Anda di halaman 1dari 32

Laporan Kasus

TINEA KAPITIS TIPE KERION

Oleh:
Nabila Putri Rahmadandi, S.Ked
712019055

Dokter Pembimbing:
dr. Nurita Bangun Hutahaean, Sp.KK

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang melapisi seluruh
bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya.
Terdapat variasi kulit sesuai dengan area tubuh, antara lain kulit yang tidak
berambut disebut kulit glabrosa yang ditemukan ditelapak tangan dan telapak
kaki. Kulit glabrosa kira-kira 10 kali lebih tebal dibandingkan dengan kulit yang
paling tipis, misalnya di daerah lipatan (fleksura). Kemudian ada kulit berambut
yang memiliki banyak folikel juga kelenjar sebasea. Kulit kepala memiliki folikel
rambut yang besar dan terletak dalam hingga ke lapisan lemak kulit (subkutis).1
Demartofitosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh kolonisasi jamur
dermatofita yang menyerang jaringan yang mengandung keratin seperti stratum
korneum kulit, rambut dan kuku pada manusia. Dermatofitosis didapatkan
sebanyak 52% dengan kasus terbanyak tinea kruris dan tinea korporis. Salah satu
penyakit dermatofitosis adalah tinea kapitis. Tinea kapitis merupakan infeksi
rambut dan kulit kepala oleh dermatofita, khususnya disebabkan oleh spesies
Trichophyton dan Microsporum, kecuali Trichophyton concentricum. Prevalensi
yang tinggi tinea kapitis dapat ditemukan di seluruh dunia, terutama ditemukan di
Afrika, Eropa dan Asia Tenggara. Gambaran klinis tinea kapitis tergantung dari
spesies penyebabnya sama halnya dengan faktor lain seperti respon imun pejamu.
Umumnya infeksi dermatofita yang mengenai kulit kepala akan menyebabkan
kerontokan rambut, kulit kepala bersisik dan berbagai derajat respon inflamasi.
Manifestasi klinis tinea kapitis sangat bervariasi yaitu dapat berupa non-inflamasi
atau inflamasi. Beberapa tipe tinea kapitis yaitu tipe gray patch, black dot,
kerion.2, 3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat
tanduk, misalnya statum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang
disebabkan oleh jamur dermatofita. Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit
dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies dermatofita. Tinea capitis
adalah infeksi dermatofitik pada kulit kepala dan rambut yang terjadi terutama
pada anak-anak.1, 4

2.2. Epidemiologi
Tinea kapitis paling sering diamati pada anak-anak antara 3 sampai 14
tahun. Efek fungistatik asam lemak dalam sebum dapat membantu
menjelaskan penurunan tajam dalam insiden setelah pubertas. Prevalensi
keseluruhan dari negara pembawa adalah sekitar 4% di Amerika Serikat
dengan prevalensi puncak sekitar 13% pada anak perempuan Afrika
Keturunan Amerika. Di Asia Tenggara, tingkat infeksi telah dilaporkan
menurun secara drastis dari 14% (rata-rata laki-laki dan anak-anak
perempuan) menjadi 1,2% di 50 tahun terakhir karena kondisi sanitasi dan
kebersihan yang meningkat. Secara umum, tinea kapitis lebih sering terjadi
pada anak-anak keturunan Afrika karena alasan yang tidak diketahui.
Dermatofit T. tonsuran antropofilik adalah spesies yang paling umum
ditemukan di Amerika Serikat, sedangkan M. canis tetap menjadi penyebab
paling umum dari tinea capitis di Eropa. Organisme yang bertanggung jawab
untuk tinea capitis telah dikultur dari fomites seperti sisir, topi, sarung bantal ,
mainan dan kursi teater. Bahkan setelah kerontokan, rambut dapat
mengandung organisme menular selama lebih dari 1 tahun. Tingginya
prevalensi pembawa asimptomatik dapat menggagalkan pemberantasan
penyakit.4

3
2.3. Etiologi
Dermatofita ialah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis.
Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermtofita
termasuk kelas Fungi Imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus, yaitu
Micosporum, trichophyton, dan Epidemophyton. Selain sifat keratofilik masih
banyak sifat yang sama di antara dermatofita, misalnya sifat faali, taksonomis,
antigenik, kebutuhan zat makanan untuk pertumbuhannya, dan penyebab
penyakit. Penularan meningkat dengan penurunan kebersihan pribadi,
kepadatan penduduk, dan status sosial ekonomi rendah.1, 4

2.4. Patogenesis
Infeksi rambut oleh dermatofita mengikuti 3 pola utama yaitu,
eksotrik, endotriks dan favus. Dermatofita membentuk infeksi pada stratum
korneum perifollicular dan menyebar di sekitar dan ke batang rambut rambut
dari pertengahan hingga akhir anagen sebelum turun ke dalam folikel untuk
menembus korteks. Dengan pertumbuhan rambut, bagian rambut yang
terinfeksi naik di atas permukaan kulit kepala tempat ia bisa patah karena
kerapuhannya yang meningkat. Pada infeksi eksotrik, hanya artrokonidia pada
permukaan batang rambut yang dapat divisualisasikan, meskipun hifa juga
terdapat dalam batang rambut, serta kutikula yang hancur. Pada pemeriksaan
lampu Wood, fluoresensi kuning-hijau dapat dideteksi, tergantung pada
organisme penyebabnya. Pada infeksi endotrik, artrokonidia dan hifa tetap
berada dalam batang rambut dan meninggalkan korteks dan kutikula utuh.
Pola tinea capitis ini dikaitkan dengan penampilan "black dot" yang mewakili
rambut rusak di permukaan kulit kepala. Organisme endotrik tidak
menunjukkan fluoresensi pada ujian lampu Woods. Favus ditandai oleh hifa
dan ruang udara yang diatur secara longitudinal dalam batang rambut.
Arthroconidia biasanya tidak ditemukan pada rambut yang terinfeksi.4

