STUDY”
BAGAS LUTHFI
NIM: J2A013039P
DOSEN PEMBIIMBING:
2020
1
DEPARTEMEN BEDAH MULUT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui Oleh
Dosen Pembmbing
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhana Wata’ala karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “CRS-
CRSS Intentional partial odontectomy: a longterm follow-up study” ini sebagai salah
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada drg. Syarifah Nova A, Ph.D selaku dosen
Seamarang
Penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN........................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................2
KATA PENGANTAR......................................................................................3
DAFTAR ISI.....................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
2.6 Komplikasi..................................................................................................17
3.1 PEMBAHASAN.........................................................................................20
BAB IV PENUTUP
4.1 SIMPULAN................................................................................................23
4.2 SARAN.......................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................24
4
BAB I
PENDAHULUAN
Tindakan ekstraksi gigi sudah merupakan hal yang biasa dilakukan dan
keberhasilan dalam melakukan tindakan ekstraksi gigi pada umumnya sudah sering
dijumpai. Ekstraksi gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang
utuh tanpa menimbulkan rasa sakit dengan trauma sekecil mungkin pada jaringan
penyangganya sehingga bekas pencabutan akan sembuh secara normal dan tidak
menimbulkan komplikasi. Namun, kesulitan dalam melakukan ekstraksi gigi juga tidak
bisa dihindari. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dalam soket pada tulang
alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu close method (teknik
Dalam proses tumbuhnya gigi bungsu atau geraham ketiga yaitu gigi terakhir
yang tumbuh ke rongga mulut, sering dijumpai kondisi gigi sulit tumbuh yang disebut
dengan gigi impaksi. Gigi impaksi dapat terjadi pada gigi-gigi lain, namun frekuensi
tertinggi ditemukan pada molar ketiga bawah dan atas, diikuti oleh gigi kaninus atas,
gigi premolar bawah, dan gigi berlebih (supernumerary tooth). Umumnya erupsi terjadi
pada usia 16 -25 tahun, suatu periode dalam kehidupan yang disebut age of wisdom
sehingga gigi bungsu disebut sebagai wisdom teeth.Gigi akan tumbuh normal ke dalam
rongga mulut tanpa halangan bila benih gigi terbentuk dalam posisi yang baik, lengkung
benih malposisi, lengkung rahang tidak cukup luas atau keduanya (Rahayu, 2014).
5
Etiologi gigi impaksi dapat disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder.
Faktor primer meliputi trauma pada gigi sulung, benih gigi rotasi, premature loss gigi
sulung, dan erupsi gigi kaninus dalam celah pada kasus celah langit-langit. Faktor
sekunder meliputi kelainan endokrin, defisiensi vitamin D, dan febrile diseases (Saleh
2015).
Odontektomi adalah suatu cara yang digunakan untuk mengambil gigi yang
tidak erupsi dan gigi yang erupsi sebagian atau sisa akar yang tidak dapat diekstraksi
dengan teknik biasa. Tindakan odontektomi membutuhkan waktu relatif lebih lama jika
dibandingkan dengan ekstraksi gigi biasa karena terdapat tahapan langkah dasar atau
rencana prosedural dalam tindakannya serta kesulitan dari posisi gigi. Pada kasus
odontektomi harus dilakukan pembedahan, pengeluaran gigi yang erupsi sebagian atau
akar yang kuat yang tidak dapat dicabut dengan metode pencabutan tertutup, sehingga
harus dikeluarkan secara bedah atau pencabutan dengan metode terbuka (Saleh 2015).
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah agar dapat mengetahui prosedur
odontektomi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Menurut Pederson odontektomi adalah pengeluaran gigi yang dalam keadaan
tidak dapat bertumbuh atau bertumbuh sebagian (impaksi) dimana gigi tersebut tidak
dapat dikeluarkan dengan cara pencabutan tang biasa melainkan diawali dengan
meghalangi pengeluaran gigi tersebut, sehingga diperlukan persiapan yang baik dan
rencana operasi yang tepat dan benar dalam melakukan tindakan bedah pengangkatan
yang tidak diinginkan. Odontektomi sebaiknya dilakukan pada saat pasien masih muda,
yaitu pada usia 25–26 tahun sebagai tindakan profilaktik atau pencegahan terhadap
Gigi terpendam biasanya diartikan untuk gigi yang erupsinya oleh sesuatu sebab
terhalang, sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang
normal di dalam deretan susunan gigi geligi. Hambatan halangan ini menurut Berger
terbagi atas kausa lokal dan kausa umum, sebagai berikut (Rahayu, 2014):
1) Penyebab Lokal
7
g. Inflamasi yang kronis yang menyebabkan penebalan mukosa sekeliling gigi
2) Penyebab Umum
cara membandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan jarak antara bagian distal
cara membandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan jarak antara bagian
Kelas I: Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak antara
8
Gambar 1. Impaksi kelas I
Kelas II: Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar dibandingkan jarak antara
Kelas III: Seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam ramus
mandibula.
