Anda di halaman 1dari 5

Kandidiasis oral

Kandidiasis oral merupakan penyakit akibat infeksi jamur Candida yang mengenai
mukosa mulut. Penyebab utama adalah Candida albicans, tetapi dikenal beberapa
spesies lain yang dapat hidup pada manusia antara lain, C. stellatoidea, C.
tropicalis, C. pseudotropicalis, C. krusei,C.parapsilosis dan C. guillermondii.
Jamur ini telah dikenal dan dipelajari sejak abad ke-17 dan penyakit ini banyak
dihubungkan dengan higene yang tidak baik.

Faktor risiko

Faktor risiko adalah faktor yang dapat mempermudah timbulnya suatu penyakit
dalam hal ini kandidiasis.

1.Pemberian antibiotik spektrum luas yang mematikan kuman akan menyebabkan


keseimbangan antara jamur dan bakteri terganggu.

2.Adanya penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol, dan atau kehamilan
menimbulkan suasana yang menyuburkan pertumbuhan kandida.

3.Imunosupresi seperti pada penderita HIV, leukimia, malnutrisi, malabsorpsi,


agranulositosis, obat sitotoksik

4.Pemakaian gigi tiruan

5.Penurunan salivasi akibat penggunaan obat

6.Terapi kortikosteroid (obat inhaler asma)

7.Radioterapi daerah mulut dan kerusakan yang terjadi pada kelenjar saliva
sesudahnya

8. Defisiensi zat besi, vitamin B12, dan asam folat

Patogenesis

Candida merupakan flora normal yang ada dirongga mulut dan dapt bertahan
dimulut karena beberapa faktor seperti kemampuan untuk menempel pada sel
mukosa dan berkompetisi dengan bakteri komensal lainnya. Adanya faktor risiko
dan kebersihan mulut yang buruk menyebabkan terganggunya keseimbangan flora
normal di rongga mulut sehingga meningkatkan pertumbuhan jamur Candida.
Proses infeksi diawali dengan kolonisasi blastospora dari Candida secara adherens
ke selaput mukosa lalu akan terbentuk pseudohifa dan filamen. Perubahan ini
dipengaruhi oleh faktor ketahanan atau kondisi mikrojaringan pejamu.
Penyebaran candida ke organ viseral mungkin terjadi secara hematogen.

Manifestasi klinis

a.Kandidiasis Pseudomembranosa Akut

Kandidiasis pseudomembranosa bercirikan bercak lunak seperti krim berwarna


putih kekuningan yang dapat mengenai mukosa mulut terutama palatum durum
dan palatum mole. Bila bercak dihapus maka mudah berdarah dan akan terasa
nyeri sehingga menyebabkan penderita akan kurang nyama saat menelan.

b.Kandidiasis Eritematus Akut

Kandidiasis eritematus akut merupakan perkembangan daerah merah yang khas di


mukosa mulut. Bagian mukosa mulut yang sering terkena adalah garis tengah
palatum dan dorsum lidah. Kandidiasis eritematosa akut seringkali menyakitkan.
Bentuk kandidiasis ini mungkin dapat menjadi indikasi imunosupresi, termasuk
infeksi HIV.

c. Kandidiasis Eritematus Kronis

Mukosa palatal eritematus dengan tepi sesuai denggan pinggiran alat yang
dikenakan. Kondisi ini biasanya berhubungan dengan gigi palsu akrilik penuh
tetapi juga dapat terjadi di bawah gigi tiruan sebagian atau alat ortodontik. Selain
menjadi eritematosa, mukosa juga dapat menjadi nodular, suatu kondisi yang
disebut hiperplasia papiler.

d.Median Rhomboid Glossitis

Median rhomboid glossitis mempunyai ciri sebagai eritema halus berbatas jelas di
pertemuan dua pertiga anterior dan sepertiga posterior lidah.
e.Keilitis Angularis

Kondisi ini berupa eritema, lecet atau fisura disudut mulut yang nyeri.
Kemunginan disertai krusta kuning satu atau lebih sudut mulut.

f.Kandidiasis Hiperplastik Kronis ( Leukoplakia kandida )

Kandidiasis hiperplastik kronis nampak sebagai penebalan, iregular atau halus,


penebalan plak putih yang tidak teratur, dan seringkali pada komisura oral atau
dorsum lidah. Berbeda dengan kandidiasis pseudomembran, plak putih tidak
tersapu. Bentuk kandidiasis ini dapat terjadi pada sindrom mukokutan.

