Anda di halaman 1dari 22

Referat Onkologi

ABSES BEZOLD

Oleh:

Gilbert C. Supit - 17014101073


Tirsa A. Sirupa - 17014101229

Supervisor Pembimbing:
Dr. dr. Victor Pontoh, Sp.B (K) Onk

BAGIAN BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dibacakan, dikoreksi dan disetujui Referat dengan judul

ABSES BEZOLD

Pada tanggal, Agustus 2018

Mengetahui,

Supervisor Pembimbing

Dr. dr. Victor Pontoh, Sp.B (K) Onk


BAB I

PENDAHULUAN

Abses Bezold adalah abses leher yang merupakan komplikasi dari mastoiditis dan harus

dipertimbangkan dalam diagnosis banding dari abses leher. Dikatakan abses bezold apabila

pembentukan abses melibatkan leher. Abses ini terjadi karena adanya mastoiditis, dimana abses ini

menembus melewati inferior melalui medial ujung mastoid yang dapat berkembang di leher

sampai otot sternomastoid.1,2

Abses bezold termasuk abses leher dalam yang merupakan komplikasi otitis media

supuratif yang jarang terjadi. Abses ini pertama kali ditemukan pada tahun 1881 oleh dr

Friedrich Bezold, seorang dokter THT dari Jerman. Bezold mengemukakan bahwa mastoiditis

supuratif dapat menjadi abses di tiga tempat: postaurikuler, zigomatik, dan leher. Namun

ditekankan, bahwa dikatakan abses Bezold hanya ketika pembentukan abses melibatkan leher.3

Abses Bezold dilaporkan terlihat pada orang dewasa (13 dari 15 pasien, 87%) dimana

kebanyakan pria (12 dari 15 pasien, 80%). Kebanyakan pasien dengan riwayat kolesteatoma atau

operasi mastoid sebelumnya tampaknya meningkatkan resiko untuk menjadi abses Bezold.

Pasien mungkin datang dengan gejala akut atau kronis, dengan onset gejala untuk diagnosis

berkisar 3 hari sampai 3 tahun. Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri leher, benjolan di

leher, nyeri postaurikuler, otalgia, otorrhea, atau gangguan pendengaran. 3

Namun, saat ini abses bezold menjadi semakin langka dengan meluasnya penggunaan

antibiotik untuk mengatasi otitis media dan mastoiditis. 1,3


BAB II

PEMBAHASAN

II. 1. Definisi

Abses Bezold adalah abses leher dalam yang berkembang mirip dengan abses

subperiosteal secara patologi. Dengan adanya mastoiditis coalescent, jika korteks mastoid

terkena pada ujungnya, sebagai lawan dari korteks lateral, abses akan berkembang di leher,

dalam sampai sternokleidomastoid. Abses ini dideskripsikan sebagai massa yang dalam dan

lembut pada leher.4

Pada tahun 1881 Frederich Bezold (1824-1908) melaporkan adanya pus yang keluar dari

sisi medial prosesus mastoid yang terinfeksi dan membentuk abses jaringan leher dalam, abses

ini kemudian dikenal dengan mastoiditis Bezold. Destruksi terjadi pada bagian tulang yang tipis

pada insisura mastoid (insisura digastrika), selanjutnya pus mengalir di sepanjang m. digastrikus

ke arah dagu, mengisi ruang retromaksilla dan berjalan di sepanjang perjalanan arteri oksipital.

Bila tidak diobati, maka akan terjadi perluasan ke m.sternokleidomastoideus, m.trapezius, dan

m.splenius.1,5

Bezold mendapatkan bahwa bila pus pada otot-otot tersebut mencapai otot-otot pendek

pada leher dalam, maka pus dapat meluas ke prosesus vetebra orakal dua. Pus juga dapat meluas

ke bawah di sepanjang sarung pembuluh darah besar sampai ke ruang previsera, laring, atau

mediastinum. Abses juga dapat mengenai ruang parafaring dan retrofaring akibat perluasan

langsung. Cheesman (1979) yang dikutip oleh Gaffney, melaporkan adanya abses Bezold yang
agak berbeda dengann yang ditulis oleh Bezold. Ia menyebutkan abses Bezold sebagai abses

yang timbul didalam m. sternokleidomastoideus akibat keluarnya pus dari tip mastoid.1,5,6

