Anda di halaman 1dari 17

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

LAPORAN KASUS
FEBRUARI 2016

KANDIDOSIS INTERTRIGINOSA

Oleh :

SRI WAHYUNI SAHIR


10542 0331 11

Pembimbing:
Dr. dr. Hj. Musafirah, Sp.KK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
1

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa:

Nama

: Sri Wahyuni Sahir

NIM

: 10542 0331 11

Judul Referat : Kandidosis Intertriginosa

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka Kepaniteraan Klinik di Bagian
Imu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Makassar,

Februari 2016

Pembimbing

(Dr. dr. Hj. Musafirah, Sp. KK)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT


atas segala Rahmat, Berkah dan Karunia-Nya. Shalawat dan salam kepada Rasulullah
Muhammad SAW serta sahabat dan keluarganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus ini dengan judul Kandidosis Intertriginosa sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Dr. dr. Hj. Musafirah, Sp.KK
selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan sabar dalam membimbing,
memberikan arahan dan koreksi selama penulis menyelesaikan tugas ini. Semoga amal dan
budi baik dari semua pihak mendapatkan pahala dan rahmat yang melimpah dari Allah SWT
dan dibalas dengan sebaik-baik balasan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk menyempurnakan penulisan yang serupa dimasa yang akan datang. Penulis
berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya diri pribadi. Amin
Yaa Rabbalalamin.
Makassar, Februari 2016
Hormat Saya,

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II.

Laporan Kasus
A.

Resume

B.

Status Dermatologi

C.

Pemeriksaan penunjang

D.

Diagnosis 5

E.

Diagnosis banding

F.

Penatalaksanaan

G.

Prognosis 5

BAB III.

PEMBAHASAN

BAB IV.

KESIMPULAN

10

DAFTAR PUSTAKA 11

BAB I
PENDAHULUAN
Kandidiasis (kandidosis) adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut disebabkan
oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans dan dapat mengenai mulut,
vagina, kulit, kuku, bronkus dan paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septicemia,
endokarditis, maupun meningitis.

Candida spp. merupakan flora normal (saprofit) yang hidup dalam rongga mulut,
saluran pencernaan, vagina, dan kulit. Akan tetapi, dalam keadaan tertentu seperti pada orang
dengan gangguan imun atau terapi imunosupresi. Candida dapat menjadi patogen dan
menyebabkan kandidosis. Inilah sebabnya kandidosis disebut jamur patogen oportunistik.

Sekitar 70 % dari semua infeksi Candida manusia disebabkan oleh C. albicans , sisanya oleh
C. parapsilosis , C. tropicalis , C. guillermondii , C. kruzei , dan beberapa spesies candida
langka lainnya.

3,4

Pada pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan Gram-positif dapat ditemukan


Candida albicans dalam bentuk yeast, berbentuk oval dengan diameter kurang lebih 5m dan
bereproduksi dengan membentuk budding. C. Albicans sering juga ditemukan dalam bentuk
mycelium dengan pseudohyphae dan kadang-kadang dapat ditemukan dalam bentuk septate
3

mycelium.

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, relatif umum di daerah tropis, menyerang
semua umur baik laki-laki maupun perempuan. Neonatus dan orang dewasa > 65 tahun yang
5

paling rentan terhadap kolonisasi Candida dan mucocutaneous kandidiasis. Gambaran


klinisnya beraneka macam sehingga tidak diketahui data-data penyebarannya dengan tepat.

Infeksi kandida dapat terjadi apabila terdapat faktor predisposisi seperti kehamilan
(perubahan pH vagina), hiperhidrosis, obesitas, diabetes melitus, gangguan imunitas, orang
tua, bayi, penderita kanker, terapi imunosupresan, penyakit kronik (Lupus Eritematosus dan
Tuberkulosis). Penggunaan antibiotik jangka panjang serta lingkungan dengan suhu dan
kelembaban tinggi, berkecimpung pada pekerjaan yang basah dan pekerjaan dengan bahan
iritan juga turut berperan menjadikan jamur ini tumbuh subur dan bersifat patogen.

