Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

PSORIASIS VULGARIS

Oleh :
Okta Isviyanti, S.Ked
71 2018 074

Pembimbing :
dr. Lucille Anisa Suardin, Sp.KK, FINSDV

DEPARTEMEN ILMU KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan Laporan Kasus dengan Judul


PSORIASIS VULGARIS

Disusun Oleh
Okta Isviyanti, S.Ked
71 2018 074

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RS Umum Daerah
Palembang Bari, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
periode Maret 2020

Palembang, Maret 2020


Pembimbing,

dr. Lucille Anisa Suardin, Sp.KK, FINSDV

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul
“Psoriasis Vulgaris”, sebagai salah satu tugas individu di Bagian Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari. Shalawat dan
salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan
pertimbangan perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan saran dari berbagai pihak, baik yang diberikan secara lisan
maupun tulisan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih terutama kepada:
1. dr. Lucille Anisa Suardin, Sp.KK,FINSDV selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan banyak ilmu, saran, dan bimbingan selama penyusunan
Laporan Kasus ini.
2. Orang tua dan saudaraku tercinta yang telah banyak membantu dengan doa
yang tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan sejawat seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis berharap semoga Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam
lindungan Allah SWT. Aamiin.
Palembang, Maret 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ ....... 2
BAB III. LAPORAN KASUS .............................................................. ....... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 23

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik dengan dasar genetik
yang kuat. Prevalensi psoriasis bervariasi antara 0,1-11,8% di berbagai
populasi dunia. Insidens di Asia cenderung rendah (0,4%) 2.
Psoriasis muncul lebih sedikit banyak pada perempuan dibandingkan
laki-laki3. Penyakit ini terjadi pada segala usia, tersering pada usia 15-30
tahun. Puncak usia kedua adalah 57-60 tahun. Bila terjadi pada usia dini (15-
25 tahun), terkait HLA (Human Lekocyte Antigen) I antigen (terutama HLA-
CW6), serta ada riwayat keluarga, lesi kulit akan lebih luas dan resisten.
Etiologi berkaitan erat dengan genetik, dan terdapat beberapa pencetus seperti
trauma fisik, infeksi streptococcus, stres emosi, obat, alkohol, dan obesitas1.
Gambaran klasik berupa plak eritematos diliputi skuama kasar, berlapis,
teransparan, warna putih disertai titik-titik pendarahan bila skuama dilepas,
berukuran dari seujung jarum sampai dengan plakat menutupi sebagian besar
area tubuh, umumnya simetris. Penyakit ini dapat menyerang kulit, kuku,
mukosa dan sendi1.
Pada pasien psoriasis, terutama pada onset dini, maka akan terjadi lesi
yang kronik-residif. Pasien sering mengalami kesulitan dalam psikososial,
akibat tampilan yang kurang baik. Adanya gatal dan nyeri akan memperberat
gejala dan dapat terjadi stres psikologi dan depresi2.
Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai penyakit Psoriasis untuk
dijadikan bahan pembelajaran pada proses kepanitraan klinik.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik dengan dasar
genetik yang kuat dengan karakteristik perubahan pertumbuhan dan
diferensiasi sel epidermis disertai manifestasi vaskuler, juga diduga adanya
pengaruh sistem saraf1. Lesi yang khas adalah papul dan plak yang kronis,
berulang, bersisik. Dapat juga terjadi erupsi pustular dan eritroderma.2

2.2 Epidemiologi
Prevalensi psoriasis bervariasi antara 0,1-11,8% di berbagai populasi
dunia. Insidens di Asia cenderung rendah (0,4%).2
Psoriasis muncul lebih sedikit banyak pada perempuan dibandingkan
laki-laki3. Penyakit ini terjadi pada segala usia, tersering pada usia 15-30 tahun.
Puncak usia kedua adalah 57-60 tahun. Bila terjadi pada usia dini (15-25
tahun), terkait HLA (Human Lekocyte Antigen) I antigen (terutama HLA-
CW6), serta ada riwayat keluarga, lesi kulit akan lebih luas dan resisten.2

2.3 Etiologi dan Patogenesis


Psoriasis melibatkan hiperproliferasi dari keratinosit di epidermis,
dengan peningkatan pergantian sel epidermis. Penyebab peningkatan
penggantian keratinosit tidak diketahui. Tetapi,adanya peran lingkungan,
genetik, dan faktor imunologis.3
Pasien dengan psoriasis memiliki predisposisi genetik. Lokus gennya
sudah ditentukan. Faktor yang memicunya mungkin tidak diketahui pada
kebanyakan kasus, tetapi kemungkinan imunolgis. Lesi pertama biasanya
3
muncul setelah infeksi saluran nafas atas .Bila kedua orang tua mengidap
psoriasis, risiko seorang mendapat psoriasis adalah 41%, bila dialami salah
satunya 14%, bila 1 saudara kandung terkena 4%, dan turun menjadi 2% bila
tidak ada riwayat keluarga.Psoriasis Suspectibility 1 atau PSORS1 (6p21.3)
adalah salah satu lokus genetik pada kromosom yang berkontribusi dalam

