Anda di halaman 1dari 15

CASE REPORT

Oleh :
Muhammad Basith Farrassabirin
NPM 21360310

Preseptor :
dr. Saroso Raharjo, Sp.KK

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kandidiasis atau kandidosis merujuk pada berbagai bentuk infeksi yang

disebabkan oleh Candida albicans atau oleh anggota lain dari genus Candida.

Organisme ini umumnya menginfeksi kulit, kuku, membrane mukosa, dan traktus

gastrointestinal namun mereka juga dapat menyebabkan penyakit sistemik. Infeksi

Candida pertama kali didapatkan di mulut sebagai thrush yang dilaporkan oleh

Francois Valleix (1836). Langerbach (1839) menemukan jamur penyebab thrush,

kemudian Berhout (1923) memberi nama organisme tersebut sebagai Candida.

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-

laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai

saprofit. Infeksi kandida dapat terjadi apabila ada faktor predisposisi baik edogen

maupun eksogen. Berdasarkan tempat yang terkena kandidosis dibagi menjadi

kandidosis selaput lendir, kandidosis kutis dan kandidosis sistemik. Kandidosis

kutis dapat berupa kandidosis intertriginosa, kandidosis perianal maupun

kandidosis kulit generalisata.

Candida albican memiliki predileksi berkoloni di daerah lipatan kulit yang

lembab dan terdapat maserasi. Lokasi utama intertriginosa pada lipatan kulit ketiak,

lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis dan

umbilikus. Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis keluhan, pemeriksaan fisik

yang seksama dan pemeriksaan penunjang.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan case report ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang

1
2

etiologi, epidemiologi, patogenesis, histopatologi, diagnosis, diagnosis banding,

tatalaksana, dan prognosis dari Kandidiasis.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah case ini yaitu definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi,

histopatologi, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan prognosis dari

Kandidiasis.

1.4 Metode Penulisan

Penulisan case ini menggunakan metode penulisan tinjauan kepustakaan

merujuk pada beberapa literatur.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kandidosis adalah penyakit jamur, yang disebabkan oleh Candida spp

misalnya spesies C. albicans. lnfeksi dapat mengenai kulit, kuku, membran

mukosa, traktus gastrointestinal, juga dapat menyebabkan kelainan sistemik.

2.2 Epidemiologi

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik

laki-laki maupun perempuan. Di Amerika spesies kandida merupakan penyebab

umum kandidosis intertrigo pada orang tua dan pasien diabetes. Spesies kandida

merupakan penyebab keempat infeksi aliran darah pada usia diatas 65 tahun. Di

Jepang, Nishimoto mendapatkan bahwa kandidosis kutis terdapat pada 1% pasien

rawat jalan. Dimana paling banyak menderita kandidosis intertriginosa.

2.3 Etiologi

Jamur kandida hidup sebagai saprofit, terutama terdapat di traktus

gastrointestinal, selain itu di vagina, uretra, kulit dan dibawah kuku. Dapat juga

ditemukan di atmosfir, air dan tanah. Agen penyebab tersering untuk kelainan di

kulit, genital dan mukosa oral adalah C. albicans, sedangkan spesies non-albicans

yang sering menimbulkan kelainan adalah C. dubliniensis, C. glabrata, C.

guillermondii, C. Krusei, C. lusitaniae, C. parapsilosis, C. pseudotropicalis dan

C.tropicalis.

3
4

2.4 Patogenesis

Candida albicans biasanya ditemukan sebagai saprofit dan berkolonisasi pada

membrane mukosa hewan berdarah panas. Infeksi Candida dapat terjadi, apabila

ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen.

a. Faktor endogen

a. Perubahan fisiologik

- Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina

- Kegemukan, karena banyak keringat

- Debilitas

- Iatrogenik: radiasi, obat-obatan (glukokortikoid, antibiotic spektrum luas,

tranquilizer, colchicines, kontrasepsi oral)

- Endokrinopati: diabetes mellitus, cushing disease, hipoadrenalisme,

hipotiroidismehipoparatiroidisme.

- Penyakit kronik: tuberculosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum

yang buruk, uremia.

b. Umur: orang tua dan bayi lebih mudah terkena karena status imunologiknya

tidak sempurna.

c. Imunologik: HIV/AIDS, penyakit genetic

d. Faktor nutrisi: avitaminosis, defisisensi besi, malnutrisi secara general

b. Faktor eksogen:

a. Iklim panas dan lembab menyebabkan perspirasi meningkat

b. Kebersihan kulit

c. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menyebabkan

maserasi dan memudahkan masuknya jamur.


5

d. Kontak dengan penderita.

