Anda di halaman 1dari 8

Anggara : Perubahan sudut penyinaran vertikal pada...

PERUBAHAN SUDUT PENYINARAN VERTIKAL PADA BISECTING TECNIQUE


RADIOGRAPHY TERHADAP KEAKURATAN DIMENSI PANJANG GIGI
PREMOLAR SATU ATAS

Andre Anggara*, Resti Iswani*, Darmawangsa**


**
Bagian Radiologi, FKG Universitas Baiturrahmah
**
Bagian Konservasi, FKG Universitas Baiturrahmah
Jl. Raya By Pass KM 14 Sei Sapih, Padang
Email : andre.anggara@gmail.com

KATA KUNCI ABSTRAK

bisecting technique Pemeriksaan radiografi memegang peranan penting dalam setiap tahap
radiography, sudut penatalaksanaan kasus kedokteran gigi. Proyeksi periapikal dengan
penyinaran vertikal, gigi teknik bisecting dan paralel merupakan salah satu teknik pemeriksaan
premolar satu rahang radiografi yang sering dijadikan pilihan utama dalam penatalaksanaan
atas. kasus. Akan tetapi teknik bisecting memiliki kelemahan yaitu sering
terjadi distorsi akibat kesalahan sudut vertikal. Kesalahan pengaturan
sudut vertikal pada teknik bisektris menyebabkan distorsi vertikal yang
tampak berupa pemanjangan ataupun pemendekan ukuran gigi.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh sudut penyinaran
vertikal yang tepat dengan membandingkan dimensi panjang
sebenarnya elemen gigi premolar satu rahang atas dengan panjang
elemen gigi premolar satu rahang atas pada radiograf menggunakan
bisecting technique radiography dengan sudut penyinaran vertical
+200, +300, +400, +500, dan +600. Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimental laboratorium. Analisis statistik menggunakan uji one
way ANOVA diperoleh nilai p= 0,000<0,05. Sudut penyinaran vertikal
+400 merupakan sudut penyinaran yang paling tepat untuk
mendapatkan dimensi panjang gigi yang akurat dalam radiograf untuk
gigi premolar satu rahang atas dan sudut penyinaran vertikal +300
bisecting technique radiography gigi premolar satu rahang atas masih
dapat ditoleransi karena perubahan dimensi panjang gigi tidak
signifikan (kurang dari 1mm) sedangkan sudut lainnya tidak dapat
ditoleransi karena perubahan dimensi panjang gigi yang signifikan
(lebih dari 1 mm).

KEYWORDS ABSTRACT

Bisecting technique Radiograph examination has an important role in treatment planning


radiography, vertical in dentistry. Periapical projection by using bisecting and parallel
irradiation angle, technique become one of the first choice in radiograph examination
technique. However, bisecting technique has its weakness, distortion
maxillary first premolar
commonly happen due to the error in setting the vertical angle. The
error in setting the vertical angle in bisecting technique can cause
vertical distortion appearing as elongation or shortening the size of the
tooth. This research was done with purpose to obtain the proper
vertical irradiation angle by comparing the real dimensional length of
maxillary first premolar with the length in radiograph. The vertical
irradiation angle that were used in this study were +20o, +30o, +40o,
+50o, and +60o. The type of this study was experimental laboratory by
using one way ANOVA test with p value = 0.000 < 0.05. The result
showed that +40o vertical irradiation angle was the most accurate
angle in bisecting technique for the maxillary first premolar tooth and
+30o vertical irradiation angle could be tolerated in this technique for

1
Jurnal B-Dent, Vol 5, No.1, Juni 2018 : 1 - 8

the same tooth because the changes in dimensional length was not
significant (less than 1 mm), whereas other angles could not be
tolerated due to their significant changes in tooth dimensional length
(more than 1 mm).