2
patogenesis psoriasis. Beberapa alel HLAyang berkaitan adalah HLA B13 dan
HLA DQ9. HLA Cw6 merupakan alel yang terlibat dalam patogenisis artritis
psoriatika serta munculnya lesi kulit yang lebih dini, HLA CW6 akan
mempersentasikan antigen ke sel CD 8+.2
Mekanisme peradangan kulit psoriasis cukup kompleks, yang
melibatkan berbagai sitokin, kemokin maupun faktor pertumbuhan yang
mengakibatkan gangguan regulasi keratinosit, sel-sel radang, dan pembuluh
darah, sehingga lesi tampak menebal dan berskuama tebal berlapis.Aktivasi sel
T dalam pembuluh limfe setelah sel makrofag penangkap antigen (APC)
melalui major histocompability complex (MHC) mempersentasikan antigen
tersangka dan diikat oleh sel T naif. Pengikatan sel T terhadap antigen tersebut
selain melalui reseptor sel T harus dilakukan pula oleh ligaan dan reseptor
tambahan yang dikenal dengan kostimulasi. Setelah sel T teraktivasi sel ini
berproliferasi menjadi sel T efektor dan memori kemudian masuk dalam
sirkulasi sistemik dan bermigrasi ke kulit1. Pada epidermis akan terdapat
banyak sel T yang aktif, yang dapat memicu proliferasi keratinosit3. Sel T serta
keratinosit yang teraktivasi akan melepaskan sitokin dan kemokin, dan
menstimulasi inflamasi lebih lanjut. Selain itu kedua komponen ini akan
memproduksi tumor necrosis factor (TNFɑ), yang mempertahankan proses
inflamasi.2

2.4 Faktor Predisposisi


1. Trauma fisikal (fenomena Koebner) adalah faktor mayor memunculkan
lesi; menggosok, menggaruk dan termal menstimulasi proliferasi
psoriasis.4

2. Bakteri,virus, dan jamur merupakan faktor pembangkit psoriasis.


Endotoksin bakteri, berperan sebagai superantigen dapat mengakibatkan
patologik dengan aktivasi sel limfosit T, makrofag, sel langerhans dan
keratinosit. Penelitian sekarang menunjukan bahwa superantigen

3
streptokokus dapat memicu ekspresi antigen limfosit kulit yang berperan
dalam migrasi sel limfosit.4

3. Stress merupakan faktor yang menjadi pencetus yang mungkin


diperentarai mekanisme neuroimunologis, pada orang dewasa berpengaruh
40% dan lebih tinggi pada anak-anak.4

4. Obat-obatan : beta-bloker, ACEI, antimalaria, litium, nonsteroid


antiinflamasi, gembfibrosil dan beberapa antibiotik.4

5. Kegemukan, obesitas, diabetes melitus maupun sindroma metabolik dapat


memperparah kondisi psoriasis.4

6. Konsumsi alkohol diduga juga mencetuskan terjadinya psoriasis.5

2.5 Manifestasi Klinis


Gambaran klasik berupa plak eritematosa diliputi skuama putih disertai
titik-titik pendarahan bila skuama dilepas (Auspitz sign), berukuran dari
seujung jarum sampai dengan plakat menutupi sebagian besar area tubuh,
umumya simetris.4
Penyakit ini dapat menyerang kulit, kuku, mukosa dan sendi tetapi tidak
mengganggu rambut. Penampilan berupa infiltrat eritematosa, eritema yang
muncul bervariasi dari yang sangat cerah (“hot” psoriasis) biasanya diikuti
gatal sampai merah pucat (“cold” psoriasis). Pada lidah dapat dijumpai plak
putih berkonfigurasi mirip peta yang disebut lidah geografik. Fenotip
psoriasis dapat berubah-ubah, dari asimtomatik sampai dengan generalisata
(eritroderma). Stadium akut dapat dijumpai pada orang muda, tetapi dalam
waktu tidak terlalu lama dapat berjalan kronik residif .4
Kira-kira 90% pasien mengalami psoriasis vulgaris, dan biasanya disebut
psoriasis plakat kronik. Lesi ini biasanya dimulai dengan makula eritematosa
berukuran kurang dari 1 cm atau papul yang melebar ke arah pinggir dan
bergabung beberapa lesi menjadi satu, berdiameter 1 sampai beberapa

4
sentimeter. Lingkaran putih pucat mengelilingi lesi psoriasis plakat yang
disebut dengan Woronoff’s ring. Dengan proses pelebaran lesi yang berjalan
bertahap maka bentuk lesi dapat beragam seperti bentuk utama kurva linear
(psoriasis girata), lesi mirip cincin (psoriasis anular), dan papul berskuama
pada mulut folikel polisebaseus (psoriasis folikularis). Psoriasis
hiperkeratotik tebal berdiameter 2-5 cm disebut plak rupioid, sedangkan plak
hiperkeratotik tebal berbentuk cembung menyerupai kulit tiram disebut plak
ostraseus. Umumnya dijumpai di skalp, siku, lutut, punggung, lumbal dan
retroaurikular, biasanya bilateral,seringkali simetris (pada area predileksi),
dan sering pada daerah terbuka. Hampir 70% pasien mengeluh gatal, rasa
terbakar dan nyeri, terutama bila kulit kepala terserang. Uji auspitz ternyata
tidak spesifik untuk psoriasis, karena uji positif dapat dijumpai pada
dermatitis seboroik dan dermatitis kronis lainnya.4

2.6 Diagnosis Banding


1. Dermatitis Seboroik
Lesi psoriasis juga menyerupai lesi dermatitis seboroik, tetapi pada
dermatitis seboroik skuama akan tampak berminyak dan berwarna
kekuningan, tidak bercahaya, sedangkan pada psoriasis, skuama kering,
putih, mengkila.. Predileksi dermatitis seboroik pada pada alis, lipatan
nasolabial, telinga sternum dan fleksura. Sedangkan Psoriasis pada
permukaan ekstensor terutama lutut dan siku serta kepala. Psoriasis jika
skuama diangkat tampak basah bintik perdarahan dari kapiler (Auspitz
sign), dimana tanda ini tidak ditemukan pada dermatitis seboroik.1
2. Ptiriasis Rosea
Merupakan penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai
dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian
disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil dibadan, lengan dan paha atas yang
tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam
waktu 3-8 minggu.

5
3. Dermatofitosis
Pada stadium penyembuhan dari psoriasis dapat terjadi eritema yang hanya
terdapat pada pinggir lesi yang menyerupai dermatofitosis. Perbedaannya
adalah skuama umumnya pada perifer lesi dengan gambaran khas adanya
central healing, keluhan pada dermatofitosis pasien merasa sangat gatal
dan ditemukan hifa pada pemeriksaan mikroskopik.1
4. Sifilis Psoriasiformis
Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis
psoriasiformis. Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat tembaga dan
sering disertai demam pada malam hari (dolores nocturnal), STS positif
(tes serologik untuk sifilis), terdapat senggama tersangka (coitus
suspectus), dan pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh serta
alopesia areata

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Dapat dibantu dengan pemeriksaan Auspitz sign ( titik-titik perdarahan
bila skuama diangkat), fenomena tetesan lilin (digores benda agak tajam,
maka bagian bening akan tampak lebih putih, bentuk linear) dan fenomena
Koebner (munculnya lesi serupa setelah 3 minggu di tempat gooresan atau
gosokan). Biopsi kulit dapat mengkonfirmasi psoriasis, biasanya untuk kasus
atipikal atau menyingkirkan keadaan lain pada kasus yang tidak pasti.6
Gambaran histopatologi didapatkan pada psoriasis plakat yang matur
dijumpai tanda spesifik berupa penebalan dengan elongasi seragam dan
penipisan epidermis di atas papila dermis. Masa sel epidermis 3-5 kali dan
masih banyak dijumpai sel epidermis meningkat 3-5 kali dan masih banyak
dijumpai mitosis di atas lapisan basa. Ujung rete ridge berbentuk gada yang
sering bertaut dengan rete ridge sekitarnya. Tampak hiperkeratosis dan
parakeratosis dengan penipisan atau menghilangnya stratum granulosum.
Pembuluh darah di papila dermis yang membengkak tampak memanjang,
melebar dan berkelok-kelok. Pada lesi awal di dermis bagian atas tepat di
bawah epidermis tampak pembuluh darah dermis yang jumlahnya lebih

6
banyak daripada kulit normal. Infiltrat sel radang limfosit, makrofag, sel
dendrit dan sel mast terdapat sekitar epidermis. Gambaran spesifik psoriasis
adalah bermigrasinya sel radang granulosit limfositik berasal dari ujung
subset kapiler dermis mencapai bagaian atas epidermis yaitu lapisan
parakeratosis stratum korneum yang disebut mikroabses. Munro atau pada
lapisan spinosum yang disebut spongiosum pustules of Kogoj.1

2.8 Tatalaksana
Penetapan keparahan psoriasis penting dilakukan untuk menentukan
pengobatan, diperkirakan 40 cara dipakai untuk penilaian tersebut.
Pengukuran keparahan psoriasis yang biasa dilakukan di lapangan antara lain
: luas permukaan badan (LPB), psoriasis area severity index (PASI),
dermatology life quality index (DLQI)1.
Cara menghitung Psoriasis area severity index (PASI) yaitu dari
intensitas dan body surface area (BSA) dari plak psoriatik yang dihitung
secara terpisah pada empat daerah anatomi (kepala, badan, ekstremitas atas
dan bawah). Intensitas eritema, deskuamasi, dan indurasi di nilai
menggunakan skala 0-4. Skala 0 berarti tidak ada, skala 1 ringan, 2 sedang, 3
berat, dan 4 sangat berat. Persentase keterlibatan keempat wilayah anatomi
menggunakan skala dari 0-6, o berarti tidak ada, 1 = 1-9%, 2=10-29%, 3 =
30-49%, 4= 50-69%, 5=70-89%, dan 6=90-100% dari body surface area
(BSA). Skor > 12 berarti psoriasis berat, skor 7-12 berarti psoriasis sedang,
skor <7 berarti psoriasis ringan.9
Pada psoriasis ringan-sedang, terapi yang dipilih adalah terapi topikal,
sedangkan indikasi pengobatan sistemik pada psoriasis antara lain, PASI >10,
PASI < 10 tapi diikuti keterlibatan kepala, wajah, kuku, palmoplantar,atau
bagian genital, psoriasis terkait dengan gejala berat yang tidak dapat
dikendalikan oleh pengobatan topikal; penyakit berdampak parah pada
kualitas hidup (mis., DLQI ≥10). Terakhir, kehadiran arthritis psoriatik aktif
dapat memerlukan perawatan sistemik secara independen dengan skor