2.5 Histopatologi

Dari granuloma yang terinfeksi, pada dinding lesi ditemukan sel

polimorfonuklear, eosinofil dan makrofag. Pada bagian perifer ditemukan ban yak

sel epiteloid dan sel raksasa Langhans. Edema epidermis dengan tanda radang

kronik.

2.6 Diagnosis

1. Pemeriksaan langsung

Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 20%

atau dengan pewarnaan Gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu.

2. Pemeriksaan biakan

Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa

Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk

mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau

lemari suhu 37°C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony.

Koloni berwarna putih dan berbentuk mukoid. Identifikasi Candida albicans

dilakukan dengan membiakkannya pada corn meal agar.

Pada kandidiasis sistemik dengan lesi kulit, diagnosis biasanya dapat

dibuat dengan pemeriksaan histopatologi dan kultur biopsi kulit. Hasil kultur

darah biasanya negatif.

3. Pathologi

Kandidiasis superfisial memiliki karakteristik pustul sub korneal.

Organismenya kadang terlihat di dalam pustul namun dapat dilihat di dalam

stratum korneum dengan bantuan pewarnaan Periodik Acid-Schiff (PAS).


6

Pemeriksaan histologik dari granuloma kandida memperlihatkan papilomatosis

dan hiperkeratosis dan infiltrat dermal yang terdiri dari limfosit, granulosit, sel

plasma dan multinukleated giant cell.

2.7 Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari kandidiasis oral yang paling mendekati yaitu lichen

planus, infeksi herpes, eritema multiforme dan pernisius anemia. Perlu

dipertimbangkan kemungkinan mukositis karena kemoterapi, lupus eritematosus,

histoplasmosis dan toksisitas salisilat. Kandidosis lokalisata dengan:

a. Eritrasma: lesi di lipatan, lesi lebih merah, batas tegas, kering tidak ada satelit,

pemeriksaan dengan sinar wood positif.

b. Dermatitits intertriginosa

c. Dermatofitosis (tinea)

d. Psoriasis

e. Dermatitis seboroik

Diagnosis banding paronichia karena kandida antara lain paronichia bakterial,

paronichia yang berasosiasi dengan hipoparatiroidisme, celiac disease,

acrodermatitis enteropatica, sindrom artritis reaktif, akrokeratosis paraneoplastica

dan terapi retinoid.

Kandidosis vulvovaginitis didiagnosis banding dengan trikomonas vaginalis,

gonore akut, leukoplakia, liken planus.

2.8 Penatalaksanaan

Pengobatan infeksi kandida bergantung pada spesies penyebab, sensitifitas

terhadap obat antijamur, lokasi infeksi, penyakit yang mendasari, dan status imun

pasien.
7

1. Upayakan untuk menghindari atau menghilangkan faktor pencetus dan

predisposisi.

2. Pengobatan topikal untuk:

a. Larutan ungu gentian 0,5-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit,

dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari.

b. Nistatin: berupa krim, salep, emulsi. Pada kandidiasis oral tanpa komplikasi

diberikan 400 ribu sampai 600 ribu unit 4 kali sehari. Nistatin merupakan

obat antifungal polyene untuk beberapa infeksi jamur dan ragi yang sensitif,

termasuk candida. Nystatin berikatan dengan ergosterol (komponen utama

dinding sel jamur), menyebabkan lubang dan terjadi kebocoran ion kalium.

c. Amfoterisin B2. Memiliki cara kerja yang sama dengan nistatin, selain

memiliki efek anti fungi juga memiliki efek antiprotozoa. d. Grup azol antara

lain:

- Mikonazol 2% berupa krim atau bedak

- Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim

- Tiokonazol, bufonazol, isokonazol

- Siklopiroksolamin 1% larutan, krim

Golongan azol memiliki spektrum aktivitas antijamur yang luas. Mekanisme

kerja primer sebagai antijamur ialah menghambat sintesis ergosterol

membran sel jamur dengan cara mengikat enzim sitokrom P-450, yaitu enzim

yang mengkatalisis sintesis ergosterol.

3. Pengobatan sistemik:

Obat anti jamur oral diindikasikan untuk infeksi jamur di kulit yang luas,

tinea pedis, onikomikosis dan tinea kapitis.


8

a. Golongan alinamin

Terbinafin merupakan salah satu derivat antijamur yang termasuk

golongan alinamin. Bersifat fungisidal terhadap dermatofita, jamur dimorfik

dan filamentosa akan tetapi bersifat fungistatik terhadap candida. memiliki

efektifitas yang baik terhadap dermatofita namun kurang efektif untuk ragi.

Bekerja menghambat epoksidasi skualen pada pembentukan ergosterol.

