Anda di halaman 1dari 4

KANDIDOSIS

Pendahuluan

Jamur candida spp, terutama candida albicans pada manusia bersifat komensal dan berubah menjadi pathogen pada
kondisi daya tahan tubuh yang menurun baik local maupun sistemik. Infeksi candida dapat bersifat superfisial, local
invasive maupun diseminata.

Sinonim

Kandidiasis, moniliasis

Definisi

Infeksi jamur candida spp yang dapat mengenai kulit, kuku, membrane mukosa, tractus gastrointestinal, juga dapat
menyebabkan kelainan sistemik

Etiologi

Jamur candida hidup sebagai saprofit terutama di GI tract, selain itu di vagina, uretra, kulit dan di bawah kuku. Dapat
juga di atmosfer, air dan tanah. Agen penyebab gtersering untuk kelainan di kulit, genital dan mucosal oral adalah
C.albicans, spesies lain yang juga sering adalah C.dubliniensis, C.glabrata, C.guilermondii, C.Kr usei, C.lusitaniae,
C.parapsilosis, C.pseudotropicalis dan C.tropicalis.

Klasifikasi

I. Kandidosis oral
a. Kandidosis oral (oral thrush)
b. Perleche (keilitis angular atau kandidal keilosis)
II. Kandidosis kutis dan selaput lendir genital
a. Lokalisata
i. Daerah intertriginosa
ii. Daerah perianal dan skrotal
b. Vulvovaginitis
c. Balanitis atau balanopostitis
d. Diaper candidosis
e. Kandidosis kutis granulomatosa
III. Paronikia candida dan onikomikosis candida
IV. Kandidosis kongenital
V. Kandidosis mukokutan kronik
VI. Reaksi id

Selain itu kandidemia atau kandidosis sistemik dapat dikelompokkan ke dalam 4 sindrom:

 Kandidosis berhubungan dengan kateter


 Kandidosis diseminasi akut
 Kandidosis diseminasi kronik
 Kandidosis organ dalam
Pathogenesis

Dipengaruhi oleh factor predisposisi:

1. Perubahan fisiologik: usia, kehamilan, haid


2. Factor mekanik: trauma (luka bakar, aberasi), oklusi local, kelembaban, maserasi, kegemukan
3. Factor nutrisi: avitaminosis, defisiensi zat besi, malnutrisi
4. Penyakit sistemik: penyakit endokrin (diabetes melitus, sindroma cushing), sindroma down, acrodermatitis
enteropatika, uremia, keganasan dan imunodefisiensi
5. Iatrogenic: penggunaan kateter, iradiasi sinar X, penggunaan obat-obatan (glukokortikoid, agen imunosupresi,
antibiotik dll)

Manifestasi klinis

I. Kandidosis oral
a. Thrush
Biasanya mengenai bayi, pasien HIV-AIDS. Tampak pseudomembrane putih coklat muda kelabu yang
menutup lidah, palatum mole, pipi bagian dalam dan permukaan rongga mulut yang lain. Lesi dapat
terpisah-pisah dan tampak seperti kepala susu pada rongga mulut. Bila pseduomembrane terlepas dari
dasarnya tampak daerah yang basah dan merah.
b. Perleche
Lesi berupa fisur pada sudut mulut. Lesi ini mengalami maserasi, erosi, basah dan dasarnya eritematosa.
Factor predisposisinya antara lain defisiensi riboflavin dan kelainan gigi.

II. Kandidosis kutis dan selaput lender genital


a. Lokalisata
i. Kandidosis intertriginosa
Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat payudara, interdigital dan umbilicus serta lipatan kulit
dinding perut berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan eritematosa. Lesi tersebut
dikelilingi lesi satelit berupa vesikel dan pustule kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan
daerah erosive dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.
ii. Kandidosis perianal
Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini menyebabkan pruritus
ani.
b. Vulvovaginitis
Sering dialami oleh penderita DM dan pada perubahan hormonal (kehamilan atau siklus haid). Rekurensi
dapat terjadi pada penggunaan cairan pembersih genital, antibiotic, imunosupresi. Keluhan utamanya
gatal di daerah vulva. Pada yang berat terdapat pula rasa panas, nyeri sesudah miksi dan dyspareunia.
Pada klinis yang ringan tampak hiperemis pada labia minora, introitus vagina dan vagina terutama 1/3
bagian bawah. Sering juga ditemukan kelainan khas berupa bercak putih kekuningan. Pada klinis yang
berat tampak edema labia minora dan ulkus yang dangkal pada labia minora serta sekitar intritus vagina.
Fluor albus pada kandidosis vagina berwarna kekuningan. Tanda yang khas yaitu disertai gumpalan-
gumpalan kepala susu berwarna putih kekuningan.
c. Balanitis atau balanopostitis
Factor predisposisi adalah kontak seksual dengan pasangan yang menderita vulvovaginitis, diabetes
melitus dan kondisi nonsirkumsisi. Lesi berupa erosi, pustula dengan dindingnya yang tipis, terdapat
pada glans penis dan sulkus koronarius glandis.
d. Diaper-rash (candida diaper dermatitis)
Kelainan dipicu oleh adanya kolonisasi ragi di GI gtract. Infeksi dapat terjadi karena oklusi kronik area
popok oleh popok yang basah. Lesi berawal dari area perianal meluas ke perineum dan lipat inguinal
berupa eritema cerah.
e. Kandidosis kutis granulomatosa
Sering diderita anak-anak. Lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning
kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya. Krusta ini dapat menimbul seperti tanduk sepanjang 2 cm.
lokasinya sering terdapat di muka, kepala, kuku, badan, tungkai dan laring.