4
2.5. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis tinea capitis tergantung pada spesies penyebabnya serta
faktor-faktor lain seperti respons imun inang. Secara umum, infeksi
dermatofit pada kulit kepala menyebabkan rambut rontok, pengelupasan, dan
berbagai tingkat respons peradangan.4
Gambaran klinis tinea kapitis dapat dilihat sebagai 3 bentuk yang jelas, yaitu:
1. Gray patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan
oleh genus Microsporum dan sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit
mulai dengan papul merah kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan
membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita
adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi.
Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut
dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut didaerah tersebut terserang
oleh jamur, sehingga dapat terbentuk alopesia setempat. Tempat-tempat
ini terlihat sebagai grey patch. Grey patch yang dilihat didalam klinik
tidak menunjukkan batas-batas daerah sakit dengan pasti. Pada
pemeriksaan dengan lampu Wood dapat dilihat fluoresensi hijau
kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melampaui batas-batas grey
patch tersebut. Pada kasus-kasus tanpa keluhan pemeriksaan dengan
lampu Wood ini banyak membantu diagnosis. Tinea kapitis yang
disebabkan oleh Microsporum audouini biasanya disertai tanda
peradangan ringan, hanya sekali-sekali dapat terbentuk kerion.1

Gambar 2.1. Tinea kapitis tipe gray patch


ringworm

5
2. Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa
pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang
yang padat disekitarnya. Zoophilic atau geophilic patogens, seperti M.
canis, M. gypseum, dan T. verrucosum, lebih seperti menyebabkan jenis
peradangan tinea capitis. Peradangan, yang merupakan hasil dari reaksi
hipersensitivitas terhadap infeksi, dalam pengaturan ini berkisar dari
pustula folikuler ke furunkulosis atau kerion. Peradangan yang intens juga
dapat menyebabkan jaringan parut alopesia. Kulit kepala biasanya pruritus
atau lunak. Tinea kapitis radang sering dikaitkan dengan limfadenopati
servikal posterior, yang berfungsi sebagai mutiara klinis dalam
membedakan tinea kapitis dari gangguan peradangan lainnya yang
melibatkan kulit kepala.1, 4

Gambar 2.2. Tinea kapitis tipe kerion

3. Bentuk "black dot" tinea capitis biasanya disebabkan oleh organisme


endothrix antropofilik T. tonsurans dan T. violaceum. Rambut patah pada
tingkat kulit kepala meninggalkan titik-titik hitam yang dikelompokkan
dalam patch alopecia berbentuk poligonal dengan margin seperti jari.
Rambut normal juga tetap dalam potongan rambut yang rusak. Penskalaan
difus juga sering ada. Walaupun tinea kapitis "black dot" cenderung
bersifat inflamasi minimal, beberapa pasien mungkin mengalami pustula
folikuler, nodul mirip furunkel, atau dalam kasus yang jarang terjadi

6
kerion — massa peradangan yang berombak disertai rambut rusak dan
lubang folikel yang keluar dengan nanah.4

Gambar 2.3. Tinea kapitis tipe black dot ringworm

2.6. Diagnosis Banding


Diagnosis banding tinea kapitis berskuama dan keradangan minimal
1. Dermatitis seborhoik.
Keradangan yang biasanya terjadi pada sebelum usia 1 tahun atau sesudah
pubertas yang berhubungan dengan rangsangan kelenjar sebasia. Tampak
eritema dengan skuama diatasnya sering berminyak, rambut yang terkena
biasanya difus, tidak setempat. Rambut tidak patah. Distribusi umumnya
di kepala, leher dan daerah-daerah pelipatan. Alopesia sementara dapat
terjadi dengan penipisan rambut daerah kepala, alis mata, bulu mata atau
belakang telinga. Sering tampak pada pasien penyakit syaraf atau
immunodefisiensi.5
2. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik yang berat dan luas mungkin mengenai kepala dengan
skuama kering putih dan halus. Khas tidak berhubungan dengan
kerontokan rambut, bila ada biasanya karena trauma sekunder karena
garukan kepala yang gatal. Disertai lesi dermatitis atopik di daerah lain.5
3. Psoriasis
Psoriasis kepala khas seperti lesi psoriasis dikulit, plak eritematos
berbatas jelas dan berskuama lebih jelas dan keperakan diatasnya, dan

7
rambut rambut tidak patah. Kepadatan rambut berkurang di plak psoriasis
juga meningkatnya menyeluruh dalam kerapuhan rambut dan kecepatan
rontoknya rambut telogen. 10% psoriasis terjadi pada anak kurang 10
tahun dan 50% mengenai kepala, dan sering lesi psoriasis anak terjadi
pada kepala saja, maka kelainan kuku dapat membantu diagnosis
psoriasis.5
4. Pitiriasis amiantasea (Pitiriasis asbestos)
Adalah tumpukan skuama dalam masa yang kusut. Dermatitis kepala
lokalisata yang non infeksius yang tidak diketahui sebabnya. Skuama
yang putih tebal melekat sering dijumpai mengikat batang rambut
proksimal. Kepala dapat tampak beradang. Rontok rambut sementara
dapat terjadi dengan pelepasan manual skuama yang melekat. Kelainan
kulit dilain tempat yang menyertai biasanya tidak ada, namun dapat
mempunyai penyakit yang menyertai, yaitu Dermatitis atopik atau
keradangan kulit lainnya. Ada yang menganggap sebagai psoriasis dini.5
Diagnosis banding tinea kapitis yang alopesia jelas
1. Alopesia areata
Alopesia areata mempunyai tepi yang eritematus pada stadium
permulaan, tetapi dapat berubah kembali ke kulit normal. Juga jarang
ada skuama dan rambut-rambut pada tepinya tidak patah tetapi mudah
dicabut.5
2. Trikotilomania
Khas adanya alopesia yang tidak sikatrik berbatas tidak jelas karena
pencabutan rambut oleh pasien sendiri. Umumnya panjang rambut
berukuran macam-macam pada daerah yang terkena. Tersering di kepala
atas, daerah oksipital dan parietal yang kontra lateral dengan tangan
dominannya. Kadang-kadang ada gambaran lain dari kelainan
obsesifkompulsif misalnya menggigit-gigit kuku, menghisap ibu jari
atau ada depresi atau kecemasan. Dapat disertai efek efluvium telogen

