan ikterus atau anemia,
• Riwayat obat-obatan yang dikonsumsi ibu
• Riwayat persalinan traumatik yang berpotensi menyebabkan perdarahan
atauhemolisis.
• Pemberian nutrisi parenteral total
• Pemberian ASI.
Penegakan Diagnosis
2. Pemeriksaan Fisik
• Ptekie, berkaitan dengan infeksi
• Tanda-tanda prematuritas kongenital, sepsis, atau eritroblastosis
• Kecil masa kehamilan, kemungkinan • Hepatosplenomegali, berkaitan dengan
berhubungan dengan polisitemia anemia hemolitik, infeksi kongenital,
• Tanda infeksi intrauterin, misalnya penyakit hati
mikrosefali, kecil masa kehamilan • Omfalitis
• Perdarahan ekstravaskular, misalnya • Korioretinitis, berhubungan dengan infeksi
memar, sefalhematom, subgaleal hematom kongenital
• Pucat, berhubungan dengan anemia • Tanda hipotiroid
hemolitik atau kehilangan darah • Perubahan warna tinja
ekstravaskular
Penegakan Diagnosis
2. Pemeriksaan Fisik
KRAMER SCORE
3.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Fototerapi
Kadar bilirubin yang tinggi berpeluang mengakibatkan Kern icterus yang dapat
membahayakan bayi sampai berujung pada kematian.
• Venti mode CPAP FiO2 80% PEEP 5 • pada pasien ini diberikan Ampicilin
dan gentamicin pada hari perawatan
Rate 50 IP 20
pertama pada hari rawat ke 2 diubah
• IVFD D10% + Ca Gluconas 2 amp menjadi Amikasin dan Cefotaxim,
• Inj. Cefotaxim 2x130 g
• Inj. Amikasin 2x20 g
• Inj. Dexamethasone 2x0.5g
• Inf. Amino Steril 1.2 gr (43cc)
• Light Therapy
Tatalaksana Teori
• Venti mode CPAP FiO2 80% PEEP 5 • penggunaan kombinasi ini dilakukan
dengan mempertimbangkan efek
Rate 50 IP 20
sinergis dari keduanya di dalam
• IVFD D10% + Ca Gluconas 2 amp menghambat bakteri seperti
• Inj. Cefotaxim 2x130 g Streptococcus, Enterococci, Listeria
• Inj. Amikasin 2x20 g monocyogenes, dan beberapa jenis
• Inj. Dexamethasone 2x0.5g Enterobacteriaceae, seperti
• Inf. Amino Steril 1.2 gr (43cc) Entercobacter spp., Proteus spp.,
• Light Therapy Escherichia coli
Teori
Tatalaksana • pada hari rawat ke 2 kombinasi
ampicilin diubah menjadi Amikasin
• Venti mode CPAP FiO2 80% PEEP 5
dan Cefotaxim, hal ini dikarenakan
Rate 50 IP 20 Antibiotik lini pertama yaitu
• IVFD D10% + Ca Gluconas 2 amp amoxicilin dan gentamisin diberikan
• Inj. Cefotaxim 2x130 g hanya selama tiga hari (72 jam), jika
• Inj. Amikasin 2x20 g kondisi klinis pasien belum
• Inj. Dexamethasone 2x0.5g menunjukkan perbaikan dan hasil
• Inf. Amino Steril 1.2 gr (43cc) kultur juga belum keluar maka
• Light Therapy antibiotik yang digunakan berubah
menjadi antibiotik lini kedua yaitu
cefotaxim dan amikacin
Tatalaksana Teori
• Venti mode CPAP FiO2 80% PEEP 5 • pemberian kortikosteroid sebelum paru
Rate 50 IP 20 matang akan memberikan efek berupa
• IVFD D10% + Ca Gluconas 2 amp peningkatan sintesis fosfolipid
• Inj. Cefotaxim 2x130 g surfaktan pada sel pneumosit tipe II
• Inj. Amikasin 2x20 g dan memperbaiki tingkat maturitas
paru
• Inj. Dexamethasone 2x0.5g
• Inf. Amino Steril 1.2 gr (43cc)
• Light Therapy
Tatalaksana Teori
• Venti mode CPAP FiO2 80% PEEP 5 • Kortikosteroid bekerja dengan
Rate 50 IP 20 menginduksi enzim lipogenik yang
• IVFD D10% + Ca Gluconas 2 amp dibutuhkan dalam proses sintesis
• Inj. Cefotaxim 2x130 g fosfolipid surfaktan dan konversi
• Inj. Amikasin 2x20 g fosfatidilkolin tidak tersaturasi menjadi
• Inj. Dexamethasone 2x0.5g fosfatidilkolin tersaturasi, serta
• Inf. Amino Steril 1.2 gr (43cc) menstimulasi produksi antioksidan dan
• Light Therapy protein surfaktan.
Tatalaksana Teori
• Venti mode CPAP FiO2 80% PEEP 5
Rate 50 IP 20 • Pemberian Aminosteril pada pasien
• IVFD D10% + Ca Gluconas 2 amp bertujuan untuk mempertahankan atau
• Inj. Cefotaxim 2x130 g memperbaiki keseimbangan nitrogen
pada pasien yang kekurangan asupan
• Inj. Amikasin 2x20 g protein.
• Inj. Dexamethasone 2x0.5g
• Inf. Amino Steril 1.2 gr (43cc)
• Light Therapy
Tatalaksana Teori
• Pada bayi ini dilakukan fototerapi yang
• Venti mode CPAP FiO2 80% PEEP 5
bertujuan untuk menurunkan konsentrasi
Rate 50 IP 20 dari bilirubin yang bersirkulasi ataupun
• IVFD D10% + Ca Gluconas 2 amp untuk mencegah peningkatannya.
• Inj. Cefotaxim 2x130 g Fototerapi bekerja dengan memanfaatkan
• Inj. Amikasin 2x20 g energi cahaya untuk mengubah bentuk
• Inj. Dexamethasone 2x0.5g dan struktur dari bilirubin lalu
mengkonfersinya menjadi molekul-
• Inf. Amino Steril 1.2 gr (43cc) molekul yang dapat diekskresikan
• Light Therapy melalui empedu atau urin
Kesimpulan
Masalah utama bayi baru lahir pada masa perinatal dapat menyebabkan
01 kematian, kesakitan dan kecacatan
RDS merupakan salah satu masalah pada bayi baru lahir dan merupakan
02 penyebab umum RD pada neonates, terjadi dalam beberapa jam setelah
kelahiran, dan paling sering sesaat setelah persalinan
Ikterus neonatorum merupakan masalah lainnya yang sering dijumpai pada bayi
baru lahir. Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai
03 oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak
terkonjugasi yang berlebih.