Anda di halaman 1dari 32

Laporan Kasus

KLINIS SEPSIS NEONATORUM

Oleh :
M. Avif Ababil , S.Ked
71 2019 024

Pembimbing :
dr. Ridhayani, Sp. A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Judul:
Klinis Sepsis Neonatorum

Oleh:
M. Avif Ababil, S.Ked
71 2019 024

Telah dilaksanakan pada bulan Maret 2022 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.

Palembang, Maret 2022


Pembimbing

dr. Ridhayani, Sp.A

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wata ‘ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kasus yang berjudul “Klinis Sepsis Neonatorum” sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wassalam beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya
sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. Ridhayani, Sp.A selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Senior di
Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Palembang BARI Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang yang telah
memberikan masukan, arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian
laporan kasus ini
2. Rekan-rekan dokter muda dan perawat atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah Subhanahu wata ‘ala memberikan balasan pahala atas segala
amal yang telah diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
semua dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam
lindungan Allah Subhanahu wata ‘ala. Aamiin.

Palembang, Maret 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan.............................................................. 2
1.3 Manfaat................................................................................. 2

BAB II. LAPORAN KASUS


2.1 Identitas Pasien....................................................................... 3
2.2 Anamnesis............................................................................... 3
2.3 Pemerikasaan Fisik................................................................. 5
2.4 Pemeriksaan Penunjang.......................................................... 6
2.5 Resume.................................................................................... 8
2.6 Diagnosis Kerja....................................................................... 8
2.7 Penatalaksanaan...................................................................... 8
2.8 Prognosis................................................................................. 8
2.9 Follow Up............................................................................... 9

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA


3.1 Sepsis Neonatorum.................................................................. 11
3.1.1 Definisi............................................................................. 11
3.1.2 Epidemiologi.................................................................... 12
3.1.3 Etiologi............................................................................. 12
3.1.4 Faktor Risiko.................................................................... 12
3.1.5 Patofisiologi..................................................................... 13
3.1.6 Diagnosis.......................................................................... 15
3.1.7 Tatalaksana....................................................................... 16

iv
3.1.7 Komplikasi....................................................................... 16
3.1.8 Prognosis.......................................................................... 19

BAB IV ANALISA KASUS....................................................................... 20


BAB V KESIMPULAN ............................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 36

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan buletin yang diterbitkan oleh WHO (World Health
Organization) pada tahun 2010, sepsis adalah penyebab kematian utama di
ruang perawatan intensif pada negara maju, dan insidensinya mengalami
kenaikan.1
Penyebab kematian pada bayi baru lahir 0-6 hari di Indonesia adalah
gangguan pemapasan (36,9%), prematuritas (32,4%), sepsis (12%), hipotermi
(6,8%), kelainan darah/iktems (6,6%). Penyebab kematian bayi 7-28 hari
adalah sepsis (20,5%), kelainan kongenital (18,1%), pneumonia (15,4%),
prematuritas dan bayi berat lahir rendah (BBLR) (12,8%), dan respiratory
distress syndrome (RDS) (12,8%).2,3
Angka Kejadian/insidens sepsis di negara yang sedang berkembang
masih cukup tinggi ( 1.8 – 18 / 1000 ) dibandingkan dengan negara maju ( 1 –
5 / 1000 ). Pada bayi laki-laki resiko sepsis 2 kali lebih besar dari bayi
perempuan. Kejadian sepsis juga meningkat pada Bayi Kurang Bulan dan
Bayi Berat Lahir rendah. Pada bati berat lahir amat rendah ( < 1000 gram )
kejadian sepsis terjadi pada 26 / 1000 kelahiran dan keadaan ini berbeda
bermakna dengan bayi berat lahir antara 1000 – 2000 g yang angka
kejadiannya antara 8 – 9 perseribu kelahiran. Demikian pula resiko kematian
BBLR penderita sepsis lebih tinggi bila dibandingkan bayi cukup bulan.2,3.

1.1 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan pembuatan laporan kasus ini :
1. Diharapkan pada semua sarjana kedokteran dapat memahami setiap
kasus Respiratory Distress Syndrome dan sepsis sepsis neonatorum
secara menyeluruh.
2. Diharapkan adanya pola berpikir kritis setelah dilakukannya diskusi
laporan kasus Respiratory Distress Syndrome dan sepsis neonatorum ini
dengan pembimbing klinik.

1
3. Diharapkan pada semua sarjana kedokteran dapat menghasilkan
pemahaman yang dapat mengenai Respiratory Distress Syndrome dan
sepsis neonatorum terkait pada kegiatan kepaniteraan.

1.2 Manfaat
1.2.1 Teoritis
Untuk meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan ilmu
tentang kasus Respiratory Distress Syndrome dan sepsis neonatorum

1.2.2 Praktis
Sebagai masukan guna lebih meningkatkan mutu pelayanan yang
diberikan terutama dalam memberikan informasi (pendidikan kesehatan)
kepada pasien dan keluarganya tentang kegawatan pada pasien dengan
Respiratory Distress Syndrome dan sepsis neonatorum.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identifikasi
Nama : Bayi Ny. S
Umur / Tanggal Lahir : 9 hari/ 26 Februari 2022
Jenis kelamin : Laki Laki
Berat badan lahir : 2800 gram
Panjang badan lahir : 48 cm
Agama : Islam
Nama Ayah : Tn. N
Nama Ibu : Ny. I
Alamat : RT 004 RW 01 Desa Parit, Indralaya Utara,Kab.
Ogan Ilir, Palembang, Sumatera Selatan.
Bangsa :Indonesia
No. Med Rec : 61.96.91
MRS : 1 Maret 2022
Tanggal Pemeriksaan : 7 Maret 2022

