Anda di halaman 1dari 73

Laporan Kasus Home Visite

PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA PADA


PASIEN HIPERTENSI DI LINGKUNGAN KLINIK
DOKTER KELUARGA UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Oleh:
Iftitah Jasmine Hayat, S.Ked
71 2019 095

Pembimbing:
dr. Putri Rizki Amalia Badri, MKM

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus
Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Pasien Hipertensi di Lingkungan
Klinik Dokter Keluarga Universitas Muhammadiyah Palembang

Oleh:
Iftitah Jasmine Hayat, S.Ked
71 2019 095

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang/Klinik Dokter Keluarga
periode 20 September 2021 s.d. 2 Oktober 2021.

Palembang, September 2021


Menyetujui

dr. Putri Rizki Amalia Badri, MKM

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Pasien Hipertensi Di Lingkungan Klinik
Dokter Keluarga Universitas Muhammadiyah Palembang”. sebagai salah satu
syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu
Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang/Klinik Dokter Keluarga. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya
sampai akhir zaman.
Saya menyadari bahwa dalam proses menyelesaikan laporan ini banyak
kendala yang dialami, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak dan berkah Allah SWT sehingga kendala tersebut dapat diatasi. Saya
ucapkan banyak terima kasih kepada Pembimbing, yaitu dr. Putri Rizki Amalia
Badri, MKM yang telah membantu penyelesaian laporan ini.
Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka
dengan segala kerendahan hati, Saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis ini.
Akhir kata, Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, Juli 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...............................................................................1
1.2. Tujuan............................................................................................2
1.3. Manfaat..........................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi.......................................................................................4
2.1.1. Definisi.................................................................................4
2.1.2. Klasifikasi............................................................................4
2.1.3. Epidemiologi........................................................................8
2.1.4. Faktor Risiko........................................................................9
2.1.5. Patofisiologi.........................................................................11
2.1.6. Manifestasi Klinis................................................................16
2.1.7. Diagnosis.............................................................................16
2.1.8. Tatalaksana..........................................................................19
2.1.9. Komplikasi...........................................................................31
2.2 Pendekatan Kedokteran Keluarga..................................................35
2.2.1. Definisi Dokter Keluarga.....................................................35
2.2.2. Karakteristik Dokter Keluarga.............................................35
2.2.3. Azaz Pelayanan Dokter Keluarga........................................38
2.2.4. Peran Keluarga dalam Kesehatan........................................39
2.2.5. Bentuk dan Fungsi Keluarga................................................39
2.2.6. Klasifikasi Tingkat Kesejahteraan Keluarga.......................40
2.2.7. APGAR Score......................................................................41

iv
v

BAB III LAPORAN KASUS


3.1. Identitas..........................................................................................32
3.2. Anamnesis......................................................................................32
3.3. Pemerikasan Fisik..........................................................................37
3.4. Analisis Kunjungan Rumah...........................................................40
3.5. Identifikasi Fungsi Keluarga..........................................................42
3.6. Identifikasi Lingkungan Rumah....................................................44
3.7. Konseling Keluarga.......................................................................46
3.8. Daftar Masalah dan Pembinaan Keluarga.....................................47
3.9. Saran dan Masukan........................................................................47
3.10. Pemantauan dan Evaluasi..............................................................48
3.11. Diagnostik Holistik........................................................................48
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................60
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................62
LAMPIRAN .................................................................................................64
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang sering disebut


silent killer karena pada umumnya pasien tidak mengetahui bahwa mereka
menderita penyakit hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.
Selain itu penderita hipertensi umumnya tidak mengalami suatu tanda atau
gejala sebelum terjadi komplikasi.1
Menurut data WHO, di seluruh dunia pada tahun 2016 sekitar 972
juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia menderita hipertensi, angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta
pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya
berada di negara berkembang, termasuk Indonesia.2 Penyakit terbanyak pada
usia lanjut berdasarkan RISKESDAS tahun 2018 adalah hipertensi dengan
prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65 tahun,74%
dan 63,8% pada usia ≥ 75 tahun.3
Berdasarkan
data RISKESDAS tahun 2018, prevalensi penyakit
hipertensi di Indonesia yaitu sebesar 34,1% angka ini mengalami kenaikan
dari tahun 2013 yaitu sebesar 25,8 %. Hal ini menandakan bahwa sebagian
besar kasus hipertensi dimasyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau
pelayanan kesehatan. Menurut data RISKESDAS tahun 2018, prevalensi
penyakit hipertensi di Sumatera Selatan yaitu sebesar 30,4%, tetapi yang
terdiagnosis dan/atau riwayat minum obat yaitu 6,6 %.3
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membahas
masalah ini dalam sebuah laporan kasus ilmiah. Mengingat jumlah penderita
Hipertensi terus meningkat dan komplikasinya, maka upaya yang paling baik
dilakukan adalah dengan pendekatan kedokteran keluarga menerapkan
pencegahan, penanggulangan dan pengobatan penyakit Hipertensi yang
sesuai prinsip kedokteran keluarga.

1
2

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami penanganan penyakit Hipertensi
dengan melakukan pendekatan pelayanan dokter keluarga.

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Memahami cara pencegahan penyakit Hipertensi.
2. Mengidentifikasi masalah-masalah pada pasien secara holistik.
3. Melakukan tatalaksana kasus Hipertensi pada pasien secara
komprehensif.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1. Manfaat Teoritis
1. Bagi institusi, diharapkan laporan kasus ini dapat menambah
bahan referensi dan studi kepustakaan tentang penatalaksanaan
kasus melalui pendekatan kedokteran keluarga.
2. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan laporan kasus ini dapat
dijadikan sebagai landasan atau acuan dalam penulisan laporan
kasus selanjutnya.

1.3.2. Manfaat Praktis


Bagi dokter muda, diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan
sebagai sarana untuk melatih keterampilan dan menambah
pengalaman dalam pelayanan kesehatan dengan menerapkan prinsip-
prinsip kedokteran keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi
2.1.1. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan


darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari
90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit
dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang
berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan
kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner)
dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan
mendapat pengobatan yang memadai.4,5
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
diatas 90 mmHg. Pada lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik diatas 160 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90
mmHg.5

2.1.2. Epidemiologi
Prevalensi dunia memperkitakan terdapat 1 milyar individu yang
mengalami hipertensi. Menurut American Heart Association, penduduk
Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai
angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak
diketahui penyebabnya. Jumlah penderita hipertensi di Indonesia sebanyak
70 juta orang (28%), dan hanya 24% diantaranya merupakan hipertensi
terkontrol.2,3,4

53
4

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 prevalensi


hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah
sebesar 31,7% dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskuler lebih
banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki.1 Tingginya prevalensi
hipertensi melibatkan banyak faktor baik faktor internal seperti jenis
kelamin, umur, genetik, stress, obesitas dan faktor eksternal seperti pola
makan, kebiasaan olahraga, merokok, alkohol dan lain-lain.4

2.1.5. Klasifikasi
American Heart Association (AHA) mengklasifikasikan hipertensi
menjadi 4 kelompok: 4

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Sistolik Diastolik (mmHg)


(mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertesi 120-139 80-89
Hipertensi stadium I 140-159 90-99
Hipertensi stadium II ≥ 160 ≥ 100

BerdaBerdasarkan etiologinya, hieprtensi dibagi menjadi dua, yaitu:6,7

1. Hipertensi Primer, yaitu hipertensi primer adalah hipertensi yang


tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Jenis hipertensi ini meliputi
90% dari seluruh kasus hipertensi. Meskipun penyebab pastinya tidak
diketahui, terdapat beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan
terjadinya hipertensi primer, seperti genetik, laki-laki berusia ≥ 35
tahun, menopause, diet tinggi garam atau lemak, obesitas, merokok,
stress dan alkohol.
5

2. Hipertensi Sekunder, yaitu hipertensi sekunder adalah peningkatan


tekanan darah disebabkan kelainan organik lain, misalnya gagal
ginjal kronik, hipertiroid, gagal jantung, dan tumor adrenal.

2.1.6. Faktor Risiko

Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor


genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat
dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi.8

1. Usia
Usia mempengaruhi faktor risiko terkena hipertensi dengan kejadian
paling tinggi pada usia 30-40 tahun.
2. Jenis Kelamin
Komplikasi hipertensi meningkat pada seseorang dengan jenis kelamin
laki- laki.
3. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan hipertensi memberikan risiko terkena
hipertensi sebanyak 75%.
4. Obesitas
Meningkatnya trigliserida atau kolesterol meninggikan risiko terjadinya
hipertensi.
5. Serum Lipid
Meningkatnya berat badan pada masa anak atau usia pertengahan akan
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi.
6. Diet
Meningkatnya risiko dengan diet sodium tinggi, risiko meninggi pada
masyarakat industri dengan tinggi lemak, diet tinggi kalori.
7. Merokok
Risiko terjadinya hipertensi dihubungkan dengan jumlah rokok dan
lamanya merokok.
8. Stress
6

Stress dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang pendek,


tetapi kemungkinan bukan penyebab meningkatnya tekanan darah
dalam waktu yang panjang

9. Aktivitas Fisik
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tekanan darah.

2.1.7. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh

darah
terletak pada pusat vasomotor pada medula di otak. Dari vasomotor
tersebut bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda
spinalis dan keluar melalui kolumna medulla spnalis ke ganglia simpatis
di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin
yang akan merangsang serabut pasaca ganglion ke pembuluh darah,
dilepaskannya norepineprin akan mengakibatkan kontriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan, dan ketakutan akan
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasomotor.7

Pada saat bersamaan dimana sistem simpatis merangsang


pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan bertambahnya aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal juga sekresi epineprin yang menyebabkan
konstriksi.korteks adrenal mensekresi kortisol yang juga berperan pada
vasokonstriksi. Vasokontriksi pada pembuluh darah renal menyebabkan
insufiensi aliran darahke renal yang menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudia diubah menjadi
angiotensin II yang menyebabkan vasokrontriktor kuat.hal ini merangsang
7

pengeluaran aldosteron oleh korteks adrenal yang menyebabkan retensi


natrium di tubulus ginjal yang meningkatkan retensi cairan dalam
tubuh.semua faktor tersebut cenderung menyebabkan hipertensi Pada
lansia, perubahan struktur dan fungsi pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah yang akan menunkan kemampuan
distensi daya regang pembuluh darah.7

2.1.8. Diagnosis

Pada umumnya penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan.


