Anda di halaman 1dari 20

RUJUKAN PASIEN HORIZONTAL

Diajukan Guna untuk Pemenuhan Requirement


di Bidang Bedah Mulut

BAGAS LUTHFI ALFAT

NIM: J2A013039P

DOSEN PEMBIIMBING:

drg. Vilianti Eka F. R.

DEPARTEMEN BEDAH MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2020

1
HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan Makalah yang berjudul “Rujukan Horizontal“ guna melengkapi


persyaratan Kepaniteraan klinik pada Bagian Bedah Mulut

Semarang, 7 Juli 2020

Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

(drg. Vilianti Eka F. R.)

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhana Wata’ala karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Rujukan
Horizontal“ ini sebagai salah satu syarat dalam melengkapi Kepaniteraan Klinik di
Bagian Bedah Mulut.
Perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas serta
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada drg. Vilianti Eka F. R. selaku
dosenpembimbing. Kepala Departemen Bedah Mulut FKG Universitas Muhammadiyah
Seamarang
Penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang memerlukan.

Semarang, 7 Juli 2020

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN........................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................2
KATA PENGANTAR......................................................................................3
DAFTAR ISI.....................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................5
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................6
1.3 TUJUAN PENULISAN..............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Konsep Sistem Rujukan................................................................7
2.2 Sistem Rujukan...........................................................................................7
2.3 Jenis Rujukan..............................................................................................8
2.4 Manfaat Rujukan.........................................................................................9
2.5 Persiapan Rujukan......................................................................................10
2.6 Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan rujukan......................................10
BAB III PEMBAHASAN
3.1 PEMBAHASAN.........................................................................................13
BAB IV PENUTUP
4.1 SIMPULAN................................................................................................18
4.2 SARAN.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................19
LAMPIRAN......................................................................................................20

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan kondisi dimana manusia merasa sehat secara fisik,


mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup lebih
produktif secara sosial maupun secara ekonomi. Undang-undang Republik Indonesia
nomor 36 tahun 2010 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan merupakan hak
yang harus didapatkan oleh seluruh warga Indonesia (UU RI, 2010).
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dalam era JKN menjadi fasilitas
pertama yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Fasilitas
kesehatan yang termasuk dalam kategori Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
diantaranya adalah Puskesmas, klinik pratama, praktik dokter umum, praktik dokter gigi
dan rumah sakit tipe D. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) diperkenankan
untuk melakukan rujukan apabila memiliki keterbatasan dalam menyediakan pelayanan
bagi masyarakat. Keterbatasan yang dimaksud bisa berupa keterbatasan pada fasilitas
pendukung pelayanan ataupun kemampuan dokter dalam melakukan pelayanan seperti
yang sudah ditetapkan yakni 155 diganosis. Sehingga keterbatasan ini yang
menyebabkan Puskesmas melakukan rujukan ke Fasiltas Kesehatan Tingkat Lanjut
(FKTL) atau fasilitas kesehatan sederajat namun memiliki kemampuan lebih baik
dibandingkan dengan yang dimilikinya (Putri,2016).
Rujukan adalah pelimpahan tanggungjawab timbal balik terhadap satu kasus
penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu
menangani), atau secara horizontal (antar unit yang setingkat kemampuannya). Rujukan
tidak hanya dilakukan kepada pasien saja tapi juga masalah kesehatan lain, teknologi,
sarana, bahan-bahan laboratorium, dan sebagainya. Disamping itu rujukan tidak berarti
berasal dari fasilitas yang lebih rendah ke fasilitas yang lebih tinggi tetapi juga dapat
dilakukan diantara fasilitas kesehatan yang setingkat (Putri,2016).

2. RUMUSAN MASALAH

5
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang hendak dikaji
adalah “Bagaimana alur/prosedur rujukan horizontal”
3. TUJUAN PENULISAN LAPORAN
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah agar dapat mengetahui alur/prosedur
melakukan rujukan horizontal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Konsep Sistem Rujukan


Sistem rujukan di Indonesia, seperti yang telah dirumuskan dalam SK
Menteri Kesehatan RI No. 001 tahun 2012 ialah suatu sistem penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal
balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical
dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu
atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya
(Kemenkes RI, 2012).