Terjadi akumulasi skualen yang menyebabkan peningkatan permeabilitas

membran.

b. Golongan triazol

Obat ini merupakan obat antimikotik berspektrum luas. Memiliki cara

kerja yang sama dengan golongan azol. Jenisnya antara lain itrakonazol dan

flukonazol. Itrakonazol memiliki efektifitas melawan dermatofita, ragi dan

jamur dimorfik. Diindikasikan untuk vaginal candidosis, kandidosis orofaring

dan esofageal. Sering digunakan pada onikomikoziz oleh candida, infeksi

kutaneus dan mukokutan kronik oleh kandida.

c. Golongan imidazol.

Ketokonazol diperkenalkan tahun 1971 sebagai antifungal golongan azol

pertama yang efektif. Namun karena efek samping, keamanan dan dan efisasi

pengobatan, tidak digunakan sebagai lini pertama melawan dermatofita dan

candida.

2. 8 Prognosis

Umumnya baik, bergantung pada berat ringannya faktor predisposisi.


BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS

Nama Lengkap : Ny. YH

Umur : 59 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Sukadana

Agama : Islam

Pekerjaan : Guru

No. MR : 188205

3.2 ANAMNESIS PENYAKIT

Keluhan Utama :

Gatal bintil-bintil di lipatan ketiak sejak ±1 tahun yang lalu

Keluhan Tambahan :

Gatal juga dirasakan juga di sekitar payudara

Riwayat Perjalanan Penyakit (Kronologis):

Pada bulan Februari 2022 os mengeluhkan gatal-gatal kemudian timbul

bintil-bintil sebesar jarum pentul di lipatan ketiak dan payudara ±1 tahun yang

lalu. Gatal timbul diwaktu yang tidak menentu namun makin bertambah setelah

melakukan aktifitas (berkeringat).

Riwayat Pemakaian Obat :

Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga :

9
10

Tidak ada

Riwayat Penyakit Terdahulu :

Tidak ada

3.3 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaran Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 141/74 mmHg

HR : 92x/menit

RR : 20x/menit

Suhu Tubuh : 36°C

3.4 STATUS DERMATOLOGIS

Regio : Axila dextra et sinistra, mammae dekstra et sinistra

Efloresensi : Terdapat efloresensi makula, papula, pustul pada manus

dextra et sinitra, axila dextra et sinistra, mammae dekstra et sinistra dengan

ukuran miliar-numular, dan jumlah multiple, bentuk lesinya teratur, serta

penyebaran/lokasi regional.

Efloresensi Primer : Makula, Papul, Pustul


11

Efloresensi Sekunder :-

Ukuran : Miliar-Numular

Jumlah : Multiple

Susunan :-

Bentuk Lesi : Teratur

Penyebaran/Lokasi : Regional

3.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG/ PEMERIKSAAN ANJURAN

- Pewarnaan sediaan langsung kerokan kulit dengan KOH 20% atau Gram

- Kultur dengan agar Saboraud

3.6 RESUME

Os datang ke poli kulit RSU Muhammadiyah Metro dengan keluhan

gatal kemerahan disertai bintil sejak ±1 tahun yang lalu. Keluhan memberat

setelah melakukan aktifitas. Keluhan dengan keluhan gatal pada daerah lipatan

ketiak dan payudara.

3.7 DIAGNOSIS BANDING

- Candidiasis

- Dermatitis intertriginosa

- Dermatofitosis

3.8 DIAGNOSIS KERJA

- Candidiasis

3.9 PENATALAKSANAAN

a. Non Medikamentosa

- Menjaga higiene tubuh.

- Menjaga agar kulit area infeksi tidak lembab.


12

- Menggunakan pakaian yang tidak ketat dan menyerap keringat.

- Hindari penggunaan handuk atau pakaian bergantian dengan orang lain.

Cuci handuk yang kemungkinan terkontaminasi.

b. Medikamentosa

- Topikal

 Krim imidazol (mikonazol 2%, klotrimazol 1%) selama 14-28 hari.

 Bedak nistatin atau mikonazol selanjutnya dapat untuk pencegahan.

- Sistemik

 Flukonazol 50 mg/hari atau 150 mg/minggu.

 Itrakonazol 100-200 mg/hari.

3.10 PROGNOSIS

Dubia ad Bonam
DAFTAR PUSTAKA

Janik M.P., Michael P H.: Yeast Infection: Candidiasis and Tinea (Pityriasis)
Versicolor, in: Katz G.S., Paller B.G., Wolff K. (eds), Fitzpatrick Dermatology in
general Medicine, 6th ed. The McGraw Hill Companies, 2008, Chapter 189. pp.
1822-1830

Kuswadji.: kandidosis, in: Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Ed 5, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Jakarta, 2007, pp. 106-109.

Scheinfeld N. S: Candidiasis Cutaneus, Emedicine. Available at:


http://emedicine.medscape.com/article/1090632. (Accessed: July 9, 2010).

Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC; 2004.

Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2016.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai