PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kulit terdiri atas dua unsur dasar : epidermis di luar, yang bertindak
sebagai tameng pelindung dan tidak bisa basah; dan dermis, yang memberikan
kekuatan pada kulit, sebagian besar karena kandungan kolagennya.1
Penyakit kulit dapat ditandai oleh lesi yang menimbul dan tersebar, bercak
kemerahan yang membentuk gambaran berbatas tegas di daerah yang terkena
serangan dari luar, dan iritasi tegas terbatas yang merupakan sisa wilayah cedera.1
II. Tujuan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Dermatitis kontak iritan atau DKI merupakan peradangan pada kulit non-
imunologik, yaitu kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses
pengenalan/sensitisasi.3
II. Epidemiologi
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai
golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Jumlah orang yang mengalami DKI
diperkirakan cukup banyak, terutama yang berhubungan dengan pekerjaan (DKI
akibat kerja), namun angka secara tepat sulit diketahui. Hal ini disebabkan antara
lain karena banyak pasien dengan kelainan ringan tidak datang berobat, atau
bahkan tidak mengeluh.3
III. Etiologi
Penyebab dermatitis jenis ini ialah pajanan dengan bahan yang bersifat
iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk
kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya
larut, konsentrasi bahan tersebut. Terdapat juga faktor lain, yaitu : lama kontak,
kekerapan (terus menerus atau berselang), oklusi yang menyebabkan kulit lebih
permeabel, demikian pula gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban
lingkungan juga turut perperan.3
IV. Patogenesis
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan
iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Ada empat mekanisme yang dihubungkan
dengan dermatitis kontak iritan, yaitu:2
2
1. Hilangnya substansi daya ikat air dan lemak permukaan
2. Jejas pada membran sel
3. Denaturasi keratin epidermis
4. Efek sitotoksik langsung
Gambar 1 : (a-d) mekanisme imunologis terjadinya dermatitis kontak iritan (DKI). (a) bahan iritan fisik dan kimia
memicu pelepasan sitokin dan mediator inflamasi lainnya yang disebut sinyal bahaya. (b) sel epidermis dan
dermis merespon sinyal bahaya tersebut. (c) setelah itu, sitokin inflamasi dikeluarkan dari sel residen dan sel
inflamasi yang sudah terinfiltrasi. Sitokin utama pada proses ini adalah CXCL 8 (bentuk yang dikelan adalah IL-8)
(d) sebagai akibatnya, dari produksi sitokin inflamasi, banyak sel inflamasi termasuk neutrofil diserang dan
dibawa pengaruh picuan inflamasi mengeluarkan mediator inflamasi. Hasilnya dapat dilihat secara klinis pada
DKI.
Pada respon iritan, terdapat komponen menyerupai respon imunologis yang
dapat didemonstrasikan dengan jelas, dimana hal tersebut ditandai oleh pelepasan
mediator radang, khususnya sitokin dari sel kulit yang non-imun (keratinosit)
yang mendapat rangsangan kimia. Proses ini tidaklah membutuhkan sensitasi
sebelumnya. Kerusakan sawar kulit menyebabkan pelepasan sitokin-sitokin
seperti Interleukin-1α (IL-1α), IL-1β, tumor necrosis factor- α (TNF- α). Pada
3
dermatitis kontak iritan, diamati peningkatan TNF-α hingga sepuluh kali lipat dan
granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF) dan IL-2 hingga
tiga kali lipat. TNF- α adalah salah satu sitokin utama yang berperan dalam
dermatitis iritan, yang menyebabkan peningkatan ekspresi Major
Histocompatibility Complex (MHC) kelas II dan intracelluler adhesin molecul-I
pada keratinosit.2
V. GAMBARAN KLINIS
Kelainan kulit yang terjadi sangat beragam, bergantung pada sifat iritan.
Iritan kuat memberi gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis.