7
PASI12. Penggunaan terapi topikal berdasarkan derajat dan lokasi lesi
digambarkan pada gambar 2.1.10

Gambar 2.1
Terapi Topikal untuk Manajemen Psoriasis.

a) Pengobatan Topikal

1. Topikal kotrikosteroid

Bekerja sebagai antiinflamasi, antiproliferasi, dan


vasokonstriktor masih tetap banyak dipakai dalam pengobatan
psoriasis secara tunggal atau kombinasi. Terapi jenis ini masih
diminati karena efektif, relatif cepat, ditoleransi dengan baik,
mudah digunakan, dan tidak terlalu mahal dibanding alternatif
terapi lainnya. KT diklasifikasikan menjadi tujuh kelas menurut
sistem Amerika dengan kelas I merupakan super poten dan kelas
VII menunjukkan potensi yang paling rendah. Pada dewasa
dianjurkan pemberian KT poten tidak melebihi 45 gram per
minggu atau KT potensi menengah tidak melebihi 100 gram per
minggu. Pengolesan KT yang dianjurkan adalah 1-2 kali per hari
tergantung dermatosis dan area yang terkena. Pengolesan lebih
dari 2 kali tidak memberikan perbedaan bermaknan, bahkan
dapat mengurangi kepatuhan pasien. Bila menggunakan potensi
sedang atau kuat, cukup dioleskan 1 kali sehari. Perlu diingat
bahwa makin sering dioleskan makin mudah terjadi takifilaksis.

8
Lama pemakaian tidak lebih dari 4-6 minggu untuk steroid
potensi lemah, dan tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi
kuat10. Obat topikal paling efektif untuk mencapai peningkatan
perbaikan yang cepat dengan menggunakan kortikosteroid tipe
super poten yang mempunyai efek samping yang harus
dipehatikan dengan ketat1.
Pada tabel 2.1 dapat dilihat perbandingan obat
10
kortikosteroid topikal super poten.
Tabel 2.1 perbandingan obat kortikosteroid topikal super poten.
Perbandingan Betamethasone Disflorasone diacetat Clobetasol proprionate Halobetasol
dipropionaate 0,05% 0,05% 0,05% Proprionate
0,05%
Indikasi Psoriasis, dermatitis, Inflamasi dan pruritus Pengobatan jangka Inflamasi dan
linken planus, pruritis dari dermatosis yang pendek untuk dermatosis pruritus dari
anogenital. Inflamasi responsive terhadap yang lebih resisten dermatosis yang
dan pruritus dari kortikosteroid. misalnya eczema yang responsive
psoriasis yang resisten Umumnya paling efektif telah lama, linken planus, terhadap
atau yang berat dan dalam dermatosis akut lupus eritematosus discoid kortikosteroid
atu kronik misalnya dan kondisi lain yang tidak
dermatosis lain yang
seboroik, dermatitis memberi respon
responsif terhadap
atopic, lokal memuaskan dengan
kortikosteroid neurodermatitis, steroid yang kurang kuat.
anogenital pruritus,
psoriasis, fase akhir
dermatitis kontak alergi
dan inflamasi dari
xerosis.
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap Pada pasien dengan Hipersensitivitas terhadap Pada pasien
kortikosteroid, riwayat hipersensitivitas clobetasol proprionate dengan riwayat
penyakit karena virus, terhadap diflorasone atau kortikosteroid lain, hipersensitivitas
infeksi bakteri dan dan beberapa komponen rosasea, dermatitis terhadap salah
jamur, akne, rosasea dari sediaan. perioral, infeksi virus satu komponen
dan dermatitis kutaneus primer, lesi kulit sediaan.
perioral, hindari terinfeksi oleh bakteri,
kontak dengan mata virus dan jamur, akne,
anak < 1 tahun, erupsi
karena popok, pruritus
genital dan perianal,.
Hidari penggunaan pada
wajah, daerah berambut,
paha, dan mata, ibu hamil,
laktasi.
Efek Samping Rasa terbakar atau Penyerapan sistemik Perubahan berupa atrofi Efek samping
panas, nyeri tersengat, setelah pemberian dapat kulit lokal, perubahan yang umum yaitu
gatal, iritasi, kulit mengakibatkan pigmentasi kulit menyengat
kering, folikulitis, manifestasi dari Cushing (hipopigmentasi), reaksi dan rasa terbakar,