9
Gambar 3. Impaksi kelas III
Posisi A: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis oklusal
Posisi B: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis oklusal
namun masih terletak lebih tinggi dari pada garis servikal gigi molar kedua
10
Gambar 5. Impaksi kelas B
Posisi C: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis servikal gigi
molar kedua.
Klasifikasi yang dicetuskan oleh George Winter ini cukup sederhana. Gigi
impaksi digolongkan berdasarkan posisi gigi molar ketiga terhadap gigi molar kedua.
a. Posisi vertikal
Pada impaksi posisi vertikal, sumbu panjang molar ketiga rahang bawah sejajar
11
Gambar 8. Impaksi Posisi Vertikal
b. Posisi horizontal
Pada posisi horizontal, sumbu panjang gigi molar ketiga rahang bawah
membentuk sudut hampir 90 derajat dengan sumbu panjang gigi molar kedua.
c. Posisi mesioangular
kasus impaksi gigi. Pada posisi ini, gigi molar ketiga berinklinasi ke arah mesial
12
Gambar 10. Posisi Mesioangular
d. Posisi distoangular
Pada impaksi posisi distoangular, gigi molar ketiga berinklinasi ke arah distal
13
Gambar 12: Klasifikasi impaks gigi molar tiga Archer dan Kruger (1) Mesioangular (2)
distoangular; (3) Vertikal; (4) Horizontal; (5) Bukoangular; (6) Linguoanguar; (7)
Inverted
b. Pada kasus fraktur mandibula di daerah gigi molar ketiga atau pada gigi
c. Gigi molar ketiga yang belum erupsi pada mandibula yang mengalami
atrofi.
d. Ekstraksi profiaksis gigi molar ketiga yang telah erupsi sebagian atau
tertentu.
e. Nyeri atipikal yang disebabkan oleh gigi molar ketiga yang belum erupsi
sangat jarang terjadi dan perlu dibedakan dengan disfungsi otot atau
14
f. Eksaserbasi akut dari gejala yang terjadi saat pasien berada dalam daftar
g. Gigi molar ketiga yang tidak atau erupsi sebagian, yang dekat dengan
a. Pasien yang gigi molar ketiganya diperkirakan akan erupsi secara normal
c. Pasien dengan gigi molar ketiga impaksi yang dalam dengan tidak
adanya riwayat atau bukti adanya penyakit lokal maupun sistemik terkait.
15
Terdapat prosedur-prosedur yang harus dilakukan sebelum dan saat tindakan
odontektomi agar tidak terjadi keselahan dalam tindakan. Prosedur yang harus
1) Anamnesa
2) Pemeriksaan penunjang
antara gigi impaksi dan kanalis mandibularis, morfologi gigi impaksi, serta
keadaan jaringan yang menutupi gigi impaksi, apakah terletak pada jaringan
3) Anestesi
Anestesi yang dapat digunakan berupa anestesi lokal dan umum. Anestesi lokal
dapat dilakukan pada pasien yang memiliki keadaan umum yang normal dan
baik, dengan bahan yang bersifat vasokonstriktor untuk mendapat efek anestesi
yang cukup lama dan memberikan daerah operasi yang relatif bebas darah. Pada
4) Teknik Operasi
a. Insisi untuk pembuatan flap Insisi dilakukan pada jaringan yang sehat
cukup baik.
16
b. Pengambilan tulang yang menghalangi gigi dengan menggunakan alat
bur dan dibantu dengan irigasi larutan saline agar gigi dapat terlihat
c. Pengambilan gigi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu utuh dan
terpisah. Bila dengan cara utuh, tulang yang mengelilingi gigi diambil
sebagian.
enamel organ harus dibersihkan atau diirigasi dengan air garam fisiologis
2.6 Komplikasi
1) Perdarahan
17
Perdarahan dari alveolar merupakan perdarahan normal bila terjadi 12-24 jam
2) Perikoronitis
Merupakan infeksi yang terjadi pada jaringan lunak yang mengelilingi mahkota
gigi impaksi sebagian. Kondisi yang biasa terjadi adalah inflamasi pada jaringan
lunak yang sangat dekat dengan mahkota gigi, paling sering terjadi pada molar
ke tiga mandibular.