6
2.2 Sistem Rujukan
Menurut BPJS Kesehatan dalam Sistem Rujukan Berjenjang, sistem
rujukan dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Rujukan horizontal
Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan
fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.
2) Rujukan vertikal
Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang
lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya. Rujukan
vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang
lebih tinggi dilakukan apabila pasien membutuhkan pelayanan kesehatan
spesialistik atau subspesialistik. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas,
peralatan dan/ atau ketenagaan. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang
lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila
permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan
kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik
dalam menangani pasien tersebut. Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang
dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk
alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang dan/atau perujuk
tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.

2.3 Jenis Rujukan


1) Rujukan Kesehatan
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada
dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health service).

7
Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam yakni rujukan teknologi, sarana,
dan operasional. Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman,
pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap.
Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya
pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan
ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan opersional (Umami, 2017).
2) Rujukan Medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit
serta pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya
berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical service). Sama halnya dengan
rujukan kesehatan, rujukan medik ini dibedakan atas tiga macam yakni rujukan
penderita, pengetahuan dan bahan bahan pemeriksaan. Rujukan medik yaitu
pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik
secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu
menangani secara rasional. Jenis rujukan medik antara lain: Transfer of patient
yaitu konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain. Transfer of specimen atau Pengiriman bahan (spesimen)
untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap dan Transfer of
knowledge / personal yaitu pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli
untuk meningkatkan mutu layanan setempat (Umami, 2017).

2.4 Manfaat Rujukan


Beberapa manfaat yang akan diperoleh ditinjau dari unsur pembentuk
pelayanan kesehatan terlihat sebagai berikut:
1) Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan
Jika ditinjau dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan
(policy maker), manfaat yang akan diperoleh antara lain membantu
penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam
peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan; memperjelas sistem
pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana
kesehatan yang tersedia; dan memudahkan pekerjaan administrasi, terutama
pada aspek perencanaan (Lestari, 2013).

8
2) Sudut pandang masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
(health consumer), manfaat yang akan diperoleh antara lain meringankan
biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara
berulang-ulang dan mempermudah masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan, karena diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang sarana
pelayanan Kesehatan (Lestari, 2013).
3) Sudut pandang kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan.
Jika ditinjau dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan (health provider), manfaat yang diperoleh antara lain
memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif
lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi; membantu
peningkatan pengetahuan dan keterampilan yakni melalui kerjasama yang
terjalin; memudahkan dan atau meringankan beban tugas, karena setiap
sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu (Lestari, 2013).

2.5 Persiapan Rujukan


Persiapan yang harus dilakukan sebelum merujuk adalah (Umami, 2016):
1) Persiapan tenaga kesehatan, pastikan pasien dan keluarga didampingi
oleh minimal dua tenaga kesehatan (dokter dan/atau perawat) yang
kompeten.
2) Persiapan keluarga, beritahu keluarga pasien tentang kondisi terakhir
pasien, serta alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga yang lain
harus ikut mengantar pasien ke tempat rujukan.
3) Persiapan surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi identitas
pasien,alasan rujukan, tindakan dan obat–obatan yang telah diberikan
pada pasien.
4) Persiapan Alat,bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan.
5) Persiapan Obat, membawa obat–obatan esensial yang diperlukan selama
perjalananmerujuk.

9
6) Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang
memungkinkan pasien berada dalam kondisi yang nyaman dan dapat
mencapai tempat rujukansecepatnya.Kelengkapan ambulance, alat, dan
bahan yang diperlukan.
7) Persiapan uang, ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah
cukup untuk membeli obat-obatan dan bahan kesehatan yang diperlukan
di tempatrujukan.
8) Persiapan donor danar, siapkan kantung darah sesuai golongan darah
pasien atau calon pendonor darah dari keluarga yang berjaga – jaga dari
kemungkinan kasus yang memerlukan donor darah

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Rujukan


Model sistem kesehatan merupakan suatu model kepercayaan kesehatan
yang disebut sebagai model perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan
(behavioral model of helath service utilization). Pengelompokkan faktor
determinan dalam pelayanan kesehatan ke dalam 3 kategori utama, yaitu:
1) Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristics)
Karakterisrik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa
setiap individu mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan
kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri
individu yang digolongkan dalam 3 kelompok, yaitu:
a. Ciri-ciri demografi, seperti: jenis kelamin, umur, dan status
perkawinan
b. Struktur sosial, seperti: tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras,
agama, dan sebagainya.
c. Kepercayaan kesehatan (health belief), sperti keyakinan bahwa
pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan
penyakit.