9
hipertrikosis, erupsi Syndrom, hiperglikemia, hipersentivitas, rasa kemerahan, galat,
menyerupai akne, dan glukosuria dalam terbakar, iritasi, perih, kulit kering, dan
hipopigmentasi, beberapa pasien. Efek nyeri, gatal, kulit pecah- folikulitis. Efek
dermatitis perioral, samping lokal meliputi pecah (striae), kulit kering, samping yang
dermatitis kontak gatal, rasa terbakar, folikulitis, hipertrikosis, serius meliputi
alergi, maserasi kulit, iritasi, kulit kering, erupsi menyerupai akne, jerawat, infeksi
infeksi sekunder, atrofi folikulitis, hipertrikosis, hipopigmentasi, dermatitis kulit,
kulit, striae dan erupsi menyerupai perioral, dermatitis kontak hiperglikemia dan
miliaria. akneformis, alergi, maserasi kulit, Cushing Syndrom
hipopigmentasi, infeksi sekunder, miliaria.,
dermatitis perioral, pelebaran pembuluh
dermatitis kontak alergi, darah, dan Cushing
maserasi kulit, infeksi Syndrom.
sekunder, atrofi kulit,
striae dan miliaria.

Dari tabel diatas, dipilih Betamethasone dipropionaate


0,05% dengan efek samping paling sedikit dibandingkan
kortikosteroid super poten topikal lainnya.10
Kortikosteroid memiliki efek samping yang terjadi apabila
penggunaan kortikosteroid yang lama dan berlebihan,
penggunaan kortikosteroid dengan potensi kuat atau sangat kuat
atau penggunaan secara oklusif. Harus diingat bahwa makin
tinggi potensi kortikosteroid makin cepat tejadinya efek
samping. Gejala efek samping antara lain atrofi, striae atrofise,
telangiektasis, purpura, dermatosis akneformis, hipertrikosis
setempat, hipopigmentasi, dermatitis perioral, menghambat
penyembuhan ulkus, infeksi mudah terjadi dan meluas,
gambaran klinis penyakit infeksi menjadi kabur. Selain itu peru
dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis ialah menurunnya
respon kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat
yang berulang-ulang; berupa toleransi akut yang berarti efek
vasokonstriksinya akan menghilang, setelah diistirahatkan
beberapa hari, efek vasokonstriksi akan timbul kembali dan akan
menghilang lagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan.8
Teknik aplikasi pengolesan KT, aplikasi sederhana oleskan
salep tipis merata, pijat perlahan-lahan.9 Penggunaan

10
kortikosteroid topikal dapat 1-2x, pemberian 1x sehari
menurunkan kejadian efek samping lokalnya. Waktu pemberian
yang tepat adalah saat sesudah mandi karena meningkatkan daya
penetrasi obat dan efektivitasnya9. Perbaikan dicapai dalam
waktu 2-4 pekan. Sediaan dapat berupa salep atau krim. Pada
selap, terdapat indikasi yaitu dermatosis yang dalam dan kronik,
karena daya penetrasi salap paling kuat jika dibanding bahan
dasar lainnya, dermatitosis yang bersisik dan berkrusta,
kontraindikasi adalah dermatitis madidans, jika kelainan kulit
terdapat bagian tubuh yang berambut. Pada krim, terdapat
indikasi yaitu indikasi kosmetik, dermatosis yang subakut dan
luas,yang dikehendaki adalah penetrasi yang lebih besar
daripada bedak kocok, dan krim boleh digunakan pada daerah
berambut.8

2. Kalsiprotriol

Kalsiprotriol adalah analog vitamin D yang mampu


mengobati psoriasis ringan-sedang. Mekanisme kerja dari
sediaan ini adalah antiproliferasi sel, dan meningkatkan
diferensiasi juga menghambat produksi sitokin yang berasal dari
keratinosit maupun limfosit. Tidak seefektif kortikosteroid
superpoten, tetapi tidak memiliki efek samping yang
mengancam seperti kortikosteroid. Kalsiprotriol tersedia dalam
bentuk krim, salap atau solusio yang dipakai 2x sehari,
sedangkan bentuk salap cukup 1x sehari, dengan konsentrasi
0,005%. Kalsipotriol efeknya tidak akan menurun walau
digunakan dalam waktu jangka panjang. Respons terapi terlihat
lebih lambat bahkan awalnya tampak lesi menjadi merah.
Penyembuhan baru tampak setelah pemakaian obat 14-78 hari.
Reaksi iritasi berupa gatal dan rasa terbakar dapat timbul pada

