Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS

KANDIDIASIS ORAL

Nama Mahasiswa : Bagas Luthfi


NIM : J2A013039P

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2020
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

KANDIDIASIS ORAL

Disusun oleh :

Nama : Bagas Luthfi

NIM : J2A013039P

Semarang, 6 September 2020

Disetujui Oleh :

Pembimbing

drg. Ani Megawati


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh kandida.


Kandida merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini
mencapai 40 – 60 % dari populasi. Pada rongga mulut kandida albikans
merupakan spesies yang paling sering menimbulkan penyakit. Secara klinis dapat
ditemukan berbagai penampilan berupa lesi putih atau lesi eritematus Pada
umumnya infeksi tersebut dapat di tanggulangi dengan menggunakan obat anti
jamur baik secara topikal atau sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau
penyakit – penyakit yang menyertainya. (Silverman S, 2001).

Kandidiasis terjadi karena didukung adanya faktor predisposisi, antara lain


adanya perubahan flora normal rongga mulut akibat pemakaian antibiotik
spektrum luas, penggunaan obat kumur berlebihan dan serostomia, iritasi lokal
yang kronis akibat pemakaian gigitiruan dan piranti ortodontik, pemakaian
kortikosteroid, kebersihan rongga mulut yang buruk, kehamilan, penurunan
kekebalan tubuh akibat AIDS, diabetes melitus, leukemia, limfoma, kemoterapi
dan radiasi, serta malapsorbsi dan malnutrisi (Lynch, 2003)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kandidiasis Oral
1. Definisi
Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik pada rongga mulut yang
disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari jamur Kandida terutama Kandida
albikan. Kandida merupakan organisme komensal normal yang banyak ditemukan
dalam rongga mulut dan membran mukosa vagina. Dalam rongga mulut, Kandida
albikan dapat melekat pada mukosa labial, mukosa bukal, dorsum lidah, dan
daerah palatum. Selain Kandida albikan, ada 10 spesies Kandida yang juga
ditemukan yaitu C.tropicalis, C.parapsilosis, C.krusei, C.kefyr, C. glabrata, dan
C.guilliermondii, C.pseudotropicalis, C.lusitaniae, C.stellatoidea, dan
C.dubliniensis, dengan C.albikan yang paling dominan dijumpai dan paling
berperan dalam menimbulkan kandidiasis oral (Andryani, 2010).

2. Etiologi

Kandidiasis oral merupakan suatu infeksi jamur yang umumnya


disebabkan oleh jamur Kandida albikan. Faktor predisposisi terjadinya kandidiasis
oral terdiri atas faktor lokal dan sistemik. Beberapa faktor lokal tersebut seperti
penggunaan gigi tiruan, xerostomia, dan kebiasaan merokok. Penggunaan gigi
tiruan dapat memberikan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan jamur
Kandida yaitu lingkungan dengan pH yang rendah, sedikit oksigen, dan keadaan
anaerob. Faktor lokal seperti xerostomia juga dapat menimbulkan kandidiasis
oral. Xerostomia merupakan suatu kondisi dimana mulut terasa kering. Hal ini
dapat disebabkan oleh berkurangnya produksi saliva, penggunaan obat-obatan
(obat antihipertensi), terapi radiasi dan kemoterapi. Adanya kebiasaan merokok
dapat menyebabkan iritasi kronis dan panas yang mengakibatkan perubahan
vaskularisasi dan sekresi kelenjar liur. Seperti yang diketahui, di dalam saliva
terdapat komponen anti Kandida seperti lisozim, histatin, laktoferin, dan
calprotectin, sehingga apabila produksi saliva berkurang seperti pada keadaan
xerostomia dan perokok, maka Kandida dapat mudah berkembang (Akpan, 2002).

Selain faktor lokal, beberapa faktor sistemik seperti penyakit defisiensi


imun (HIV/AIDS), kemoterapi, radioterapi, dan penggunaan obat antibiotik dan
steroid juga dapat menyebabkan timbulnya kandidiasis oral. Pada penderita
HIV/AIDS terjadi defisiensi imun yang mengakibatkan infeksi oportunistik
seperti kandidiasis Universitas Sumatera Utara oral mudah terjadi. Di samping itu,
terapi radiasi daerah kepala dan leher mengakibatkan kerusakan dan gangguan
fungsi kelenjar saliva mayor dan minor sehingga memudahkan terjadinya
xerostomia. Prevalensi xerostomia setelah terapi radiasi dijumpai melebihi 90%.
Pengobatan kemoterapi juga dapat berdampak pada berkurangnya aliran saliva.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, keadaan xerostomia yang dapat timbul
akibat radioterapi dan kemoterapi bisa memudahkan perkembangan jamur
Kandida. Penggunaan obat antibiotik dan steroid juga dihubungkan dengan
terjadinya kandidiasis oral (Hannula, 2000).