2.2 Anamnesis (Alloanamnesis pada 7 Maret 2022)


Keluhan Utama : Kejang
Keluhan Tambahan : Sesak

Riwayat Perjalanan Penyakit


Pada tanggal 26 februari 2022 bayi laki-laki cukup bulan lahir spontan dari
ibu G2P1A0, hamil aterm presentasi kepala dengan KPSW. Bayi lahir
langsung menangis, APGAR Score 8/9, berat badan lahir 2800 gram, panjang
badan lahir 46 cm. Ketuban ibu keruh dan bau.
Pada tanggal 3 maret 2022 By.Z usia 5 hari datang ke IGD RSUD
Palembang BARI dengan keluhan kejang + selama 1 menit dan sudah 10 kali
dalam waktu 6 jam SMRS. Setelah kejang Os menangis. Sesak (+) sejak 2 jam

3
SMRS. Demam (+) 9 jam SMRS. muntah (-), BAB dan BAK normal. Bayi
dirawat di NICU RSUD Palembang Bari pada tanggal 3 maret 2022.

Riwayat Penyakit Dahulu (Pada Ibu)


Riwayat sering keputihan selama masa kehamilan (-)
Riwayat demam selama kehamilan (-)
Riwayat sakit gigi selama kehamilan (-)
Riwayat darah tinggi selama kehamilan (-)
Riwayat kencing manis saat kehamilan (-)
Riwayat konsumsi obat antimalaria selama kehamilan (-)

Riwayat Kehamilan
Paritas : P2A0
HPHT : Ibu bayi lupa
Periksa hamil : Hanya 3 kali periksa selama kehamilan
Kebiasaan ibu sebelum kehamilan
Minum alkohol : Disangkal
Merokok : Disangkal
Makan obat-obatan tertentu : Disangkal
Penyakit atau komplikasi kehamilan ini : -

Riwayat Persalinan
Masa Kehamilan : Aterm
Presentasi : Kepala
Cara Persalinan : Normal
KPSW : 7 jam
Riwayat demam saat persalinan : Tidak ada
Riwayat ketuban keruh dan hijau : +
Keadaan bayi saat lahir : Langsung menangis
BBL : 2800 gram
PB : 48 cm
Jenis kelamin : Laki laki

4
Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita adalah anak kedua dari pernikahan pertama. Ayah penderita berusia
32 tahun, yang bekerja sebagai wiraswasta. Ibu penderita berusia 31 tahun dan
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan per bulan sebesar ± 1.5 juta rupiah.

2.3 Pemeriksaan Fisik ( 7 Maret 2022)


Pemeriksaan Umum
Keadaan umum :Tampak sakit berat
GCS : E1M2V1
Berat badan : 2670 gram
Panjang badan : 46 cm
Lingkar kepala : 33 cm
Lingkar lengan atas : 6 cm
Aktivitas : kurang aktif
Refleks hisap :-
Tangis :-
Anemis :-
Sianosis :-
Ikterik :-
Dispnea :+
HR :156x/m
Pernafasan :66x/m
Suhu : 37 0 C

Keadaan Spesifik
Kepala
Lingkar Kepala : 33 cm
Mata : Nistagmus (-),konjungtiva anemis (-/-),sklera
ikterik (-/-), pupil bulat anisokor (+/+), midriasis
(+/+)
Hidung : Napas cuping hidung (-), epistaksis (-), tidak ada
sekret keluar dari hidung dan mulut

5
Trauma Lahir : Caput succadeneum (-)
Cephal hematome (-)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thorax : Simetris, retraksi (+)
Cor : Bunyi jantung I & II normal, murmur (-), gallop
(-)
Pulmo : Vesikuler (+) menurun, ronkhi (+/+), wheezing
(-/-)
Abdomen :Datar, saat inspirasi terlihat lemah, bising
usus (+) normal, cubitan perut kembali lambat
Lipat Paha dan Genitalia : Tidak ada pembesaran KGB, anus ada
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 3 detik

Refleks primitif
Oral : (+)
Moro : (+)
Tonic neck : (+)
Withdrawal : (+)
Plantar grasp : (+)
Palmar grasp : (+)

2.4 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratorium (1 Maret 2022 Pukul 14.37 WIB)

6
Parameter Hasil Nilai Normal Interpretasi
Hematologi
Hemoglobin 10.7g/dl 12 - 16 g/dl Meningkat
Eritrosit 3.1 juta/ul 4.0-5.0 juta/ul Menurun
Hematokrit 33 % 35-47% Meningkat
Trombosit 3493/ul 150-400.103/ul Normal
Leukosit 21.93/ul 5-10.103/ul Meningkat
Laju Endap Darah 43/jam <20 mm/jam Normal
Hitung Jenis
Basofil 0% 0-1% Normal
Eosinofil 3% 1-3% Normal
Batang 5% 2-6% Normal
Segmen 66% 50-70% Normal
Limfosit 14% 20-40% Normal
Monosit 12% 2-8% Normal
Hemostasis
BT 2 1-6 menit Normal
CT 9 10-15 menit Turun
PT 13.9 12-18 detik Normal
APPT 31.3 22-35 detik Normal
D-Dimer 1410 <400ng Meningkat
Kimia Klinik
Glukosa Darah Sewaktu 117 mg/dL <180 mg/dL Normal
Creatinin 1.21 mg/dL 0.9-1.3 mg/dL Normal
SGOT/AST 61 IU <37 Meningkat
SGPT/ALT 25 IU <41 Normal
Ureum 108 mg/dL 20-40 mg/dL Meningkat
Serologi
CRP Kualitatif Negatif Negative Normal
Elektrolit
Natrium 150 mmol/L 135-155 Normal
Kalium 5.1 mmol/L 3.5-5.5 Normal

Kimia Klinik (3 Maret 2022 Pukul 16.31 WIB)


