A. Definisi
Kandidiasis oral adalah penyakit pada rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan
abnormal dari jamur Candida albicans.
B. Risk Factor
Status kekebalan host, lingkungan mukosa oral, strain Candida albikans.
C. Fungus
Fase pengembangan biofilm dalam C. albicans. Siklus hidup biofilm C. albicans terdiri
dari perlekatan sel C. albicans bebas ke permukaan, pembentukan hifa, produksi matriks
ekstraseluler, dan detasemen (dispersi) sel yang dapat memulai pembentukan biofilm di
lokasi baru. Untuk kesederhanaan, beberapa gen termasuk faktor transkripsi (dalam huruf
tebal) yang terlibat dalam tahap yang ditunjukkan (sebagaimana diidentifikasi dalam kondisi
in vitro dan in vivo) disajikan dalam kotak. Tanda panah menunjukkan sifat sel ragi yang
terdispersi seperti peningkatan kepatuhan, virulensi, dan resistensi antijamur.
Candida albicans host innate system evasion strategies. (A) Yeast- to hyphal-phase
transition. (B) Downregulation of epithelial TLR4 expression. (C) Shielding of PAMP from
PRR recognition. (D) Inhibition or degradation of complement system. (E) Inhibition of
phagolysosome formation. (F) Modulation of T cell function.
3. The hyperplastic candidiasis mainly presents as chronic form. It has been commonly
referred previously by several authors as ‘candidal leukoplakia.’ Clinically, it may
manifest as one of the two variants; homogeneous adherent white plaque-like or
erythematous multiple nodular/speckled type. The lesions usually occur bilaterally in
the commissural region of the buccal mucosa and less frequently on the lateral border
of the tongue and palate. Unlike the pseudomembranous type, hyperplastic candidiasis
lesions are non-scrapable. Bisa dysplasia. Confirmed association between Candida
and oral cancer is yet to be recognized, although in vitro studies have shown that the
candida organisms can generate carcinogenic nitrosamine. Differential diagnosis may
include leukoplakia, lichen planus, angular cheilitis and squamous cell carcinoma.
Candida-associated Lesions
1. Denture stomatitis. It is also known as “chronic atrophic candidiasis.” As the
name indicates, it is chronic inflammation of the mucosa typically restricted to the
denture-bearing area, seen in association with candidiasis. Clinically, the lesions
may be seen as pinpoint hyperaemia, diffuse erythematous or granular/papillary
type. It occurs frequently along with angular cheilitis and median rhomboid
glossitis. The lesions are usually asymptomatic, though occasionally patients may
complain of burning sensation or soreness. It commonly affects the palate
although mandibular mucosa may also be affected.
E. Diagnosis
F. Managemen
Guideline managemen efektif:
1. Diagnosis dengan riwayat penyakit dan dental history, manifestasi klinis, dan
dikonfirmasi menggunakan uji laboratoris.
a. Tanda dan gejala
b. Adanya spesies Candida dalam direct examination smear atau biopsy (ada hifa di
epitel, kultur, test serologi)
2. Koreksi factor predisposisi
3. Pertahankan hygiene kavitas oralis dan prostesa oral
4. Pemilihan antifungal sesuai keparahan infeksi dan ketepatan terhadap prevalensi spesies
Candida pada pasien. Pemilihan antifungal didasarkan pada nature lesi dan status
munologi pasien. Ada 3 kategori: the cell membrane, cell wall, and nucleic acids
a. Polyenes: nystatin, amphotericin B
b. Inhibitor biosintesis ergosteror: azol (miconazole, clotrimazole, ketoconazole,
itraconazole, and fluconazole), allylaminesthiocarbamates, and morpholines
c. and DNA analog 5-fluorocytosine, and newer agents such as caspofungin
Superficial oral candidosis pada orang sehat dapat diobati dengan obat topical,
pada orang imunokompremais harus dengan obat sistemik dan topical. Pada pasien
dengan factor risiko yang persisten dan kasus relapse harus diberi antifungal dengan
risiko resisten terkecil.
Antifungal dengan level tinggi di epitel oral dapat dicapai dengan antifungal
topical. Polyenes adalah obat fungisidal yang menempellangsung ke ergosterol pada
membrane sel menimbulkan kebocoran isi sitoplasma dan menyebabkan kematian sel
fungi. Larutan Nystatin atau amphotericin B dipakai selama 4 minggu dan pada kasus
berulang durasinya menjadi minimal 4-6 minggu.
Gel miconazole yang dapat digunakan unruk infeksi tanpa komplikasi dan
digunakan hingga 1 minggu setelah gejala menghilang. Gel ini menghambat sintesis
ergosterol, berinteraksi dengan sitokrom P450 enzim 14-alfa demethylase, menghambat
pertumbuhan yeast patogenik dengan mengubah permeabilitas membrane sel.
Penggunaan miconazole berulang dapat mengakibatkan terbentuknya strain resiten azole.
Antifungan sistemik
Diindikasikan pada kasus imunokompromais atau kasus diseminata. Azole adalah
fungistatic yang menghambat enzim lanosterol demethylase fungi untuk sistesis
ergosterol. Fluconazole memiliki konsentrasi tertinggi di saliva. Fluconazole dan
itraxonazole digunakan secara oral dan akan disekresikan ke membrane mukosa.
Antifungal lain seperti echinocandin menghambat D-glucan synthase dan flucytosine
menghambat sintesis DNA/protein.
Posaconazole hanya terdapat dalam sediaan ral solution dan digunakan pada pasien
imunokompromais dan yang resisten obat lainnya. Penggunaan azole memiliki risiko
strain resistensi. Rekomendasi ntuk penyakit refraktori fluconazole:
a. Fluconazole-refractory diseaseitraconazole solution 200 mg/hari atau
posaconazole suspension 400 mg 2x1 selama 3 hari, dilanjutkan 400 mg/ hari
hingga 28 hari
b. Jika agen lain gagal Voriconazole 200 mg 2x1 atau 1-mL oral suspension
AmB-d 100 mg/mL 4x1
c. Refractory disease IV echinocandin atau AmB-d 0.3 mg/kg/hari