PENDAHULUAN Tingkat keakuratan radiograf yang tinggi


sangat dibutuhkan untuk penatalaksanaan
Pemeriksaan radiografi memegang peranan
kasus penyakit gigi dan mulut. Gambaran
penting dalam setiap tahap penatalaksanaan
radiografi dengan kualitas tinggi akan
kasus kedokteran gigi. Kemampuan
menunjukan struktur gigi dan anatomi secara
pemeriksaan radiografi untuk
akurat tanpa adanya distorsi atau perbesaran,
memproyeksikan area - area yang tidak
sehingga memiliki hasil yang optimal untuk
tampak secara klinis, memperbesar
dilakukan interpretasi4.
kontribusi informasi diagnostik radiograf
Proyeksi periapikal dengan teknik bisecting
sehingga menyebabkan pemeriksaan
dan paralel merupakan salah satu teknik
radiograf kini telah dianggap sebagai
pemeriksaan radiografi yang sering dijadikan
pemeriksaan lanjutan dari pemeriksaan klinis
1 pilihan utama dalam penatalaksanaan kasus.
.
Teknik bisecting lebih sering digunakan
Radiografi yang digunakan dalam bidang
dalam praktik kedokteran gigi karena
kedokteran gigi berdasarkan teknik
memiliki kemampuan adaptasi pasien yang
pemotretan dan penempatan film, dapat
lebih baik. Akan tetapi teknik bisecting
dibagi menjadi dua, yaitu teknik ekstraoral
memiliki kelemahan yaitu sering terjadi
dan teknik intraoral. Teknik radiografi
distorsi akibat kesalahan sudut vertikal dan
ekstraoral, film rontgen diletakkan di luar
horizontal. Kesalahan pengaturan sudut
mulut pasien, diantaranya adalah teknik
vertikal pada teknik bisektris menyebabkan
radiografi panoramik, proyeksi lateral
distorsi vertikal yang tampak berupa
sefalometri, dan lain-lain. Teknik radiografi
pemanjangan ataupun pemendekan ukuran
intraoral merupakan teknik pemotretan
gigi1.
radiografi gigi geligi dan jaringan
Penelitian yang akan dilakukan
disekitarnya dengan film diletakkan di
menggunakan gigi premolar satu rahang atas
dalam rongga mulut pasien, diantaranya
dengan sudut 40o sebagai pedoman
adalah radiografi periapikal, radiografi
pembanding modifikasi sudut penyinaran
bitewing dan radiografi oklusal2.
vertikal yang dapat mempengaruhi
Lebih dari 80% kasus kedokteran gigi
keakuratan dimensi panjang gigi premolar
memerlukan pemeriksaan radiografi dalam
satu rahang atas. Dalam radiografi periapikal,
penatalaksanaan penyakit gigi dan mulut3.
pembuatan radiograf pada gigi premolar

2
Anggara : Perubahan sudut penyinaran vertikal pada...

minimal harus mencakup distal gigi kaninus, Prosedur pembuatan model rahang atas
dua gigi premolar, gigi molar pertama, dan tersebut adalah sebagai berikut:
sebagian gigi molar kedua. Regio tersebut 1. Lapisi spesimen gigi premolar satu rahang
berada di daerah sudut lengkung rahang atas menggunakan malam merah dengan
sehingga relatif sulit untuk memposisikan ketebalan 1mm pada bagian apeks.
film dalam mulut3. 2. Tanam spesimen gigi premolar satu
Kesalahan teknik radiograf dapat rahang atas yang telah dilapisi dengan
mempengaruhi keakuratan hasil rontgen yang malam merah ke dalam cetakan mould
berpengaruh terhadap keberhasilan rencana rahang atas.
perawatan gigi, salah satunya adalah distorsi 3. Aduk gips dan air dengan perbandingan
pada hasil rontgen foto yang seringkali 2:1 menggunakan bowl dan spatula.
menyebabkan hasil gambaran perlu 4. Tuangakan kedalam mould yang telah di
dilakukan pengulangan, padahal pengulangan tanam dengan gigi.
prosedur radiografi bertentangan dengan 5. Biarkan sampai waktu setting time
prinsip ALARA (As Low As Reasonably berakhir, kemudian lepaskan dari mould.
Achievable) karena akan memperbesar Tahap Pengambilan Film Radiograf
paparan radiasi sinar-X yang diterima oleh Tahapan pengambilan film radiograf adalah
pasien1. Distorsi vertikal tidak dapat sebagai berikut:
dihindari namun perlu dicari toleransinya 1. Posisikan model di atas meja yang
sehingga tidak mempengaruhi pengukuran sebelumnya telah di pasangkan stik es
atau prakiraan pengukuran dalam dimensi menyerupai kaki.
vertical3. 2. mengatur sedemikian rupa bidang vertikal
pada model sehingga tegak lurus dengan
METODE bidang horizontal dan bidang oklusal
Jenis penelitian adalah penelitian rahang atas sejajar dengan bidang
eksperimental laboratoris. Populasi pada horizontal.
penelitian ini adalah gigi premolar satu 3. Meletakkan film pada bagaian palatal gigi
permanen rahang atas yang sudah di premolar satu rahang atas yang akan
ekstraksi. diambil radiografinya dengan melebihkan
Pembuatan Spesimen Gigi pada Model film sekitar 3mm dari tepi oklusal.
Rahang Atas 4. Fiksasi film dengan menggunakan double
Pada penelitian ini, model rahang yang tipe pada tepi film yang dekat dengan gigi
digunakan adalah hasil cetakan dari mould agar film tidak melengkung sehingga
rahang atas yang telah terstandar sebanyak 5 meminimalisir terjadinya perpanjangan
sampel. gigi dari ukuran gigi sebenarnya.

