Anda di halaman 1dari 12

TUGAS EPIDEMIOLOGI

PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI


(CAMPAK)

Disusun Oleh :
DHEA AYU RIESKA PUTRI
PO.71.24.2.22.080

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM
STUDI SARJANA TERAPAN
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................... ii

A. Definisi Campak ........................................................................... 1

B. Angka Kejadian Kasus .................................................................. 1

C. Karakteristik Agent, Host, dan Enviroment.................................. 3

D. Cara Penularan............................................................................................. 6

E. Pencegahan .................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 9

ii
A. Definisi Campak

Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang

disebabkan oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau

measles. Penyakit ini ditularkan melalui droplet ataupun kontak

dengan penderita. Penyakit ini memiliki masa inkubasi 8-13 hari.

Campak ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan

konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan

pada kulit (rash). (Nadirin,2000)

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Penyakit

campak merupakan penyakit yang sangat menular. Campak

menjadi penyebab penting kematian anak-anak di seluruh dunia.

Kelompok anak usia pra sekolah dan usia SD merupakan kelompok

rentan tertular penyakit campak. Penyakit campak disebabkan oleh

virus dari genus Morbillivirus dan termasuk golongan

Paramyxovirus. Campak disebut juga morbili atau measles. (Profil

Kesehatan, 2021)

B. Angka Kejadian Kasus

Pada tahun 2020 penyebaran kasus suspek campak hampir

terdapat di seluruh Indonesia, hanya 3 provinsi yang tidak terdapat

kasus suspek campak. Pada tahun 2021, terdapat 2.931 kasus

suspek campak, menurun jika dibandingkan tahun 2020 yaitu

sebesar 3.434 kasus. Kasus suspek campak terbanyak terdapat di

1
Provinsi Jawa Tengah (493 kasus), DKI Jakarta (489 kasus), dan Jawa

Timur (366 kasus). (Profil Kesehatan,2021)

Suspek campak pada tahun 2021 tersebar hampir di seluruh

wilayah Indonesia, dengan Incidence Rate (IR) sebesar 0,48 per

100.000 penduduk. Angka tersebut menurun jika dibandingkan

tahun 2020 yang sebesar 1,14 per 100.000 penduduk. Penurunan

jumlah kasus suspek campak pada tahun 2021 seiring dengan

penemuan kasus suspek campak yang menurun dilaporkan oleh

provinsi dikarenakan adanya pandemi Covid 19. Menurut

kemenkes RI pada distribusi kasus suspek campak per bulan di

tahun 2021, dapat diketahui bahwa tren kasus suspek campak

cenderung rendah pada awal tahun dan meningkat pada bulan

Oktober, November dan Desember. Jumlah kasus suspek campak

tertinggi pada bulan Desember (695 kasus), sedangkan jumlah

terendah terdapat pada bulan Juli (71 kasus). Penurunan jumlah

kasus ini antara lain disebabkan oleh adanya Pandemi Covid-19

yang menyebabkan tenaga surveilans di semua level fokus pada

penanggulangan pandemic Covid-19 sehingga program surveilans

lainnya termasuk surveilans PD3I tidak dapat berjalan sesuai

standar yang telah ditetapkan. (Profil Kesehatan,2021).

Proporsi kasus suspek campak terbesar terdapat pada

kelompok umur >14 tahun (29,3%) dan urutan kedua terdapat pada

2
kelompok umur 1-4 tahun (26.7%), sedangkan proporsi kasus

suspek terendah terdapat pada kelompok umur 10-14 tahun dan

suspek dengan umur yang tidak diketahui, dengan persentase

masing-masing sebesar 10,8% dan 0%. Proporsi suspek campak

yang divaksinasi secara nasional sebesar 22,4%. Sedangkan provinsi

dengan persentase kasus suspek tertinggi urutan pertama terjadi di

Provinsi Sulawesi Utara, Sumatera Selatan dan Gorontalo. Provinsi

dengan proporsi terendah yaitu DI Yogyakarta, Jawa Tengah dan

Jambi. (Profil Kesehatan,2021).