1. Gula Darah Sewaktu : 153 mg/dL
2. Creatinine : 1.0 mg/dL
3. Albumin : 3.5 g/dL

Pemeriksaan Rongten
Foto Thoraks A/P

7
Kesan : Bronkopneumonia

2.5 Resume
Bayi laki-laki cukup bulan lahir spontan dari ibu G2P1A0, hamil aterm
presentasi kepala dengan KPSW. Bayi lahir langsung menangis, APGAR
Score 8/9, berat badan lahir 2800 gram, panjang badan lahir 46 cm. Ketuban
ibu keruh dan bau. Pada usia 5 hari datang ke IGD RSUD Palembang BARI
dengan keluhan kejang + selama 1 menit dan sudah 10 kali dalam waktu 6 jam
SMRS. Setelah kejang Os menangis. Sesak (+) sejak 2 jam SMRS. Demam
(+) 9 jam SMRS.Bayi dirawat di NICU RSUD Palembang Bari dengan
diagnosis RDS ec Bronkopneumonia + Klinis Sepsis Neonatorum

2.6 Diagnosis ( 7 Maret 2022)


Neonatus : Neonatus Cukup Bulan Cukup Masa Kehamilan (NCB-
CMK)
Ibu : G2P1A0 hamil hamil aterm janin tunggal hidup presentasi
kepala dengan KPSW
Lahir : Spontan
Anak : RDS ec Bronkopneumonia + klinis sepsis + susp. Meningitis
2.7 Penatalaksanaan ( 7 Maret 2022 )

8
Non Farmakologi
- Monitoring tanda-tanda gawat nafas (HR, RR, T, SpO2)
- Ventilator FiO2 100% PEEP 7
- Stop oral, OGT DC (+)

Farmakologi
- IVFD D10% 500 cc + D40% 40 cc gtt 18x/menit
- Inj. Aminosteril 84 cc/24 jam
- inj. Meropenem 3x112 mg
- Dobutamin 56 cc/kec 1 cc/jam

2.8 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad malam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam

2.9 Follow Up
Tanggal Pemeriksaan Terapi

9
8/03/2022 S : sesak dan penurunan kesadaran P:
- Monitoring tanda-tanda gawat
Usia : 10 O: KU : tampak sakit berat nafas (HR, RR, T, SpO2)
hari BBS: 2670gram - Ventilator FiO2 100% PEEP 7
GCS E1M1V1
- Stop oral, OGT DC (+)
HR: 126x/menit
- IVFD D10% 500 cc + D40%
RR: 68x/menit
40 cc gtt 18x/menit
T : 36,8 C
- Inj. Aminosteril 84 cc/24 jam
SpO2: 100%
- inj. Meropenem 3x112 mg
Aktifitas: -
Refleks hisap: - - Dobutamin 56 cc/kec 1 cc/jam

Tangis: -
A : 
RDS ec Bp + Klinis Sepsis+ Suspek
meningitis

Tanggal Pemeriksaan Terapi


09/03/2022 S : sesak dan Penurunan Kesadaran P:

10
- Monitoring tanda-tanda gawat
Usia : 11 O: KU : tampak sakit berat nafas (HR, RR, T, SpO2)
hari BBS: 2670gram - Ventilator FiO2 100% PEEP 7
GCS E1M1V1
- Stop oral, OGT DC (+)
HR: 135x/menit
- IVFD D10% 500 cc + D40%
RR: 64x/menit
40 cc gtt 18x/menit
T : 36,9 C
- Inj. Aminosteril 84 cc/24 jam
SpO2: 100%
- inj. Meropenem 3x112 mg
Aktifitas: -
Refleks hisap: - - Dobutamin 56 cc/kec 1 cc/jam

Tangis: -
A : 
RDS ec Bp + Klinis Sepsis+ Suspek
meningitis

BAB III

11
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Sepsis Neonatorum


1.1.1 Definisi
Sepsis neonatorum adalah sindroma klinis dari infeksi lokal / sistemik
yang disebabkan oleh mikroorganisme maupun toksin penyebab infeksi
dalam darah atau jaringan tubuh, bersamaan dengan munculnya manifestasi
sistemik dari infeksi yang terjadi pada bayi 0-28 hari.4
sepsis neonatorum menjadi tiga kategori, yaitu:11
1. sepsis awitan dini atau early onset sepsis (EOS) timbul dalam 3 hari
pertama, berupa gangguan multi system dengan gejala pernapasan
yang menonjol; ditandai dengan awitan tiba-tiba dacepat berkembang
menjadi syok septik dengan mortalitas tinggi.
2. sepsis awitan lambat atau late onset sepsis (LOS), timbul setelah 3
hari, lebih sering di atas satu minggu, pada los biasanya ditemukan
focus infeksi dan sering disertai dengan meningitis.
3. sepsis nosokomial
Ditemukan pada bayi resiko tinggi yang dirawat, berhubungan dengan
monitor invasiv dan berbagai teknik yang digunakan diruang rawat
intens

1.1.2 Epidemiologi
Angka insidens sepsis di negara berkembang cukup tinggi yaitu 1,818
per 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian sebesar 12-68%, sedangkan
di negara maju angka kejadian sepsis berkisar antara 3 per 1000 kelahiran
hidup dengan angka kematian 10,3%. Di Indonesia, angka tersebut belum
terdata. Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta,
dalam periode Januari - September 2005, angka kejadian sepsis neonatorum
sebesar 13,68% dengan angka kematian sebesar 14,18%. 6

1.1.3 Faktor Resiko

12
Faktor risiko ibu:4,9.

1. Ketuban pecah dini dan ketuban pecah lebih dari 12 jam.


2. Infeksi dan demam (>38°C) pada masa peripartum akibat korioamnionitis,
infeksi saluran kemih, kolonisasi vagina oleh Streptokokus grup B (SGB),
kolonisasi perineal oleh E. coli, dan komplikasi obstetrik lainnya.
3. Cairan ketuban keruh dan berbau busuk.
4. Persalinan dan kehamilan kurang bulan.
5. Partus kasep.