Bezold membedakan abses ini dari abses subperiosteum dan zigomatikus yang terjadi

akibat destruksi korteks mastoid, yang lebih sering terjadi pada anak-anak.5,6

II. 2. Anatomi

Kavum timpani merupakan suatu rongga yang bagian lateralnya dibatasi oleh membran

timpani, di medial oleh promontorium, di superior oleh tegmen timpani, di inferior oleh bulbus

jugularis dan n. fasialis. Sebelah anterior dibatasi oleh tuba Eustachius, semikanal m. tensor

timpani, arteri karotis dan di posterior dibatasi oleh eminensia piramidalis, aditus ad antrum,

tempat keluarnya korda timpani, fosa inkudis, dan dibaliknya terdapat antrum mastoid.7

Kavum timpani terutama berisi udara yang mempunyai ventilasi ke nasofaring melalui tuba

Eustachius. Menurut ketinggian batas superior dan inferior membran timpani, kavum timpani

dibagi menjadi tiga bagian, yaitu epitimpanum yang merupakan bagian kavum timpani yang

lebih tinggi dari batas superior membran timpani, mesotimpaninum yang merupakan ruangan di

antara batas atas dengan batas bawah membran timpani dan hipotimpanum, yaitu bagian kavum

timpani yang terletak lebih rendah dari batas bawah membran timpani. Di dalam kavum timpani

terdapat tiga buah tulang pendengaran (osikel) dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus dan

stapes.7

Pars mastoid tulang temporal ialah tulang keras yang terletak di belakang telinga. Di dalam

kavum timpani, terdapat rongga seperti sarang lebah yang berisi udara. Rongga-rongga udara ini
(air cells) terhubung dengan rongga besar yang disebut antrum mastoid. Kegunaan air cells ini

adalah sebagai udara cadangan yang membantu gerak normal gendang telinga.7

Gambar 1. Pneumatisasi pada tulang temporal.21

Prosesus mastoid sering disebut juga ujung mastoid (mastoid tip) merupakan suatu tonjolan

di bagian bawah tulang temporal yang dibentuk oleh prosesus zigomatikus di bagian anterior dan

lateralnya, serta pars petrosa tulang temporal di bagian ujung dan posteriornya. Pneumatisasi

mastoid mulai setelah bayi lahir dan hampir lengkap pada usia 3 dan 4 tahun, kemudian

berlangsung terus sampai usia dewasa. Proses pneumatisasi ini bervariasi pada individu,

sehingga terdapat tiga tipe pneumatisasi, yaitu pneumatik, diploik dan sklerotik. Pada tipe

pneumatik, hampir seluruh prosesus mastoid terisi oleh pneumatisasi. Sklerotik tidak terdapat

pneumatisasi sama sekali dan tipe diploik pneumatisasi kurang berkembang. Sel mastoid dapat
meluas ke daerah sekitarnya, dapat sampai ke arkus zigomatikus dan ke pars skuamosa tulang

temporal.7

Formasi abses leher mengikuti anatomi regional. Tip mastoid, pneumatisasi pada dewasa,

terdiri dari sel-sel udara berdinding tipis. Bagian lateral dari prosesus mastoideus terdiri dari

tulang yang lebih tebal dibandingkan dengan dinding bagian medial. Selain itu, bagian lateral

berfungsi sebagai tempat insersi dari m. digastrikus, m. sternokleidomastoideus, m. kapitis

splenius dan m. kapitis longissimus. Bagian lateral yang tebal dari prosesus mastoid dan

pertemuan dari otot leher berfungsi sebagai barier kuat penahan erosi pus di bagian lateral. Pus di

mastoid mengikis melalui area yang tidak kuat yaitu tip mastoid di bagian inferior dan medial.