11
awal keberhasilan terapi.Vitamin D dan kortikosteroid poten
mempunyai efektivitas terhadap psoriasis yang sangat baik bila
dibandingkan dengan vitamin D tunggal atau kortikosteroid13.
Penggunaan kombinasi dari kalsipotriol dan topikal
kortikosteroid lebih efektif dalam mengobati psoriasis. Dengan
penggunaan kedua obat tersebut bersamaan, dalam beberapa
minggu, lalu menggunakan dosis denyut kortikosteroid pada saat
“weekend” dan kalsipotriol pada saat “weekday”, dan akhirnya
hanya menggunakan kalsiprotiol.11
Penggunaan fixed-dosed telah disetujui FDA (Food and
Drug Administration) untuk digunakan pada psoriasis dengan
umur diatas 12 tahun. Merupakan produk kombinasi yang terdiri
dari 0,005% calcipotriene hydrate, dan 0,05% betametason
diproprionate, dioleskan pada area yang terdapat lesi, 1x sehari
selama 4 minggu, tidak direkomendasikan lebih dari 60 g dan
100 g per minggu, untuk ibu hamil kategori C. Aplikasi
dihentikan ketika psoriasis telah terkontrol. Penggunaan
kombinasi dari calcipotriol/betamethasone dipropionate dapat
satu sampai dua kali, penggunaan sekali atau dua kali
menunjukan hasil yang sama pada penurunan skor PASI .
Penggunaan selama 4 minggu, dapat menurunkan skor PASI
mencapai 75% dari 73,3% subjek yang menggunakan kombinasi
dibandingkan 48,3% subjek yang menggunakan kalsipotriol
monoterapi.11
Topikal kortikosteroid menunjukan efek imunosupresifnya,
sedangkan analog vitamin D mempengaruhi diferensiasi
epidermal dan fungsi sel T. Topikal kortikosteroid dapat
menurunkan efek samping iritasi dari analog vitamin D, dan
analog vitamin D menurunkan efek samping dari penggunaan
kortikosteroid topikal.11

12
Selama beberapa tahun untuk menghindari efek
kortikosteroid super poten, digunakan cara “weekend therapy’
dengan tidak ada yang digunakan pada saat hari kerja. Studi
double-blind menggunakan plasebo sebagai kontrol untuk
melihat apakah penambahan salep Kalsiprotriol 2x kali sehari
pada hari kerja dan salep superpoten (halobetasol) pada akhir
pekan akan menghasilkan manfaat. Tujuh puluh enam persen
pasien yang menggunakan salep halobetasol pada akhir pekan
dan kalsipitriol pada hari kerja mempertahankan remisi selama 6
bulan dibandingkan hanya 40% dari mereka yang menggunakan
kortikosteroid pada hari kerja.10

3. Retinoid topikal

Acetylenic retinoid adalah asam vitamin A dan sintetik


analog dengan resepto β dan ʮ. Tazaroten menormalkan
proliferasi dan diferensiasi keratinosit serta menurunkan sel
radang. Tazaroten telah disetujui FDA sebagai pengobatan
psoriasis. Reaksi iritasi, juga dapat mengakibatkan reaksi
fototoksik. Tazarotene 0,1% lebih efektif dibanding 0,05% pada
pemakaian 12 minggu sediaan ini lebih efektif dibanding
vehikulum dalam meredakan skuama dan infiltrat psoriasis1.

4. Ter dan Antralin

Ter berasal dari destilasi destruktif bahan organik, misal


kayu batubara dan fosil ikan. Tar dapat dikominasikan dengan
ultraviolet B yang dikenal dengan rejimen Goeckerman, yang
meningkatkan khasiatnya. Ter merupakan senyawa aman untuk
pemakaian psoriasis ringan-sedang, namun pemakaiannya
membuat kulit lengket, mengotori pakaian, berbau, kontak iritan,
terasa terbakar dan dapat terjadi fotosintesis.

13
Antralin disebut sebagai ditranol mempunyai efek
antimitotik dan menghambat enzim proliferasi. Sediaan ini dapat
juga dipakai sebagai kombinasi dengan fototerapi yang dikenal
dengan formulasi ingram. Biasanya dimulai dengan antralin
konsentrasi terendah 0,05 sekali sehari dengan kontak singkat
(15-30%). Obat ini mampu membersihkan lesi psoriasis. Efek
samping yang dijumpai adalah iritasi dan memberikan noda pada
bahan-bahan tenun1.

b) Fototerapi

Fototerapi memiliki kemampuan menginduksi apoptosis,


imunosupresan, mengubah profil sitokin dan mekanisme
lainnya. Psoriasis sedang sampai berat dapat diobat dengan
UVB, kombinasi dengan ter meningkatkan efektivitas terapi.
Efek samping cepat berupa sunburn, eritema, vesikulasi dan
kulit kering. Efek jangka panjang berupa penuaan kulit dan
keganasan kulit yang masih sulit dilakukan. Pemakaian UVB
spektrum sempit lebih dipilih karena lebih aman dibanding
PUVA yang dihubungkan dengan karsinoma sel skuamosa,
karsinoma sel basal dan melanoma malignan1.

c) Pengobatan Sistemik

Biasanya dipakai pada psoriasis berat termasuk


psoriasis luas, eritroderma atau psoriasis pustulosa
1
generalisata atau psoriasis artritis .