Faktor risiko pada bayi: 9


1. Prematuritas dan berat lahir rendah.
2. Dirawat di Rumah Sakit.
3. Trauma pada proses persalinan.
4. Prosedur invasif seperti intubasi endotrakeal, pemakaian ventilator,
kateter,infus, pembedahan, akses vena sentral, kateter intratorakal
5. Bayi dengan galaktosemia (predisposisi untuk sepsis oleh E. coli), defek
imun,atau asplenia.
6. Asfiksia neonatorum.
7. Cacat bawaan.
8. Tidak diberi ASI
9. Pemberian nutrisi parenteral.
10. Perawatan di bangsal intensif bayi baru lahir yang terlalu lama.
11. Perawatan di bangsal bayi baru lahir yang overcrowded
12. Buruknya kebersihan di NICU.

1.1.4 Etiologi

Berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur


dapat menyebabkan infeksi berat yang mengarah pada terjadinya sepsis.
Dalam kajian ini, hanya dibahas sepsis yang disebabkan oleh bakteri. Pola

13
kuman penyebab sepsis pun berbeda-beda antar negara dan selalu berubah dari
waktu ke waktu. Bahkan di negara berkembang sendiri ditemukan perbedaan
pola kuman, walaupun bakteri Gram negatif rata-rata menjadi penyebab utama
dari sepsis neonatorum. Oleh karena itu pemeriksaan pola kuman secara
berkala pada masing-masing klinik dan rumah sakit memegang peranan yang
sangat penting.5,6.
Perbedaan pola kuman penyebab sepsis antar negara berkembang
telah diteliti oleh World Health Organization Young Infants Study Group pada
tahun 1999 di empat negara berkembang yaitu Ethiopia, Philipina, Papua New
Guinea dan Gambia. Dalampenelitian tersebut mengemukakan bahwa isolate
yang tersering ditemukan pada kultur darah adalah Staphylococcus aureus
(23%), Streptococcus pyogenes (20%) dan E. coli (18%). Pada cairan
serebrospinal yang terjadi pada meningitis neonatus awitan dini banyak
ditemukan bakteri Gram negatif terutama Klebsiella sp dan E.Coli, sedangkan
pada awitan lambat selain bakteri Gram negatif juga ditemukan Streptococcus
pneumoniae serotipe 2. E.coli biasa ditemukan pada neonatus yang tidak
dilahirkan di rumah sakit serta pada usap vagina wanita-wanita di daerah
pedesaan. Sementara Klebsiella sp biasanya diisolasi dari neonatus yang
dilahirkan di rumah sakit. Selain mikroorganisme di atas, patogen yang sering
ditemukan adalah Pseudomonas, Enterobacter, dan Staphylococcus aureus.5,8.
Di RSCM telah terjadi 3 kali perubahan pola kuman dalam 30 tahun
terakhir. Di Divisi Neonatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-
RSCM pada tahun 2003, kuman terbanyak yang ditemukan berturut-turut
adalah Acinetobacter sp,Enterobacter sp, Pseudomonas sp. Data terakhir bulan
Juli 2004-Mei 2005 menunjukkan Acinetobacter calcoacetius paling sering
(35,67%), diikuti Enterobacter sp (7,01%), dan Staphylococcus sp (6,81%). 9

1.1.5 Patofisiologi
Patofisiologi sepsis terdiri dari aktivasi inflamasi, aktivasi koagulasi,
dan gangguan fibrinolisis. Hal ini mengganggu homeostasis antara
mekanisme prokoagulasi dan antikoagulasi.5,10.

14
1. Respon inflamasi
Respon sepsis terhadap bakteri Gram negatif dimulai dengan
pelepasan lipopolisakarida (LPS), yaitu endotoksin dari dinding sel
bakteri. Lipopolisakarida merupakan komponen penting pada membran
luar bakteri Gram negatif dan memiliki peranan penting dalam
menginduksi sepsis. Lipopolisakarida mengikat protein spesifik dalam
plasma yaitu lipoprotein binding protein (LPB). Selanjutnya kompleks
LPS-LPB ini berikatan dengan CD14, yaitu reseptor pada membran
makrofag. CD14 akan mempresentasikan LPS kepada Toll-like receptor 4
(TLR4) yaitu reseptor untuk transduksi sinyal sehingga terjadi aktivasi
makrofag. 5,10.
Bakteri Gram positif dapat menimbulkan sepsis melalui dua
mekanisme, yakni dengan menghasilkan eksotoksin yang bekerja sebagai
superantigen dan dengan melepaskan fragmen dinding sel yang
merangsang sel imun. Superantigen mengaktifkan sejumlah besar sel T
untuk menghasilkan sitokin proinflamasi dalam jumlah yang sangat
banyak. Bakteri Gram positif yang tidak mengeluarkan eksotoksin dapat
menginduksi syok dengan merangsang respon imun non spesifik melalui
mekanisme yang sama dengan bakteri Gram negatif. Kedua kelompok
organisme diatas, memicu kaskade sepsis yang dimulai dengan pelepasan
mediator inflamasi sepsis. Mediator inflamasi primer dilepaskan dari sel-
sel akibat aktivasi makrofag. Kerusakan utama akibat aktivasi makrofag
terjadi pada endotel dan selanjutnya akan menimbulkan migrasi leukosit
serta pembentukan mikrotrombi sehingga menyebabkan kerusakan organ.
Aktivasi endotel akan meningkatkan jumlah reseptor trombin pada
permukaan sel untuk melokalisasi koagulasi pada tempat yang mengalami
cedera. Cedera pada endotel ini juga berkaitan dengan gangguan
fibrinolisis. Hal ini disebabkan oleh penurunan jumlah reseptor pada
permukaan sel untuk sintesis dan ekspresi molekul antitrombik. Selain itu,
inflamasi pada sel endotel akan menyebabkan vasodilatasi pada otot polos
pembuluh darah. 5,10.