1,5-9

Adapun klasifikasi dari infeksi candida, dibagi sebagai berikut: Kandidosis selaput
lendir (Kandidosis oral/thrush; Perleche; Vulvovaginalis; Balanitis atau Balanopostitis;
Kandidosis mukokutan kronik; Kandidosis bronkopulmonar dan paru), Kandidosis kutis
(Lokalisata: Daerah intertriginosa, perianal dan skrotal; Diaper candidosis; Kandidosis kutis
granulomatosa; Paronikia dan omnikomikosis), Kandidosis sistemik; Reaksi

1,5-9

Id.

Pada penelitian yang dilakukan National Skin Centre Singapura pada tahun 1999
2003 didapatkan 12.903 kasus mikosis superfisialis. Kasus yang paling banyak adalah tinea
pedis (27,3%), kemudian pitiriasis versikolor (25,2%), dan tinea kruris (13,5%). Kandidiasis
juga sering didapatkan dengan kasus terbanyak adalah kandidiasis intertriginosa.

10

BAB II
LAPORAN KASUS
1. Resume
Seorang wanita 75 tahun datang ke BP Kulit dengan keluhan gatal-gatal disertai
kemerahan yang di ketiak kanan dan kedua selangkangan sejak 1 minggu yan lalu.
Awalnya bercak kemerahan yang terasa gatal di ketiak kanan dan di garuk oleh pasien,
lalu muncul juga di kedua selangkangan. Keluhan gatal dirasakan terus menerus dan di
rasakan berkurang jika diberikan bedak detol. Pasien tidak mengeluh demam, dan nyeri
pada daerah tersebut. Pasien tidak pernah mengalami penyakit dengan keluhan yang sama
sebelumnya. Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama di keluarga juga disangkal.
Riwayat kencing manis (DM) ada. Riwayat alergi disangkal. Riwayat pengobatan
sebelumnya dengan salep china temulawak dan bedak detol.

2. Status Dermatologi
1Lokasi: axilla dextra, regio inguinalis
2Ukuran: miliar-plakat
3Effloresensi: makula eritema, papul, pustul, vesikel, bulla, erosi
4Pemeriksaan fisis: ditemukan lesi kulit berupa bercak kemerahan yang berbatas
tegas, basah, dengan pinggiran kasar dan lesi satelit berupa vesike dan bulla dan
beberapa lesi erosi.

Gambar 1. Lesi pada axilla dextra

Gambar 2. Lesi pada regio inguinal


7

Gambar 3. Lesi pada regio inguinal


3. Pemeriksaan penunjang
1KOH 10% :
- Budding yeast, pseudohifa

Gambar 4. Mikroskopik pemeriksaan KOH pada Axilla

Gambar 5. Pemeriksaan KOH pada Inguinal


4. Diagnosis: kandidosis intertriginosa
5. Diagnosis banding
1Eritrasma
2Tinea kruris
3Dermatitis seboroik
6. Penatalaksanaan
1Ketokonazole 200mg tab 1x1 No. XV
2Salep racikan (As. Salisil 2% + miconazole 20mg), dioleskan 2x1
7. Prognosis Dubia
ad bonam

BAB III
PEMBAHASAN
Candida spp. merupakan flora normal (saprofit) yang hidup dalam rongga mulut, saluran
pencernaan, vagina, urethra, kulit dan dibawah kuku, dapat juga ditemukan di atmosfir, air
dan tanah. Akan tetapi, dalam keadaan tertentu seperti pada orang dengan gangguan imun
atau terapi imunosupresi. Candida dapat menjadi patogen dan menyebabkan kandidosis.
2

Inilah sebabnya kandidosis disebut jamur patogen oportunistik. Sekitar 70 % dari semua
infeksi Candida manusia disebabkan oleh C. albicans , sisanya oleh C. parapsilosis , C.
tropicalis , C. guillermondii , C. kruzei , dan beberapa spesies candida langka lainnya.