3
Jurnal B-Dent, Vol 5, No.1, Juni 2018 : 1 - 8

Pembuatan film dengan bisecting Tahap Penyimpanan Film Radiograf


technique radiography. 1. Film dipasang pada frame dengan
5. Pembuatan radiograf menggunakan unit menggunakan isolotip transparan.
radiografi periapikal merk Kodak 2200, 2. Beri label sesuai dengan nomor sampel
film Hatela, kv 60, mA 7, jarak ujung X- dan sudut penyinaran yang dilakukan.
Ray Tube ke objek adalah 3cm, patien Tahap Pengamatan Film Radiograf
size dewasa , dan gigi selector premolar Pengamatan hasil radiograf dilakukan dengan
satu rahang. menggunakan pengukuran panjang gigi
6. Objek yang disiapkan masing-masing premolar satu rahang atas dari oklusal sampai
diekspose dengan sudut penyinaran apikal menggunakan jangka sorong digital.
0 0 0 0 0
vertical +20 , +30 , +40 , +50 , dan +60 Pengukuran dilakukan dengan cara memberi
dengan bisecting technique radiography. tanda pada film radiograf dan di letakkan
Pengaturan perubahan sudut vertical pada dental radiograf viewer. Pengukuran
adalah dengan menyesuaikan sudut yang dilakukan oleh tiga orang pengamat,
sudah tertera pada dental X-Ray unit. kemudian hasil pengukuran dari tiga orang
Tahap Prosesing Film Radiograf pengamat dibandingkan, jika tidak ada
Pencucian film menggunakan cara injeksi perbedaan hasil pengukuran, maka diambil
yang terdiri dari beberapa tahap yaitu: data dari salah satu pengamat, kemudian cari
1. Injeksikan larutan developer kedalam sudut penyinaran vertikal yang hasilnya
film yang telah disinari selama 8-10 mendekati panjang gigi premolar satu rahang
detik, dan di buka dari bungkusnya atas.
(proses ini disebut proses developing).
2. Setelah di buka dari bungkusnya HASIL
kemudian film tersebut dicuci di bawah Penelitian modifikasi sudut penyinaran
air mengalir sampai bersih (proses ini vertikal pada bisecting technique
disebut proses rinsing). radiography terhadap keakuratan dimensi
3. Film selanjutunya dimasukkan ke dalam panjang gigi premolar satu rahang atas
larutan fiksasi selama 5 detik (proses ini dilaksanakan di instalasi radiologi Rumah
disebut proses fixing). Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran
4. Film tersebut dicuci di bawah air Gigi Universitas Baiturrahmah Padang.
mengalir (proses ini disebut proses
washing). Sampel pada penelitian ini adalah gigi
5. Proses yang terakhir adalah tahap premolar satu permanen rahang atas yang
pengeringan dari film tersebut (proses ini sudah diekstraksi dan ditanam pada mould
disebut proses drying). yang terstandar yang berjumlah 25 sampel
yang dibagi menjadi 5 kelompok untuk

4
Anggara : Perubahan sudut penyinaran vertikal pada...

dilakukan pembuatan radiograf dengan 29 November 2017 – Januari 2018 dengan


bisecting technique radiography dengan hasil sebagai berikut:
0 0 0
sudut penyinaran vertikal +20 , +30 , +40 ,
+500, dan +600. Penelitian ini dilakukan pada

Tabel 1. Panjang sebenarnya elemen gigi premolar satu rahang atas dan panjang elemen gigi premolar satu rahang
atas pada radiograf menggunakan bisecting technique radiography dengan sudut penyinaran vertikal +200, +300,
+400, +500, dan +600
Sampel Panjang gigi +200 +300 +400 +500 +600
klinis

Sampel 1 23,21 24.86 23.73 23,25 21.63 21,15


Sampel 2 23,69 24.98 23.91 23.73 21.77 20,19
Sampel 3 24,27 25.72 24.68 24.32 22.01 19,69
Sampel 4 21,55 23.96 21.83 21.59 19.18 17,92
Sampel 5 21,00 22.86 21.35 20.98 18.66 17,39