2) Karakteristik Kemampuan (Enabling Characteristics)


Karakteristik kemampuan (enabling characteristics) adalah
sebagai keadaan atau kondisi yang membuat seseorang mampu untuk

10
melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhannya terhadap pelayanan
kesehatan. Dibagi ke dalam 2 golongan, yaitu:
a. Sumber daya keluarga
Sumber daya keluarga adalah penghasilan keluarga, keikutsertaan
dalam asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa pelayanan
kesehatan, dan pengetahuan tentang informasi pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan.
b. Sumber daya masyarakat
Sumber daya masyarakat adalah jumlah sarana pelayanan
kesehatan yang ada, jumlah tenaga kesehatan yang ada, jumlah
tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio
penduduk terhadap tenaga kesehatan, dan lokasi pemukiman
penduduk. Asumsi Andersen adalah semakin banyak sarana dan
jumlah tenaga kesehatan maka tingkat pemanfaatan pelayanna
kesehatan suatu masyarkat akan semakin bertambah.

3) Karakteristik Kebutuhan (Need characteristics)


Karakteristik kebutuhan, dalam hal ini merupakan komponen
yang paling langsung berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Penilaian terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari
faktor kebutuhan. Penilaian kebutuhan ini dapat dinilai dari dua sumber
yaitu:
a. Penilaian individu (perceived Need)
Merupakan penilaian keadaan kesehatan yang dirasakan oleh
individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit dan hebatnya rasa
sakit yang diderita.
b. Penilaian klinik (evaluated Need)
Merupakan penilaian beratnya penyakit oleh dokter yang
merwatnya. Hal ini tercermin antara lain dari hasil pemeriksaan
dan penentuan diagnosis penyakit oleh dokter.

11
BAB III

PEMBAHASAN

Rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus
penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu
menangani), atau secara horizontal (antar unit yang setingkat kemampuannya). Rujukan
tidak hanya dilakukan kepada pasien saja tapi juga masalah kesehatan lain, teknologi,
sarana, bahan-bahan laboratorium, dan sebagainya. Disamping itu rujukan tidak berarti
berasal dari fasilitas yang lebih rendah ke fasilitas yang lebih tinggi tetapi juga dapat
dilakukan diantara fasilitas kesehatan yang setingkat (Putri,2016).

12
Menurut petunjuk teknis sistem rujukan pelayanan Kesehatan mempunyai
prosedur standar merujuk pasien secara umum sebagai berikut:

1. Prosedur klinis
a. Melakukan anamesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding.
b. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus
c. Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan
d. Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas medis / paramedic
yang berkompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien
e. Apabila pasien diantar dengan kendaraan puskesmas keliling atau
ambulans, agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD
tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan
kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan.

2. Prosedur Administratif
a. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan
b. Membuat catatan rekam medis pasien
c. Memberi informed consent (persetujuan / penolakan rujukan)
d. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2 lembar pertama dikirim ke
tempat rujukan bersama pasien yang bersangkutan. Lembar kedua
disimpan sebagai arsip. Mencatat identitas pasien pada buku regist
rujukan pasien.
e. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin
komunikasi dengan tempat rujukan.
f. Pengiriman pasien sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan
administrasi yang bersangkutan

Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan


dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau
ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap (Khoirunnisa, 2016).

13
Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk.
Adapun Kriteria pasien yang dirujuk adalah apabila hasil pemeriksaan fisik sudah dapat
dipastikan tidak mampu diatasi, hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang
medis ternyata tidak mampu diatasi, memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang
lebih lengkap tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan serta apabila
telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan
di sarana kesehatan yang lebih mampu. Adapun alur pelayanan rujukan horizontal
secara umum menurut BPJS Kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Peserta datang ke FKTP tempat peserta terdaftar