8
yaitu berupa tumbuhnya kembali rambut yang terlambat atau rontoknya
rambut meningkat sebelum tumbuh kembali.5
3. Pseudopelade
Dari kata Pelade yang artinya alopesia areata. Pseudopelade adalah
alopesia sikatrik progresif yang pelan-pelan, umumnya sebagai sindroma
klinis sebagai hasil akhir dari satu dari banyak proses patologis yang
berbeda (yang diketahui maupun yang tidak diketahui), walaupun klinis
spesifik jenis tidak beradang selalu dijumpai misalkan karena likhen
planus, lupus eritematus stadium lanjut.5
Diagnosis banding tinea kapitis yang inflamasi
1. Pioderma bakteri
Infeksi kulit karena bakteri Staphylococcus aerius atau Streptococcus
pyogenes, misalkan folikulitis, furunkel atau karbunkel.5
2. Folliculitis decalvans
Adalah sindroma yang klinis berupa folikulitis kronis sampai sikatrik
progresif. Folikulitis atrofik pada dermatitis seboroik.5

2.7. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri
atas pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pemeriksaan lain,
misalnya pemeriksaan histopatologik, percobaan binatang, dan imunologik
tidak diperlukan. Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur
diperlukan bahan klinis, yang dapat berupa kerokan kulit, rambut dan kuku.
Bahan untuk pemeriksaan mikologik diambil dan dikumpulkan sebagai
berikut: terlebih dahulu tempat kelainan dibersihkan dengan spritus 70%,
kemudian untuk:
1. Kulit tidak berambut (glabrous skin): dari bagian tepi kelainan sampai
dengan bagian sedikit sisik kulit dan kulit dikerok dengan pisau tumpul
steril.5

9
2. Kulit berambut: rambut dicabut pada bagian kulit yang mengalami
kelainan. Kulit didaerah tersebut dikerok untuk mengumpulkan sisik kulit.
Pemeriksaan dengan lampu Wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan
untuk mengetahui lebih jelas daerah yang terkena infeksi dengan
kemungkinan adanya efloresensi pada kasus-kasus tinea kapitis tertentu.5
3. Kuku: bahan diambil dari bagian kuku yang sakit dan diambil sedalam-
dalamnya sehingga mengenai seluruh tebal kuku, bahan dibawah kuku
diambil pula.5

Jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:


1. Pemeriksaan KOH 10-20%
Sediaan basah dapat dibuat dengan meletakkan bahan diatas gelas
objek, kemudian ditambah 1-2 tetes larutan KOH. Konsentrasi larutan
KOH untuk sediaan rambut adalah 10% dan untuk kulit dan kuku 20%.
Setelah sediaan dicampur dengan larutan KOH , ditunggu 10-20 menit hal
ini diperlukan untuk melarutkan jaringan. Untuk mempercepat proses
pelarutan dapat dilakukan pemanasan sediaan basah di atas api kecil. Pada
saat mulai ke luar uap dari sediaan tersebut, pemanasan sudah cukup. Bila
terjadi penguapan, maka akan terbentuk kristal KOH, sehingga tujuan
yang diinginkan tidak tercapai. Untuk melihat elemen jamur lebih nyata
dapat ditambahkan zat warna pada sediaan KOH, misalnya tinta Parker
superchroom blue black. Ketika ada, hifa dapat ditemukan dalam stratum
korneum pada pewarnaan hematoxylin dan eosin. Namun pewarnaan
khusus, paling umum asam periodik-Schiff (PAS) dan methenamine silver
stain, menyoroti hifa yang mungkin terlihat halus (mikrospora) pada
pewarnaan rutin. Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil
(mikrospora) atau besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut
(ektriks) atau di dalam rambut (endotriks). Kadang-kadang dapat terlihat
juga hifa pada sediaan rambut.1, 4

10
Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong
pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media
buatan yang dianggap paling baik pada waktu ini adalah medium agar
dekstrosa Sabouraud. Pada agar Sabouraud dapat ditambahkan antibiotik
saja (kloramfenikol) atau ditambah pula klorheksimid. Kedua zat tersebut
diperlukan untuk menghindarkan kontaminasi bacterial maupun jamur
kontaminan. Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan
mikroskop, mula-mula dengan pembesaran 10x10, kemudian dengan
pembesaran 10x45. Pemeriksaan dengan pembesaran 10x100 biasanya
tidak diperlukan.1
2. Pemeriksaan lampu Wood
Rambut yang terinfeksi jamur M. canis, M. audouinii dan M. ferrugineum
memberikan fluoresen warna hijau terang atau hijau kekuningan oleh
karena adanya bahan pteridin. Jamur lain penyebab tinea kapitis pada
manusia memberikan fluoresen negatif artinya warna tetap ungu yaitu M.
gypsium dan spesies Trichophyton (kecuali T. schoenleinii penyebab tinea
favosa memberi fluoresen hijau gelap). Bahan fluoresen diproduksi oleh
jamur yang tumbuh aktif di rambut yang terinfeksi.1, 4
3. Kultur
Memakai swab kapas steril yang dibasahi akua steril dan digosokkan
diatas kepala yang berskuama atau dengan sikat gigi steril dipakai untuk
menggosok rambut-rambut dan skuama dari daerah luar di kepala, atau
pangkal rambut yang dicabut langsung ke media kultur. Spesimen yang
didapat dioleskan di media Mycosel atau Mycobiotic (Sabourraud
dextrose agar + khloramfenikol + sikloheksimid) atau Dermatophyte Test
Medium (DTM). Perlu 7 - 10 hari untuk mulai tumbuh jamurnya. Dengan
DTM ada perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh karena ada bahan
fenol di medianya, walau belum tumbuh jamurnya berarti jamur dematofit
positif.5