Hipertensi adalah the silent killer. Penderita baru mempunyai keluhan
setelah mengalami komplikasi sesuai organ terkait yang dirusak. Penilaian
awal diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik, darah rutin, spesimen
pagi dan EKG 12-lead saat istirahat.9,10
Anamnesis:10
- Durasi hipertensi
- Riwayat terapi hipertensi sebelumnya dan efek sampingnya bila ada
- Riwayat hipertensi dan kardiovaskular pada keluarga
- Kebiasaan makan dan psikososial
- Faktor risiko lainnya: kebiasaan merokok, perubahan BB, dyslipidemia,
diabetes, inaktivitas fisik.
- Bukti hipertensi sekunder: riwayat penyakit ginjal, perubahan
penampilan, kelemahan otot, tidur tidak teratur, mengorok, somnolen di
siang hari, gejala hipo- atau hipertiroidisme, riwayat konsumsi obat
yang dapat menaikkan tekanan darah.
- Bukti kerusakan organ target: riwayat TIA, stroke, buta sementara,
penglihatan kabur tiba-tiba, angina, infark miokard, gagal jantung,
disfungsi seksual.
Pemeriksaan fisik:
- Pengukuran TB dan BB, tanda vital
8

- Auskultasi pengukuran TD
- Palpitasi leher apabila terdapat pembesaran kalenjar tiroid
- Palpasi pulsasi arteri femoralis, pedis
- Auskultasi bruit karotis dan abdomen

2.1.9. Pemeriksaan Penunjang10


Urinalisis, tes fungsi ginjal, ekskresi albumin, serum BUN,
kreatinin, gula darah, elektrolit, profil lipid, foto thoraks, EKG; sesuai
penyakit penyerta: asam urat, aktivitas renin plasma, aldosterone,
katekolamin urin, USG pembuluh darah besar, USG ginjal, dan
ekokardiografi.

2.1.10. Tatalaksana
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
• Target tekanan darah <150/90, untuk individu dengan diabetes,
gagal ginjal, dan individu dengan usia >60 tahun <140/90
• Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
1) Modifikasi gaya hidup

Gambar 2.1. Modifikasi Gaya Hidup pada Hipertensi.10

2) Follow-up pengukuran TD
9

Gambar 2.2. Follow-up Pengukuran TD.10

3) Pemberian B blocker pada pasien unstable angina/ non-


ST elevated myocardial infark (NSTEMI) atau STEMI
harus memperhatikan kondisi hemodinamik pasien. B
blocker hanya diberikan pada kondisi hemodinamik
stabil.
4) Pemberian ACE-1 atau angiotensin receptor blocker
(ARB) pada pasien NSTEMI atau STEMI apabila
hipertensi persisten, terdapat infark miokard anterior,
disfungsi ventrikel kiri, gagal jantung, atau pasien
menderita diabetes dan PJK.
5) Pemberian antagonis aldosterone pada pasien disfungsi
ventrikel kiri bila terjadi gagal jantung berat
10

Gambar 2.3. Penatalaksanaan Hipertensi.5

Non – farmakologis :
Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan
garam tidak lebih dari 6 gram/hari, menurunkan berat badan, menghindari
minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olahraga juga
dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging,
bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 x per minggu.
Penting juga untuk cukup istirahat (6-8jam) dan mengendalikan stress.
Untuk pemilihan serta penggunaan obat-obatan hipertensi disarankan
untuk berkonsultasi dengan dokter keluarga anda.
Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh
penderita hipertensi adalah:
1) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru,
minyak kelapa, gajih).
2) Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium
(biscuit, crackers, keripik dan makanan kering yang asin).
3) Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran
serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
4) Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan
asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5) Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6) Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal,
tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung
garam natrium. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti
durian, tape.7

2.1.10. Komplikasi
Apabila hipertensi tidak ditangani secara adekuat. Maka akan
11

menimbulkan beberapa komplikasi, yaitu:6,7

a. Penyakit jantung koroner dan arteri


Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan
semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi
sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras
b. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena
tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah
yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh
darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang berakibat kematian.
Stroke juga dapat terjadi akibat smbatan dari gumpalan darah yang
macet di pembuluh darah yang sudah menyempit.
c. Penyakit jantung kongestif
Penyakit jantung kongestif (Congestif Heart Failure) adalah kondisi
dimana jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan
tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung dan sistem
konduksi jantung.
d. Kerusakan Ginjal
Hipertensi dapat meyempitkan dan menebalkan aliran darah yang
menunjuk ginjal. Yang berfungsi sebagai penyaring kotoroan tubuh.
Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring darah lebih sedikit
cairan dan membuangnya kembali ke darah. Gagal ginjal dapat terjadi
dan diperlukan cangkok ginjal baru.
e. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata,
sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur dan kebutaan.8

2.1.11. Pencegahan
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan adalah:6,7
a. Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan
memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan
12

manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti


menghindari diabetes dan dislipidemia.
b. Mengurangi asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi garam dan
lemak merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak
jarang pula pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan
cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak
jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis
obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan
untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari
c. Olah raga. Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 –60
menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan
tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk
berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk
berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas
rutin mereka di tempat kerjanya.
d. Mengurangi konsumsi alkohol. Walaupun konsumsi alkohol belum
menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi alkohol
semakin hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan
pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alcohol
lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita,
dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau
menghentikan konsumsi alcohol sangat membantu dalam penurunan
tekanan darah.
e. Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti
berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok
merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan
pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.
13

2.2. Pendekatan Kedokteran Keluarga


2.2.1 Definisi
Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan
pelayanan komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan
kedokteran dan mengatur pelayanan oleh provider lain bila diperlukan.
Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua orang yang
membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, gender,
ataupun jenis penyakit.16
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang
menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu
unit, di mana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak
dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien, juga tidak boleh oleh
organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja. 16
Adapun ciri – ciri profesi dokter keluarga sebagai berikut.
a. Mengikuti pendidikan dokter sesuai standar nasional;
b. Pekerjaannya berlandaskan etik profesi;
c. Mengutamakan panggilan kemanusiaan daripada keuntungan;
d. Pekerjaannya legal melalui perizinan;
e. Anggota – anggotanya belajar sepanjang hayat;
f. Anggota – anggotanya bergabung dalam suatu organisasi profesi;
g. Melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang,
melainkan sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota
masyarakat sekitarnya;
h. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna,
jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang di sampaikan;
i. Mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat
seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta
mengobati sedini mungkin;
j. Mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya; dan
14

k. Menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat


pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.

2.2.2 Karakteristik Pelayanan Kedokteran Keluarga


Pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa karakteristik salah
satunya menurut Ikatan Dokter Indonesia melalui Muktamar ke-18 di
Surakarta sebagai berikut. 16
1. Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang per orang, tetapi
sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat
sekitarnya.
2. Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna,
jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang disampaikan.
3. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan
mengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin.

4. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan


dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.
5. Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat
pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.
Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan
pelayanan komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan
kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh provider lain bila diperlukan.
Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua orang yang
membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, gender,
ataupun jenis penyakit. Dikatakan pula bahwa dokter keluarga adalah dokter
yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup
komunitas dari individu tersebut. Tanpa membedakan ras, budaya, dan
tingkatan sosial. Secara klinis, dokter ini berkompeten untuk menyediakan
pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan memerhatikan latar
15

belakang budaya, sosioekonomi, dan psikologis pasien. Dokter ini


bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan
berkesinambungan bagi pasiennya.
Menurut WONCA (1991) dokter keluarga adalah dokter yang
mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua orang yang
mencari pelayanan kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh provider lain
bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua
orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan
usia, gender, ataupun jenis penyakit. Dikatakan pula bahwa dokter keluarga
adalah dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan
dalam lingkup komunitas dari individu tersebut. Tanpa membedakan ras,
budaya, dan tingkatan sosial. Secara klinis, dokter ini berkompeten untuk
menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan
memerhatikan latar belakang budaya, sosioekonomi, dan psikologis pasien.
Dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang
komprehensif dan berkesinambungan bagi pasiennya. 18
Menurut The American Academy of Family Physician (1969),
pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh
yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, di mana
tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh
golongan umur atau jenis kelamin pasien, juga tidak boleh oleh organ tubuh
atau jenis penyakit tertentu saja. 16
Pelaksana pelayanan dokter keluarga dikenal dengan dokter keluarga
(family doctor, family physician). Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
mendefinisikan dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada
keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit
tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif,
tapi bila perlu aktif mengunjungi penderita dan keluarganya.13
Sedangkan Kolese Dokter Indonesia menterjemahkan secara kimiawi
sebagai berikut:14
16

1. Dokter keluarga adalah dokter yang dididik secara khusus untuk


bertugas di lini terdepan sistem pelayanan kesehatan, bertugas
mengambil langkah awal penyelesaian semua masalah yang mungkin
dipunyai pasien.
2. Melayani individu dalam masyarakat tanpa memandang jenis
penyakitnya ataupun karakter personal dan sosialnya dan
memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia dalam sistem
pelayanan kesehatan untuk semaksimal mungkin kepentingan pasien.
3. Berwenang secara mandiri melakukan tindak medis mulai dari
pencegahan, diagnosis, pengobatan, perawatan dan asuhan paliatif,
menggunakan dan memadukan ilmu-ilmu biomedis, psikologi medis
dan sosiologi medis.
Dalam menetapkan masalah serta faktor yang mempengaruhi,
digunakan konsep Mandala of Health. Dipahami bahwa dokter tidak dapat
melihat pasien hanya fisiknya saja. Karena setiap manusia juga terdiri dari
fisik, jiwa dan spiritnya. Setiap manusia tinggal bersama manusia lain dan
juga berinteraksi dengan lingkungannya (fisik, tempat tinggal, pekerjaan,
lingkungan sosial, budaya dan sebagainya). Karena itu pada saat pasien
mengeluh gangguan kesehatan, perlu dikaji faktor-faktor disekitarnya yang
mungkin memicu atau menyebabkan gejala tersebut muncul selain
kemungkinan masalah pada biomediknya.
Pendekatan penegakan diagnosis berupa pendekatan multi aspek, yaitu:
Diagnosis holistik, terdiri dari:
1. Aspek 1 (aspek individu): keluhan utama, harapan, kekhawatiran pasien
ketika datang
2. Aspek 2 (aspek klinik): diagnosis klinis dan diagnosis bandingnya
3. Aspek 3 (aspek internal): faktor internal pasien yg memicu
penyakit/masalah kesehatannya, (misal: usia, perilaku kesehatan,
persepsi kesehatan, dan sebagainya).
4. Aspek 4 (aspek eksternal pasien): dokter menulis (keadaan keluarga,
lingkungan psikososial & ekonomi keluarga, keadaan lingkungan
17

rumah& pekerjaan yang memicu atau menjadi hazsard pada


penyakit/masalah ini atau kemungkinan dapat menghambat
penatalaksanaan penyakit/masalah kesehatan yang ada
5. Aspek 5 (aspek fungsional): dokter menilai derajat fungsional pasien
pada saat ini.
Begitu pula pada saat perencanaan penatalaksanaan masalah kesehatan,
dengan memperhitungkan faktor-faktor disekitar pasien, dokter perlu
memiliki perencanaan pencegahan mulai dari pencegahan primer, sekunder,
tersier untuk pasien dan keluarganya.