3,4

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, relatif umum di daerah tropis, menyerang semua
umur baik laki-laki maupun perempuan. Infeksi candida dapat terjadi apabila terdapat faktor

predisposisi baik endogen maupun eksogen, seperti:1,5-9


1. Perubahan fisiologik: usia (orang tua, bayi), kehamilan (perubahan pH vagina), haid,
hiperhidrosis, obesitas.
2. Faktor mekanik: trauma (luka bakar, aberasi)
3. Faktor nutrisi: avitaminosis, defisiensi zat besi, malnutrisi.
4. Penyakit sistemik: penyakit endokrin (diabetes melitus, sindroma chusing), gangguan
imunitas/imunodefisisensi, penderita kanker/keganasan, acrodermatitis enteropatika.
5. Iatrogenik: penggunaan kateter, radiasi sinar-X,
(glukokortikoid, agent imunosupresi, antibiotik, dll)

penggunaan

obat-obatan

6. Lingkungan dengan suhu dan kelembaban tinggi, berkecimpung pada pekerjaan yang
basah dan pekerjaan dengan bahan iritan juga turut berperan menjadikan jamur ini
tumbuh subur dan bersifat patogen.
Kelainan kulit pada kandidosis intertriginosa berupa bercak kemerahan (eritematous)
yang agak lebar, basah, dan berbatas tegas pada lipatan kulit seperti lipatan ketiak, paha,
payudara, intergluteal, antara jari tangan atau kaki, glans penis, dan umbilikus dengan
dikelilingi oleh lesi-lesi satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang
bila pecah meninggalkan daerah erosif, dengan pinggir kasar akibat pengelupasan tanpa
peninggian lesi, dan berkembang seperti lesi primer. Biasanya disertai dengan gejala pruritus
1-2,5-8,11

(gatal) atau kadang-kadang rasa terbakar.

10

Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluhakan gatal pada daerah lipatan kulit yaitu pada
ketiak kanan dan kedua selangkangan pasien. Selain itu, dari anamnesis juga didapatkan
bahwa pasien telah lama menderita diabetes melitus (DM). Hal ini sesuai dengan teori
mengenai tempat predileksi, faktor predisposi, dan keluhan pasien. Sedangkan untuk
pemeriksaan fisis didapatkan adanya lesi berupa bercak eritematous yang berbatas tegas,
agak basah dengan pinggiran kasar dan dikelilingi oleh lesi satelit. Hal ini sesuai dengan
teori yang telah dikemukakan di atas.

Diagnosis kandidiosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, lokasinya, dan


pemeriksaan kerokan kulit yang ditetesi KOH 10% dan diperiksa dengan mikroskop untuk
melihat blastospora dengan gambaran budding yeast, pseudohifa ataupun hifa
sejati.

1-2,5-6,8

Gambar 6. Candida albicans KOH,


berbentuk budding yeast, pseudohifa8

Selain itu, dapat juga dilakukan pemeriksaan biakan/culture dengan media agar dextrosa
glukosa Sabouraud. Pada agar ini, dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untik mencegah
0

pertumbuhan bakteri. Pembenihan disimpan di dalam suhu kamar atau lemari suhu 37 C,
koloni tumbuh setelah 24-48 jam, yaitu berupa yeast like colony. Identifikasi Candida
1-2,5-6,8

albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar.

Pemeriksaan KOH juga dilakukan pada pasien ini dengan mengambil kerokan kulit pada
bagian ketiak dan selangkangan pasien dan didapatkan blastospora yang berbentuk
pseudohifa dan budding yeast. Maka diagnosis pada kasus ini dapat ditegakkan berdasarkan
gambaran klinis, predileksi lesi serta pemeriksaan KOH 10%. Hal ini sesuai dengan teori
diatas.

11

Diagnosis banding pada kasus ini adalah eritrasma, tinea kruris, dan dermatitits
intertriginosa. Berikut akan dijelaskan masing-masing dari diagnosis tersebut:
1.