Apabila terjadi 5 atau lebih kasus suspek campak dalam waktu

4 minggu berturut-turut yang terjadi secara mengelompok, dan

telah dibuktikan adanya hubungan epidemiologis di suatu daerah,

maka daerah tersebut dinyatakan KLB suspek campak. Pada tahun

2021, dari 2.931 kasus suspek campak terdapat 75 kasus dengan

kejadian 8 KLB suspek campak. Jumlah tersebut lebih tinggi

dibandingkan dengan tahun 2020 yang terjadi sebanyak 6 KLB

suspek campak. KLB suspek campak terdapat di Provinsi Maluku

Utara, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Jawa Timur, dan DI

Yogyakarta. Semua KLB suspek campak yang terjadi pada tahun

2021 dilaporkan tidak ada kematian. Frekuensi dan jumlah kasus

pada KLB. Sebaran KLB suspek campak berdasarkan konfirmasi

laboratorium dari 73 total darah (serum) sampel yang dilaporkan

3
pada tahun 2021, terdapat 4 kasus campak, 58 kasus rubella, 6

kasus gabungan (campak dan rubella), 7 kasus negatif, dan tidak

terdapat kasus pending/menunggu konfirmasi laboratorium. (Profil

Kesehatan,2021).

C. Karakteristik Agent, Host, dan Enviroment

Dalam epidemiologi terdapat triad penyakit campak.

Menurut Irwan (2017) terdapat tiga faktor yang berpengaruh

terhadap terjadinya penyakit yaitu Host (pejamu), Agent

(Penyebab), dan Enviroment (Lingkungan).

1. Agent

Pada penyakit campak disebabkan oleh virus campak

golongan Paramyxovirus yang merupakan genus Morbillivirus dan

termasuk golongan virus RNA. Struktur virus penyebab campak

mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dari parainfluenza.

Setelah timbulnya ruam kulit, virus aktif dapat ditemukan pada

secret nasofaring, darah, dan air kencing dalam waktu sekitar 34

jam pada suhu kamar. Virus campak dapat bertahan selama

beberapa hari pada temperatur 0oC dan selama 15 minggu pada

sediaan beku. Di luar tubuh manusia virus ini mudah mati. Pada

suhu kamar, virus ini akan kehilangan infektivitasnya sekitar 60%

4
selama 3-5 hari. Virus campak mudah mati oleh sinar ultraviolet.

Karakteristik agent untuk penyakit campak adalah sebagai berikut :

a. Infektivitas

Infektivitas adalah masa transisi mulai dari individu terpapar

(eksposed) hingga terkena infeksi (infected). Penyakit campak

termasuk penyakit menular yang memiliki sifat infektivitas yang

tinggi. Rata-rata durasi infeksi di estimasikan selama 7 hari,

sedangkan refrensi lain mengatakan selama 9 hari. Angka

infektivitas dapat diturunkan dari rata-rata periode laten yang

mana untuk penyakit campak diestimasi selama 12 hari.

b. Patogenisitas

Patogenesitas adalah kesanggupan organisme menimbulkan

reaksi klinik khususnya patologis setelah terjadinya infeksi pada

pejamu yang diserang. Pada penyakit campak termasuk memiliki

kategori patogenisitas yang tinggi.

c. Virulensi

Virulensi adalah kemampuan agent untuk menghasilkan

reaksi patologis berat yang menyebabkan kematian. Menurut

Ismah (2018), virulensi agent penyakit campak termasuk dalam

kategori rendah.

2. Host

5
Host disebut juga reservoir yang mana pada penyakit

campak adalah manusia. Semua orang yang belum pernah

menderita campak dan belum pernah melakukan imunisasi

campak. Umur merupakan salah satu karakteristik host pada

penyakit campak, dimana sangat rentan menginfeksi anak-anak

usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah bahkan remaja dan

dewasa. Karakteristik host dalam segi imunitas yakni individu akan

mempunyai kekebalan seumur hidup setelah terserang penyakit

dalam arti mendapatkan imunitas yang tinggi sehingga jika sudah

terkena penyakit campak sekali maka akan kebal seumur hidup.

3. Enviroment

Pada penyakit campak adalah lingkungan fisik dan biologis.

Lingkungan fisik dengan kepadatan hunian serta keterjangkauan

pelayanan kesehatan seperti di desa terpencil, pedalaman, daerah

sulit, daerah yang tidak terjangkau pelayanan kesehatan khususnya

imunisasi serta merupakan daerah yang rawan terhadap penularan

penyakit campak sedangkan lingkungan biologis terkait ventilasi,

pencahayaan dari rumah hunian, serta cuaca seperti intensitas

angin dengan kecepatan yang tinggi.

