Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


  Anak merupakan individu yang tumbuh dan berkembang, baik dalam
bidang somatis, maupun dalam bidang psikologis. Seorang anak bukanlah
miniatur orang dewasa. Dengan demikian, maka tidak boleh dilupakan bahwa
gangguan jiwa pada anak bisa timbul sewaktu kepribadiannya sedang berkembang
serta gangguan jiwa itu mungkin merupakan refleksi penyimpangan dalam
perkembangan itu sendiri (Willy F & Maramis, 2009). Gangguan psikiatri tidak
hanya terjadi pada orang dewasa, tapi juga dapat terjadi pada anak-anak. Dalam
menghadapi berbagai masalah anak, psikiatri anak tidak dapat terlepas dari sifat-
sifat dan hakekat anak dan masa anak itu sendiri. Salah satu gangguan psikiatri
pada anak adalah Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) adalah suatu kondisi medis yang ditandai oleh
ketidakmampuan memusatkan perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas, yang
terjadi pada lebih dari satu situasi, dengan frekuensi lebih sering dan intensitas
lebih berat dibandingkan dengan anak-anak seusianya (Kementerian Kesehatan
RI, 2011). GPPH di dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
edisi ke-3 (PPDGJ-III) disebut sebagai Gangguan Hiperkinetik (Maslim, 2013).
Pada beberapa kasus di Amerika Serikat, ADHD ditemukan pada 4-12%
di antara anak sekolah, dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki. Sekitar 30-
80% kasus menunjukkan ADHD menetap sampai masa remaja bahkan sampai
dewasa. Oleh karena itu perlu diketahui sejak dini gejala ADHD pada anak, agar
dapat dilakukan penanganan dan terapi oleh para orang tua di rumah (Wood
2007). Gejala ADHD ini harus terlihat di berbagai tempat berbeda. Misalnya di
rumah, di sekolah, di tempat rekreasi, sehingga di dalam mendiagnosis diperlukan
kecermatan dan ketelitian dari pakar atau ahli (dalam hal ini psikolog anak)
terhadap sikap dan tingkah laku anak pada tempat yang berbeda. Bahkan bukan
tidak mungkin gejala ADHD ini mirip dengan gejala autis, sehingga
menyebabkan terjadinya perbedaan hasil diagnosis gangguan pada anak. Para
orang tua biasanya melakukan konsultasi kepada dokter atau psikiater, namun
observasi sesaat oleh psikiater atau psikolog saja ada peluang gagal untuk
menentukan apakah anak mengalami ADHD atau tidak. Oleh karena itu untuk
mengetahui gejala ADHD ini harus mengandalkan informasi dari guru di sekolah
atau orang tua di rumah, sehingga perlu dikembangkan Sistem Pakar Diagnosis
ADHD pada Anak Usia Sekolah (SPDAPA) yang dapat membantu para orang tua
dalam mendeteksi lebih dini ADHD pada anak.

Anda mungkin juga menyukai