3. Klasifikasi Kandidiasis

 Kandidiasis Pseudomembranosa (Trush)


Kandidiasis Pseudomembranosa adalah infesksi oportunistik
yang disebabkan oleh pertumbuhan jamur C. Albicans yang
berlebihan. Organisme ini memang ada di dalam rongga mulut,
saluran pencernaan, dan vagina. Bayi yang ibunya mengalami infeksi
Trush di vaginanya pada saat melahirkan dan pada orang dewasa
yang mengalami perubahan mikroflora normal didalam mulut oleh
karena pemakaian antibiotik, steroid, atau perubahan sistemik seperti
diabetes, imunodefisiensi, atau kemoterapi. (Langlais, 2013)

Akan tampak plak putih lunak yang luas seperti beludru, tidak
nyeri, dan plak dapat dikerok sehingga meninggalkan permukaan
yang kemerahan, kasar, atau berdarah. Paling sering terjadi pada
mukosa bukal, lidah, palatum mole, dan orofring. (Langlais, 2013)
Dapat dilakukan pemeriksaan klinis, biakan jamur, atau
pemeriksaan mikroskop langsung dari kerokan jaringan, hapusan
sitologi yang diberi kalium hidroksida, pewarna gram atau acid-
schiff periodic (PAS) dapat menunjukkan pertumbuhan organisme
dengan cabang-cabang pseudohifa. (Langlais, 2013)

 Kandidiasis Atropik Akut (Antibiotic Sore Mouth)


Disebabkan oleh penggunaan antiobitic spektrum luas, terutama
tetrasiklin, atau steroid topical. Terdapat bercak merah mirip sutra,
meluas, dan menyebabkan rasa terbakar. Pada kasus yang parah
dapat timbul vesikel dan erosi (Langlais, 2013).

Sering ditemukan pada daerah mukosa bukal, bibir, dan


orofaring. Dapat dilakukan pemeriksaan klinis, biakan jamur, atau
pemeriksaan mikroskop langsung dari kerokan jaringan, hapusan
sitologi. Perawatan yang dapat dilakukan adalah menghilangkan
antibiotic penyebabnya dan menggunakan obat antijamur. (Langlais,
2013)

 Kandidiasis Hiperplastik Kronis (Keratotik Kronis)


Disebabkan oleh Candida sp. yang menembus permukaan
mukosa dan merangsang respon hiperplastik. Adapun faktor
predisposisi nya seperti iritasi kronis, kebersihan mulut yang buruk,
dan xerostomia. Diabetes dan infeksi HIV juga dapat menjadi
kontributor. Jadi, perokok dan pemakai gigi tiruan biasanya terkena.
(Langlais, 2013)

Asimptomatik, tidak bisa dikerok, mempunyai tepi yang


menonjol, permukaan yang lembek berwarna putih-keabuan, dan
zona merah yang disebabkan oleh kerusakkan mukosa. Jadi, kondisi
ini dapat terlihat mirip dengan leukoplakia, eritroleukoplakia, ata
pertumbuhan verukoid. Biasanya daerah yang terkena adalah dorsum
lidah, palatum, mukosa bukal, dan komisura labial. (Langlais, 2013)
 Kandidiasis Atrofik Kronis (Denture Stomatitis)
Disebabkan oleh organisme kandida karena pemakaian gigi
tiruan di waktu tidur, gigi tiruan yang tidak pas, ataupun gigi tiruan
yang kotor. Istilah lain untuk penyakit ini adalah dentur sore mouth
atau alergi basis gigi tiruan (Langlais, 2013).

Ada tiga tahap denture somatitis. Lesi paling awal adalah daerah
merah dari hiperemia yang ukurannya seujung jarum dan terbatas
pada orifisium kalenjar saliva minor palatum. Tahap kedua
menghasilkan eritema yang bersar terkadang disertai dengan
deskuamasi epitel. Hiperplasia papila, terdiri atas beberapa papula
yang mirip fibroma, adalah tahap ketiga. Semakin lama, papula akan
membesar dan membentuk nodul berwarna merah (Langlais, 2013).

Untuk mendapatkan terapi yang efektif, diperlukan terapi


antijamur pada mukosa dan basis gigi tiruan. Pengaruh trauma,
seperti pergerakan gigi tiruan yang longgar, harus dihilangkan untuk
mempercepat penyembuhan. Terkadang diperlukan pengelupasan
melalui operasi (Langlais, 2013).
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Anamnesa
a. Keluhan Utama dan Keluhan Tambahan
Pasien datang ke dokter gigi mengeluh rasa sakit pada langit langit
mulutnya. Pasien memiliki Riwayat asma dan sering menggunakan inhaler
kortikosteroid.
b. Riwayat Perawatan Gigi
-
c. Kebiasaan Buruk
-
d. Riwayat Sosial
-
e. Riwayat Penyakit Sistemik
Pasien memiliki Riwayat penyakit asma

B. Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan intraoral didapatkan lesi eritema difus rasa panas dan sakit pada
tengah palatum durum.