Gambar2.3 .The Mandala of Health; A model of human ecosystem

2.2.3 Azas-Azas atau Prinsip-Prinsip Pelayanan Kedokteran Keluarga


Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti
anjuran WHO dan WONCA. Prinsip-prinsip ini juga merupakan simpulan
untuk dapat meningkatkan kualitas layanan dokter primer dalam
melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip pelayanan atau pendekatan
kedokteran keluarga adalah memberikan atau mewujudkan sebagai berikut:14
1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
Pelayanan holistik (menyeluruh) dilaksanakan pelayanan kesehatan yang
meliputi semua aspek kehidupan pasien sebagai manusia seutuhnya yang
meliputi aspek-aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
18

Sedangkan, komprehensif (paripurna) yaitu tersedianya semua langkah-


langkah pelayanan kesehatan yaitu promotif (peningkatan dan
pembinaan), preventif (pencegahan dan perlindungan khusus), kuratif
(deteksi dini dan tindakan segera), Pencegahan cacat lebih lanjut
(disability limitation), dan rehabilitatif (pemulihan, pengendalian,
evaluasi) dengan memerhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan
medicolegal etika kedokteran.

2. Pelayanan yang kontinu.


Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan
berkesinambung, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara
efektif efisien, proaktif dan terus-menerus demi kesehatan pasien.
Meliputi pelayanan proaktif, rekam medis bersinambung, pelayanan
efektif-efisien, dan pendampingan.
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan.
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk menggunakan segala
kesempatan dalam menerapkan pencegahan masalah kesehatan pada
pasien dan keluarganya. Prinsip pencegahan memiliki multi aspek,
termasuk mencegah penyakit menjadi lebih berat, mencegah orang lain
tertular, pengenalan faktor resiko dari penyakit, dan promosi kesehatan
(gaya hidup sehat). Pencegahan juga termasuk mengantisipasi masalah-
masalah yang mungkin mempunyai efek terhadap kesehatan emosional
pasien dan keluarganya. Hal ini meliputi melayani KIA/KB, vaksinasi,
mendiagnosis dan mengobati penyakit sedini mungkin,
mengkonsultasikan atau merujuk pasien pada waktunya, dan mencegah
kecacatan.
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif.
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain
merupakan kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses
penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas program
19

dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran baik


formal ataupun informal.
5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya.
Seorang dokter keluarga memandang pasiennya sebagai bagian dari
keluarganya dan memahami pengaruh penyakit terhadap keluarga dan
pengaruh keluarga terhadap penyakit. Dokter keluarga juga mengenali
keluarga yang berfungsi baik dan keluarga yang disfungsi.
 Titik awal (entry point) pelayanan Dokter Keluarga adalah individu
seorang pasien.
 Unit terkecil yang dilayaninya adalah individu pasien itu sendiri
sebagai bagian integral dari keluarganya.
 Seluruh anggota keluarga dapat menjadi pasien seorang Dokter
Keluarga akan tetapi tetap dimungkinkan sebuah keluarga
mempunyai lebih dari satu dokter keluarga.
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya.
Pekerjaan, budaya, dan lingkungan adalah aspek-aspek dalam komunitas
(masyarakat) yang dapat mempengaruhi penatalaksanaan seorang pasien.
Berbagai pihak dalam masyarakat dapat digunakan oleh dokter keluarga
dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yg optimal. Selalu
mempertimbangkan pengaruh keluarga, komunitas, masyarakat dan
lingkungannya yang dapat mempengaruhi penyembuhan penyakitnya.
Memanfaatkan keluarga, komunitas, masyarakat dan lingkungannya
untuk membantu penyembuhan penyakitnya.
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum.
Mempertimbangkan etika dalam setiap tindak medis yang dilakukan pada
pasien, ,meminta ijin pada pasien untuk memberitakan penyakitnya
kepada keluarganya atau pihak lain, dan menyadari bahwa setiap
kelalaian dalam tindakannya dapat menjadi masalah hukum.
8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan.
20

Rekam medís yang lengkap dan akurat yang dapat dibaca orang lain yang
berkepentingan.
 Menyediakan SOP untuk setiap layanan medis.
 Belajar sepanjang hanyat dan memanfaatkan EBM (Evidence Based
Medicine) serta menggunakannya sebagai alat untuk merancang
tindakan medis dan bukan sebagai pembuat keputusan.
 Menyadari keterbatasan kemampuan dan kewenangan.
 Menyelenggarakan pertemuan ilmiah rutin membahas berbagai
kasus sambil mengaudit penatalaksanaannya.
9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu.
Mempertimbangkan segi “cost-effectiveness” dalam merancang tindakan
medis untuk pasiennya.
 Mampu mengelola dan mengembangkan secara efisien dengan
neraca positif sebuah klinik Dokter Keluarga dengan tetap menjaga
mutu pelayanan kesehatan
 Mampu bernegosiasi dengan pelayanan kesehatan yang lain (Rumah
Sakit, Apotik, Optik dan lain-lain) secara berimbang sehingga
tercapai kerjasama yang menguntungkan semua pihak khususnya
pasien.
 Mampu bernegosiasi dengan perusahaan asuransi kesehatan secara
serasi dan selaras sehingga tercapai kerjasama yang menguntungkan
semua pihak khususnya pasien.

2.2.4 Pengaruh Keluarga Terhadap Kesehatan


1. Penyakit keturunan
a. Interaksi antara faktor genetik (fungsi reproduksi) dan faktor
lingkungan (fungsi-fungsi keluarga lainnya).
b. Muncul dalam perkawinan (tahap awal dan siklus kehidupan
keluarga).
c. Perlu marriage counseling dan screening
2. Perkembangan bayi dan anak
21

Jika dibesarkan dalam lingkungan keluarga dengan fungsi-fungsi


yang sakit akan mengganggu perkembangan fisik dan perilaku.
3. Penyebaran penyakit
a. Penyakit infeksi
b. Penyakit neurosis

4. Pola penyakit dan kematian


Hidup membujang atau bercerai mempengaruhi angka kesakitan
dan kematian.
5. Proses penyembuhan penyakit
Penyembuhan penyakit kronis pada anak-anak pada keluarga
dengan fungsi keluarga yang sehat lebih baik dibandingkan pada
keluarga dengan fungsi keluarga sakit.

2.2.5 Klasifikasi Tingkat Kesejahteraan Keluarga


Tahapan keluarga sejahtera dibedakan atas 5 tingkatan sebagai berikut.17
1. Keluarga pra sejahtera
Keluarga-keluarga yang belum dapat memenui kebutuhan dasarnya
secara minimal, seperti kebutuhan agama, pangan, sandang, papan,
kesehatan, dan keluarga berencana.
2. Keluarga sejahtera tahap I
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial
psikologisnya, seperti kebutuhan akan pendidikan, interaksi dalam
keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
3. Keluarga sejahtera tahap II
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
sosial-psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan
22

kebutuhan pengembangannya, seperti kebutuhan untuk menabung dan


informasi.
4. Keluarga sejahtera tahap III
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebuthan fisik,
sosial-psikologis, dan pengembangan, namun belum dapat memberikan
sumbangan secara teratur kepada masyarakat sekitarnya, misalnya dalam
bentuk sumbangan materil dan keuangan, serta secara aktif menjadi
pengurus lembaga di masyarakat yang ada.
5. Keluarga sejahtera tahap III plus
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya
serta memiliki kepedulian dan kesertaan yang tinggi dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarga disekitarnya.

2.2.6 Penentuan Sehat/Tidaknya Keluarga (APGAR)


Tingkat kepuasan anggota keluar dapat dinilai dengan APGAR
keluarga. APGAR keluarga merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mengukur sehat tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rosen,
Geyman, dan Leyton. Lima fungsi pokok yang dinilai dalam tingkat
kesehatan keluarga sebagai berikut.16
1. Adaptasi (Adaptation)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang
diperlukannya dan anggota keluarga lainnya.
2. Kemitraan (Partnership)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap berkomunikasi, turun
rembuk dalam mengambil keputusan dan atau menyelesaikan suatu
masalah yang sedang dihadapi dengan anggota keluarga lainnya.
3. Pertumbuhan (Growth)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang
diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan atau
kedewasaan setiap anggota keluarga.
4. Kasih sayang (Affection)
23

Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta


interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga.
5. Kebersamaan (Resolve)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam
membagi waktu, kekayaan, dan ruang antar keluarga.

2.2.7 Pola Pikir dan Pola Tindak Dokter Keluarga/Dokter Layanan


Primer
Dokter keluarga bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
mitranya, dan ia berhubungan dengan mitranya di kala sehat maupun di kala
sakit. Tanggung jawab ini mengharuskan dokter keluarga menyediakan
program pemeliharaan kesehatan bagi mitranya yang sehat, dan program
pengobatan atau pemulihan bagi mitranya yang sedang jatuh sakit. Program
ini harus spesifik dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan setiap mitranya.
Hal ini dapat dipenuhi bila pola pikir dan pola tindaknya mengacu pada
pendekatan Medifa yang menata alur pelayanan dokter keluarga dalam 4
kegiatan (assessment – targeting – intervention – monitoring) yang
membentuk satu siklus pelayanan terpadu.15
1. Penilaian profil kesehatan pribadi (Assessment)
Dokter keluarga mengawali upaya pemeliharaan mitranya dengan
melakukan penilaian komprehensif terhadap faktor risiko dan kodisi
kesehatan dengan tujuan memperoleh profil kesehatan pribadi dari
mitranya.
2. Penyusunan program kesehatan spesifik (Targeting)
Tersedianya profil kesehatan ini memberi kesempatan kepada dokter
keluarga untuk mempelajari masalah kesehatan yang dimiliki mitranya,
sehingga dokter keluarga dapat menyusun program kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan spesifik setiap mitra.
3. Intervensi proaktif (Intervention)
Dengan demikian setiap mitra, apakah ia dalam kondisi sehat,
menyandang faktor risiko atau sakit, secara proaktif akan diajak
24

mengikuti program pemeliharaan kesehatan yang sepesifik dengan


kebutuhannya. Melalui program proaktif ini diharapkan mitra yang sehat
dapat tetap sehat, yang saat ini menyandang faktor risiko dapat dikurangi
kemungkinan jatuh sakit berat di kemudian hari, dan yang saat ini
menderita suatu penyakit dapat segera pulih, dicegah terjadinya
komplikasi, atau diupayakan agar kecacatan seminimal mungkin. Bila
diperlukan si mitra akan dirujuk ke spesialis.
4. Pemantauan kondisi kesehatan (Monitoring)
Selanjutnya pelaksanaan program dan hasilnya akan dipantau dan
dievaluasi terus menerus dan menjadi masukan bagi dokter keluarga
untuk meningkatkan kualitas program dan memotivasi mitranya
(monitoring).16

2.2.8 Bentuk dan Fungsi Keluarga


Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-
istri, atau suami-istri dan anak, atau ayah dengan anak atau ibu dengan anak.
Bentuk keluarga dibagi menjadi 9 macam yaitu sebagai berikut:16
1. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, serta anak-anak kandung
2. Keluarga besar (extended family)
Keluarga yang disamping terdiri dari suami, istri, dan anak-anak
kandung, juga terdiri dari sanak saudara lainnya, baik menurut garis
vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit) dan ataupun
menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang dapat berasal dari pihak
suami atau istri.
3. Keluarga campuran (blended family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung serta anak-
anak tiri.
4. Keluarga menurut hukum umum (common law family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam
perkawinan sah serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.
25

5. Keluarga orang tua tunggal (single parent family)


Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah
bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah,
serta anak-anak mereka tinggal bersama.