Dengan demikian, abses terkumpul jauh di dalam otot-otot leher sehingga sulit untuk di deteksi

dini. 8

Gambar 2. M. sternokleidomastoideus.21
II. 3. Epidemiologi

Menurut Mygind (1903), yang dikutip oleh Gaffney, pada era praantibiotik, lebih dari

50% kasus otitis media akut menimbulkan komplikasi mastoiditis. Bezold mendapatkan 20%

kasus mastoiditis berlanjut menjadi abses Bezold. Namun sejak ditemukan antibiotika, kasus

komplikasi otitis media supuratif sangat menurun. Beberapa penulis mendapatkan 0,4% kasus

otitis media berlanjut menjadi mastoiditis.2,5,6

Abses Bezold lebih sering ditemukan pada orang dewasa dengan pneumatisasi sel yang

besar pada tip mastoidnya. Gaffney (1991), menyatakan bahwa sejak tahun 1975-1991 laporan

mengenai abses Bezold sangat jarang, hanya ditemukan sebanyak 7 kasus. 5 Smousha dkk (1989)

selama dua tahun mendapatkan satu kasus abses yang terbatas dalam sarung m.

sternokleidomastoideus dan empat kasus abses leher dalam akibat infeksi telinga (otogenik)

seperti yang diterangkan oleh Bezold. Dari kelima kasus tersebut 2 kasus akibat komplikasi

OMA, 3 kasus akibat komplikasi OMSK yang dihubungkan dengan kolesteatom. 6 Edison (1980)

melaporkan 1 kasus abses Bezold berhubungan dengan berhubungan dengan OMSK, yang

meluas ke ruang supraskapular.9 Pearson (1994) melaporkan 1 kasus abses Bezold yang disertai

komplikasi trombosis sinus lateral.10 Furukawa (1995) melaporkan pula 1 kasus abses Bezold

yang berhubungan dengan kolesteatom.11 Marioni (2001) melaporkan 1 kasus abses Bezold pada

anak berusia 18 bulan. Insidensi abses Bezold di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sangat

jarang. Dari tahun 2006-2008 hanya ada dua kasus abses leher dalam sebagai komplikasi otitis

media supuratif kronik dan salah satunya adalah abses Bezold. 12,13

Sebuah pencarian literatur Inggris antara 2000-2014 menemukan sekitar 17 kasus abses
bezold. Kasus Bezold ditemukan lebih banyak pada orang dewasa (10 dari 17, 55,6%)
dibandingkan pada anak-anak berusia 18 tahun ke bawah (7 dari 17, 44,4%). Hal ini ditemukan
lebih pada laki-laki (11 dari 17, 61%) dibandingkan pada perempuan (6 dari 17, 39%). Pasien
yang memiliki riwayat kolesteatoma atau operasi mastoid sebelumnya tampaknya berisiko tinggi
terkena abses Bezold (6 dari 17, 33,3%).6
Penelitian ini juga menemukan bahwa bakteri yang paling umum ditemukan adalah
bakteri gram positif dan dibutuhkannya ketepatan dalam memilih antibiotik untuk bakteri gram
positif. Secara khusus, spesies streptococcus adalah organisme penyebab yang paling umum
meskipun abses Bezold dapat disebabkan oleh semua jenis organisme. Hampir pada semua
kasus, manajemen standar adalah antibiotik intravena, drainase abses, dan mastoidektomi.
Namun, pada penelitian disimpulkan bahwa perawatan bedah dapat disesuaikan dengan
pneumatisasi tulang mastoid dan perluasan abses leher.13

II. 4. Patogenesis

Sel udara mastoid dilapisi oleh modifikasi mukosa saluran napas. Infeksi mastoid terjadi

setelah infeksi telinga tengah melalui beberapa stadium, yaitu: 5,6,9

(a) Terjadi hiperemia dan edema mukosa yang melapisi sel udara mastoid,

(b) Akumulasi cairan serosa yang kemudian menjadi eksudat purulen,

(c) Demineralisasi dinding seluler dan nekrosis tulang akibat iskemia dan tekanan eksudat

purulen pada tulang septum yang tipis,

(d) Terbentuknya rongga abses akibat destruksi dinding sel udara yang berdekatan, sehingga

terjadi penggabungkan sel udara mastoid (coalescence).

Pada stadium ini terjadi empiema dalam mastoid. Bila pada stadium ini tidak terjadi

penyembuhan, maka pus dapat meluas ke salah satu atau lebih jalan berikut: 5,6

(1) Anterior menuju telinga tengah menuju aditus ad antrum, biasanya terjadi penyembuhan

spontan

(2) Destruksi ke lateral pada korteks mastoid menimbulkan abses subperiosteum


(3) Destruksi pada sisi medial tip mastoid ke insisura digastrika menimbulkan abses Bezold

(4) Ke medial menimbulkan sel udara tulang petrosus menimbulkan petrositis

(5) Ke posterior menimbulkan osteomielitis tulang tengkorak

(6) Dan yang sangat jarang terjadi ialah destruksi pada permukaan luar korteks zygoma,

menimbulkan abses zygoma.