2. Apabila peserta membutuhkan pelayanan yang termasuk dalam diagnosa non
spesialistik yang tidak bisa dilakukan oleh FKTP maupun jejaring tempat
peserta terdaftar, maka FKTP memberikan rujukan horizontal dengan tujuan
rujukan sebagai berikut:
a. Puskesmas terdekat untuk pelayanan yang termasuk Program Pemerintah,
atau pelayanan non kapitasi, atau pelayanan kapitasi sesuai ketersediaan
tenaga kesehatan dan sarana prasarana; atau
b. FKTP lain untuk pelayanan yang termasuk non kapitasi atau pelayanan
kapitasi sesuai ketersediaan tenaga kesehatan dan sarana prasarana.
3. FKTP memberikan rujukan kepada peserta dengan tujuan FKTP berdasarkan
hasil mapping rujukan horizontal.
4. FKTP penerima rujukan memberikan pelayanan kepada peserta dan mencatat
pelayanan yang diberikan di sistem informasi yang disediakan oleh BPJS
Kesehatan.
Pemeriksaan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya/pemeriksaan lab
termasuk dalam sistem rujukan horizontal, kondisi tersebut dapat dirujuk apabila
pemeriksaannya memerlukan peralatan medik/tehnik pemeriksaan laboratorium dan
penunjang diagnostik. Spesimen dapat dikirim dan diperiksa tanpa disertai pasien yang
bersangkutan. Unit kesehatan yang menerima rujukan spesimen tersebut harus
mengirimkan laporan hasil pemeriksaan spesimen yang telah diperiksanya (Kemenkes
RI, 2011).

Menurut petunjuk teknis sistem rujukan pelayanan kesehatan prosedur standar


pengiriman rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya sebagai berikut:

14
1. Prosedur Klinis:
a. Menyiapkan pasien/spesimen untuk pemeriksaan lanjutan.
b. Untuk spesimen, perlu dikemas sesuai dengan kondisi bahan yang akan
dikirim dengan memperhatikan aspek sterilitas, kontaminasi penularan
penyakit, keselamatan pasien dan orang lain serta kelayakan untuk jenis
pemeriksaan yang diinginkan.
c. Memastikan bahwa pasien/spesimen yang dikirim tersebut sudah sesuai
dengan kondisi yang diinginkan dan identitas yang jelas.
2. Prosedur Administratif:
a. Mengisi format dan surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainnya
(lihat format R/3 terlampir) secara cermat dan jelas termasuk nomor surat
dan status Gakin / Non-Gakin / ASKES / JAMSOSTEK, informasi jenis
spesimen/penunjang diagnostik lainnya pemeriksaan yang diinginkan,
identitas pasien dan diagnosa sementara serta identitas pengirim.
b. Mencacat informasi yang diperlukan di buku register yang telah
ditentukan masing-masing intansinya.
c. Mengirim surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainya ke alamat
tujuan dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.
d. Mencari informasi perkiraan balasan hasil rujukan spesimen/ penunjang
diagnostik lainnya tersebut

Prosedur standar menerima rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya

1. Prosedur Klinis
a. Menerima dan memeriksa spesimen/penunjang diagnostik lainnya sesuai
dengan kondisi pasien/bahan yang diterima dengan memperhatikan
aspek: sterilisasi, kontaminasi penularan penyakit, keselamatan pasien,
orang lain dan kelayakan untuk pemeriksaan.
b. Memastikan bahwa spesimen yang diterima tersebut layak untuk
diperiksa sesuai dengan permintaan yang diinginkan.
c. Mengerjakan pemeriksaan laboratoris atau patologis dan penunjang
diagnostik lainnya dengan mutu standar dan sesuai dengan jenis dan cara
pemeriksaan yang diminta oleh pengirim.
2. Prosedur Administratif

15
a. Meneliti isi surat rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya
yang diterima secara cermat dan jelas termasuk nomor surat dan status
Gakin / Non-Gakin / ASKES / JAMSOSTEK, informasi pemeriksaan
yang diinginkan, identitas pasien dan diagnosa sementara serta identitas
pengirim.
b. Mencacat informasi yang diperlukan di buku register / arsip yang telah
ditentukan masing-masing instansinya.
c. Memastikan kerahasiaan pasien terjamin.
d. Mengirimkan hasil pemeriksaan tersebut secara tertulis dengan format
standar masing-masing sarana kepada pimpinan institusi pengirim.

Prosedur standar mengirim balasan rujukan hasil pemeriksaan spesimen dan


Penunjang diagnostik lainnya.