Metotreksat mampu menekan proliferasi limfosit, dan


produksi sitokin, oleh karena itu bersifat imunosupresan.
Sangat berkhasiat untuk psoriasis tipe plakat berat rekasitran,
dan juga merupakan indikasi untuk penangan jangka panjang

14
pada psoriasis berat seperti psoriasis pustulosa dan psoriasis
eritroderma. Metrotreksat tidak boleh untuk ibu hamil.
Berinteraksi dengan sejumlah obat, mengganggu fungsi hati
dan sistem hematopoetik. Dosis pemakaian untuk dewasa
dimulai dengan dosis rendah 7,5-15 mg, setiap minggu,
dengan pemantauan ketat pemeriksaan fisik dan penunjang.1

Perhitungan Finger Tips Unit pada obat topikal

Kebutuhan pasien setiap kali mengoleskan obat topikal dapat


dihitung menggunakan Fingertip Unit (FTU), yang mana 1 FTU untuk
laki-laki setara dengan 0,5 gram setara dengan 312 cm2, sedangkan untuk
perempuan 1 FTU setara dengan 0,4 gram setara dengan 257 cm2. Karena
ukuran lesi dalam kasus ini bersifat regional, maka dapat menggunakan
jumlah TFU yang tertera pada gambar 2.17

Gambar 2.2 Pengukuran Finger Tip Unit


Adapun panduan pemberian FTU pada orang dewasa berdasarkan
luar regio, pada foto 2.2.

Gambar 2.3 FTU pada Orang Dewasa Berdasarkan Regio

15
2.9 Prognosis
Psoriasis guttata biasanya akan hilang sendiri (self limited) dalam 12-16
minggu tanpa pengobatan, meskipun pada beberapa pasien menjadi lesi
plakat kronik. Psoriasis tipe plakat kronis berlangsung seumur hidup, dan
interval antar gejala tidak dapat diprediksi. Remisi spontan dapat terjadi pada
50% pasien dalam waktu yang bervariasi.6

16
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien

Nama : Tn. R
Usia : 20 tahun
Tempat Tanggal Lahir : Palembang, 3 Februari 1999
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Plaju
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Suku Bangsa : Jawa

3.2. Anamnesis
(Alloanamnesis pada pasien, 24 Maret 2020)
a) Keluhan Utama
Bercak kemerahan dan bersisik di punggung, kedua lengan, siku, dan
kedua tungkai sejak 3 bulan yang lalu.
b) Keluhan Tambahan
Pasien mengatakan adanya rasa gatal.
c) Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak ± 3 bulan yang lalu pasien mengeluhkan timbulnya bercak – bercak
kemerahan pada kulit yang disertai rasa gatal di punggung, kedua lengan, siku
dan kedua tungkai. Awalnya pertama kali pasien mengeluhkan bercak
kemerahan sebesar uang koin 100 rupiah yang terdapat pada kedua lengan nya
lama kelamaan bercak tersebut semakin gatal, lama kelamaan bercak – bercak
tersebut membesar sehingga membentuk bercak–bercak kemerahan yang
meninggi dan bersisik tebal dan berlapis berwarna putih dan tidak berminyak.
Jika bercak–bercak kemerahan terasa gatal pasien mengaruk nya dan

17
mengakibatkan jadi mengelupas. Bila keringatan dan pada malam hari terasa
lebih gatal sehingga menggaruknya sampai berdarah, kemudian pasien berobat
ke poli kulit.
Sejak ± 2 bulan yang lalu pasien merasa keluhan tersebut berkurang
sehingga pasien tidak pernah berobat lagi dan tidak mengambil obat lagi,
kemudian lama kelamaan muncul kembali bercak–bercak kemerahan disertai
dengan gatal dan bersisik tebal dan berlapis berwarna putih sepertih serpihan
ketombe jika di garuk, dan makin meluas ke bagian punggung bercak–bercak
kemerahan yang sedikit meninggi yang terasa gatal dan mulai terdapat di kedua
tungkai pasien, Pasien tidak demam sebelumnya. Akhir-akhir ini pasien
mengeluh sedang banyak pikiran. Pasin perokok aktif dan tidak mengkonsumsi
minuman beralkohol dan akhirnya pasien memutuskan kembali untuk berobat.

d) Riwayat Penyakit Dahulu


 Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya ± 3
bulan yang lalu.
 Tidak ada riwayat diabetes melitus.

e) Riwayat Penyakit Keluarga


Gejala penyakit yang sama dalam keluarga pasien disangkal.

f) Riwayat Pekerjaan/Sosioekonomi
Pasien bekerja sebagai pegawai swasta.

g) Riwayat Personal Higiene


Pasien selalu mengganti pakaian 2x dalam sehari, tidak
menggunakan pakaian basah dan ketat, tidak menggunakan handuk yang
sama dengan orang lain.