2. Aktivasi Inflamasi dan Koagulasi

15
Pada sepsis terlihat hubungan erat antara inflamasi dan koagulasi.
Mediator inflamasi menyebabkan ekspresi faktor jaringan atau Tissue
Factor (TF). Ekspresi TF secara langsung akan mengaktivasi jalur
koagulasi ekstrinsik dan melalui lengkung umpan balik secara tidak
langsung juga akan mengaktifkan jalur instrinsik.5
Pada sepsis, aktivasi kaskade koagulasi umumnya diawali pada
jalur ekstrinsik yang terjadi akibat ekspresi TF yang meningkat akibat
rangsangan dari mediator inflamasi. Selain itu, secara tidak langsung TF
juga akan megaktifkan jalur intrinsik melalui lengkung jalur umpan balik.
Terdapat kaitan antara jalur ekstrinsik dan intrinsik dan hasil akhir aktivasi
kedua jalur tersebut adalah pembentukan fibrin. 5,9.

3. Gangguan Fibrinolisis
Fibrinolisis adalah respons homeostasis tubuh terhadap aktivasi
sistem koagulasi. Penghancuran fibrin penting bagi angiogenesis
(pembentukan pembuluh darah baru), rekanalisasi pembuluh darah dan
penyembuhan luka.5,6,9.
Aktivator fibrinolisis [tissue-type plasminogen activator (t-PA) dan
urokinasetypeplasminogen activator (u-PA)] akan dilepaskan dari endotel
untuk merubah plasminogen menjadi plasmin. Jika plasmin terbentuk,
akan terjadi proteolisisfibrin. 5,6,9.
Tubuh juga memiliki inhibitor fibrinolisis alamiah yaitu
plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) dan trombin-activatable
fibrinolysis inhibitor (TAFI).Aktivator dan inhibitor diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan. 5,6,9.
Sepsis mengganggu respons fibrinolisis normal dan menyebabkan
tubuh tidak mampu menghancurkan mikrotrombi. TNF-α menyebabkan
supresi fibrinolisis akibat tingginya kadar PAI-1 dan menghambat
penghancuran fibrin. Hasil pemecahan fibrin dikenal sebagai fibrin
degradation product (FDP) yang mencakup D-dimer, dan sering diperiksa
pada tes koagulasi klinis. Mediator proinflamasi (TNF-α dan IL-6) bekerja
secara sinergis meningkatkan kadar fibrin, sehingga menyebabkan
trombosis pada pembuluh darah kecil hingga sedang dan selanjutnya

16
menyebabkan disfungsi multi organ. Secara klinis, disfungsi organ dapat
bermanifestasi sebagai gangguan napas, hipotensi, gagal ginjal dan pada
kasus yang berat dapat menyebabkan kematian. 5,6,9.
Pada sepsis, saat aktivasi koagulasi maksimal, sistem fibrinolisis
akan tertekan. Respon akut sistem fibrinolisis adalah pelepasan aktivator
plasminogen khususnya t-PA dan u-PA dari tempat penyimpanannya
dalam endotel. Namun, aktivasi plasminogen ini dihambat oleh
peningkatan PAI-1 sehingga pembersihan fibrin menjadi tidak adekuat,
dan mengakibatkan pembentukan trombus dalam mikrovaskular.
Disseminated intravascular coagulation (DIC) atau Pembekuan
intravaskular menyeluruh ( PIM ) merupakan komplikasi tersering pada
sepsis. Konsumsi faktor pembekuan dan trombosit akan menginduksi
komplikasi perdarahan berat. PIM secara bersamaan akan menyebabkan
trombosis mikrovaskular dan perdarahan. Pada pasien PIM, kadar PAI-1
yang tinggi dihubungkan dengan prognosis buruk. 5,6,9.
Efek kumulatif kaskade sepsis menyebabkan ketidakseimbangan
mekanisme inflamasi dan homeostasis. Inflamasi yang lebih dominan
terhadap anti inflamasi dan koagulasi yang lebih dominan terhadap
fibrinolisis, memudahkan terjadinya trombosis mikrovaskular, hipoperfusi,
iskemia dan kerusakan jaringan. Sepsis berat, syok septik, dapat
menyebabkan kegagalan multi organ, dan berakhir dengan kematian. 5,6,9.

1.1.6 Diagnosis
A. Anamnesis
Faktor resiko atau faktor predisposisi infeksi ( suhu ibu > 38 o C,
leukosit ibu > 15.000/mm3 , air ketuban keruh & berbau busuk,
ketubah pecah > 12 jam, partus kasep), perawatan tali pusat,
pemberian zalf mata setelah melahirkan.4

B. Pemeriksaaan Fisik
Gejala klinis sepsis terdiri atas:4

17
1. Gejala umum: bayi tampak lemah, terdapat gangguan minum yang
disertai penurunan berat badan, keadaan umum memburuk
hipotermi/hipertermi
2. Gejala SSP: letargi, iritabilitas, hiporefleks, tremor, kejang,
hipotoni/hipertoni, serangan apnea, gerak bola mata tidak
terkoordinasi.
3. Gejala pernapasan: dispnu, takipnu, apnu, dan sianosis
4. Gejala TGI: muntah, diare, meteorismus, hepatomegali
5. Kelainan kulit: purpura, eritema, pustula, sklerema
6. Kelainan sirkulasi: pucat/sianosis, takikardi/aritmia, hipotensi, edema,
dingin.
7. Kelainan hematologi: perdarahan, ikterus, purpura

C. Kriteria Diagnosis
Gejala klinis sepsis ditambah lebih dari satu pemeriksaan laboratorium
yang positip ( lekosit < 5000/mm3 atau > 34.000/mm3, I/T ratio 0,2
atau lebih, mikro LED>15 mm/jam, CRP > 9mg/dL ), kultur darah
positif.4