6. Keluarga hidup bersama (commune family)


Keluarga yang terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak yang tinggal
bersama, berbagi hal dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan
bersama.
7. Keluarga serial (serial family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan
mungkin telah mempunyai anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-
masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangan masing-
masing, semuanya mengganggap sebagai satu keluarga.
8. Keluarga gabungan (composite family)
Keluarga yang terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anak-anaknya
atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya yang hidup bersama.
9. Keluarga tinggal bersama (whabilation family)
Pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan.

2.2.9 Keluarga dan Kesehatan


Kesehatan dan penyakit selalu berhubungan dengan keempat hal
berikut:16
1. Kepribadian
2. Gaya hidup
3. Lingkungan fisik
4. Hubungan antar manusia

2.2.10 Pengaruh Keluarga Terhadap Kesehatan


Keluarga sangat berpengaruh terhadap kesahatan diantaranya:16.
1. Penyakit keturunan
26

a. Interaksi antara faktor genetik (fungsi reproduksi) dan faktor


lingkungan (fungsi-fungsi keluarga lainnya).
b. Muncul dalam perkawinan (tahap awal dan siklus kehidupan
keluarga).
c. Perlu marriage counseling dan screening

2. Perkembangan bayi dan anak


Jika dibesarkan dalam lingkungan keluarga dengan fungsi-fungsi
yang sakit akan mengganggu perkembangan fisik dan perilaku.
3. Penyebaran penyakit
a. Penyakit infeksi
b. Penyakit neurosis
4. Pola penyakit dan kematian
Hidup membujang atau bercerai mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian.
5. Proses penyembuhan penyakit
Penyembuhan penyakit kronis pada anak-anak pada keluarga dengan
fungsi keluarga yang sehat lebih baik dibandingkan pada keluarga dengan
fungsi keluarga sakit.

2.3. Rumah Sehat


2.3.1 Definisi
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan,halaman dan area
sekitarnya yang dipakai sebagaitempat tinggal dan sarana pembinaan
keluarga. Rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani
serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu.16

2.3.2 Kriteria Rumah Sehat


Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkunganpemukiman meliputi
parameter sebagaiberikut: 16
27

1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran
sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah
gempa, dan sebagainya;
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah atau bekas tambang;
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran
seperti jalur pendaratan penerbangan.
2. Kualitas udara
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari
gangguangas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan
sebagai berikut:
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 µg maksimum 150 µg/m3;
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;
d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari.
3. Kebisingan dan getaran
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;
b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .
4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg;
b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg;
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg;
d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg.
5. Prasarana dan sarana lingkungan
a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga
dengankonstruksi yang aman dari kecelakaan;
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan
vektorpenyakit;
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan
tidakmengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan
28

pejalan kakidan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar


pengaman, lampupenerangan jalan tidak menyilaukan mata;
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air
yangmemenuhi persyaratan kesehatan;
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus
memenuhipersyaratan kesehatan;
f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi
syaratkesehatan;
g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi,
tempatkerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain
sebagainya;
h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;
i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak
terjadikontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
6. Vektor penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat;
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan
pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian
alam.

2.3.3 Kesehatan Rumah Tinggal


Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal adalah sebagai berikut:16
1. Bahan Bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain: debu total tidak lebih dari 150
µg m3, asbestos kurang dari 0,5 fiber/m3 /jam, timah hitam tidak
melebihi 300 mg/kg bahan;
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.
29

2. Komponen dan penataan ruang rumah


Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis
sebagaiberikut:
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
b. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci
kedap airdan mudah dibersihkan;
c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;
d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus
dilengkapidengan penangkal petir;
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang
tamu, ruangkeluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang
mandi dan ruangbermain anak;
f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat
menerangiseluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak
menyilaukan.
4. Kualitas udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut:
a. Suhu udara nyaman berkisar antara l8°C sampai 30°C;
b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%;
c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam;
d. Pertukaran udara;
e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam;
f. Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3
5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi aamiah yang permanen minimal 10%
dariluas lantai.
6. Binatang penular penyakit
Tidak ada tikus bersarang di rumah.
7. Penyediaan air bersih
30

a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 l/orang/hari;


b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
dan/atau airminum
8. Sarana penyimpanan makanan
Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene.

9. Limbah
a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air,
tidakmenimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak
menyebabkanpencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.
10. Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari
dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5
tahun.

2.4. Kunjungan Rumah (Home Visit)


2.4.1 Definisi Kunjungan Rumah (Home Visit)
Kunjungan rumah (home visit) adalah kedatangan petugas kesehatan ke
rumah pasien untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan atau memberikan
pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien.
Sedangkan yang dimaksud dengan perawatan pasien di rumah (home care)
adalah apabila pertolongan kedokteran yang dilakukan di rumah tersebut
tidak termasuk lagi dalam kelompok pelayanan rawat jalan (ambulatory
services), tetapi dalam kelompok rawat inap (hospital-ization). Ruang lingkup
kegiatan pada kunjungan rumah hanya untuk lebih mengenal kehidupan
pasien serta melakukan pertolongan kedokteran yang bersifat rawat jalan saja.
Sedangkan pada perawatan pasien di rumah, ruang lingkup kegiatan tersebut
telah mencakup kegiatan pertolongan kedokteran yang bersifat rawat inap. 16
31

2.4.2 Tujuan Dilakukan Kunjungan dan Perawatan di Rumah dalam


Kedokteran Keluarga14
1 Meningkatkan sistem pendukung yang ada agar efektif dan adekuat
sebagai upaya pencapaian kesehatan keluarga.
2 Meningkatan efektifitas pelayanan kesehatan pada keluarga
khususnya keluarga dengan masalah kesehatan spesifik ataupun
ketidakmampuan.
3 Optimalisasi perkembangan kesehatan keluarga dan pendidikan
kesehatan terhadap pemeliharaan dan pencegahan penyakit.
4 Meningkatkan kekuatan fungsi dan hubungan keluarga, dan promosi
lingkungan yang sehat.

2.4.3 Faktor-Faktor Pendorong Kunjungan Rumah (Home Visit)


Faktor-faktor pendorong pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di
rumah secara umum dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu13:
1. Makin meningkatnya usia hidup rata-rata anggota masyarakat
2. Makin meningkatnya biaya pelayanan rawat inap di rumah sakit
3. Karena desakan program asuransi kesehatan

2.4.4 Manfaat Dilakukan Kunjungan dan Perawatan di Rumah dalam


Kedokteran Keluarga
Apabila pelayanan di keluarga dapat dilakukan dengan sebaik-
baiknya, akan diperoleh banyak manfaat. Beberapa dari manfaat
tersebut adalah: 16
1. Dapat lebih meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien
Adanya peningkatan pemahaman yang seperti ini mudah
dimengerti, karna memanglah dilakukannya kunjungan dan atau
perawatan pasien dirumah tersebut, dokter akan banyak
memperoleh keterangan tentang pasien yang dimaksud.
2. Dapat lebih meninggkatkan hubungan dokter-pasien
32

Sama halnya dengan pemahaman, peningkattan hubungan dokter-


pasien ini adalah juga sebagai hasil dari dilakukanya kunjungan
dan atau perawatan pasien di rumah.
3. Dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tutunan
kesehatan pasien
Dengan demikian meningkatnya pemahaman dokter tentang
keadaan pasien, dan atau makin baiknya hubungan dokter-pasien,
berarti sekaligus akan meningkatkan pula pemahaman dokter
tentang kebutuhan serta tuntunan kesehatan pasien. Adanya
pemahaman yang seperti ini jelas akan berperan besar dalam upaya
lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan
pasien.
4. Dapat lebih meningkatkan kepuasaan pasien
Pelayanan kedokteran yang dapat memenuhi kebutuhan dan
tuntutan kesehatan pasien, apalagi jika disertai dengan hubungan
doter-pasien yang baik, pasti mempunyai peranan yang amat besar
dalam lebih meningkatkan kepuasaan pasien (patient satisfaction).
Sesuatu yang pada akhir-akhir ini telah disepakati sebagai salah
satu tolak ukur yang paling pentng dari pelayanan kesehatan yang
bermutu.

2.4.5 Tata cara Kunjungan Pasien di Rumah (Home Visit)


Prosedur kerja home visit:13
a. Hari I :
1. Mempelajari data-data pasien rawat jalan di puskesmas setempat
untuk memilih sasaran keluarga yang akan dikunjungi sesuai
jumlah kelompok kecil.
2. Melakukan survey pasien yang akan dikunjungi pada hari kedua
dan membuat janji jadwal kunjungan yang akan dilakukan
kemudian dikonsultasikan kepada instruktur lapangan.
33

3. Mengidentifikasi dan membuat prioritas masalah yang ada di dalam


keluarga yang akan dikunjungi untuk persiapan pemberian
nasehat/penyuluhan pada saat pelaksanaan kegiatan kunjungan
pasien di rumah (home visit).
4. Mengisi form-form pelaporan kegiatan kunjungan rumah (home
visit) yang ada di klinik dokter keluarga.
5. Mempersiapkan alat yang akan dipakai dalam kunjungan pasien
di rumah (tensimeter, stetoskop, termometer, senter, media
penyuluhan).
b. Hari II :
1. Melaksanakan kunjungan rumah (home visit) sesuai dengan tata cara
yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Mengisi form-form data kunjungan rumah yang telah ditentukan
3. Melaporkan secara lisan kegiatan yang telah dilaksanakan kepada
instruktur atau pihak puskesmas
4. Membuat analisa atas data-data yang telah dikumpulkan.
5. Menyusun laporan akhir kegiatan.
c. Hari III :
1. Mengumpulkan laporan akhir dan presentasi hasil kunjungan rumah.
Menurut PDKI (2006), tata cara kunjungan pasien di rumah
dapat dilakukan sendiri oleh dokter yang menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga dan dapat dilakukan petugas kesehatan
khusus, yaitu tenaga paramedis yang telah mendapatkan pelatihan.
Jika ditinjau dari pihak yang mengambil inisiatif, kunjungan
pasien di rumah dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, atas
inisiatif dokter keluarga yang melaksanakan pelayanan dokter
keluarga. Kedua, atas inisiatif pasien yang memerlukan pertolongan
kedokteran dari dokter keluarga. Hanya saja, terlepas dari kategori
tenaga yang akan melaksanakan dan atau para pihak yang
mengambil inisiatif, suatu kunjungan pasien di rumah yang baik
34

memang harus mengikuti suatu tata cara tertentu. Tata cara yang
dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam hal, yaitu:16
A. Untuk Mengumpulkan Data tentang Pasien
Jika tujuan kunjungan rumah adalah untuk mengumpulkan data
tentang pasien, tata cara yang ditempuh adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi
2. Mengatur jadwal kunjungan
3. Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan
4. Melakukan pengumpulan data
5. Melakukan pencatatan data
6. Menyampaikan nasehat dan atau penyuluhan kesehatan
B. Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatif Dokt
er Keluarga
Jika tujuan kunjungan rumah tersebut adalah untuk memberikan
pertolongan kedokteran atas inisiatif dokter keluarga, maka tata cara
yang dilakukan mencakup enam kegiatan pokok sebagai berikut :
1. Mempersiapkan jadwal kunjungan
2. Menyampaikan jadwal kunjungan yang telah disusun kepada
pasien
3. Mempersiapkan keperluan kunjungan
4. Melakukan kunjungan dan pertolongan kedokteran
5. Mengisi rekam medis keluarga
6. Menyusun rencana tidak lanjut
C. Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatif Pasie
n Atau Pihak Keluarga
Jika pihak yang mengambil inisiatif adalah pasien atau keluargan
ya, yang biasanya terjadi apabila menderita penyakit yang bersifat m
endadak (acute), tata cara yang ditempuh adalah sebagai berikut :
1. Menanyakan selengkapnya tentang keadaan pasien
2. Mempersiapkan keperluan kunjungan
3. Melakukan kunjungan serta pertolongan kedokteran
35

4. Mengisi rekam medis keluarga


5. Menyusun rencana tindak lanjut

2.4.6 Fungsi Keluarga


Terdapat 8 fungsi keluarga dan berikut penjelasannya antara lain:13
a. Fungsi Keagamaan
b. Fungsi Sosial Budaya
c. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang
d. Fungsi Perlindungan
e. Fungsi Reproduksi
f. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
g. Fungsi Ekonomi
h. Fungsi Pembinaan Lingkungan

2.4.7 Pengukuran Fungsi Keluarga


Pengukuran fungsi keluarga, diantaranya dapat menggunakan :13
1. APGAR Score
Untuk mengukur sehat atau tidaknya suatu keluarga, telah
dikembangkan suatu metode penilaian yang dikenal dengan nama
APGAR Keluarga (APGAR Family). Dengan metode APGAR keluarga
tersebut dapat dilakukan penilaian terhadap 5 fungsi pokok keluarga
secara cepat dan dalam waktu yang singkat. Adapun 5 fungsi pokok
keluarga yang dinilai dalam APGAR keluarga yaitu :
a. Adaptasi (Adaptation) Menilai tingkat kepuasan anggota keluarga
dalam menerima yang diperlukan dari anggota keluarga lainnya.
b. Kemitraan (Partnership) Menilai tingkat kepuasan anggota
keluarga terhadap komonikasi dalam keluarga, musyawarah
dalam mengambil keputusan atau dalam penyelesaian masalah
yang dihadapi dalam keluarga.
36

c. Pertumbuhan (Growth) Menilai tingkat keuasan anggota keluarga


terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan
pertumbuhan dan kedewasaan setiap anggota keluarga.
d. Kasih Sayang (Affection) Menilai tingkat kepuasan anggota
keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang
terjalin dalam keluarga.
e. Kebersamaan (Resolve) 9 Menilai tingkat kepuasan anggota
keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan,
dan ruang antar keluarga.
Bila pertanyaan dijawab sering / selalu nilai 2, kadang-kadang
nilai 1, jarang / tidak nilai 0. Bila hasil penjumlahan kelima nilai diatas
adalah antara :
 7-10 : fungsi keluarga baik
 4-6 : fungsi keluarga kurang baik
 0-3 : fungsi keluarga tidak baik

2. SCREEM
SCREEM (Social Cultural Religion Economic Education
Medical). Jika APGAR family untuk melihat fungsi keluarga secara
fisiologis, maka SCREEM adalah untuk melihat fungsi keluarga secara
patologis13
 Apakah antara anggota keluarga saling memberi perhatian, saling
membantu kalau ada kerepotan masing-masing.Apakah interaksi
dengan tetangga sekitarnya juga berjalan baik dan tidak ada
masalah (Social).
 Apakah keluarga puas terhadap budaya yang berlaku di daerah
itu (Culture).
 Apakah keluarga taat dalam beragama (Religion).
 Apakah status ekonomi keluarga cukup (Economic)
 Apakah pendidikan tergolong cukup (Education)
37

 Apakah dalam mencari pelayanan kesehatan mudah dan ada alat


transportasi (Medical)

3. Genogram
Genogram secara istilah berasal dari dua kata, yaitu gen (unsur
keturunan) dan gram (gambar atau grafik). Dalam bahasa Indonesia,
genogram dapat dipadankan dengan gambar silsilah keluarga. Secara
konseptual, genogram berarti suatu model grafis yang menggambarkan
asal-usul klien dalam tiga generasi, yakni generasi dirinya, orangtuanya,
dan kakek-neneknya. Genogram sebagai salah satu teknik dalam
penyelenggaraan terapi keluarga merupakan diagram sistem hubungan
keluarga tiga generasi, di mana simbol digunakan untuk
mengidentifikasikan sistem, subsistem, dan karakteristik mereka,
kemudian memberikan bentuk tentang karakter keluarga.

BAB III
38

LAPORAN KASUS

3.1. Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 62 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 02 Mei 1959
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Status : Menikah
Alamat : Jl. KH Balqi, lorong bersama, Kelurahan
14 Ulu, Plaju, Palembang
Agama : Islam
Tanggal kunjungan rumah I : 29 September 2021
Tanggal kunjungan rumah II : 30 September 2021

3.2. Anamnesis
Autoanamnesis dengan penderita pada Rabu, 29 September 2021
Pukul 15.30 WIB, di rumah pasien.
3.2.1. Keluhan Utama
Sakit kepala.
3.2.2. Keluhan Tambahan
Tidak ada
3.2.3. Riwayat Perjalanan Penyakit
± 1 tahun yang lalu, mengalami keluhan sakit kepala dan
memeriksakan diri ke klinik. Saat diperiksa ternyata pasien memiliki
darah tinggi, sebelumnya pasien tidak mengetahui apabila memiliki
penyakit darah tinggi dan tidak pernah memeriksakan diri.
Pasien pernah berobat ke klinik swasta dan praktik dokter, lalu
pasien berobat di KDK UMP dan sedang dalam proses untuk mengganti
faskes tingkat I BPJS nya di KDK UMP. Pasien mendapatkan obat
39

Amlodipin 10 mg yang dikonsumsi 1x sehari, namun Pasien tidak


mengkonsumsi obat hipertensinya secara teratur. Pasien juga
mendapatkan edukasi mengatur pola hidup yang baik, sepeti dengan
istirahat yang cukup dan manajemen stress yang baik.
Pasien memiliki riwayat merokok sejak ± 30 tahun yang lalu,
dalam satu hari dapat menghabiskan 1bungkus rokok.

3.2.4. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit hipertensi : Ada
Riwayat penyakit jantung : Disangkal
Riwayat penyakit ginjal : Disangkal
Riwayat penyakit kuning : Disangkal
Riwayat penyakit paru : Disangkal
Riwayat alergi obat : Disangkal
Riwayat asma : Disangkal

3.2.5. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga


Terdapat keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama.

3.2.6. Riwayat Kebiasaan


Pasien jarang berolahraga.

3.2.7. Riwayat Higiene


1. Pasien mandi dua kali sehari
2. Pasien mengganti pakaian setiap hari.
3. Pasien menggunakan handuk dan pakaian sendiri, tidak bercampur
dengan orang lain.

3.2.8. Riwayat Nutrisi


Pasien makan tiga kali sehari sebanyak 1 piring setiap kali makan
dengan ikan, tahu, tempe, telur dan sayur yang paling sering
40

dikonsumsi ditambah makanan ringan berupa gorengan serta minum ±


8 gelas/hari. Pasien kadang – kadang mengkonsumsi daging dan ayam.
Pasien mengkonsumsi kopi sebanyak 1 gelas kecil setiap pagi dan
sore hari. Pasien lebih menyukai makanan yang memiliki rasa asin.

3.2.9. Riwayat Pekerjaan


Pasien merupakan seorang buruh

3.2.10. Riwayat Sosioekonomi


Pasien tinggal di rumah sendiri dengan Istri dan anak. Pasien
memiliki 2 orang anak namun hanya 1 yang tinggal satu rumah karena
sudah menikah dan memiliki rumah sendiri. Pasien tinggal di daerah
jarang penduduk. Rumah pasien luasnya 8 m x 3 m, terdapat 3 orang
dalam satu rumah. Lantai tersusun dari keramik. Dinding rumah terbuat
dari batu bata dan semen (tembok). Atap rumah terbuat dari genteng
dan memiliki plafon. Terdapat jendela dan ventilasi di beberapa
ruangan. Rumah cukup mendapatkan pencahayaan sinar matahari dan
tidak terasa lembab. Terdapat ruang tamu, ruang keluarga, 1 kamar
tidur, 1 dapur dan satu kamar mandi yang memiliki jamban jongkok.
Sumber air berasal dari PDAM untuk mandi yang airnya cukup jernih
dan juga untuk kebutuhan masak dan minum. Tata letak barang-barang
di rumah cukup baik. Kebersihan baik didalam maupun diluar rumah
terlihat baik.
Hubungan antar anggota keluarga terjalin baik. Hubungan pasien
dengan anak-anaknya harmonis dan saling membantu. Anak-anak yang
sudah berkeluarga selalu berkunjung kerumah orang tuanya minimal 1
minggu sekali.

Pasien bekerja sebagai buruh dengan pendapatan perbulan kira-


kira 2 juta rupiah, uang tersebut biasanya digunakan untuk membiayai
kebutuhan sehari-hari. Pasien dan keluarga memiliki kendaraan berupa
41

satu sepeda motor, perlengkapan rumah tangga, peralatan elektronik


pasien berupa televisi, kulkas, dan kipas angin.
Terdapat tempat sampah dan selokan yang tidak tergenang terletak
di luar rumah. Kebersihan di rumah maupun lingkungan rumah sekitar
tertata bersih. Pasien berhubungan baik dengan lingkungan sekitar.
Kesan
Sosial : Harmonis
Ekonomi : Menengah-kebawah
Lingkungan : Cukup Baik
Saran
Sebaiknya Pasien menjaga pola hidup yang baik, sepeti dengan istirahat
yang cukup dan manajemen stress yang baik.

3.2.11. Riwayat Keluarga


Genogram

Keterangan:

: Laki-laki meninggal : Laki-laki


: Perempuan meninggal : Perempuan

: Laki-laki Hipertensi
Gambar 3.1. Genogram
3.3. Pemeriksaan Fisik
3.3.1. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
42

Kesadaran : Compos mentis


Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 78x/menit reguler, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5C
Berat badan : 70 kg
Tinggi badan : 165 cm
IMT : BB (kg) : TB (m)2 = 25,6 (Overweight)
3.3.2. Keadaan Spesifik
Kepala : Normocephali, rambut hitam tidak mudah dicabut.
Mata : edema palpebra (-), konjungtiva anemis (-), sklera
ikterik (-), pupil isokor.
Hidung : Sekret (-/-), rhinore (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Telinga : Nyeri tekan (-/-), otorea (-/-)
Mulut : gusi berdarah (-), stomatitis (-), tonsil T1-T1
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thoraks
Paru
Inspeksi : Simetris, retraksi (-/-), sikatrik (-/-)
Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis (-)
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi : Dalam batas normal
Auskultasi : BJ I/II normal regular, HR 80x/menit reguler,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, striae (-)
Palpasi : Lemas, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri
43

tekan (-)
Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Genitalis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)

3.3.3. Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan

3.3.4. Diagnosis Kerja


Hipertensi
3.3.5. Penatalaksanaan
1. Promotif
a. Memberikan informasi kepada pasien mengenai gambaran
umum tentang penyakit Hipertensi sehingga pasien mengerti
bagaimana cara mencegah agar kadar gula tidak tinggi.
b. Memberikan informasi kepada pasien bahwa pengobatan
Hipertensi harus di minum secara teratur.
c. Menjelaskan kepada keluarga pasien untuk menjaga pola
hidup karena anak-anak pasien beresiko untuk menderita
Hipertensi juga.
2. Preventif
Memberikan informasi kepada pasien mengenai upaya
pencegahan yang dapat dilakukan pasien agar tidak
mencetuskan dan tidak memperparah kondisi pasien, yaitu:
1) Cek Kesehatan Secara Rutin
2) Enyahkan Asap Rokok
3) Rajin Aktivitas Fisik
4) Diet Sehat Kalori Seimbang
5) Istirahat Cukup
6) Kelola Stres
44

3. Kuratif
a. Farmakologis
Amlodipin 10 mg
b. Non Farmakologis
1) Modifikasi gaya hidup: sepert manajemen stress yang baik
2) Lakukan olahraga 3-5 kali seminggu dengan durasi 30
menit
4. Rehabilitatif
1. Istirahat yang cukup.
2. Konsumsi obat secara teratur
3.3.6. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

3.4. Analisis Kunjungan Rumah (Home Visite)


Pada tanggal 29 September 2021, dilakukan home visite ke rumah pasien
di Jl. KH Balqi, Lorong bersama, Kelurahan 14 Ulu, Kota Palembang pada
pukul 15.30 WIB.
3.4.1. Karakteristik Dermografi Keluarga
Nama Ibu : Tn.S
Alamat : Jl. KH Balqi, Lorong bersama, 14 Ulu, Kota Palembang
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Tabel 3.1. Daftar nama anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
Keduduka Umur Pendidika
No Nama L/P Pekerjaan
n (Tahun) n
1 Tn. S Ayah L 62 SMP Buruh
2 Ny. R Ibu P 53 SMP IRT
3 Tn. H Anak L 14 SMA -
Genogram
45

Keterangan:

: Laki-laki meninggal : Laki-laki


: Perempuan meninggal : Perempuan

: Laki-laki vertigo
Gambar 3.2. Genogram
3.5. Identifikasi Fungsi Keluarga
3.5.1. Fungsi fisiologis dalam keluarga (APGAR)
Tabel 3.2. APGAR Score Ny. R terhadap Keluarga
APGAR Score Ny. R terhadap keluarga Sering/ Kadang- Jarang
selalu kadang / tidak
A Saya puas dengan keluarga saya karena 
masing-masing anggota keluarga sudah
menjalankan kewajiban sesuai dengan
seharusnya.
P Saya puas dengan keluarga saya karena 
dapat membantu memberikan solusi
terhadap permasalahan yang saya
hadapi.
G Saya puas dengan kebebasan yang 
diberikan keluarga saya untuk
mengembangkan kemampuan yang
46

saya miliki.
A Saya puas dengan kehangatan / kasih 
sayang yang diberikan keluarga saya.
R Saya puas dengan waktu yang 
disediakan keluarga untuk menjalin
kebersamaan
Total 10
APGAR SCORE Keluarga Ny. R dinilai
APGAR score keseluruhan = 10
Kesimpulan : Keluarga dapat dinilai baik
Fungsi fisiologis keluarga dapat dikatakan sehat. Waktu untuk berkumpul
dengan anggota keluarga lainnya dapat dikatakan baik, dan komunikasi
tetap terjaga.

3.5.2. Fungsi Patologis (SCREEM) dalam keluarga


Tabel 3.3 SCREEM keluarga Ny. R
Sumber Patologis
Social Keluarga Tn.S sering berkumpul dengan -
tetangga sekitar, Tn.S selalu berusaha membina
hubungan yang baik dengan tetangga sekitarnya
dengan cara selalu menyapa dan berusaha
ramah dengan warga sekitar.
Culture Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, -
hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari
baik dalam keluarga maupun di lingkungan,
banyak tradisi budaya yang masih diikuti.

Religious Dalam keluarga ini pemahaman agama baik. -


Keluarga ini melakukan shalat 5 waktu dan
sering mengikuti pengajian.
Economic Status ekonomi keluarga ini tergolong -
menengah . Kebutuhan primer dapat tercukupi,
walaupun kebutuhan sekunder tidak semuanya
47

Sumber Patologis
tercukupi.
Educational Latar belakang pendidikan tergolong rerata. -
Keluarga dapat menonton tv, namun tidak
berlangganan koran.
Medical Bila ada anggota keluarga yang sakit, berusaha -
untuk dibawa ke puskesmas, keluarga tidak
mempunyai asuransi untuk pembiayaan
kesehatan

Kesan : Tidak terdapat keadaan patologi dari keluarga Tn.S

3.5.3. Fungsi hubungan antar manusia


Tn. S dan keluarga memiliki hubungan yang baik antar keluarganya
maupun orang dalam keluarganya.
3.5.4. Fungsi keturunan
Pada keluarga Tn.S ditemukan penyakit keturunan yaitu Hipertensi,
sesuai dengan genogram pasien.
3.5.5. Fungsi perilaku
Tn. S dan keluarga memiliki pengetahuan yang cukup terhadap
kesehatan, sadar akan kebersihan yang dibuktikan dari lingkungan
rumah pasien yang baik dan tidak kotor.
3.5.6. Fungsi nonperilaku
Tn. S sesekali memeriksakan dirinya ke KDK.

3.6. Identifikasi Lingkungan Rumah


3.6.1. Fungsi Indoor
Pasien tinggal di rumah sendiri dengan suami dan anak. Pasien
memiliki 2 orang anak namun hanya 1 yang tinggal satu rumah dengan
pasien karena sudah menikah dan memiliki rumah sendiri. Pasien tinggal
di daerah jarang penduduk. Rumah pasien luasnya 8 m x 3 m, terdapat 3
orang dalam satu rumah. Lantai tersusun dari keramik. Dinding rumah
48

terbuat dari batu bata dan semen (tembok). Atap rumah terbuat dari
genteng dan memiliki plafon. Terdapat jendela dan ventilasi di beberapa
ruangan. Rumah cukup mendapatkan pencahayaan sinar matahari dan
tidak terasa lembab. Terdapat ruang tamu, ruang keluarga, 1 kamar tidur,
1 dapur dan satu kamar mandi yang memiliki jamban jongkok. Sumber air
berasal dari PDAM untuk mandi yang airnya cukup jernih dan juga untuk
kebutuhan masak dan minum. Kerapian tata letak barang-barang di rumah
cukup baik. Kebersihan baik didalam maupun diluar rumah terlihat baik.
Kerapian tata letak barang-barang di rumah cukup baik. Kebersihan
baik didalam maupun diluar rumah terlihat baik. Terdapat tempat sampah
diteras dan didapur. Setiap hari sampah akan dibuang ke bak pembuangan
sampah yang berjarak ± 20 meter dari rumah.
3.6.2. Fungsi outdoor
Ukuran rumah keluarga Tn.S adalah 8 m x 3 m Lingkungan tempat
tinggal merupakan suatu pemukiman yang tidak padat. Untuk sampai ke
rumah Tn.S, memasuki jalan yang tidak terlalu sempit. Di luar rumah ada
halaman. Jarak rumah dengan jalan raya sekitar 700 m, tidak bising, jarak
rumah ke Septic-tank 5 m.

Denah rumah
49

Gambar 3.3 Denah rumah Tn.S

3.7. Konseling Keluarga


a. Edukasi Terhadap Pasien
1. Memberikan psikoterapi edukatif, yaitu memberikan informasi dan
edukasi tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala,
dampak, faktor penyebab, cara pengobatan, prognosis, dan risiko
kekambuhan agar pasien tetap taat meminum obat dan segera
datang ke dokter bila timbul gejala. Selain itu, harus dijelaskan pula
bahwa pengobatan akan berlangsung lama, adanya efek samping
obat dan pengaturan dosis obat hanya boleh diatur oleh dokter.
2. Memberikan psikoterapi suportif dengan memotivasi penderita
untuk terus minum obat secara teratur, serta memiliki semangat
untuk mengatur pola hidup sehat seperti diet dan berolahraga.
3. Memotivasi pasien bahwa penyakit yang diderita mampu di kontrol
dan menghindari komplikasinya sehingga pasien dapat kembali
melakukan aktivitas seperti biasa.

b. Edukasi Terhadap Keluarga


1. Informasi dan edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien,
gejala, kemungkinan penyebab, dampak, faktor-faktor pemicu
kekambuhan, dan prognosis sehingga keluarga dapat memberikan
dukungan kepada penderita.
2. Meminta keluarga untuk mendukung penderita, mengajak penderita
berinteraksi dan beraktivitas serta membantu hubungan sosial
penderita.
50

3. Meminta keluarga untuk selalu mengingatkan penderita untuk


kontrol rutin dan minum obat secara teratur.
4. Meminta keluarga untuk selalu mengontrol kadar gula darah dan
rajin melakukan aktivitas seperti olahraga ringan karena penyakit
ini memiliki resiko lebih besar diturunkan.
5. Memberikan pengertian pada keluarga agar menjaga suasana
hubungan sosial dan keluarga dalam suasana yang harmonis.
6. Membina hubungan kasih sayang dan keharmonisan dalam
keluarga, sering mengajak penderita berbincang dan bersenda
gurau.