11
2.8. Tatalaksana
1. Non-Medikamentosa
- Sebaiknya memisahkan (pemakaian sendiri) barang-barang yang
memungkinkan menjadi kontak penularan kepada anggota keluarga
yang lain seperti, handuk, baju, sisir, hijab, sarung bantal dan
mencucinya dengan air panas serta sabun.6
- Penularan dapat berlangsung dari manusia ke manusia, dari tanah ke
manusia, dari hewan ke manusia, sehingga menjaga kebersihan
tangan (hand hygiene) dengan mencuci tangan setelah berkontak
dengan hewan atau tanah menjadi yang penting untuk dilakukan.6
- Menjemur bantal, guling, dan kasur untuk menghindari pertumbuhan
dan perkembangan jamur pada area yang lembab.6

2. Medikamentosa
- Sistemik
Sejalan dengan penetrasi dermatofita ke dalam folikel rambut,
maka infeksi yang mengenai daerah berambut memerlukan
pengobatan oral. Selama ini pengobatan standar untuk tinea kapitis di
Amerika Serikat adalah griseofulvin, sedangkan golongan triazol dan
alilamin menunjukkan keamanan, efikasi dan manfaat lebih karena
penggunaannya yang memerlukan waktu singkat. Dosis anak
direkomendasikan 20-25 mg/kg berat badan. Diberikan 1-2 kali
sehari, lama pengobatan bergantung pada lokasi penyakit, penyebab
penyakit, dan keadaan imunitas penderita selama 6-8 minggu.
Pemberian pertama untuk 2 minggu kemudian dilakukan pemeriksaan

12
lampu Wood, KOH dan kultur. Bila masih ada yang positif maka
sebaiknya dosis dinaikkan. Bila hasil negatif maka obat diteruskan
sampai 6 minggu. Bila hasil kultur negatif terbaik diteruskan 4-6
minggu. Efek samping griseofulvin jarang dijumpai, yang merupakan
keluhan utama ialah sefalgia, dizziness dan insomnia. Efek samping
yang lain dapat berupa gangguan traktus digestivus ialah nausea,
vomitus, dan diare.1, 4, 5
Obat per oral yang juga efektif untuk dermatofitosis yaitu
ketokonazol yang bersifat fungistatik. Pada kasus-kasus resiten
terhadap griseofulvin dapat diberikan obat tersebut sebanyak 200
mg/hari selama 10 hari - 2 minggu pada pagi hari setelah makan.
Ketokonazol merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan
hepar. Sebagai pengganti ketokonazol yang mempunya efek
hepatotoksik terutama bila diberikan lebih dari sepuluh hari, dapat
diberikan suatu obat triazol yaitu itrakonazol yang merupakan
pemilihan terbaik. Pemeberian obat tersebut untuk penyakit kulit dan
selaput lender oleh penyakit jamur biasanya cukup 2 x 100-200 mg
sehari dalam kapsul selama 3 hari.1
- Topikal
Pada masa kini selain obat-obatan topical konvensional,
misalnya asam salisilat 2-4%, asam benzoate 6-12%, sulfur 4-6%,
vioform 3%, asam undesilenat 2-5%, dikenal banyak obat topical
baru. Obat-obat baru ini diantaranya tolnaftat 2%; tolksiklat,
haloprogin, derivate-derivat imidazole, sikloproksolamine, dan
naftifine masing-masing 1%.1
- Shampo
Shampo obat berguna untuk mempercepat penyembuhan, mencegah
kekambuhan dan mencegah penularan serta membuang skuama dan
membasmi spora, diberikan sampai sembuh klinis dan mikologis :

13
a. Shampo selenium sulfide 1% - 1,8% dipakai 2-3 kali/ minggu
didiamkan 5 menit baru dicuci.5
b. Shampo Ketokonazole 1% - 2% dipakai 2-3 kali/ minggu
didiamkan 5 menit baru dicuci.5
c. Shampo povidine iodine dipakai 2 kali / minggu selama 15 menit

Setelah menggunakan shampo diatas maka dianjurkan memakai


Hair Conditioner dioleskan dirambutnya dan didiamkan satu
menit baru dicuci air. Hal ini untuk membuat rambut tidak kering.
Juga shampo ini dipakai untuk karier asimptomatik yaitu kontak
dekat dengan pasien, seminggu 2-4 kali selama 2-4 minggu.
Karena asimptomatik lebih menyebarkan tinea kapitis disekolah
atau penitipan anak yang kontak dekat dengan karier daripada
anak-anak yang terinfeksi jelas.4, 5
- Terapi Kerion
Pengobatan optimal kerion tidak jelas apakah perlu dengan obat oral
antibiotika dan kortikosteroid sebagai terapi ajuvan dengan
griseofulvin. Beberapa penelitian menyatakan :
a. Kerion lebih cepat kempes dengan kelompok yang menerima
griseofulvin saja.5
b. Sedangkan skuama dan gatal lebih cepat bersih / hilang dengan
kelompok yang menerima ke 3 obat yaitu griseofuvin, antibiotika
dan kortikosteroid oral.5
c. Kortikosteroid oral mungkin menurunkan insiden sikatrik. Juga
bermanfaat menyembuhkan nyeri dan pembengkakan. Dosis
prednison 0,05-2 mg/Kg BB/hari untuk 5-10 hari pertama terapi.5
d. Pemberian antibiotika dapat dipertimbangkan terutama bila
dijumpai banyak krusta.5

14
2.9. Prognosis
Prognosis kasus tinea kapitis tergantung dari berat ringannya inflamasi
yang ditimbulkan oleh organisme penyebab, sensitivitas organisme terhadap
pengobatan dan adanya kekambuhan. Kekambuhan biasanya tidak terjadi
bila telah diberikan terapi yang adekuat serta penemuan dan pengobatan
terhadap binatang atau orang lain di sekitarnya yang terinfeksi dan juga
karier asimptomatik. Rambut yang terinfeksi biasanya dapat tumbuh
kembali, namun jika infeksi tidak diobati dan bertahan lama.3

15
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Novi
Usia : 5 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : siswa SD
Status : Belum menikah
Alamat : Kertapati
Tanggal Periksa : 28 Februari 2020

3.2 Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan tanggal 28 Februari 2020