1.1.7 Tatalaksana
A. Pemberian cairan sesuai dengan kebutuhan bayi
B. Terapi oksigen bila diperlukan, kebutuhan oksigen meningkat, yang
harus dipenuhi dengan pemberian oksigen, VTP atau kemudian
dengan ventilator.
C. Antibiotik : Ceftazidime. Bila dicurigai infeksi oleh karena
stafilokokkus maka diberikan sefalosporin generasi ke-2, 50
mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian, bila tidak ada perbaikan
klinis dalam 48 jam atau keadaan umum semakin memburuk,
pertimbangkan pindah ke antibiotika yang lebih poten, misal
nya meropenem, atau sesuai dengan hasil tes resistensi. Antibiotika
diberikan 7-10 hari (antibiotik dihentikan setelah klinis membaik 5
hari)4

18
Tabel 3.1 Dosis Pemberian Antibiotika Berdasarkan Berat Badan dan
Umur4
Dosis (mg/kg BB) Dan Interval pemberian
< 1200 1200 s/d 2000 > 2000
Antibiotika Cara 0 – 4 mgg 0 – 7 hari > 7 hari 0 – 7 hari > 7 hari
pemb.
Amikasin IV  /  IM 7,5 / 12 jam 7,5 / 12 jam 7,5 / 8 jam 10 / 12 jam 10 / 8 jam
Ampisilin IV 25 / 12 jam 25 / 12 jam 25 / 8 jam 25 / 8 jam 25 / 6 jam
Ampisilin* IV 50 / 12 jam 50 / 12 jam 50 / 8 jam 50 / 8 jam 50 / 6 jam
Ceftazidim IV 50 / 12 jam 50 / 12 jam 50 / 8 jam 50 / 8 jam 50 / 8 jam
Ceftazidim* IV 50 / 8 jam 50 / 8 jam 50 / 8 jam 50 / 8 jam 50 / 8 jam
Gentamisin IV  /  IM 2,5 / 18 jam 2,5 / 12 jam 2,5 / 8 jam 2,5 / 12 2,5 / 8 jam
jam
Meropenem IV 20 / 12 jam 20   / 12 20 / 12 jam 20 / 12 jam 20 / 8 jam
jam
Meropenem* IV 40 / 8 jam 40 / 8 jam 40 / 8 jam 40 / 8 jam 40 / 8 jam
Metronidazol IV 7,5 / 48 jam 7,5 / 24 jam 7,5 / 12 jam 7,5 / 12 15 / 12 jam
jam

Keterangan :
Tanda astriks ( * ) : dosis untuk meningitis bakterialis.

1.1.8 Komplikasi
A. Syok Sepsis
Syok septik merupakan kondisi sepsis dengan hipotensi refrakter
(tekanan darah sistolik <90 mmHg, mean arterial pressure < 65 mmHg,
atau penurunan > 40 mmHg dari ambang dasar tekanan darah sistolik
yang tidak responsif setelah diberikan cairan kristaloid sebesar 20 sampai
40 mL/kg).11
Pembaharuan definisi dan kriteria sepsis dari menggunakan istilah
Sindrom Respons Inflamasi Sistemik (SIRS) menjadi Sequential Organ
Failure Assessment (SOFA); SOFA merupakan kriteria penilaian
kerusakan organ. SOFA score ≥2 dan qSOFA ≥2 menunjukkan adanya

19
sepsis.12 SOFA melakukan evaluasi terhadap fungsi fisiologis, respirasi,
koagulasi, hepatik, sistem saraf pusat, dan ginjal. Makin tinggi skor SOFA
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas sepsis. Kriteria simpel
menggunakan qSOFA, qSOFA dinyatakan positif apabila terdapat 2 dari 3
kriteria. Skoring tersebut cepat dan sederhana serta tidak memerlukan
pemeriksaan laboratorium.13

Tabel 3.2. Kriteria qSOFA13,14.

Kriteria qSOFA
1 Laju pernapasan >22x/menit
2 Perubahan status mental atau kesadaran
3 Tekanan darah sistolik <100mmHg

B. RDS
Sindrom gawat napas atau sering disebut Respiratory Distress Synd
rome merupakan kumpulan dari 2 atau lebih gejala gangguan ventilasi
paru yang ditandai dengan frekuensi napas >60 kali/menit, merintih pada
waktu ekspirasi, retraksi interkostal, subkostal, suprasternal, epigastrium
Pernapasan cuping hidung dan sianosis.4

Kriteria Diagnosis Ditemukan gejala klinis atau gejala klinis


ditambah dengan hasil pemeriksaan penunjang yang positif.4

1. Transient Tachypnoe of the Newborn : gejala klinis + foto thoraks


(hiperinflasi paru, peri hillar cuffing, cairan di fisura interlobularis,
diafragma datar, kardiomegali ringan)
2. Penyakit membran Hialin: gejala klinis + foto thoraks (infiltrat
retikuloglanuler, airbronchogram, batas jantung paru kabur, kolaps
seluruh paru)
3. Sindroma Aspirasi Mekonium : gejala klinis + foto thoraks (diafragma
datar, sela iga lebar, bercak infiltran kasar)
4. Bronkopneumonia : Gejala klinis + foto thoraks (infiltrat tidak
spesifik)

20
5. Pneumothoraks : Gejala klinis + foto thoraks (radiolusendan kolaps
parsial atau total paru yang terkena, pergeseran mediastinum,
pendatran diafragma) + transiluminasi positif, terutama pada bayi
kecil.
6. Hernia Diafragmatika : Gejala klinis + foto thoraks (tampak gambaran
usus di rongga thoraks)
7. Parase syaraf frenikus : gejala klinis + foto thoraks (elevasi diafragma
sisi parese, pergeseran mediastinum dan atelektasis) + USG
(gangguan./ berkurang gerakan diafragma sisi parese).