3.8. Daftar Masalah dan Pembinaan Keluarga


a. Masalah Organobiologik
Ditemukan faktor keturunan sama seperti penderita
b. Masalah Psikologik
Tidak ditemukan masalah psikologik pada penderita
c. Masalah Dalam Keluarga
Tidak ditemukan masalah keluarga pada penderita

3.9. Saran dan Masukan yang Diberikan untuk Pasien dan Keluarga
1. Menganjurkan untuk mengatur pola makan yang dilakukan pasien,
mengatur diet rendah kalori, rendah karbohidrat dan rendah lemak, serta
mengurangi konsumsi gula dan garam yang dimakan pasien sehari-hari.
2. Menganjurkan pasien untuk berolahraga secara teratur, minimal 30
menit dan dilakukan minimal 3x dalam seminggu.
3. Menganjurkan untuk konsumsi obat yang disarankan kepada keluarga
untuk selalu mengigatkan pasien agar tidak lupa minum obat.
4. Usahakan untuk senantiasa menjaga kebersihan rumah serta lingkungan
sekitar rumah.
5. Periksakan diri jika mulai merasa ada keluhan penyulit lain.
51

6. Meminta keluarga untuk membantu dan memotivasi agar pasien dapat


menghindari stress yang berlebihan

3.10. Pemantauan dan Evaluasi


Home visite pertama dilakukan pada tanggal 29 September 2021 dan
home visite kedua dilakukan pada tanggal 30 September 2021 di rumah
pasien.
Pemantauan dilakukan pada saat home visite pertama, melengkapi
status pasien, melakukan reanamnesis, pemeriksaan fisik, pembuatan
perangkat penilaian keluarga, membuat diagnostik holistik sesuai
pendekatan kedokteran keluarga, termasuk profil kesehatan keluarga.
Kerapian dan kebersihan rumah cukup baik.
Evaluasi dilakukan pada home visite ke-2 pada 29 juli 2021. Pada
saat kunjungan yang ke dua melalui video call, keluhan pasien tidak ada.

3.11. Diagnosis Holistik


Dalam menetapkan masalah serta faktor yang mempengaruhi,
digunakan konsep Mandala of Health. Diagnosis holistik yang ditegakan
pada pasien adalah sebagai berikut:

GAYA HIDUP
Jarang berolahraga

FAMILY
PERILAKU LINKUNGAN PSIKO-
KESEHATAN SOSIAL-EKONOMI
Berobat jika ada Pendapatan keluarga cukup
keluhan memenuhi kebutuhan
primer
Kehidupan sosial baik

PELAYANAN
Jarak rumah dengan
Pasien Laki-laki, 62 KERJA
KDK dekat tahun mengeluh sakit Tidak ada kelainan
kepala

52

FAKTOR BIOLOGI LINGKUNGAN FISIK


Ada riwayat Hipertensi Lingkungan rumah baik ;
dalam keluarga lantai tidak licin, barang
dirumah tersusun rapi

Komunitas
Pemukiman padat dengan sanitasi
cukup baik

Gambar 4. Mandala of Health

Pada point 1, alasan kedatangan pasien adalah sakit kepala. Pasien berharap
keluhan yang dialami dapat teratasi dan tidak ada komplikasi dari penyakit yang
diderita.
Pada point ke II, diagnosis kerja yang ditegakan adalah Hipertensi.
Pada point ke III, didapatkan masalah perilaku dari pasien yang dahulunya
sering makan-makanan asin, merokok serta jarang berolahraga.
Pada point ke IV, fungsi keluarga diketahui baik, lingkungan psikososial-
ekonomi pasien baik, kebersihan dan kerapian lingkungan rumah juga baik.
Pada point ke V, ditetapkan skala fungsional pasien derajat 2 mampu melakukan
pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan diluar rumah.

Tabel 3.4. Skoring Kemampuan Penyelesaian Masalah Dalam Keluarga


53

Skor Resume Akhir Skor


No Masalah Upaya
Awal perbaikan Akhir
1 Fungsi biologis 0 Edukasi mengenai Terselenggara 4
Ada anggota Hipertensi penyuluhan
keluarga yang
mengalami
Hipertensi

2 Fungsi ekonomi Motivasi untuk


dan pemenuhan 3 menambah Berjualan 4
kebutuhan penghasilan dengan makanan ringan
Pedapatan memanfaatkan
keluarga yang waktu luang
cukup untuk
kehidupan
sehari-hari
Keluarga berniat
Keluarga tidak Motivasi mengenai menyisihkan 4
memiliki 3 perlunya memiliki pendapatan
tabungan tabungan untuk tabungan

3 Faktor perilaku 3 Edukasi mengenai Sering 4


dan kesehatan pentingya ventilasi membuka
keluarga di dalam rumah jendela tiap pagi
Ventilasi di agar sirkulasi
rumah jarang udara baik.
dibuka.
Mengurangi
Sering 3 Edukasi mengenai konsumsi 4
mengonsumsi hubungan makanan makanan tinggi
makanan tinggi tinggi garam yang garam
54

Skor Resume Akhir Skor


No Masalah Upaya
Awal perbaikan Akhir
garam berhubungan
dengan Hipertensi

3 Edukasi dan Berupaya untuk 4


Berobat jika motivasi untuk mengonsumsi
hanya ada memeriksakan obat secara
keluhan kesehatan dan rutin.
minum obat secara
rutin
Belum ada
3 Edukasi untuk kesempatan 3
Jarang meningkatkan untuk
berolahraga aktivitas fisik berolahraga
Masih sulit
4 Edukasi untuk untuk berhenti 3
Merokok berhenti merokkok merokok

4 Lingkungan 4 Edukasi untuk Kesan rumah 5


rumah membersihkan lebih bersih dan
Rumah kesan rumah dan lebih tertata,
cukup bersih dan membuka jendela jendela dibuka
rapi, jendela setiap hari
rumah jarang
dibuka, sering
menggantungkan
pakaian
dijendela
SKOR TOTAL 26 35
55

Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah:


Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi
Skor 2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber (hanya
keinginan); penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider
Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum
dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh provider
Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih
tergantung pada upaya provider
Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga

BAB IV
PEMBINAAN DOKTER KELUARGA

4.1. Analisa Kasus


Pasien seorang Laki-laki, berusia 62 tahun, merupakan pasien Klinik
Dokter Keluarga Universitas Muhammadiyah yang melakukan pengobatan
untuk penyakit Hipertensi yang telah dideritanya selama ± 1 tahun.
Diagnosis kerja pada pasien ini adalah Hipertensi. Diagnosis ini
diperoleh berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sekitar ± 1 tahun
yang lalu yang lalu pasien mengeluhkan sakit kepala. Namun keluahan saat
ini sudah tidak lagi sering timbul.
Pasien merupakan anak ke empat dari lima bersaudara yang
merupakan seorang Suami dan memiliki istri serta 2 orang anak, 1 anak
perempuan dan 1 anak laki-laki. Ada riwayat keturunan dalam keluarga
dengan hipertensi sebelumnya. Hipertensi yang dialami pasien berhubungan
dengan pola kebiasaan sehari-hari yang sering mengkonsumsi makanan
tinggi garam, memiliki riwayat merokok sejak ± 30 tahun yang lalu, serta
kebiasaan pasien yang jarang untuk melakukan olahraga setiap minggu.
56

Setelah didiagnosis Hipertensi, pasien sesekali melakukan pengobatan


ke KDK, pasien mendapatkan terapi medikamentosa yaitu Amlodipin 10 mg
1x sehari dan dianjurkan untuk menjaga pola hidup yang baik dan
manajemen stress yang baik. Pasien mengatakan setelah menjalani
pengobatan, saat ini pasien tidak lagi merasakan keluhannya yang dialami
dan tidak lagi meminum obat tersebut.
4.2. Hasil Kunjungan Rumah
Pada hasil kunjungan rumah tanggal 29, 30 September 2021,
dilakukan home visite ke rumah pasien di Jl. KH Balqi Lorong Bersama,
Kelurahan 14 Ulu, Kota Palembang pada pukul 15.30 WIB.

a. Kondisi rumah
Pasien tinggal di rumah sendiri dengan istri dan anak. Pasien memiliki
2 orang anak namun hanya 1 yang tinggal satu rumah dengan pasien
karena sudah menikah dan memiliki rumah sendiri. Pasien tinggal di
daerah jarang penduduk. Rumah pasien luasnya 8 m x 3 m, terdapat 3
orang dalam satu rumah. Lantai tersusun dari keramik. Dinding rumah
terbuat dari batu bata dan semen (tembok). Atap rumah terbuat dari
genteng dan memiliki plafon. Terdapat jendela dan ventilasi di beberapa
ruangan. Rumah cukup mendapatkan pencahayaan sinar matahari dan
tidak terasa lembab. Terdapat ruang tamu, ruang keluarga, 1 kamar tidur,
1 dapur dan satu kamar mandi yang memiliki jamban jongkok. Sumber air
berasal dari PDAM untuk mandi yang airnya cukup jernih dan juga untuk
kebutuhan masak dan minum. Kerapian tata letak barang-barang di rumah
cukup baik. Kebersihan baik didalam maupun diluar rumah terlihat baik.
Kerapian tata letak barang-barang di rumah cukup baik. Kebersihan baik
didalam maupun diluar rumah terlihat baik. Terdapat tempat sampah
diteras dan didapur. Setiap hari sampah akan dibuang oleh Tn.S ke bak
pembuangan sampah yang berjarak ± 20 meter dari rumah.
b. Pembagian ruangan
57

Rumah terdiri dari beberapa ruangan, yaitu 1 ruang tamu, 1 ruang


keluarga (ruang TV), 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, dan
halaman teras.
c. Pencahayaan
Rumah pasien tampak mendapatkan pencahayaan dari matahari.
d. Sanitasi Dasar
1. Sumber air bersih
Sumber air berasal dari air PDAM untuk kebutuhan mandi, masak
dan minum.
2. Jamban Keluarga
Pasien memiliki jamban keluarga di rumahnya (WC jongkok).

3. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)


Limbah rumah tangga semua disalurkan kesaluran air dan tidak
tampak genangan limbah.
4. Kandang
Tidak mempunyai kandang

DENAH RUMAH
58

4.3. Identifikasi Fungsi Keluarga


1. Fungsi Biologis dan Reproduksi
Keluarga pasien ada yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien.
2. Fungsi Afektif
Hubungan antara ayah dengan anak, anak dengan anak, dan dengan
keluarga lainnya yang tinggal serumah maupun tidak serumah
berlangsung baik. Dalam keluarga ini, juga diketahui terdapat
pemenuhan secara psikologi pada semua anggota keluarga.
3. Fungsi Sosial
Pasien akrab dengan seluruh anggota keluarganya dan tetangganya.
Permasalahan antar keluarga dapat diselesaikan dengan cara
musyawarah dengan ibu keluarga sebagai pengambil keputusan akhir
dan hubungan kekeluargaan tetap berjalan dengan baik sampai
sekarang. Dalam pandangan terhadap suatu masalah, keluarga ini
menganggap masalah hal yang harus dihadapi dan diselesaikan
bersama.
4. Fungsi Penguasaan Masalah
Manajemen keluarga dalam menghadapi masalah internal atau
eksternal baik. Pembuatan keputusan akhir dalam menghadapi
masalah eksternal dan internal dan proses pengambilan keputusan
berlangsung secara musyawarah di antara semua anggota keluarga.
5. Fungsi Ekonomi
Tn. S merupakan seorang buruh
6. Fungsi Religius
Semua anggota keluarga menjalankan ibadahnya dengan baik.
7. Fungsi Pendidikan
59

Pasien memiliki riwayat pendidikan sampai dengan jenjang Sekolah


Menengah Pertama di Palembang.

Pola Makan Keluarga


Pasien biasa makan 2 – 3x sehari dengan menu makanan sehari-
hari keluarga ini tidak menentu. Menu makanan yang biasa disediakan
adalah nasi disertai lauk pauk yang sering adalah ikan, sayur-sayuran,
tahu, tempe, telur. Pasien juga jarang mengkonsumsi buah-buahan.

Perilaku Kesehatan Keluarga


Bila terdapat anggota keluarga yang mengeluh sakit, biasanya langsung
dibawa ke puskesmas.

Interpretasi Nilai APGAR dan SCREEM Keluarga


APGAR Score keluarga dinilai dari
APGAR Score Ny. R = 10
Kesimpulan : Keluarga dapat dinilai baik.
Fungsi fisiologis keluarga dapat dikatakan sehat. Waktu untuk berkumpul
dengan anggota keluarga lainnya dapat dikatakan cukup baik,
komunikasi tetap terjaga.
Fungsi Patologis (SCREEM) dalam Keluarga :
Tidak terdapat keadaan patologi dari keluarga Tn.S

4.4. Perangkat Penilaian Keluarga


1. Identifikasi Pengetahuan, Sikap, Perilaku (PSP)
PSP KELUARGA TENTANG KESEHATAN DASAR
1. Pencegahan Penyakit
Agar tidak terjangkit penyakit, biasanya keluarga ini selalu
membersihkan lingkungan rumah, menguras bak mandi, serta tidak
membiarkan adanya genangan air di dalam rumah agar terhindar
60

dari jentik nyamuk. Lingkungan rumah pasien ini tergolong


lingkungan rumah yang tertata rapi.

2. Gizi Keluarga
Pasien biasa makan 2 – 3x sehari dengan menu makanan sehari-
hari keluarga ini tidak menentu. Menu makanan yang biasa
disediakan adalah nasi disertai lauk pauk yang sering adalah ikan,
sayur-sayuran, tahu, tempe, telur. Pasien juga jarang
mengkonsumsi buah-buahan.

3. Higiene dan Sanitasi Lingkungan


Hygiene dan sanitasi lingkungan rumah pasien cukup baik, hal ini
terlihat dari lingkungan sekitaran rumah yang tertata rapi, perilaku
hygine keluarga yang cukup baik. Penderita mengaku biasanya
membersihkan got di halaman sekitar 2 minggu sekali.

4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Tatanan Rumah


Tangga.
No. Indikator Jawaban
1 Seluruh anggota keluarga tidak merokok Ya
2 Persalinan tenaga kesehatan Ya
3 ASI eksklusif Ya
4 Imunisasi Ya
5 Balita ditimbang Ya
6 Sarapan pagi Ya
7 Makan buah dan sayur Ya
8 Ada kartu kepesertaan asuransi kesehatan (JPKM) Ya
9 Keluarga melakukan kebiasaan cuci tangan dengan air Ya
bersih dan sabun, sebelum makan dan sesudah BAB
10 Keluarga melakukan kebiasaan gosok gigi sebelum Ya
tidur
11 Olah raga min. 3x seminggu Tidak
12 Jamban keluarga Ya
13 Air bersih dan bebas jentik Ya
14 Tersedia tempat sampah di dalam/di luar rumah Ya
15 SPAL Ya
61

16 Ventilasi Ya
17 Kepadatan Ya
18 Seluruh lantai rumah di semen atau ubin atau kayu Ya
Tabel 4.1. Prilaku hidup bersih dan sehat

Klasifikasi:
Sehat I : dari 18 pertanyaan, jawaban ”Ya” antara 2-5 pertanyaan.
Sehat II : dari 18 pertanyaan, jawaban ”Ya” antara 6-10 pertanyaan.
Sehat III : dari 18 pertanyaan, jawaban ”Ya” antara 12-16
pertanyaan.
Sehat IV : dari 18 pertanyaan, jawaban ”Ya” No 18 pertanyaan.

Berdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS pada pasien ini adalah


17, masuk dalam klasifikasi Sehat IV. Keluarga masih memiliki
perilaku kurang sehat yaitu jarang olahraga.

4.5. Diagnosis Kedokteran Keluarga


(Bentuk, fungsi yang terganggu, faktor-faktor yang mempengaruhi dan
dipengaruhi)
a. Diagnosis Kerja
Hipertensi
b. Bentuk Keluarga
Nuclear Family
c. Fungsi Keluarga yang Terganggu
Tidak ada
d. Faktor yang Mempengaruhi
Faktor gaya hidup
e. Faktor yang Dipengaruhi
Hipertensi
62

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Diagnosis pada pasien ini adalah Hipertensi yang dipengaruhi oleh
salah satunya adalah faktor genetik. Untuk penanganan kasus ini bukan hanya
dari terapi farmakologis saja tetapi juga diperlukan edukasi pada pasien
dengan menggunakan metode pendekatan dokter keluarga. Salah satunya
dengan menggunakan prinsip pelayanan yang holistik dan komprehensif,
kontinu, mengutamakan pencegahan, koordinatif dan kolaboratif, penanganan
personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral keluarga,
mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat
tinggal, menjunjung tinggi etika dan hukum, dapat diaudit dan dipertanggung
jawabkan, serta sadar biaya dan sadar mutu.
Tn.S pertama kali didiagnosis hipertensi di klinik lain ± 1 tahun yang
lalu dand didapatkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksan
penunjang. Tn. S sesekali datang ke KDK UMP untuk berobat dan diberikan
edukasi terhadap pencegahan komplikasi Hipertensi. Setelah ± 1 tahun
menjalani pengobatan, keluhan saat ini sudah jarang timbul kembali. Dengan
dilakukannya edukasi berupa pengetahuan preventif dan promotif kepada
Tn.S diharapkan perubahan dalam pola dan gaya hidup. Tn.S masih bisa
melakukan pekerjaannya sebagai buruh dan tetap melakukan aktivitas sehari-
hari dengan baik.

5.2. Saran
1. Mahasiswa
Lebih memahami dan aktif dalam menganalisa permasalahan
kesehatan baik pada keluarga maupun lingkungannya, serta lebih sering
berhubungan dengan masyarakat khususnya dalam keluarga untuk
menindak lanjut suatu penyakit yang dialami oleh keluarga tersebut
dengan pendekatan metode dokter keluarga.
63

2. Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada
masyarakat melalui edukasi dalam usaha promotif dan preventif kesehatan
masyarakat.
64

Lampiran Foto

Ruang Tamu
Halaman depan
65

Kamar mandi
Ruang tengah

Kamar Tidur Dapur


66

Home visit 1 Pemeriksaan Tanda Vital

Home visit 2 Edukasi Hipertensi


67

Daftar Pustaka

1. Sura, DJ, Newell, S. Vertigo- Diagnosis and management in primary


care, BJMP 2015;3(4):a351
2. Lempert, T, Neuhauser, H. Epidemiology of vertigo, migraine and
vestibular migraine in Journal Nerology 2019:25:333-338
3. Labuguen, RH. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family
Physician January 15, 2016 Volume 73, Number 2
4. Snell, RS. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. ECG. 2014
5. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2018
6. Marril KA. Central Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 21 Januari 2016.
Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/794789-
clinical#a0217
7. Turner, B, Lewis, NE. Symposium Neurology :Systematic Approach that
Needed for establish of Vetigo. The Practitioner September 2015 - 254
(1732): 19-23.
68

8. Mark, A. Symposium on Clinical Emergencies: Vertigo Clinical Assesment


and Diagnosis. British Journal of Hospital Medicine, June 2018, Vol 69, No 6
9. Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. Diagnosing and Treating: Benign
Paroxysmal Positional Vertigo in Journal Gerontological of Nursing.
December:2016
10. Swartz, R, Longwell, P. Treatment of Vertigo in Journal of American
Family Physician March 15,2015:71:6.
11. Chain, TC. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with
Dizziness and Vertigo. Illnois:wolter kluwerlippincot William and wilkins).
2019
12. Prasetyawati, A.E. Kedokteran Keluarga. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2010
13. Azwar, A.. Pemanfaatan Dokter Keluarga dalam Pelayanan Kesehatan
Indonesia. Jakarta: PB IDI. 2002
14. National University Of Singapore. Family Medicine. Singapore: National
University Of Singapore. 2012.
15. Murti, B., Hadinoto, S. H., dan Herlambang, G. Keterampilan Kedokteran
Keluarga: Kunjungan Pasien Dirumah (Home Visit). Surakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2011
16. Wirdhana, I. Komunikasi Efektif Orangtua dengan Remaja. Jakarta: BKKBN.
2012
17. WONCA Europe. The European Definition of General Practice/ Family
Medicine. (Tersedia pada http://woncaeurope.org). 2011

Anda mungkin juga menyukai