Berdasarkan penyebab dan pengaruh berbagai faktor tersebut, ada yang
mengklasifikasikan DKI menjadi 10 jenis, yaitu :
4
panas, atau ada papula, vesikula, pustula, kadang-kadang terbentuk bula
yang purulen dengan kulit di sekitarnya normal.4
Contoh bahan kontak untuk dermatitis iritan kuat adalah asam dan
basa keras yang sering digunakan dalam industri.4
5
3. Dermatitis Kontak Iritan Kronis (DKI Kumulatif)
Juga disebut dermatitis kontak iritan kumulatif. Disebabkan oleh
iritan lemah (misalnya deterjen, sabun, pelarut, tanah, bahkan air) dengan
pajanan yang berulang-ulang, biasanya lebih sering terkena pada tangan.
Kelainan kulit baru muncul setelah beberapa hari, minggu, bulan, bahkan
tahun. Sehingga waktu dan rentetan pajanan merupakan faktor yang paling
penting.5 Gejala berupa kulit kering, eritema, skuama, dan lambat laun
akan menjadi hiperkertosis dan dapat terbentuk fisura jika kontak terus
berlangsung.3
4. Reaksi Iritan
Secara klinis menunjukkan reaksi akut monomorfik yang dapat
berupa skuama, eritema, vesikel, pustul, serta erosi, dan biasanya
terlokalisasi di dorsum dari tangan dan jari. Biasanya hal ini terjadi pada
6
orang yang terpajan dengan pekerjaan basah. Reaksi iritasi dapat sembuh,
menimbulkan penebalan kulit atau dapat menjadi DKI kumulatif.3
7
adalah rasa terbakar, gatal, atau rasa tersengat. Iritasi suberitematous ini
dihubungkan dengan penggunaan produk dengan jumlah surfaktan yang
tinggi.2 Penyakit ini ditandai dengan perubahan sawar stratum korneum
tanpa tanda klinis (DKI subklinis).3
a. Bahan yang diujikan (dengan konsentrasi dan bahan pelarut yang sudah
ditentukan) ditempelkan pada kulit normal, kemudian ditutup
c. Kemudian bahan tes dilepas dan kulit pada tempat tempelan tersebut
dibaca tentang perubahan atau kelainan yang terjadi pada kulit. Pada tempat
tersebut bisa kemungkinan terjadi dermatitis berupa: eritema, papul, oedema atau
fesikel, dan bahkan kadang-kadang bisa terjadi bula atau nekrosis.
Kulit yang ditempel ini perlu dievaluasi lagi pada hari ke 4 atau 5, karena
reaksi positif mungkin tidak muncul sebelumnya. 8
8
Keadaan kulit
c. Tidak terlalu dekat dengan dermatitisyang ada, sebab daerah tersebut lebih
peka hingga dapat menimbulkan reaksi positif palsu
d. Bebas dari kelainan kulit yang lain terutama yang dapat menyulitkan
pembacaan atau akibat lain yang tidak kita harapkan. Misalnya nevus atau
tumor-tumor prakanker: kalau terjadi reaksi berupa dermatitis dan gatal maka
akan digaruk. Ini merupakan rangsangan terhadap nevus atau prakanker tadi
untuk mengalami malignansi
d. B ahan yang menempel tidak banyak mengalami gerakan, lepas atau kendor,
sehingga kontaknya dengan kulit cukup terjamin
e. Jika terjadi dermatitis atau sampai terjadi sikatriks tidak tampak dari luar oleh
karena terlindung.