3.2.1 Keluhan Utama


Timbul koreng pada kulit kepala sejak 5 minggu yang lalu

3.2.2 Keluhan Tambahan


Gatal pada kulit kepala

3.2.3 Riwayat Perjalanan Penyakit

16
Pasien datang dengan keluhan koreng dengan warna kemerahan yang
terasa gatal tanpa nyeri pada kulit kepala sejak 5 minggu yang lalu. Keluhan
tidak disertai demam. Awalnya hanya tampak seperti luka kemerahan yang
kecil, namun karena terus digaruk maka bercak merah semakin lama semakin
meluas yang kemudian muncul bintil-bintil yang berisi nanah dengan sisik yang
halus pada permukaan kulit yang gatal. Sekitar 2 minggu yang lalu ibu pasien
membawa pasien berobat ke puskesmas dan diberikan obat salep namun ibu
pasien lupa nama obat salep tersebut. Selain obat salep, pasien juga diberikan
obat minum. Keluhan tidak kunjung berkurang setelah memakai obat yang
diberikan. Keluhan semakin gatal dan kulit kepala tampak botak dibagian
tengah.

3.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu


Keluhan baru pertama kali dirasakan

3.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga


Keluhan yang sama pada keluarga tidak ada.
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada

3.2.6 Riwayat Kebiasaan


Pasien mandi 2x sehari dan rutin mencuci rambut dengan menggunakan
shampo anak dan tidak pernah mengganti shamponya.

3.3 Pemeriksaan Fisik


3.3.1 Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : Tidak dilakukan pemeriksaan

17
Nadi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pernapasan : Tidak dilakukan pemeriksaan
BB : Tidak dilakukan pemeriksaan
TB : Tidak dilakukan pemeriksaan

3.3.2 Keadaan Spesifik


Kepala : Sesuai dengan status dermatologikus
Wajah : Tidak dilakukan pemeriksaan
Mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Hidung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Telinga : Tidak dilakukan pemeriksaan
Mulut : Tidak dilakukan pemeriksaan
Leher : Tidak dilakukan pemeriksaan
Thoraks : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Tidak dilakukan pemeriksaan

3.3.3 Status Dermatologikus

18
Gambar 3.1. Regio Parietalis
Pada regio parietalis terdapat plak eritem bentuk bulat berukuran plakat, solitare, tepi
irregular dipermukaan terdapat papul & pustule berbentuk bulat berukuran miliar,
multiple, diskret dan sebagian konfluens. Sebagian permukaan ditutupi krusta
berwarna kuning dan skuama berwarna putih.

3.4 Diagnosis Banding


1. Tinea kapitis
2. Folikulitis decalvan
3. Alopesia areata

3.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Lampu Wood
Pemeriksaan dengan lampu Wood daerah terinfeksi menunjukkan fluoresensi
berwarna hijau terang, akibat adanya pteridin pada tinea kapitis.
2. Pemeriksaan KOH 10-20%
Kepala dikerok dengan objek glas, atau scalpel. Juga kasa basah digunakan
untuk mengusap kepala, akan ada potongan pendek patahan rambut atau
pangkal rambut dicabut yang ditaruh di objek glas selain skuama, KOH 20%
ditambahkan dan ditutup kaca penutup. Hanya potongan rambut pada kepala
harus termasuk akar rambut, folikel rambut dan skuama kulit . Skuama kulit

19
akan terisi hifa dan artrokonidia. Yang menunjukkan elemen jamur adalah
artrokonidia oleh karena rambut-rambut yang lebih panjang mungkin tidak
terinfeksi jamur. Pada pemeriksaaan mikroskop akan tampak infeksi rambut
ektotrik yaitu pecahan miselium menjadi konidia sekitar batang rambut atau
tepat dibawah kutikula rambut dengan kerusakan kutikula. Pada infeksi
endotrik, bentukan artrokonidia yang terbentuk karena pecahan miselium
didalam batang rambut tanpa kerusakan kutikula rambut.
3. Pewarnaan Gram
Pus didalam pustule dapat diambil langsung dengan kapas lidi atau diaspirasi
dengan jarum suntik atau dengan sengkelit. Kemudian pus dioleskan tipis di
kaca objek dan dipulas dengan pewarnaan gram. Hasil positif bila ditemukan
minimal 1-10 basil/lapang pandang.

3.6 Diagnosis Kerja


Tinea kapitis tipe kerion

3.7 Tatalaksana
A. Non-medikamentosa
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya
2. Menjelaskan kepada pasien mengenai penularan yang dapat
berlangsung dari manusia ke manusia, dari tanah ke manusia, dari
hewan ke manusia, sehingga menjaga kebersihan tangan (hand
hygiene) dengan mencuci tangan setelah berkontak dengan hewan
atau tanah menjadi yang penting untuk dilakukan.
3. Menjelaskan kepada pasien untuk memisahkan (pemakaian sendiri)
barang-barang yang memungkinkan menjadi kontak penularan kepada
anggota keluarga yang lain seperti, handuk, baju, sisir, hijab, sarung
bantal dan mencucinya dengan air panas serta sabun.

20
4. Menjemur bantal, guling, dan kasur untuk menghindari pertumbuhan
dan perkembangan jamur pada area yang lembab.
B. Medikamentosa
- Griseofulvin 20-25 mg/kg berat badan diberikan 1-2 kali sehari selama 6-8
minggu.
- Shampo selenium sulfide 1% dipakai 4 kali/minggu didiamkan 5 menit
kemudian dibilas.
- Prednison 1 mg/Kg BB/pagi untuk 5-10 hari.