1. Prosedur Klinis
a. Memastikan bahwa permintaan pemeriksaan yang tertera di surat rujukan
specimen/ Penunjang diagnostik lainnya yang diterima, telah dilakukan
sesuai dengan mutu standar dan lengkap
b. Memastikan bahwa hasil pemeriksaan bisa dipertanggung jawabkan.
c. Melakukan pengecekan kembali (double check) bahwa tidak ada tertukar
dan keraguan diantara beberapa spesimen.
2. Prosedur Administratif
a. Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip.
b. Mengisi format laporan hasil pemeriksaan sesuai ketentuan
masingmasing instansi.
c. Memastikan bahwa hasil pemeriksaan tersebut terjaga kerahasiaannya
dan sampai kepada yang berhak untuk membacanya.
d. Mengirimkan segera laporan hasil pemeriksaan kepada alamat pengirim,
dan memastikan laporan tersebut diterima pihak pengirim dengan
konfirmasi melalui sarana komunikasi yang memungkinkan.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan dasar


yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi di puskesmas, puskesmas perawatan, tempat

16
praktik perorangan, klinik pratama, klinik umum di balai/lembaga pelayanan kesehatan,
dan rumah sakit pratama.
Dalam praktek dokter gigi di puskesmas maupun mandiri, dokter gigi dapat
merujuk pasien ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (horizontal) ataupun ke fasilitas
kesehatan tingkat kedua (vertical) yang merupakan pelayanan kesehatan spesialistik
yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik. Selain itu dokter gigi pada fasilitas
kesehatan tingkat kedua dapat merujuk pasien ke fasilitas kesehatan tingkat ketiga yang
merupakan pelayanan kesehatan sub spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub
spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan sub spesialistik.
Dokter umum dan dokter gigi berwenang untuk merujuk dan menerima rujukan
baik itu secara horizontal maupun vertical. Dokter umum dapat merujuk pasien dengan
keluhan seputar gigi dan mulut ke dokter gigi. Kemudian dokter gigi berwenang untuk
menerima rujukan tersebut dan melakukan pemeriksaan serta tindakan kepada pasien
tersebut jika dibutuhkan. Selain itu petugas lab juga berwenang menerima rujukan yang
dilakukan oleh dokter gigi, contohnya rujukan ke lab radiologi jika dibutuhkan foto
rontgen untuk menegakan diagnosis dan rencana perawatan. Contoh lain adalah dokter
gigi juga dapat merujuk pasien ke dokter gigi spesialistik yang memiliki keahlian dan
fasilitas lebih, contohnya pasien yang mengalami impaksi pada gigi molar ketiga
dengan posisi horizontal, maka dokter gigi umum dapat merujukanya ke spesialis bedah
mulut.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa sistem


rujukan memiliki alur dan prosedur yang harus dijalankan sesuai aturan, sehingga dapat
mempermudah petugas dalam melakukan rujukan baik secara horizontal maupun
vertical. Contoh rujukan horizontal adalah rujukan specimen antar fasilitas kesehatan yg
sama, perlu diperhatikan prosedur klinis dan administratif dari prosedur standar
pengiriman rujukan spesimen, prosedur standar menerima rujukan spesimen, serta

17
prosedur standar mengirim balasan rujukan hasil pemeriksaan spesimen, agar sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan. Selain itu dokter gigi umum berwenang merujuk,
contoh rujukan yang dapat dilakukan dokter gigi adalah rujukan ke dokter gigi spesialis
serta dapat menerima rujukan dari dokter gigi umum.

4.2 Saran

Setiap tenaga Kesehatan harus mengetahui setiap prosedur atau alur dari sistem
rujukan, sehingga masyarakat sebagai pengguna fasilitas Kesehatan dapat pelayanan
secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

BPJS Kesehatan. 2014. Sistem Rujukan Berjenjang. Jakarta

Khoirunnisa. 2016. Analisis Sistem Rujukan Berjenjang Dalam Pelayanan Kesehatan

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) RSUD Kota Subulussalam Tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara.

Lestari. 2012. Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Rujukan Berjenjang Kasus

Kegawatdarutan Maternal Dan Neonatal Pada Program Jampersal Di

Puskesmas Kencong Tahun 2012. Universitas Jember.

18
Menteri Kesehatan RI. 2010. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009

tentang Kesehatan. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. 2012. SK No. 001 tahun 2012 tentang Kesehaatan. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. 2011. Petunjuk Teknis Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan.

Jakarta.

Putri. 2016. Gambaran Faktor Organisasi Pada Puskesmas Dengan Angka Rujukan

yang Meningkat di Kota Surabaya. Jurnal Manajemen Kesehatan STIKES

Yayasan RS.Dr.Soetomo.

Umami. 2016. Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta

BPJS Kesehatan Di Puskesmas. Universitas Diponegoro.

LAMPIRAN

Contoh lembar rujukan di kedokteran gigi:

19
Cotoh lembar rujukan ke lab radiologi:

20

Anda mungkin juga menyukai