Pilihan lain:
9
b. Lengan bawah bagian volar.7
Bahan tes
Mungkin bahan itu berupa benda padat atau cair. Jika bahan tersebut dilakukan
secara langsung mungkin akan memberikan reaksi yang tidak kita diharapkan,
misalnya reaksi iritasi. Bahan padat atau cair dilarutkan atau dicampurkan
dalam bahan tertentu dan dalam konsentrasi tertentu pula, sehingga
kemungkinan yang timbul benar- benar reaksi alergi, bukan reaksi iritasi. Bahan
pelarut atau vehikulum yang dipilih yaitu:
a. Air
c. Acetone
d. Isobuthyl ketone
g. Olium olivarium
h. Parafin cair
i. Vaselin kuning
Berikut daftar allergen standar uji tempel yang dianjurkan oleh ICDRG
(hanya menampilkan 5 contoh):
10
c. Nickel sulfat 5% dalam vaselin
11
Bahan Penutup
Untuk uji tempel tertutup digunakan bahan penutup yang merupakan suatu
kesatuan, disebut Unit Uji tempel, yang terdiri atas:
Cara Penempelan
Bahan ditempelkan pada kulit dengan jarak satu sama lain cukup jauh sehingga
jika terjadi reaksi tidak saling mengganggu. Menempelnya cukup lekat, tidak
mudah lepas, sehingga penyerapan bahan lebih sempurna.7
Lamanya Tes
12
Penilaian atau Interpretasi atau Pembacaan
Setelah 48 jam bahan tadi dilepas. Pembacaan dilakukan 1525 menit kemudian,
supaya kalau ada tanda- tanda akibat tekanan, penutupan dan pelepasan dari
Unit uji tempel yang menyerupai bentuk reaksi, sudah hilang. Cara penilaiannya
ada bermacam-macam pendapat. Yang dianjurkan oleh ICDRG sebagai
berikut:7
13
VII. DIAGNOSA BANDING
1. Dermatitis Kontak Alergi
14
2. Dermatitis Atopik
3. Tinea Pedis
Tinea pedis adalah salah satu infeksi kulit pada sela jari kaki dan
telapak kaki yang disebabkan oleh Trichophyton rubrum. Tinea pedis
sering menterang orang dewasa usia 20-50 tahun yang berkerja di tampat
basah seperti tukang cuci mobil dan motor, petani atau orang yang harus
setiap hari memakai sepatu tertutup.12
15
Terdapat 3 bentuk klinis yang paling sering dijumpai yaitu :
a. Bentuk intertriginosa, manifestasi klinis berupa maserasi,
deskuamasi, dan erosi pada sela jari. Tempak warna
keputihan basah dan dapat terjadi fisura yang terasa nyeri
bila tersentuh.
b. Bentuk vesikular akut, terbentuknya vesikula dan bula yang
terletak agak dalam di bawah kulit dan sangat gatal. Lokasi
paling sering adalah telapak kaki bagian tengah dan
kemudian melebar serta vesikulanya memecah.
c. Bentuk moccasain foot, seluruh kaki dari telapak kaki, tepi
sempai punggung kaki terlihat kulit menebal dan
bersuama.4
VIII. Penatalaksanaan
16
IX. PROGNOSIS
Prognosisnya kurang baik jika bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak
dapat disingkirkan dengan sempurna. Keadaan ini sering terjadi pada DKI kronis
yang penyebabnya multifaktor, juga pada penderita atopi.3
17
BAB III
PENUTUP
Dermatitis kontak iritan dapat terjadi pada semua umur pada laki-laki
maupun perempuan, pada orang dewasa, dermatitis kontak iritan sering terjadi
pada telapak tangan dan punggung tangan, karena dermatitis kontak iritan sering
berkaitan pekerjaan.
Penyebab dermatitis jenis ini ialah pajanan dengan bahan yang bersifat
iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk
kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya
larut, konsentrasi bahan tersebut. Terdapat juga faktor lain, yaitu : lama kontak,
kekerapan (terus menerus atau berselang), oklusi yang menyebabkan kulit lebih
permeabel, demikian pula gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban
lingkungan juga turut berperan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
13. Diana Mayasari.Dermatitis kontak iritan et causa asam salisilat pada lesi
post herpes zoster thoracalis sinistra.2016.diakses januari 2018.http://e-
jurnalunair.com.
20