D. Cara Penularan

Menurut Kemenkes RI Campak ditularkan melalui udara

yang terkontaminasi droplet dari hidung, mulut, atau tenggorokan

6
orang yang terinfeksi. Gejala awal biasanya muncul 10-12 hari

setelah infeksi, termasuk demam tinggi, pilek, mata merah, dan

bintik-bintik putih kecil di bagian dalam mulut. Beberapa hari

kemudian, ruam berkembang, mulai pada wajah dan leher bagian

atas dan secara bertahap menyebar ke bawah. Campak berat

mungkin terjadi pada anak-anak yang menderita kurang gizi,

terutama pada mereka yang kekurangan vitamin A, atau yang

sistem kekebalan tubuhnya telah dilemahkan oleh penyakit lain.

Komplikasi yang paling serius termasuk kebutaan, ensefalitis

(infeksi yang menyebabkan pembengkakan otak), diare berat dan

dehidrasi, serta infeksi pernafasan berat seperti pneumonia.

Seseorang yang pernah menderita campak akan mendapatkan

kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya. (Profil

Kesehatan,2021)

Penyakit campak sangat rentan menginfeksi siapapun dalam

berbagai umur akan tetapi secara global terjadi pada anak dibawah

usia 5 tahun serta anak usia pra sekolah dan anak tamat sekolah

dasar yang mampu menyebabkan resiko kematian. Penularan

penyakit campak adalah melalui individu ke individu secara droplet

respiration maupun air borne sebagai nucleus droplet aerosol.

Penyebaran virus campak melalui pernapasan, terutama percikan

ludah atau cairan yang keluar dari sistem pernapasan, seperti batuk

7
dan bersin serta adanya kontak langsung dengan penderita yakni

berbicara. Rantai penularan penyakit campak sangat tinggi

sehingga sulit untuk diputus, karena penyakit ini menular kepada

orang lain pada 4 hari sebelum timbul ruam dan 4 hari setelah

timbulnya ruam. (V. T. Hulu et al,2020)

E. Pencegahan

Menurut Sumarmo S. Poorwo Soedarmo et all,2008 pencegahan campak terbagi

menjadi 2 yaitu :

1. Pencegahan Penularan

Pencegahan dapat dilakukan dengan melalui tindakan Health Promotion, baik

pada hospes maupun lingkungan dan perlindungan khusus terhadap

penularan.

a. Health Promotion terhadap host.

b. Pencegahan virus campak menular melalui percikan air ludah penderita

campak

c. Mengisolasi setelah muncul rash pada 4 hari kontak agar mencegah

penularan.

2. Pencegahan Penyakit

Pencegahan penyakit campak dibagi dalam beberapa tahap sebagai berikut:

a.Bila terjadi kontak dengan penderita campak dibawah 3 hari Langsung

memberikan imunisasi campak dapat memberikan kekebalan apabila

belum timbul gejala penyakit.

8
b. Bila terjadi kontak dengan penderita campak setelah 3-6 hari Memberikan

imuno globulin 0,25ml/kgBB.Pada individu immuno compromized yang

diberikan adalah imuno globulin 0,5ml/kgBB dengan dosis maksimal 15 ml

atau IGIV 400mg/kgBB.

9
DAFTAR PUSTAKA

Irwan.2019.Epidemiologi Penyakit Menular 3rd ed. Yogyakarta: CV. Absolute


Media.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2022.Profil Kesehatan 2021.Jakarta:


Kemenkes RI .

M.Sinaga.2020.E-Book Epidemiologi Materi Persiapan SKB CPNS Epidemiologi


Kesehatan. Medan: Manotar Sinaga.

O. R. Pinontoan, O. J. Sumampouw, and J. E. Nelwan. 2019. Epidemiologi


Kesehatan Lingkungan, 1st ed. Yogyakarta: Deepublish.

Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, Herry Garna, Sri Rezeki S. Hadinegoro, Hindra


Irawan Satari, et al. 2008. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi kedua.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.

V. T. Hulu et al. 2020. Epidemiologi Penyakit Menular: Riwayat, Penularan dan


Pencegahan, 1st ed. Medan: Yayasan Kita Menulis.

W. R. Hidayani. 2020. Epidemiologi, 1st ed. Yogyakarta: Deepublish.

W. Marniasih, D. Hermawan, and Z. Abidin, "Faktor-faktor Yang Berhunungan


Dengan Kejadian Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Natar Kabupaten
Lampung Selatan Tahun 2012," J. Dunia Kesmas, vol. 1, no. April, pp. 1--10,
2012.

 Z. Ismah.2018.Bahan Ajar Epidemiologi.Sumatera Utara: pp. 16--17.

10

Anda mungkin juga menyukai