C. Meningitis
Meningitis neonatorum adalah penyakit yang ditandai sebagai hasil
dari infeksi dan inflamasi yang terjadi pada selaput otak (meningen) dan
biasanya terjadi antara 0 - 28 hari kehidupan.4
Kriteria Diagnosis Gejala klinis sepsis ditambah hasil pemeriksan
cairan serebrospinalis:4

Tes Pandy : + atau ++


Jumlah sel : umur 0 s/d 48 jam :>100/mm3
umur 2 s/d 7 hari :>50/mm3
umur >7 hari :>32/mm3
Diff. count : PMN meningkat, protein meningkat dan glukosa
menurun.

1.1.9 Prognosis
Angka kematian 13-50%, terutama pada bayi prematur (5-10 kali
kejadian pada neonatus cukup bulan) dan neonatus dengan penyakit berat
dini. Infeksi nosokomial pada bayi berat lahir sangat rendah merupakan
penyebab utama tingginya kematian pada umur setelah 5 hari kehidupan. 18

21
BAB IV
ANALISIS KASUS

Bayi laki laki cukup bulan lahir spontan dari ibu G2P1A0, hamil 38 minggu
dengan KPSW. Bayi lahir langsung menangis, APGAR Score 8/9, berat badan
lahir 2800 gram, panjang badan lahir 46 cm, ketuban ibu keruh dan bau. Riwayat
demam pada ibu disangkal. Bayi dirawat di NICU RSUD Palembang Bari dengan
keluhan kejang. Pada pemeriksaan fisik, HR 156x/menit, RR 66x/menit, dan suhu
37 0C.
Menurut data yang didapatkan bahwa usia kehamilan ibu pasien adalah cukup
bulan yaitu sekitar 38 minggu. Hubungan antara berat badan pasien dan masa
kehamilan ini dapat dilihat melalui Kurva Lubchenco.

Grafik 1. Plotting berat badan lahir dan usia kehamilan pada kurva Lubchenco

Dari data diatas, hubungan usia kehamilan yaitu 38 minggu dan berat badan
lahir 2800 gram menandakan neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan.

22
Keluhan utama yang dimiliki oleh bayi adalah kejang. Pada usia 5 hari
datang ke IGD RSUD Palembang BARI dengan keluhan kejang + selama 1 menit
dan sudah 10 kali dalam waktu 6 jam SMRS. Setelah kejang Os menangis. Pada
pemeriksaan fisik, HR 156x/menit, RR 66x/menit, suhu 37 0C, pada pernafasan
thoraks tampak retraksi interkostal. Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan
hemoglobin menurun, eritrosit menurun,leukositosis 21.900 uL, hematokrit
meningkat, dan D-Dimer meningkat 1.410 ng/dL, LED 43 menit/jam.
Bayi laki laki cukup bulan lahir spontan dari ibu G2P1A0, hamil 38 minggu
dengan KPSW. Bayi lahir langsung menangis, APGAR Score 8/9, berat badan
lahir 2800 gram, panjang badan lahir 46 cm, ketuban ibu keruh dan bau.
Hal ini menunjukkan bahwa pada pasien kemungkinan mengalami klinis
sepsis neonatorum. Menurut teori sepsis neonatorum merupakan sindroma klinis
dari infeksi lokal / sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme maupun toksin
penyebab infeksi dalam darah atau jaringan tubuh, bersamaan dengan munculnya
manifestasi sistemik dari infeksi yang terjadi pada bayi 0-28 hari. Pada pasien di
dapatkan juga faktore resiko infeksi yaitu adanya ketuban keruh serta bau.
Sedangkan menurut teori bahwa Gejala klinis sepsis terdiri atas:

A. Gejala umum: bayi tampak lemah, terdapat gangguan minum yang disertai
penurunan berat badan, keadaan umum memburuk hipotermi/hipertermi
B. Gejala SSP: letargi, iritabilitas, hiporefleks, tremor, kejang,
hipotoni/hipertoni, serangan apnea, gerak bola mata tidak terkoordinasi.
C. Gejala pernapasan: dispnu, takipnu, apnu, dan sianosis
D. Gejala TGI: muntah, diare, meteorismus, hepatomegali
E. Kelainan kulit: purpura, eritema, pustula, sklerema
F. Kelainan sirkulasi: pucat/sianosis, takikardi/aritmia, hipotensi, edema,
dingin.
G. Kelainan hematologi: perdarahan, ikterus, purpura

Pada pemeriksaan fisik, HR 156x/menit, RR 66x/menit, suhu 37 0C, pada


pernafasan thoraks tampak retraksi interkostal, dan pada pemeriksaan rhotgen
thoraks di dapatkan kesan bronkopneumonia. Jadi Os di diagnosis respiratory

23
distress syndrome et causa Bronkopneumonia. Menurut teori, Respiratory Distres
s Syndrome merupakan kumpulan dari 2 atau lebih gejala gangguan ventilasi paru
yang ditandai dengan frekuensi napas >60 kali/menit, merintih pada waktu
ekspirasi, retraksi interkostal, subkostal, suprasternal, epigastrium pernapasan
cuping hidung dan sianosis. Diagnosis ditegakan berdasarkan gejala klinis dan
pemeriksaan foto rontgen thoraks Bronkopneumoni dengan gejala dispneu, takipn
ea, retraksi dinding dada, merintih, sianosis, vesikuler dapat normal atau menurun
danjarang ditemukan ronkhi dan adanya temuan kesan infiltrate yang tidak
spesifik pada foto thoraks.
Pada perawatan hari ke 3 bayi mengalami penurunan kesadaran dengan
GCS E1M1V1. Kemungkinan hal ini disebabkan karena telah terjadi komplikasi
yaitu meningitis. Berdasarkan teori bahwa pada meningitis di dapatkan adanya
gejala sepsis dan di tambah dengan pemeriksaan LCS yang menandakan adanya:
Tes Pandy : + atau ++
Jumlah sel : umur 0 s/d 48 jam :>100/mm3
umur 2 s/d 7 hari :>50/mm3
umur >7 hari :>32/mm3
Diff. count : PMN meningkat, protein meningkat dan glukosa
menurun.
Tatalaksana yang diberikan pada pada pasien menggunakan Ventilator FiO2
100% PEEP 7. Setelah itu diberikan IVFD D10% 500 cc + D40% 40 cc gtt
18x/menit, Inj. Aminosteril 84 cc/24 jam, inj. Meropenem 3x112 mg, Dobutamin
56 cc/kec 1 cc/jam. Prognosis pasien ini adalah dubia ad malam.