Perforasi sinus maksilaris sering terjadi pada pencabutan gigi impaksi molar
ketiga bagian atas karena dekatnya gigi dengan cekungan alveolar dari sinus.
menyebabkan gigi molar ketiga atau akar yang mengalami fraktur bergeser atau
masuk ke dalam sinus. Hal ini dapat terjadi karena akar molar tiga bagian atas
dan sinus maksilaris hanya terpisah oleh lapisan tulang yang sangat tipis, dan
5) Parastesi
Parestesi akan terjadi pada seluruh daerah yang di inervasi oleh nervus yang
terpotongnya nervus fasialis yang berakibat mulut pasien bisa menjadi merot.
18
Apabila molar kedua trauma dapat menyebabkan gigi goyah, mahkota pecah dan
peradangan pada gigi. Komplikasi ini terjadi akibat dari kuatnya tekanan pada
7) Dry socket
Merupakan alveolus yang setelah pencabutan gigi tidak terisi dengan koagulum
darah dan terasa sangat sakit, biasanya rasa sakit terjadi pada hari ke 3-5 setelah
pembedahan. Pada pencabutan gigi molar ketiga bagian atas komplikasi dry
Molar ketiga rahang bawah yang impaksi dapat menyebabkan nyeri atau
diekstraksi. Ekstraksi gigi molar ketiga bawah yang mengalami impaksi sering
yang dapat terjadi sangat terkait dengan kedalaman dan posisi gigi impaksi
dengan struktur anatomi penting seperti inferior alveolar nerve (IAN). Inferior
alveolar nerve injury (IANI) adalah komplikasi paling umum selama operasi
BAB III
19
PEMBAHASAN
3.1 Kasus
RSGM FKG UNPAD dengan surat rujukan untuk foto 3D CBCT. Selama
anamnesis, pasien mengeluh sakit di kiri bawah gigi posterior. Pasien diberi pra-
mesioangular. Gigi molar ketiga memiliki 2 akar, mesial dan distal, terletak di kanal
20
3.2 Penatalaksanaan Kasus (Prosedur intentional partial odontecomy/IPO)
Molar ketiga rahang bawah yang impaksi dapat menyebabkan nyeri atau
Ekstraksi gigi molar ketiga bawah yang mengalami impaksi sering menyulitkan ahli
bedah mulut karena komplikasi pasca operasi. Komplikasi yang dapat terjadi sangat
vertikal, dan disto-angular), dan jarak posisi gigi dengan struktur anatomi penting
seperti inferior alveolar nerve (IAN). Inferior alveolar nerve injury (IANI) adalah
dengan kanal IAN, IPO dianggap sebagai prosedur alternatif untuk melakukan
ekstraksi pada kondisi tersebut. Prosedur IPO adalah sebagai berikut (Kim, 2017):
3) Tulang alveolar di sekitar mahkota yang impaksi diangkat dengan bur bedah
4) Kemudian gigi dibelah pada bagian junctional tersebut. Setelah itu tepi
5) Mobilitas akar gigi yang tersisa diperiksa, dan semua trauma sekunder yang
6) Daerah operasi kemudian diirigasi dengan larutan normal saline dan kemudian
21
7) Pemberian Antibiotik (amoksisilin / klavulanat; Augmentin®, Ilsung
kelainan sensorik, rasa sakit, infeksi, migrasi tetap akar, dan pengaruh terhadap
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
gigi. Adanya injuri dan trauma pada saat tindakan odontektomi memungkinkan
dapat terjadi akibat terlalu dekatnya gigi molar yang impaksi dengan inferior alveolar
nerve.
dengan kanal inferior alveolar nerve, Intensional partial odontectomy dianggap sebagai
4.2 Saran
Disarankan agar studi jangka panjang dengan lebih banyak kasus harus
ekstraksi konvensional.
23
DAFTAR PUSTAKA
Gigi Impaksi Molar Ketiga Rahang Bawah Pada Pasien di Instalasi Gigi dan
Gunawan, 2017. Case Report: Mandibular Third Molar Impaction Features in CBCT
Pedersen GW. 2012. Buku ajar praktis bedah mulut. Alih bahasa: Purwanto, Basoeseno.
Jakarta: ECG
Indonesia
Saleh, 2015. Odontektomi Gigi Molar Ketiga Mandibula Impaksi Ektopik dengan Kista
24
Zulian, 2017. Hubungan Klasifikasi Gigi Impaksi Molar Ketiga Rahang Bawah dengan
Hang Tuah
25