Pada mastoiditis akut sumbatan pada aditus ad antrum dapat terjadi karena edema

mukosa, hipertrofi mukosa, hiperplasia, jaringan granulasi, mukosa polipoid, serpihan tulang

sehingga menghambat aliran pus dari rongga mastoid ke telinga tengah. Akibatnya terjadi

pengumpulan pus di dalam rongga mastoid dan sel-sel mastoid.14

Pada OMSK dengan kolesteatom, sumbatan aditus ad antrum disebabkan oleh adanya

kolesteatom di antrum dan sel mastoid. Hal ini menghambat aliran pus ke telinga tengah dan

liang telinga.14

II. 5. Etiologi

Pneumokokus adalah organisme penyebab abses Bezold. Edison (1980) mendapatkan

Klebsiella sebagai organisme penyebab abses Bezold, pada pasien dengan riwayat otore selama

20 tahun. Smousha (1989) mendapatkan bebrapa organisme penyebab bakteri gram positif,

negatif, anaerob. Furukawa (2001) menemukan Bacteroides dan tiga macam bakteri gram

negatif. 6,9,11

Jika merupakan komplikasi mastoiditis akut maka kuman yang ditemukan sama dengan

kuman penyebab Otitis Media Akut yaitu Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus
influenza, sedangkan jika merupakan komplikasi dari mastoiditis subakut dan kronis, kuman

penyebab Staphylococcus aureus dan gram negatif seperti E. Coli, Proteus dan Pseudomonas.15

II. 6. Diagnosis

Diagnosis abses Bezold ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan

pemeriksaan penunjang.6

II. 6. 1. Anamnesis

Pada anamnesis biasanya didapatkan adanya riwayat otore dan panas tinggi, walaupun

tidak jarang ditemukan kasus dengan suhu normal. Kadang-kadang terdapat trismus dan sukar

menelan akibat tekanan abses pada dinding faring dan tonsil.6

II. 6. 2. Pemeriksaan Klinis

Abses Bezold biasanya ditandai dengan pembengkakan dari tip mastoid sampai

sepanjang m. sternokleidomastoideus, nyeri tekan dengan atau tanpa fluktuasi.6,8

Kadang-kadang sel-sel besar mastoid pada permukaan medial prosesus mastoid meluas

dari insisura digastrika sampai sepanjang bulbus vena jugularis. Destruksi daerah ini

memberikan gambaran klinik yang berbeda, karena pus tidak dapat mencapai permukaan otot,

sehingga tidak ditemukan fluktuasi. Nyeri tekan didaerah leher lebih ringan daripada daerah

mastoid.8
Gambar 2. Pasien dengan pembengkakan di leher dan regio retroaurikular.16

Gambar 3. Cervicotomy dengan drainase sekret purulen.16


Kadang-kadang abses Bezold disertai paresis fasialis akibat tekanan pada foramen

stilomastoideum. Kelainan telinga pada abses Bezold seperti adanya desakan pada dinding liang

telinga posterosuperior dengan perforasi membran timpani dan sekret yang banyak. Kadang-

kadang infeksi liang telinga mengalami perbaikan sehingga tidak ditemukan gambaran

infeksi.6,8,9

Pada pemeriksaan daerah retroaurikuler menunjukkan obliterasi dari sulkus. Nyeri tekan

lebih nyata bila dilakukan pada bagian puncak mastoid.15

II. 6. 3. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan penunjang radiologik mastoiditis akut biasanya didapatkan

perselubungan, sedangkan pada mastoiditis kronis memberikan gambaran sklerotik. Pada

pemeriksaan foto jaringan lunak leher berguna untuk melihat adanya proses patologik pada

ruangan leher dalam. Biasanya menunjukkan penebalan jaringan lunak.15

Pemeriksaan CT scan leher mempunyai nilai diagnosis dan dapat digunakan untuk

rencana terapi. Pada kasus tertentu, CT scan membantu deteksi awal abses yang secara klinis

belum terlihat. CT scan dapat menentukan komplikasi dini, menunjukkan adanya kolesteatom di
kavum mastoid, dan menggambarkan secara cermat daerah leher yang terkena. CT scan juga

membantu ahli bedah dalam merencanakan pendekatan operasi. Oleh karena jalannya pus di

leher bervariasi, maka setiap CT scan sebaiknya dilakukan pada setiap kasus abses leher.5,6,16