Eritrasma
Eritrasma adalah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh
Corynebacterium minitussismum, yang ditandai dengan eritema miliar sampai plakat
dengan skuama halus kadang-kadang dapat terlihat merah kecoklatan. Perluasan lesi
terlihat pada pinggir eritematousa dan serpiginosa. Lesi tidak menimbul dan tidak
terlihat vesikulasi. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan pada perabaan terasa
berlemak. Tempat predileksinya di daerah ketiak dan lipatan paha. Kadang-kadang
berlokasi di daerah intertriginosa lain terutama pada penderita gemuk. Pada
pemeriksaan lampu wood, lesi terlihat berfluoresensi merah membara (coral-red).

2.

Tine kruris
Tine kruris adalah penyakit kulit yang termasuk dermatofitosis pada lipatan paha, daerah
perineum, dan sekitar anus. Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi
berbatas tegas, peradangan pada tepi lebih nyata dari pada bagian tengah dan adanya
peninggian lesi. Efloresensinya terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan
sekunder (polimorf). Lesi kulit dapat berbatas pada genito-krural saja, atau dapat meluas ke
daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh lain.
Kelainan ini dapt bersifat menahun, dan lesi dapat berupa bercak hitam disertai sedikit
sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan. Infeksi ini juga bisa bersamaan
dengan tinea korporis (Tinea cruris et corporis). Pada pemeriksaan KOH didapatkan hifa
yang panjang dan besekat dengan spora yang berderet-deret (artrospora)

3.

Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik adalah kelainan kulit papuloskuamosa, dengan predileksi di daerah
kaya akan kelenjar sebasea scalp, wajah, badan. Lokasi yang sering terkena adalah di
daerah kulit kepala yang berambut, namun juga dapat mengenai liang luar telinga,
daerah lipatan nasolabial, lipatan mammae, lipatan paha, ling luar telinga, interskapula,
umbilikus, dan daerah angogenital. Kelainan kulit ditandai dengan eritema dan skuama
yang berminyak dan agak kekuningan, kadang kala disertai rasa gatal dan menyengat.
Ketombe merupakan tanda awal manifestasi dari dermatitis seboroik.

12

Pengobatan kandida tergantung juga pada spesies penyebab, sensitifitas terhadap obat
antijamur, lokasi infeksi, penyakit yang mendasari, dan status imun pasien. Adapun
pengobatannya, yaitu:
1.

1,6,8-9

Pengobatan topikal untuk kelainan kulit


Dapat diberikan obat anti jamur grup azol (2 kali sehari) antara lain:
1- Mikonazole 2% berupa krim atau bedak
2- Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
3- Tiokonazol, bufonazol, izokonazol
4- Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
5- Antimikotik yang lain yang berspektrum luas

2.

Pengobatan sistemik:
Pengobatan sistemik dapat diberikan obat antijamur, seperti: Ketokonazol 1x200mg,
Itrakonazol 2x200mg, Flukonazole 100-400mg/hari selama 2 minggu.

Pada pasien ini diberikan terapi berupa antijamur sistemik oral yaitu interzol 200mg/hari
selama 2 minggu dengan antijamur topikal yaitu interzol cream 20mg yang dicampur dengan
asam salysil 2% dalam campuran krim.
Edukasi pada pasien ini adalah pasien dianjurkan untuk menghindari atau menghilangkan
1

fakor predisposisi , dimana pada pasien ini memiliki faktor presdiposisi berupa penyakit sistemik
diabetes melitus, sehingga pasien dianjurkan utuk menjaga pola makan dan kontrol glikemiknya.
Selain itu pasien juga dianjurkan untuk menjaga kebersihan diri (hygiene) utama pada daerah
lesi (lipatan kulit) serta menjaganya agar tetap kering.