III. Paronikia candida dan onikomikosis


Sering diderita oleh orang yang pekerjaannya berhubungan dengan air dan merupakan bentuk yang
tersering ditemui. Lesi berupa kemerahan, pembengkakan yang tidak bernanah dan nyeri di area paronikia
disertai retraksi kutikula kea rah lipat kuku proksimal. Kelainan kuku berupa onikolisis, terdapat lekukan
transversal dan berwarna kecoklatan. Penyebab onikomikosis candida umumnya c.albicans dengan kelainan
kuku berupa distrofi total menyerupai onikomikosis yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita.

IV. Kandidosis kongenital


Ditemukan kelainan kulit dan selaput lender bayi baru lahir, lesi khas berupa vesikel atau pustule dengan
dasar eritematosa pada wajah, dada dan meluas generalisata.

V. Kandidosis mukokutan kronik (KMK)


Ditandai oleh sindrom klinis berupa infeksi candida superfisial pada kulit, kuku dan orofaring, bersifat kronis
dan resisten pengobatan. Pada banyak kasus kelainan imunitas dapat spesifik pada system imun selular atau
bersifat global.

VI. Reaksi Id (kandidid)


Terjadi reaksi akibat alergi terhadap jamur atau antigen lain yang terbentuk selama proses inflamasi,
klinisnya berupa vesikel eritematosa yang bergerombol, terdapat pada lateral jari dan telapak tangan. Bila
infeksi diobati maka kelainan akan menyembuh.

Selain penggolongan diatas, terdapat bentuk yang tidak biasa yang ditandai oleh erupsi difus yang berawal dari
vesikel yang meluas dan konfluen di badan dan ekstremitas. Keluhan subyektif berupa pruritus terutama di daerah
inguinal, anal, aksila, sela jari tangan dan kaki:

Kandidosis sistemik  dapat berupa demam tanpa manifestasi kelainan organ hingga sekumpulan tanda dan gejala
termasuk sepsis berat

Kandidosis diseminata  kelainan dapat timbul akibat penyebaran hematogen dari orofaring atau GI tract dengan
barrier mukosa kompromis. Lesi berupa papul eritem dengan pustule hemoragis di bagian tengah di badan dan
ekstremitas.

Penunjang diagnosis

1. Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan KOH 20% atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi,
blastospora atau hifa semu
2. Pemeriksaan biakan
Menggunakan media agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotic (kloramfenikol)
untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan di dalam suhu kamar atau lemari suhu 37 °C, koloni
tumbuh setelah 2-5 hari, berupa koloni mucoid putih.
Diagnosis banding

Kandidosis kutis lokalisata

a. Eritrasma: lesi di lipatan, lesi lebih merah, batas tegas, kering tidak ada satelit, pemeriksaan dengan lampu
Wood positif
b. Dermatitis intertriginosa
c. Dermatofitosis (tinea) dll

Kandidosis kuku  tinea unguium

Kandidosis vulvovaginitis

a. Trikomonas vaginalis
b. Gonore akut

Pengobatan

1. Hindari atau menghilangkan factor pencetus dan predisposisi


2. Topical untuk:
a. Selaput lendir
- Ungu gentian 0,5-1%, 1-2% untuk kulit, dioleskan sehari 2x selama 3 hari
- Nystatin berupa krim, suspense (untuk kelainan kulit dan mukokutan)
- Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam dosis tunggal atau dengan
flukonazol 150 mg dosis tunggal
b. Kelainan kulit
- Grup azol antara lain
o Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
o Klotrimazol 1% nerupa bedak, larutan dan krim
o Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
o Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
o Antimikotik yang lain yang berspektrum luas
3. Pengobatan sistemik
Pengobatan ini diberikan untuk berbagai kelainan antara lain kasus refrakter, candida diseminata dan kandidosis
mukokutan kronik.
- Flukonazol ada lini pertama untuk pasien non-neutropenik dengan kandidemia atau kandidosis invasive
(dosis 100-400 mg/hari)
- Pilihan lain adalah itrakonazol dengan dosis harian 200 mg/hari atau dosis denyut.

Prognosis

Umumnya baik, tergantung berat ringannya factor predisposisi.

Anda mungkin juga menyukai