24
BAB V
KESIMPULAN

1.1 Kesimpulan
1. Kasus ini merupakan Bayi laki laki cukup bulan lahir spontan dari ibu
G2P1A0, hamil 38 minggu presentasi kepala dengan KPSW. Bayi lahir
langsung menangis, APGAR Score 8/9, berat badan lahir 2800 gram,
panjang badan lahir 46 cm, ketuban ibu keruh dan bau. Riwayat demam
pada ibu disangkal. Datang usia 5 hari ke RSUD Palembang Bari dengan
keluhan kejang. Pada pemeriksaan fisik, HR 156x/menit, RR 66x/menit,
dan suhu 37 0
C, pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin
menurun, eritrosit menurun,leukositosis 21.900 uL, hematokrit meningkat,
dan D-Dimer meningkat 1.410 ng/dL, LED 43 menit/jam dan pemeriksaan
foto thoraks didapatkan kesan bronkopneumonia.
2. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
pasien didiagnosis mengalami Respiratory Distress Syndrome ec
Bronkopneumonia + Klinis Sepsis + Suspek meningitis.
3. Penatalaksanaan pasien meliputi penatalaksanaan non-farmakologi yaitu
monitoring tanda-tanda gawat nafas (HR, RR, T, SpO 2), Tatalaksana yang
diberikan pada pada pasien menggunakan Ventilator FiO2 100% PEEP 7,
stop oral OGT DC (+). Pada tatalaksana farmakologi meliputi kebutuhan
cairan yang dihitung perhari berdasarkan usia pasien, IVFD D10% 500 cc
+ D40% 40 cc gtt 18x/menit, Inj. Aminosteril 84 cc/24 jam, inj.
Meropenem 3x112 mg, Dobutamin 56 cc/kec 1 cc/jam. Prognosis pasien
ini adalah dubia ad malam.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Pileggi C, Souza JP, Cecatti JG, Faundes A. Neonatal near miss approach
in the 2005 WHO Global Survey Brazil. J Pediatr (Rio J). 2010;86(1):21-6
2. Kosim, M.S. 2016. Gawat Darurat Neonatus. Sari Pediatri. 7(4):225-23I
(http://saripediatri.idai.or.id/ diakses pada 13Desember 2021)
3. BAPPENAS. 2010. Laporan Pencapaian Pembangunan Millenium di
Indonesia 2010. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional,
Jakarta. Indonesia. Hal 1-74
4. Ridhayani, Alfarizi, Ahmad Bayu, Halimah, Asyik, Hadi. Panduan Praktik
Klinik Divisi Perinatologi. Departemen/SMF Kesehatan Anak RSUD
Palembang BARI. 2017
5. Irvan, Febiyan, dan Suprapto. “ Sepsis dan Tatalaksana Guidline Terbaru”.
Jurnal Anestesiologi Indonesia. 2018. Vol.X, No.1
6. Ann L Anderson-Berry, MD : Neonatal Sepsis. Page was last modified
February23rd,2010. http://emedicine.medscape.com/article/978352-
overview
7. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson Textbook of Pediatrics, Ilmu
Kesehatan Anak, edisi ke 18. Sepsis dan Meningitis Neonatus. Jakarta :
EGC, 2004, hal 653-663.
8. Carl Kuschel : Antibiotics for Neonatal Sepsis. Page was last modified
October 20th,2010.Available.at
http://www.adhb.govt.nz/AntibioticsForNeonatalSepsis.htm
9. Claudio Chiesa et al : Diagnosis of Neonatal Sepsis : A Clinical and
Laboratory Challenge. Page was last modified July 1 st, 2011. Page
available at http://www.clinchem.org/cgi/content/full/50/2/279
10. John Mersch, MD, FAAP : Neonatal Sepsis ( Sepsis Neonatorum ). Page
was last,modified,June,20th,2011.
http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=98247
11. Nguyen BH, Rivers EP, Abrahamian FM, Moran GJ, Abraham E,
Trzeciak S, et al. Severe sepsis and septic shock: review of the literature

26
and emergeny department management guidelines. Annals of Emergency
Medicine. 2006; 48(1): 28-50.
12. Suprapto putra,Ivan arista. “Update tatalaksana
Sepsis”.Analisis.2019.CDK-280.Vol.46, No.11. hal 681-685
13. Arifin. Definisi dan kriteria syok septik. In: Frans J, Arif M, editors.
Penatalaksanaan sepsis dan syok septik optimalisasi FASTHUGSBID.
Jakarta: PERDICI; 2017 .p. 1-3
14. Suhendro. Definisi dan kriteria terbaru diagnosis sepsis: Sepsis-3. In:
Widayat D, Leonard N. Jakarta antimicrobial update “Antimicrobial Usage
in Clinical Practice L Strategy to Combat Infectious Agent 2017”. Jakarta:
Interna Publishing; 2017.p. 1-7
15. Roeslani RD, Amir I, Nasrulloh MH, Suryanil. Penelitian awal: Faktor
resiko pada sepsis neonatorum awitan dini. Sari Pediatri 2013;14(6):363-8.

27

Anda mungkin juga menyukai