C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

D. Diagnosa
Kandidiasis Atropik Akut
E. Pembahasan
Penyakit asma merupakan suatu penyakit kronik pada sistem
pernafasan paruparu manusia. Penyakit ini biasanya bersifat herediter, dan
kadang lebih dari satu orang dalam suatu keluarga bisa mengalami penyakit
asma ini. Pada penyakit asma terjadi inflamasi dan pembengkakan pada
sistem pernafasan manusia. Penggunaan steroid dalam mengobati penyakit ini
adalah melalui aksi antiinflamasi obat ini yang mampu mengurangi inflamasi
dan pembengkakan yang terjadi pada pasien asma. Steroid bekerja
mengurangi pembentukan mediator proinflamasi seperti prostaglandin,
leukotrien, dan platelet activating factor (PAF) serta menekan semua respon
inflamasi termasuk pembengkakan dini, kemerahan, nyeri, panas, dan
gangguan fungsi.
Pemberian obat steroid dapat menekan sistem imun sehingga
seseorang menjadi mudah terkena infeksi misalnya infeksi oleh jamur
Kandida pada rongga mulut. Hal ini dapat disebabkan oleh kemampuan obat
steroid dalam menghambat fungsi makrofag. Efek terhadap makrofag tersebut
menandai dan membatasi kemampuannya untuk memfagosit dan membunuh
mikroorganisme. Aktivasi limfosit T dan produksi limfosit B juga dihambat
oleh obat steroid. Antibodi sebagai salah satu komponen penting dalam
sistem imunitas manusia dapat ditekan produksinya oleh pemakaian obat
steroid terutama apabila digunakan dalam dosis besar. Seperti yang kita
ketahui, makrofag, limfosit T, limfosit B, dan juga antibodi merupakan
komponen penting yang berfungsi sebagai sistem pertahanan dan imunitas
tubuh manusia yang juga terdapat dalam rongga mulut.38,39 Namun,
komponen-komponen tersebut diatas dapat terganggu fungsinya akibat
pemakaian obat steroid yang mana obat ini dapat menekan sistem imunitas
manusia. Dalam keadaan imun yang lemah, maka infeksi akan mudah
menyerang seseorang.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, di dalam rongga mulut
manusia terdapat banyak flora normal yang salah satunya adalah jamur
Kandida. Pada keadaan sistem imun yang baik, jamur Kandida tidak
menimbulkan penyakit. Namun, penggunaan obat steroid dapat menurunkan
sistem imun dalam rongga mulut. Dengan sistem imun yang lemah, maka
jamur Kandida dalam rongga mulut bisa menjadi patogen dan menimbulkan
infeksi yang disebut kandidiasis.
Kandidiasis Atropik Akut kadang dinamakan sebagai antibiotic sore
tongue atau juga kandidiasis eritematus dan biasanya dijumpai pada mukosa
bukal, palatum, dan bagian dorsal lidah dengan permukaan tampak sebagai
bercak kemerahan. Penggunaan antibiotik spektrum luas maupun
kortikosteroid sering dikaitkan dengan timbulnya kandidiasis atrofik akut.
Pasien yang menderita kandidiasis ini mengeluh adanya rasa sakit seperti
terbakar.

F. Gambaran Klinis

G. Kesimpulan
Kandidiasis utamanya disebabkan oleh Candida Albicans. Terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kandidiasis. Faktor-
faktor tersebut adalah faktor predisposisi dan terbagi menjadi faktor
predisposisi lokal dan umum. Penatalaksanaan perawatan yang dapat
dilakukan adalah menghilangkan penyebabnya dan menggunakan obat
antijamur.
DAFTAR PUSTAKA

Akpan A, Morgan R. Oral candidiasis. Postgrad Med J 2002;78:455-9.

Andryani. 2010. Kandidiasis Oral pada Pasien Tuberkolosis Paru Akibat

Pemakaian Obat Antibiotik dan Steroid (La[poran Kasus). Universitas

Sumatera Utara

Hannula J. Clonal types of oral yeasts in relation to age,health, and geography.

Dissertation. Finland: University of Helsinki, 2000:8-13. Jainkittivong, A.

2007. Tongue Lesions: Prevalence and Association with Gender, Age and

Health-Affected Behaviors. CU Dent J 30: 264.

Langlais, Robert, P. 2013. Atlas Berwarna Lesi Mulut Yang Sering Ditemukan

Ed. 4. Jakarta: EGC.

Lynch B, Greenberg. Burket: Ilmu Penyakit Mulut, Diagnosa dan Terapi, Edisi

Sembilan. Jakarta: Binarupa Aksara; 2003. p.268-86.

Silverman. S Jr at al, 2001, Essential of Oral Med, BC. Decker Inc, Hamilton,

London, h. 170 – 177Laskaris, George. 2000. Color Atlas of Oral

Diseases in Children and Adolescents. USA : Thieme.

Anda mungkin juga menyukai