Pada pemeriksaan CT scan, didapatkan gambaran opasifikasi di telinga tengah dan

kavitas mastoid. Kadang disertai dengan erosi tulang terutama tip mastoid (Gambar 4A). Abses

ini melibatkan otot-otot yang berdekatan sekitar mastoid dan meluas ke inferior (Gambar 4B).

Pada kasus kronik terdapat reaksi inflamasi osteoblastik kronik, sehingga struktur sel hilang.3

Kultur bakteri dari secret telinga dan abses di leher harus dilakukan untuk menentukan

terapi yang tepat.6

Gambar 4. (A). Potongan axial kontras CT scan memperlihatkan opasifikasi sel udara mastoid

disertai erosi tulang dan proses inflamasi yang agresif. (B). Algoritma jaringan lunak

menunjukkan abses multiloculated melibatkan otot-otot paraspinal.3

II. 7 . Penatalaksanaan

Terapi yang diberikan pada abses bezold meliputi terapi medikamentosa dan operatif.

Bila diagnosis abses Bezold ditegakkan maka antibiotik spektrum luas harus diberikan.

Antibiotik parenteral merupakan terapi andalan. Untuk mendapatkan jenis antibiotik yang sesuai
dengan kuman penyebab,uji kepekaan perlu dilakukan. Namun, pemberian antibiotik

secara parenteral sebaiknya diberikan secepatnya tanpa menunggu hasil kultur pus. Antibiotik

kombinasi (mencakup terhadap kuman aerob dan anaerob, gram positip dan gram negatif) adalah

pilihan terbaik mengingat kuman penyebabnya adalah campuran dari berbagai kuman.

Kombinasi penisilin dengan metronidazole merupakan terapi primer standar. Kloramfenikol

sering digunakan dan mencakup antibiotik spektrum luas, tapi memiliki beberapa efek samping.

Secara empiris kombinasi ceftriaxone dengan metronidazole masih cukup baik. Setelah hasil uji

sensistivitas kultur pus telah didapat pemberian antibiotik dapat disesuaikan.5,6,14

Berdasarkan uji kepekaaan, kuman aerob memiliki angka sensitifitas tinggi terhadap

terhadap ceforazone sulbactam, moxyfloxacine, ceforazone,ceftriaxone, yaitu lebih dari 70%.

Metronidazole dan klindamisin angka sensitifitasnya masih tinggi terutama untuk kuman anaerob

gram negatif. Antibiotik biasanya dilakukan selama lebih kurang 10 hari.17

Berdasarkan literatur, operasi dini umumnya dianjurkan untuk evakuasi abses dengan

drainase pus dari sel mastoid di regio leher dilakukan secara bersamaan. Pendapat lain operasi

dini untuk drainase pus dari leher, kemudian direncanakan operasi untuk penyakit telinga yang

mendasarinya pada saat yang lebih tepat dimana inflamasi telah berkurang.16,18,19

Pada saat dilakukan mastoidektomi, seluruh sel mastoid dibersihkan dengan kuret sampai

destruksi di bagian dalam ditemukan. Insisi pada abses Bezold dilakukan di bawah ujung tulang

mastoid, sejajar dengan tepi anterior m. sternokleidomastoid di sepanjang abses leher.20-24

II. 8. Komplikasi
Abses bezold biasanya menyebar ke dalam substansial m. sternokleidomastoideus dan

terbatas ke servikal posterior dan ruangan perivertebral oleh fasia faringobasilar dan bagian

dalam fasia servikal. Dapat meluas ke karotid, prevertebral, danger dan ruang retrofaringeal.

Dengan memperoleh akses ke dalam ruang danger, abses dapat meluas ke mediastinum atau ke

dalam dasar tengkorak.1,25

Infeksi dapat menyebar ke bawah melalui vena besar untuk sampai ke ruang periviseral,

laring atau mediastinum, menuruni otot –otot kolumna vertebra ke ruang retrofaringeal,

mengikuti a. subklavia menuju ruang suprasternal dan melintasi bagian kontalateral leher.