3.8 Prognosis

Quo ad vitam : Bonam


Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam
Quo ad kosmetika : Dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan


Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Pasien merupakan seorang anak berumur 5 tahun berjenis kelamin
wanita dengan keluhan koreng dikulit kepala dengan warna kemerahan yang
disertai rasa gatal sejak 5 minggu yang lalu. Keluhan tidak disertai demam.
Awalnya hanya tampak seperti luka kemerahan yang kecil, namun karena
terus digaruk maka bercak merah semakin lama semakin meluas yang
kemudian muncul bintil-bintil yang berisi nanah dengan sisik yang halus pada
permukaan kulit yang gatal dan rambut semakin terlihat botak sebagian.
Sekitar 2 minggu yang lalu pasien dibawa kepuskesmas dan diberikan obat
salep serta obat minum, namun keluhan tidak berkurang. Dari pemeriksaan

21
fisik didapatkan pada regio parietalis terdapat plak eritem bentuk bulat
berukuran plakat, solitare, tepi irregular dipermukaan terdapat papul & pustule
berbentuk bulat berukuran miliar, multiple, diskret dan sebagian konfluens.
Sebagian permukaan ditutupi krusta berwarna kuning.
Berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, didapatkan 3
diagnosis banding pada kasus yaitu tinea kapitis tipe kerion, folikulitis
decalvans, dan alopesia areata.
Gejala gatal pada koreng yang disertai kemerahan dengan bintil-bintil
nanah dibagian permukaan dan kulit kepala tampak botak mirip dengan gejala
folikulitis decalvans dan tinea kapitis. Kesan botak juga mengarah kepada
diagnosis alopesia areata. Folikulitis decalvans dan tinea kapitis tipe kerion
memiliki gambaran klinis yang hampir sama seperti daerah kulit kepala yang
eritem, di bagian permukaan terdapat pustule dan krusta, dengan kerontokan
rambut dan skar pada kulit kepala yang dapat menyebabkan alopesia.
Folikulitis decalvans merupakan penyakit kepala neutrofilia dengan
peradangan folikel rambut yang berulang. Folikulitis decalvans merupakan
peradangan folikel yang disebabkan oleh bakteri Sthapylococcus aureus.
Gejala nyeri lebih dominan dibandingkan rasa gatal, terasa kencang dan
bengkak sehingga membuat pasien tidak nyaman. Sedangkan pada tinea
kapitis tipe kerion memiliki gejala yang dominan kepada rasa gatal yang
apabila digaruk akan menyebabkan peradangan sehingga akan terasa nyeri.
Berdasarkan hasil anamnesis, lesi awal hanya berupa bintil kecil
berwarna merah yang terasa gatal, namun karena terus digaruk maka terdapat
bercak merah semakin lama semakin meluas yang kemudian muncul bintil-
bintil yang berisi nanah dengan sisik yang halus pada permukaan kulit yang
gatal dan rambut semakin terlihat botak sebagian. Pada folikulitis decalvans,
lesi awal berupa papula folikel eritematosa yang kemudian berkembang
menjadi pustula folikel. Eritema berwarna merah terang dan terdapat sisik
kuning-abu-abu terutama di sekitar folikel dan paling sering di bagian
belakang kepala. Lesi ini akan menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan

22
beberapa rambut keluar dari celah kulit yang sama. Sehingga akan tampak
gambaran kulit kepala yang otak dengan scar seperti tinea kapitis dan alopesia
areata. Namun, gambaran pada folikulitis decalvans terlihat mirip dengan
rambut boneka atau bulu sikat gigi yang secara bertahap semakin meluas.
Pada alopesia areata kerontokan rambut didahului dengan adanya
peningkatan rambut telogen dan di antaranya rambut tersebut distrofik.
Inflamasi ditandai dengan adanya infiltrat perifolikular dan interfolikular pada
lesi awal. Pada anamnesis ditanyakan riwayat pemakaian sampo, dan pasien
mengaku tidak pernah mengganti jenis sampo yang dipakai. Sehingga
anamnesis tersebut dapat menyingkirkan diagnosis banding dari alopesia,
karena salah satu penyebab dari alopesia adalah trauma kimia yang dapat
disebabkan dari mengganti-ganti jenis sampo yang dipakai.
Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya plak eritem bentuk bulat
berukuran plakat, solitare, tepi irregular dipermukaan terdapat papul & pustule
berbentuk bulat berukuran miliar, multiple, diskret dan sebagian konfluens
dan sebagian permukaan ditutupi krusta berwarna kuning dengan skuama
yang mana gambaran lesi ini sesuai dengan gambaran lesi tinea kapitis. Hal
ini di dukung dengan perkembangan lesi yang awalnya hanya berupa lesi kecil
disertai rasa gatal yang dirasakan terus menerus dan lama kelamaan lesi
meluas dan muncul bintil nanah dipermukaan kulit kepala.

Tabel 4.1 Perbandingan Tinjauan Pustaka dengan Kasus Tinea kapitis

Tinjauan Pustaka Kasus


Epidemiologi Prevalensi infeksi dermatofita Pasien merupakan seorang
pada laki-laki lima kali lebih wanita yang berusia 5 tahun.
banyak dari wanita. Tersering
dijumpai pada anak-anak 3-14
tahun jarang pada dewasa.
Gejala Merasa gatal Mengeluh gatal
Gambaran Lesi awal berupa papul kecil yang Pada regio parietalis terdapat

23
klinis eritematus mengelilingi satu plak eritem bentuk bulat
batang rambut yang meluas berukuran plakat, solitare,
sentrifugal mengelilingi rambut tepi irregular, dipermukaan
sekitarnya. Kemudian timbul terdapat papul & pustule
reaksi pradangan berupa berbentuk bulat berukuran
pembengkakan dan pustule miliar, multiple, diskret dan
disertai rambut-rambut yang sebagian konfluens.
patah. Sebagian permukaan ditutupi
krusta berwarna kuning dan
skuama berwarna putih.