18
3.3. Pemeriksaan Fisik

a) Status Generalis

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Komposmentis
Nadi : 92x/menit
Pernapasan :24x/menit
Suhu : 36,60C
BB : Tidak dilakukan pemeriksaan
TB : Tidak dilakukan pemeriksaan
Gizi : Tidak dilakukan pemeriksaan

b) Keadaan Spesifik
Kepala
- Mata : Tidak diperiksa
- Hidung : Tidak diperiksa
- Telinga : Tidak diperiksa
- Mulut : Tidak diperiksa
- Tenggorokan : Tidak diperiksa
Leher : Tidak diperiksa
Thorax : Tidak diperiksa
Abdomen : Tidak diperiksa
Ekstremitas : Tidak diperiksa

3.4. Status Dermatologikus


— Pada regio scapularis, vertebralis terdapat plak eritematosus yang ditutupi
skuama tebal berwarna putih dan makula hipopigmentasi, multiple,
irregular, ukuran 0,3cm-4cm x 0,3cm-2cm diskret dan sebagian konfluens.
— Pada regio antebrachii dextra et sinistra terdapat plak eritematosus ditutupi oleh
skuama tipis diatasnya, multiple, irregular, ukuran 0,5cm-1cm x 0,3cm-2cm
diskret dan sebagian konfluens.

19
— Pada region cruris dextra et sinistra terdapat plak eritematosa ditutupi skuama
tebal berwarna putih, multiple, irregular, ukuran 0,4cm-3cm x 0,2cm-3cm diskret
dan sebagian konfluens.

skuama
Plak
eritematosa

Makula
hipopigmentasi
Gambar 3.1 Regio Vertebralis

Plak
eritematosa

Makula
hipopigmentasi

Gambar 3.2 Regio Antebrachii Dextra

Plak
eritematosa
Makula
hipopigmentasi

skuama

Gambar 3.3 Regio Antebrachii Sinistra

20
Plak
eritematosa

Gambar 3.4 Regio Cruris Dextra

skuama

Plak
eritematosa

Gambar 3.5 Regio Cruris Sinistra

3.5. Diagnosis Banding


1. Psoriasis Vulgaris
2. Pitiriasis Rosea
3. Dermatofitosis

3.6. Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Auspitz, Pemeriksaan Koebner, Tes Goresan Lilin
2. Pemeriksaan KOH 10%
3. Histopatologis

21
3.7. Diagnosis Kerja
Psoriasis Vulgaris

3.8. Tata Laksana


Non Farmakologi:
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit Psoriasis Vulgaris penyakit
kronik residif (berulang dan pengobatan yang diberikan hanya bersifat
menekan keluhan kulit bukan menyembuhkan.
2. Anjuran untuk kontrol teratur
3. Memotong kuku untuk menghindari trauma mekanis, dan hindari faktor
pencetus

Farmakologi:
- Sistemik:
Metilprednisolon 3 x 4 mg per hari 7 hari
Cetirizine 1 x10 mg tablet per hari selama 7 hari jika gatal
Topikal:
 Betamethason dipropionat 0.05% salep yang di oleh tipis – tipis pada
lesi yang diberikan 2 kali sehari terutama pada pagi dan malam hari.

3.9 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad kosmetika : Dubia ad bonam

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja U. Bramono K. Pitiriasis Versikolor. Dalam: Menaldi SL,


Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi VII.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2015. hal. 103-105.
2. Partogi, Donna, dr, Sp.KK, 2008. Pitriasis Versikolor dan Diagnosis
Bandingya (Ruam-Ruam Bercak Putih Pada Kulit). Medan : Departemen
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU/RSUD H Adam Malik/ RS Dr
Pirngadi.
http://medicineline.wordpress.com/2011/08/08/pitiriasis-versikolor/
3. Janik MP, Hefferman MP, Yeast infection: candidiasis and tinea (pytriasis)
versicolor, and malassezia (pityrosporum) folliculitis. In: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Level D editor.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York:
McGraw-Hill Co;2012.p2298-311

4. Jacoeb,T. 2016 Psoriasis. Dalam: Menaldi, et al,editor. Ilmu Penyakit Kulit


dan Kelamin. Ed.7. Jakarta: Badan Penerbit FK UI. Hal.213

5. Wollf, K dan Johnson R. 2009.Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of


Clinical Dermatology Sixth Edition. New York : Mc.Graw Hill. Hal.705

6. Yuliastuti.2015. Psoriasis. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran Vol.42 (12).

7. Johan.2015 Penggunaan Kortikosteroid Topikal Yang Tepat. Jurnal Cermin


Dunia Kedokteran Vol.42 (4). 2015

8. Hamzah.2016.Dermatoterapi. Dalam: Menaldi, et al,editor. Ilmu Penyakit


Kulit dan Kelamin. Ed.7. Jakarta: Badan Penerbit FK UI. Hal.426

9. Schmitt dan Wozel. 2005. The Psoriasis Area and Severity Index is the
Adequate Criterion to Define Severity in Chronic Plaque-Type Psoriasis.
www.karger.com

23
10. Uva,et al.2012. Mechanism of Action Corticosteroid in
Psoriasis.International Journal of Endocrinology. ncbi.nlm.nih.gov

11. Patel,Felix,Reimer, dan Feldmen. 2017.Calcipotriene/Betamethasone


Dipropionate for The Treatment of Psoriasis Vulgaris : an Evidance Base
Review. ncbi.nlm.nih.gov

24

Anda mungkin juga menyukai