Bezold juga mengatakan bahwa kematian umumnya terjadi karena adanya perluasan abses di

dasar tengkorak atau pada vertebra yang menyebabkan kompresi otak dan medula spinalis.26-29

II. 9. Prognosis

Pada umumnya, prognosis abses bezold baik apabila didiagnosis secara dini dan

ditangani dengan penanganan yang tepat. Kebanyakan pasien umumnya sembuh total dengan

terapi antibiotik yang adekuat dan intervensi pembedahan dini (10 dari 14 pasien, 71%). 16, 30
BAB III

KESIMPULAN

Abses Bezold merupakan salah satu komplikasi ekstrakranial dari penyakit otitis media

supuratif. Pada era sebelum antibiotika digunakan, abses Bezold merupakan penyebab terbanyak

terjadinya abses leher dalam otogenik., dan setelah era antibiotika maka kejadian abses Bezold

ini menjadi sangat jarang ditemukan. Kejadian kasus ini lebih sering terjadi pada pasien dewasa

dibandingkan dengan anak-anak. Hal ini disebabkan karena pneumatisasi mastoid pada anak-

anak yang belum sempurna. Adanya infeksi di telinga tengah akan diikuti juga peradangan dan

penipisan pada daerah mastoid.

Diagnosis abses Bezold dapat ditegakkan berdasarkan temuan dari anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Perjalanan penyakit ini berlangsung lama dan

sulit untuk dideteksi secara dini karena lokasi yang tertutup oleh jaringan otot yang padat

sehingga tidak dapat diraba dari luar.


Pengobatan abses Bezold meliputi terapi medikamentosa dan operatif. Dengan pemberian

antibiotik spektrum luas, drainase pus dari kavum mastoid dan leher dan perencanaan operasi

untuk penyakit telinga yang mendasarinya membuat prognosis menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Chen Yao L, Ng Shu, Wong Mun, et al. Otogenic deep neck abscess: a rare

complication of cholesteatoma with acute mastoiditis. Chin J Radiol 2002; 27: 251-6

2. Spiegel JH, Lustig LR, et al. Contemporary presentation and management of a

spectrum of mastoid abscess. The laryngoscope 1998;108:822-8

3. Nhat M. Doan, MD, Charles Levy, MD, Ziad Deeb, MD, Daniel R. Lucey, MD,

MPH. Bezold Abscess: A complication of mastoiditis Diunduh dari

http://www.medscape.com/viewarticle/463782_3. [Diakses tanggal 7 November

2011].

4. Acuin, Jose. Chronic Sppurative Otitis Media. BMJ Clinical Evidence. London;

January 2007

5. Gaffney RJ, Dwyer TPO, Maguire AJ. Bezold’s abscess. The Journal of Laryngology

and Otology 1991; 105:765-6

6. Smouha EE, Levenson MJ, Anand VK. Modern Presentation of Bezold’s Abscess.

Arch Otolaryngology Head Neck Surgery 1989;115:1126-9


7. Helmi. Anatomi bedah regio temporal. Otitis media supuratif kronis, pengetahuan

dasar, terapi medik, masoidektomi, timpanoplasti. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;

2005. h. 4-12.

8. Doan NM, Levy C, et al. Bezold’s abscess: a complication of mastoiditis. Infect Med

2003.

9. Edison B. Bezold abscess with extension to the suprascapular space. Otolaryngology

Head Neck Surgery. 1980;88:236-39

10. Pearson CR, Riden DK. Two cases of lateral sinus thrombosis presenting with

extracranial head abd neck abscesses. The Journal of Laryngology and Otology.

1994;108:779-82

11. Furukawa. Acase of Bezold’s abscess associated with cholesteatom. Nippon

Jibinkoka Gankai Kaiho. 1992;95:1901-5

12. Maroni G, Fillipis C, Tregnaghi A, Marchese Ragona R, Stafieri A. Bezold’s abscess

in children: case report and review of the literature. Int J Pediatric Otorhinology

2001;61:173-7

13. Pulungan MR. Pola Kuman abses leher dalam. Diunduh

darihttp://www.scribd.com/doc/48074146/POLA-KUMAN-ABSES-LEHER-

DALAM-Revisi. [Diakses tanggal 7 Novemver 2011]

14. Harris JP. Darrow DH. Complications of Chronic Otitis Media. In Schuknecht HF,

Nadol HF. Surgery of the ear and temporal bone. New York: Raves Press; 1993. p.