Tabel 4.2 Perbandingan Tinea Kapitis, Folikulitis Decalvans, dan Alopesia Areata

Tinea kapitis Folikulitis Devalcans Alopesia Areata


Epidemiologi Prevalensi infeksi Sebagian besar terjadi Alopesia areata
dermatofita pada laki-laki pada orang dewasa muda terjadi pada semua
lima kali lebih banyak dari dan setengah baya, jenis kelamin
wanita. Tersering dijumpai dengan prevalensi lebih dengan rasio laki-
pada anak-anak 3-14 tahun tinggi di Afrika-Amerika, laki dibanding
jarang pada dewasa. dan tingkat kejadian perempuan adalah
sedikit lebih tinggi pada 2 : 1, dan terjadi
jenis kelamin laki-laki. pada semua
golongan usia.
Alopesia areata,
terjadi pada
rentang umur 5 -
40 tahun, tetapi
bisa juga terjadi

24
pada bayi dan usia
lanjut.
Etiologi Fungi Imperfecti, yang Etiologi tidak Faktor genetik,
terbagi dalam 3 genus, yaitu sepenuhnya diketahui; faktor lain yang
Micosporum, trichophyton, Namun, Staphylococcus berperan, faktor
dan Epidemophyton aureus memiliki peran hormonal, faktor
dalam patogenesis imunologik, faktor
endokrin dan
faktor psikologik.
Faktor eksternal
(iklim dan
lingkungan , sinar
matahari,
kelembaban udara,
polusi/debu),
rangsangan
mekanis (model
rambut, sasakan,
sanggul),
rangsangan kimia
(shampo alkalis,
cat rambut, bahan
pengeriting atau
pelurusan rambut)
Gejala Rasa gatal Rasa nyeri dan terkadang Asimtomatik
disertai gatal
Gambaran Lesi awal berupa papul kecil Lesi awal berupa papula Adanya bercak,
Klinis yang eritematus mengelilingi folikel eritematosa yang kehilangan rambut
satu batang rambut yang kemudian berkembang yang biasanya
meluas sentrifugal menjadi pustula folikel. terjadi pada kulit
mengelilingi rambut Kemerahan dan kepala, pada

25
sekitarnya. Kemudian timbul pembengkakan serta stadium permulaan
reaksi pradangan berupa pustula di sekitar folikel memiliki tepi yang
oembengkakan dan pustule rambut yang eritematous.
disertai rambut-rambut yang menyebabkan kerusakan
patah. Menimbulkan jaringan folikel dan akibatnya
parut yang terkadang rambut rontok permanen.
menonjol dan alopesia.

Diajukan pemeriksaan penunjang lampu Wood, yang mana pada tinea kapitis
akan terlihat warna hijau terang karena pteridin. Selain itu dilakukan juga
pemeriksaan KOH 10% untuk sediaan rambut, pada tinea kapitis pemeriksaaan
mikroskop akan tampak infeksi rambut eksotrik yaitu pecahan miselium menjadi
konidia sekitar batang rambut atau tepat dibawah kutikula rambut dengan kerusakan
kutikula dan hifa pada skuama. Dermatofita membentuk infeksi pada stratum
korneum perifolikular dan menyebar di sekitar dan ke batang rambut rambut dari
pertengahan hingga akhir anagen sebelum turun ke dalam folikel untuk menembus
korteks. Dengan pertumbuhan rambut, bagian rambut yang terinfeksi naik di atas
permukaan kulit kepala tempat ia bisa patah karena kerapuhannya yang meningkat.
Sedangkan untuk sediaan kulit rambut yang diambil dari skuama dilakukan juga
pemeriksaan KOH 20%. Skuama kulit akan terisi hifa artospora (hifa panjang).
Penatalaksanaan non-medikamentosa menjelaskan kepada pasien mengenai
penularan yang terjadi antar manusia ke manusia, manusia ke hewan, manusia
melalui kontak benda yang terkontaminasi. Sehingga menjaga kebersihan tangan dan
barang-barang yang dipakai adalah wajib. Menjemur bantal, guling, kasur dan karpet
karena pada umumnya jamur menyukai tempat yang lembab.
Penatalaksaan medikamentosa sitemik menggunakan griseofulvin 20-25
mg/kg berat badan selama 6-8 minggu karena griseofulvin merupakan obat antifungi

26
yang efektif terhadap berbagai jenis jamur dermatofit seperti Tricophyton,
Epidermophyton, dan Microsporum. Obat ini akan dihimpun didalam sel
pembentukan keratin, lalu muncul bersama sel yang baru berdiferensiasi, terikat kuat
dengan keratin sehingga sel baru ini akan resisten terhadap serangan jamur. Keratin
yang mengandung jamur akan terkelupas dan diganti oleh sel yang normal.
Pemberian selenium sulfide 1% digunakan sebagai bahan aktif untuk sampo
anti ketombe karena memiliki sifat antijamur untuk mempercepat penyembuhan,
mencegah kekambuhan dan mencegah penularan serta membuang skuama dan
membasmi spora viabel. Kortikosteroid dengan masa kerja sedang akan menekan
proses inflamasi dan membantu mengurangi gejala gatal.

BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

1. Pada kasus ini memiliki tiga diagnosis banding, yaitu tinea kapitis, folikulitis
decalvans, dan alopesia areata.
2. Diagnosis kerja pada kasus ini adalah tinea kapitis tipe kerion yang
ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
penunjang yang diajukan diharapkan dapat menyingkirkan diagnosis banding.
3. Tatalaksana pada kasus ini adalah edukasi, griseofulvin 20-25 mg/kgbb/hari,
sampo selenium sulfide 1%, dan prednisone 1 mg/hari.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Tjut Nurul. Tinea Kapitis Dalam: Menaldi, et al, editor. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FK UI. 2016. Hal. 112-3
2. Pravitasari, D.N., Hidayatullah, T.A., Nuzula, A.F. Profil Dermatofitosis
Superfisialis Periode Januari – Desember 2017 di Rumah Sakit Islam Aisiyah
Malang. Saintika Medika. 2019; 15(01).
3. Karmila, D.I.G.A.A. Tinea Kapitis Tipe Gray Patch yang Diduga Disebabkan
oleh Microsporum dan Trichophyton. Denpasar: Fakultas Kedokteran UNUD/RS
Sanglah. 2016.
4. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, dan Wolff K.
Fitzpatrick’s Dermatology in general Medicine. 8th ed. New York: Mc-Graw
Hill. 2012. Hlm. 2384-86, 2293
5. Suyoso, S. Tinea Kapitis pada Bayi dan Anak. FK. Unair/RSU dr. Soetomo.
6. Husni, H., Asri, E., & Gustia, R. Identifikasi Dermatofita pada Sisir Tukang
Pangkas di Kelurahan Jati Kota Palembang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018:
7(3).

