Anda di halaman 1dari 4

2.

1 Campak
2.1.1 Definisi dan Etiologi
Campak adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh infeksi virus yang sangat
menular dan umumnya menyerang anak. Penularan virus terjadi secara kontak langsung melalui
droplet atau penyebaran udara. Port de entree virus campak adalah malalui saluran napas atau
konjungtiva yang terpapar percikan droplet yang terkontaminasi virus campak. Virus campak
berada di sekret nasofaring dan di dalam darah, minimal selama masa tunas dan dalam waktu
yang singkat sesudah timbulnya ruam (Tatura, 2021).
Virus campak adalah anggota family paramyxoviridae, genus Morbilivirus. Virus ini
berbentuk bulat dengan tepi yang kasar, berselubung dengan rangkaian RNA tunggal dan
memiliki ukuran 100-300 nm. Virus terdiri dari selubung luar lipoprotein dan ribonukleokapsid
helix internal. Selubung luar virus mengkode 3 protein, yaitu protein F, H, dan M (Tatura, 2021).
Protein H (Hemagglutinin) berperan penting dalam perlekatan virus ke sel penderita. Protein F
(Fusion) meningkatkan penyebaran virus dari sel ke sel. Protein M (Matrix) di permukaan dalam
lapisan pelindung virus berperan penting dalam penyatuan virus. Di bagian dalam virus terdapat
protein L (Large), NP (Nucleoprotein), dan P (Polymerase phosphoprotein). Protein L dan P
berperan dalam aktivitas polimerase RNA virus, sedangkan protein NP berperan sebagai struktur
protein nucleocapsid (Soegijanto & Salimo, 2011).
Virus campak merupakan organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi. Apabila
berada di luar tubuh manusia, keberadaannya tidak kekal. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada
temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku dan beberapa hari pada suhu 0 °C dan
virus tidak aktif pada pH yang rendah dan dapat mudah dihancurkan oleh sinar ultraviolet. Pada
temperatur kamar ia akan kehilangan 60% sifat infektivitasya setelah 3-5 hari. Virus ini mampu
bertahan dalam keadaan dingin (Soedarmo dkk, 2015).

2.1.2 Epidemiologi
Campak merupakan penyakit endemis, terutama di negara berkembang. Di Indonesia,
penyakti campak sudah dikenal sejak lama. Pada tahun 1980 sebelum imunisasi campak
dilakukan secara global diperkirakan lebih dari 20 juta orang terkena penyakit campak dan 2,6
juta kematian setiap tahun yang sebagian besar anak-anak di bawah usia lima tahun. Sejak tahun
2000, lebih dari satu miliar anak di negara-negara berisiko tinggi telah mendapatkan imunisasi
campak, sehingga pada tahun 2013 kematian akibat campak global telah mengalami penurunan
sebesar 75%. Walaupun cakupan imunisasi cukup tinggi, KLB campak masih mungkin dan akan
terjadi yang disebabkan adanya daerah dengan cakupan imunisasi yang rendah (Kemenkes,
2019).
Tabel 1 menunjukkan angka penemuan kasus dan kematian karena campak di Indonesia
pada tahun 2014-2018 yang dilaporkan adalah sebesar 89.127 suspek campak dengan 22
kematian, sedangkan hasil laboratorium adalah 19.392 positif. Dari jumlah kasus tersebut
sebanyak 89% kasus campak diderita oleh anak usia di bawah 15 tahun (Kemenkes, 2019).

Tabel 1. Distribusi Penemuan Kasus Suspek Campak, Indonesia 2014-2018

Pada tahun 2020 penyebaran kasus suspek campak hampir terdapat di seluruh provinsi
Indonesia, hanya 4 provinsi yang tidak terdapat kasus suspek campak, yaitu Bengkulu,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 2020, terdapat
3.382 kasus suspek campak, menurun jika dibandingkan tahun 2019 yaitu sebesar 8.819 kasus.
Kasus suspek campak terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Tengah (680 kasus), DKI Jakarta (596
kasus), dan DI Yogyakarta (408 kasus). Incidence Rate (IR) sebesar 1,25 per 100.000 penduduk.
Angka tersebut menurun jika dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 3,29 per 100.000 penduduk.
Proporsi kasus suspek campak terbesar terdapat pada kelompok umur >14 tahun (28%),
sedangkan proporsi kasus suspek terendah terdapat pada kelompok umur 10-14 tahun dan suspek
dengan umur yang tidak diketahui, dengan persentase masing-masing sebesar 11,6% dan 1,4%
(Kemenkes, 2021).
Gambar 1. Sebaran kasus suspek campak di Indonesia tahun 2019 dan 2020

Gambar 2. Proporsi suspek campak berdasarkan umur di Indonesia tahun 2020


Sebagian besar kasus campak terjadi pada anak-anak usia pra-sekolah dan usia SD.
Kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun dan pada kelompok umur 1-4
tahun. Campak biasanya mengenai anak, tetapi infeksi tetap dapat terjadi pada semua golongan
usia pada individu yang tidak divaksinasi dan individu dengan gangguan imunokompromais.
Anak-anak yang tidak divaksinasi merupakan golongan yang berisiko tinggi terkena campak.
Laki-laki dan perempuan yang tidak divaksinasi sama-sama rentan terhadap infeksi virus campak
(CDC, 2005).

Anda mungkin juga menyukai