13

5,8-9

BAB IV
KESIMPULAN
1. Kandidosis intertriginosa adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh infeksi candida
spp. yang biasanya mengenai daerah lipatan-lipatan kulit, seperti lipatan ketiak, paha,
payudara, intergluteal, antara jari tangan atau kaki, glans penis, dan umbilikus.
2. Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, relatif umum di daerah tropis, menyerang semua
umur baik laki-laki maupun perempuan.
3. Infeksi kandida dapat terjadi apabila terdapat faktor predisposisi seperti kehamilan
(perubahan pH vagina), hiperhidrosis, obesitas, diabetes melitus, gangguan imunitas,
orang tua, bayi, penderita kanker, terapi imunosupresan, penyakit kronik (Lupus
Eritematosus dan Tuberkulosis). Penggunaan antibiotik jangka panjang serta lingkungan
dengan suhu dan kelembaban tinggi, berkecimpung pada pekerjaan yang basah dan
pekerjaan dengan bahan iritan juga turut berperan menjadikan jamur ini tumbuh subur
dan bersifat patogen.
4. Kelainan kulit pada kandidosis intertriginosa berupa bercak kemerahan (eritematous)
yang agak lebar, basah, dan berbatas tegas pada lipatan kulit dengan dikelilingi oleh lesilesi satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah
meninggalkan daerah erosif, dengan pinggir kasar akibat pengelupasan tanpa peninggian
lesi, dan berkembang seperti lesi primer. Biasanya disertai dengan gejala pruritus (gatal)
atau kadang-kadang rasa terbakar.
5. Diagnosis kandidiosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, lokasinya, dan pemeriksaan
kerokan kulit yang ditetesi KOH 10% dan diperiksa dengan mikroskop untuk melihat
blastospora dengan gambaran budding yeast, pseudohifa ataupun hifa sejati.

6. Pengobatan kandida tergantung juga pada spesies penyebab, sensitifitas terhadap obat
antijamur, lokasi infeksi, penyakit yang mendasari, dan status imun pasien. Adapun
pengobatannya, yaitu pengobatan topikal diberikan obat antijamur grup azol
(Ketokonazole 2%) dua kali sehari dan pengobatan sistemik dapat diberikan obat
antijamur, seperti: Ketokonazol 1x200mg, Itrakonazol 2x200mg, Flukonazole 100400mg/hari selama 2 minggu.
7. Prognosis umumnya baik.

14

DAFTAR PUSTAKA
1. Kuswadji. Kandidosis. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta:
FKUI; 2013/2015.hal.106-09/117-25
2. James WD, Berger TG, Elston DM. Candidiasis. In: Andrews' Diseases of the Skin
Clinical Dermatology. 11th ed. Saunders Elsevier; 2011. 29799.
3. Kayser, 2005. Color Atlas of Medical Microbiology. New York: Stuttgart. Thieme.
4. Fernanda, Maria, dkk. 2013. Update on therapy for superficial mycoses: review
article part I. An Bras Dermatol. 2013;88(5):764-74
5. Goldsmith, Lowell, dkk. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine 8ed. New
york: The McGraw-Hill Companies, Inc. 2012; (189): 3267-3286
6. Gonzlez,

Vzquez

D,

dkk.

Opportunistic

yeast

infections:

candidiasis,

cryptococcosis, trichosporonosis and geotrichosis. Journal of the jerman society of


dermatology (JDDG),1610-0379/2013/1105.
7. Irianto, Koes. 2013. Parasitologi Medis. Bandung: Alfabeta. p.67-76.
8. Wolff, Klaus, dkk. 2009. Fitzpatricks Color Atlas And Synopsis Of Clinical
Dermatology Sixth Edition. New york: The McGraw-Hill Companies. P 718-24
9. Weller, Richard P.J.B, dkk. 2008. Clinical Dermatology, Fourth Edition. Blackwell
Publishing, Inc. P252-253.
10. Nurul Hidayati, Afif. Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan
Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 20032005. Jurnal
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin, Vol. 21 No. 1 April 2009.
11. Vivier, Anthony. 2013. Atlas of Clinical Dermatology fourth edition. London: Elsevier
Saunders.
12. Harahap, Marwali. 2000. Ilmu penyakit kulit. Jakarta: Hipokrates. P81-2

15

Anda mungkin juga menyukai