28
Lampiran
Hasil diskusi

1. Mengapa ditanyakan riwayat mencuci rambut dan mengganti sampo


pada kasus ini?
Untuk menyingkirkan DD alopesia areata yang mana disebabkan oleh trauma
kimia yaitu mengganti-ganti sampo.

2. Kenapa memlih diagnosis banding folikulitis decalvan dan alopesia


areata?
Berdasarkan sumber yang dipakai, diagnosis banding dari tinea kapitis dibagi
berdasarkan manifestasi klinisnya. Pada kasus ini gambaran yang tampak adalah
peradangan pada kulit kepala eritem, papul, pustule, krusta, dan tampak botak
maka diagnosis bandingnya adalah folikulitis decalvans dan alopesia areata. Pada
folikulitis decalvans, gambaran klinisnya mirip dengan tinea kapitis tipe kerion
(buka slide) dan pada alopesia areata juga bisa didapatkan eritema pada stadium
permulaan.

29
3. Apakah dengan melakukan pemeriksaan penunjang lampu wood dan
koh saja sudah cukup untuk menegakkan diagnosis?
Untuk menegakkan diagnosis tinea kapitis tipe kerion bisa dengan lampu wood
dan KOH saja, tapi kurang tepat jika tidak dilakukan pemeriksaan tambahan lain
untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti pada kasus dilakukan
pemeriksaan gram untuk diagnosis banding folikulitis decalvans. Kemudian pada
infeksi jamur endotrik, tidak terdapat fluoresensi pada uji lampu wood. Sehingga
untuk memastikannya bisa dengan kultur dan pemeriksaan KOH.

4. Apakah perlu dilakukan pemeriksaan lampu wood/KOH kembali untuk


mempertimbangkan pemberian dosis obat selanjutnya?
Pemberian antijamur pertama setelah 2 minggu kemudian dilakukan pemeriksaan
lampu Wood, KOH dan kultur. Bila masih ada yang positif maka sebaiknya dosis
dinaikkan. Bila hasil negatif maka obat diteruskan sampai 6 minggu. Bila hasil
kultur negatif terbaik diteruskan 4-6 minggu

5. Dari anamnesis, pernyataan apa yang bisa menyingirkan DD?


Gejala nyeri lebih dominan dibandingkan rasa gatal, terasa kencang dan bengkak
sehingga membuat pasien tidak nyaman. Sedangkan pada tinea kapitis tipe kerion
memiliki gejala yang dominan kepada rasa gatal yang apabila digaruk akan
menyebabkan peradangan sehingga akan terasa nyeri. Pada anamnesis ditanyakan
riwayat pemakaian sampo, dan pasien mengaku tidak pernah mengganti jenis
sampo yang dipakai. Sehingga anamnesis tersebut dapat menyingkirkan diagnosis
banding dari alopesia, karena salah satu penyebab dari alopesia adalah trauma
kimia yang dapat disebabkan dari mengganti-ganti jenis sampo yang dipakai.

30
6. Dari gambaran klinis, apa yang paling membedakan antara tinea kapitis
tipe kerion dengan folikulitis dekalvans?
Pada kerion dan Folikulitis Decalvan, gambaran klinis memang sama yaitu lesi
awal berupa papul eritema yang kemudian meradang akan membengkak dan
muncul pustule serta terdapat kerontokan rambut. Namun, dapat dibedakan dari
gambaran rambut yang botak. Pada tinea kapitis tipe kerion, infeksi rambut oleh
jamur berlangsung secara endotrik dan eksotrik yang menyebabkan batang rambut
menjadi rapuh dan mudah patah. Sedangkan pada Folikulitis Dekalvans, proses
infeksi terjadi didalam folikel rambut, sehingga kerontokn rambut berupa tufting
hairs yang lepas dari folikelnya dan akan terlihat gambaran dolls-hari atau
gambaran seperti sikat gigi. Pada tipe kerion patahan rambut akan menyisakan
bekas yang disertai pustule.

7. Berapa lama pemberian sampo selenium sulfide 1%?


Pengobatan adjuvan menggunakan selenium sulfid 1-2,5%, zinc pyrithione 1%
dan 2%atau sampo ketokonazol 2% mampu mengeradikasi jamur dermatofita
pada kulit kepala anak-anak dan dapat digunakan pada 2 minggu pertama untuk
mengurangi transmisi jamur. Terapi adjuvan berupa sampo ini dapat digunakan 2-
4 kali seminggu selama 2-4 minggu. Sampo diaplikasikan pada kulit kepala dan
rambut selama 5 menit 2 kali seminggu selama 2-4 minggu atau 3 kali seminggu
hingga secara klinis dan mikologi pasien dinyatakan sembuh. Terapi adjuvan ini
dapat digunakan oleh seluruh anggota keluarga untuk menurunkan jumlah spora
sehingga mengurangi transmisi.

8. Kenapa griseofulvin diberikan selama 6-8 minggu?


2 minggu setelah pengobatan pertama, dilakukan kembali pemeriksaan lampu
wood dan koh untuk melihat hasil dari jamur apakah masih positif atau negative.
Kemudian terapi dilanjutkan 4-6 minggu. Griseofulvin terakumulasi dalam
keratin pada lapisan terangsang, rambut, dan kuku, membuatnya tahan terhadap

31
invasi oleh jamur. Perawatan harus berlanjut cukup lama agar keratin yang
terinfeksi diganti oleh keratin yang resisten, biasanya 4-6 minggu. Pada lesi
inflamasi, kompres sering diperlukan untuk menghilangkan nanah dan skala yang
terinfeksi.

9. Mengapa diberikan kortikosteroid sistemik pada kasus ini?


Pemberian kortikosteorid bertujuan untuk mengurangi nyeri dan menekan
peradangan, namun dapat menyebabkan imunokompremais sehingga dapat
memperparah pertumbuhan jamur. Sehingga pemberian NSAID atau antihistamin
menjadi pilihan untuk mengurangi gejala gatal dan peradangan.

32

Anda mungkin juga menyukai