Diagnosis

1.Anamnesis

Pada anamnesis dapat ditanyakan keluhan utama yang telah dipaparkan diatas.
Selain itu, dapat juga ditanyakan mengenai faktor prediposisi yang memicu
penyakit.

2.Pemeriksaaan fisik rongga mulut

Pada pemeriksaaan fisik rongga mulut dapat ditemukan tanda –tanda seperti yang
dipaparkan diatas. Tanda-tanda yang ditemukan akan berbeda sesuai dengan jenis
kandidiasis.

3.Pemeriksaan penunjang

a.Pemeriksaan langsung mikroskopik (Swab)

Sampel diambil dari apusan mukosa mulut yang akan diletakkan pada gelas objek
lalu ditambahi dengan KOH 10-20%. Setelah itu diamati dibawah mikroskop.
Pemeriksaan langsung kering bisa menggunakan pewarnaan gram, atau reagen
periodic acid-Schiff. Pada mikroskop akan ditemukan blastospora atau hifa semu.

b.Kultur atau biakan


Kultur dapat dilakukan dengan media agar dekstrosa saboraud dengan atau tanpa
antibiotik. Setelah 3 hari akan ditemukan koloni Candida dengan ciri-ciri warna
putih kekuningan, menimbul dan mempunyai bau ragi yang khas.

c.Histologis

Pemeriksaan histologis terutama ditujukan pada suspect kandidiasis hiperplastik


kronis (kandidiasis leukoplakia) yang menunjukkan tipe hife Candida di dalam
lapisan keratin epitel hiperplastik disertai dengan infiltrat sel radang kronis.

Tata laksana

Penatalaksaan kandidiasis didasarkan terutama pada identifikasi dan pemusnahan


faktor predisposisi. Penggunaan bahan polyene topikal, seperti amphotericine B,
nystatine, dan miconazole yang tersedia dalam berbagai bentuk memberi sedikit
manfaat. Generasi baru bahan antifungal triazole, seperti fluconazole (50
mg/hari), dan itraconazole (200 mg/ hari), ketokonazole (200-400 mg/hari) sangat
efektif untuk 7-15 hari.

Jika pasien menerima terapi antibiotik, pertimbangkan untuk menghentikan


pengobatan ini. Pasien dengan terapi steroid inhaler harus dianjurkan untuk
berkumur dengan air setelah terapi inhaler untuk meminimalkan persistensi obat
dalam rongga mulut. Jika menggunakan gigi tiruan maka harus memastikan
kebersihan gigi tiruan. Pembersihan mekanik gigi palsu setiap hari sangatlah
penting. Gigi palsu dengan komponen logam seperti basis kromium kobalt atau
cengkeram baja, harus merendam alat dalam larutan klorheksidin 0,2 %. Agen
topikal antijamur polyene, seperti amphotericine, nistatin, atau miconazole,
diulaskan per 6-jam ke permukaan gigi tiruan untuk 4 minggu, juga akan
mempercepat perbaikan kondisi ini.

Pada kandidiasis hiperplastik kronis (kandidiasis leukoplakia) dapat dilakukan


eksisi bedah untuk lesi persisten dengan tanda displasia epitel. Pasien dianjurkan
untuk menghentikan kebiasaan merokok karena lesi cenderung kambuh jika
merokok tidak dihentikan.
Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan rongga mulut dengan


cara menggosok gigi rutin, menggunakan obat kumur klorheksidin, menghentikan
kebiasaan merokok dan menghindari faktor predisposisi.

Anda mungkin juga menyukai