171-83

15. Shaumbaugh, Glassock. The simple mastoid operation surgery of the ear. 4th ed.

Philadelphia: Saunders; 1990. p.217-21


16. Bezold Abscess: case report and literature review. Diunduh dari

http://apps.eistein.br/revista/arquivos/pdf. [Diakses tanggal 17 Februari 2012]

17. Deep Neck Space Infections (updated 08/06). Diunduh dari

http://www.entnyc.com/coclia_deep.pdf. [Diakses tanggal 17 Februari 2012]

18. Al-Serhani AM. Mastoid Abscess: Underlying Disease and Management. The

American Journal of Otology. 1996;17:694

19. Bellenger WL, Bellenger HC, Bellenger JJ. Surgery of the middle ear and mastoid.

Disease of the Nose Throat and Ear. 9th ed. Philadelphia: Lea and Febringer;1947. p.

689-736.

20. Castillo M, Albernaz VS, Mukherji SK, Smith MM, Weissman JL. Imaging of

Bezold’s abscess. AJR 1998; 171: 1491-5

21. Abdullah Onul Goksel, dkk, 2014, Bezold’s Abscess Secondary To Cronic Otitis

Media Case Report, Journal Of Contenmporary Medicine, di akses 14 Oktober 2015.

http://www.scopemed.org/fulltextpdf.php?mno=45518.

22. Ameya Bihani, Jyoti P. Dabholkar, 2015, A Rare Case Of Bezold’s Abscess

Presenting As Parapharyngeal Abscess, International Journal Of

Otorhinolaryngology And Head And Neck Surgery.

www.ijorl.com/index.php/ijorl/article/download/56/13.

23. Dian Putri , 2015, Abses Bezold, Doc Slide , diakses 15 oktober 2015,

www.dokumen.tips/documents/refrat-abses-bezold.html.

24. Hugo Valter Lisboa Ramos, 2015, Bezold’s Abscess : Case Report And Literature

Review, Universi Dade Federal De Goias. Di akses 14 oktober 2015.


http://www.researchgate.net/publication/237752016_Bezold's_abscess_case_report_a

nd_literature_review_Abscesso_de_Bezold_relato_de_caso_e_reviso_de_literatura.

25. I.M. Vlastos, dkk, 2015, Acute Mastoiditis Complicated With Bezold Abscess,

Sigmoid Inus Trombosis And Ocipital Osteomiyelitis In A Child, European Review

For Medical And Pharmacological Sciences.

http://www.researchgate.net/publication/45648041_Acute_mastoiditis_complicated_

with_bezold_abscess_sigmoid_sinus_thrombosis_and_occipital_osteomyelitis_in_a_

child.

26. Jason .A. Mckellop, dkk, 2010, Emergency Head And Neck Radiology: Neck

Infections, Med Scape Multi Specialty, www.medscape.com/newarticle/729323-4.

27. Konstantina M. Stankovic, dkk, 2013, Case 2-2013:bA 20-Year-Old Man With

Recurrent Ear Pain, Fever, Headache, The New England Journal Of Medicine,

diakses 7 0ktober 2015. http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcpc1200089.

28. Meenesh R. Juvekar, 2012, Ear Bezold’s Abscess , diakses 15 oktober 2015,

www.specialist-ent.com/default.spx

29. Reza Javad Rashid, dkk, 2013, A Case Of Bezold’s Abscess With An Unusual

Extension To The Upper Thorax, Journal Of Clinical And Analitical

Medicine.http://www.researchgate.net/publication/266419579_A_Case_of_Bezold's_

Abscess_with_an_Unusual_Extension_to_the_Upper_Thorax.

30. Viresh Arora, 2015, Bezold’s Fistula: An Unusual Presentation OfCholeosteatoma,

Indian Journal Of Otollogy, Vol.21. Issue. http://www.indianjotol.org/article.asp?

issn=09717749;year=2015;volume=21;issue=1;spage=67;epage=71;aulast=Arora.

Anda mungkin juga menyukai