Tabel 2. Rata-rata panjang sebenarnya elemen gigi dan gambar 1 adalah 22,64 mm. Panjang gigi
premolar satu rahang atas dan panjang elemen gigi
premolar satu rahang atas pada radiograf menggunakan meningkat ketika menggunakan sudut
bisecting technique radiography dengan sudut 0 0
penyinaran vertikal +200, +300, +400, +500, dan +600 penyinaran vertikal +20 , dan +30 . Diantara
berbagai sudut penyinaran, yang paling
Besar Rata-
No Kelompok
sampel rata(mm) mendekati rata-rata panjang sebenarnya
1 Panjang gigi
sebenarnya 5 22,64 elemen gigi premolar satu rahang atas adalah
2 Sudut +200 5 24,48 sudut penyinaran vertikal +400 dengan rata-
3 Sudut +300 5 23,10
4 Sudut +400 5 22,77 rata sebesar 22,77 mm dan ini memiliki
5 Sudut +500 5 20,65 selisih terkecil dengan panjang sebenarnya
6 Sudut +600 5 19,27
elemen gigi premolar satu rahang atas
dibandingkan kelompok lain.
Data hasil percobaan selanjutnya
dianalisa secara statistik menggunakan uji
One Way ANOVA untuk melihat apakah
terdapat perbedaan panjang sebenarnya
elemen gigi premolar satu rahang atas dan
panjang elemen gigi premolar satu rahang
Gambar 1. Diagram batang rata-rata panjang atas pada radiograf menggunakan bisecting
sebenarnya elemen gigi premolar satu rahang atas dan
panjang elemen gigi premolar satu rahang atas pada technique radiography dengan sudut
radiograf menggunakan bisecting technique
radiography dengan sudut penyinaran vertikal +200, penyinaran vertikal +200, +300, +400, +500,
+300, +400, +500, dan +600
dan +600. Syarat untuk melakukan uji One
Rata-rata panjang sebenarnya elemen gigi
Way ANOVA distribusi data harus normal.
premolar satu rahang atas berdasarkan tabel 2

5
Jurnal B-Dent, Vol 5, No.1, Juni 2018 : 1 - 8

Untuk mengetahui apakah data terdistribusi menggunakan uji Shaphiro-Wilk.


normal atau tidak dilakukan uji normalitas

Tabel 3. Hasil Uji Shaphiro-Wilk rata-rata panjang sebenarnya elemen gigi premolar satu rahang atas dan panjang
elemen gigi premolar satu rahang atas pada radiograf menggunakan bisecting technique radiography dengan sudut
penyinaran vertikal +200, +300, +400, +500, dan +600
Kelompok Statistic Df Sig.
Panjang Panjang
0,955 5 0,773
gigi sebenarnya
0
Sudut +20 0,896 5 0,390
Sudut +300 0,919 5 0,521
0 0,798 5 0,079
Sudut +40
Sudut +500 0,936 5 0,641
Sudut +60 0 0,920 5 0,531

Hasil uji Shaphiro-Wilk diperoleh nilai sama atau homogen. Hasil Lavene-test
p>0,05 pada seluruh kelompok percobaan, didapatkan nilai p= 0,680 (p>0,05), artinya
artinya data yang diperoleh terdistribusi data yang diperoleh memiliki varian yang
normal. Selanjutnya dilakukan uji sama atau homogen. Dengan demikian syarat
homogenitas varians menggunakan Lavene- uji One Way ANOVA terpenuhi sehingga uji
test untuk mengetahui apakah varian data One Way ANOVA dapat dilakukan.

Tabel 4. Hasil Uji One Way ANOVA rata-rata panjang sebenarnya elemen gigi premolar satu rahang atas dan
panjang elemen gigi premolar satu rahang atas pada radiograf menggunakan bisecting technique radiography
dengan sudut penyinaran vertikal +200, +300, +400, +500, dan +600

Jumlah Rata-rata
Kelompok percobaan panjang F P-value
gigi
Panjang 5
sebenarnya 22,64
Sudut +200 5 24,48
Sudut +300 5 23,10 8,683 0,000
Sudut +400 5 22,77
Sudut +500 5 20,65
Sudut +600 5 19,27

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa radiography dengan sudut penyinaran
nilai p-value dari hasil uji anova adalah vertikal +200, +300, +400, +500, dan +600.
0,000 (<0,05), artinya terdapat perbedaan Untuk mengetahui kelompok mana yang
panjang sebenarnya elemen gigi premolar terdapat perbedaan yang signifikan maka
satu rahang atas dengan panjang elemen gigi dilakukan uji lanjutan Pos-Hoc LSD.
premolar satu rahang atas pada radiograf
menggunakan bisecting technique

6
Anggara : Perubahan sudut penyinaran vertikal pada...

Tabel 5. Hasil Uji Pos-Hoc LSD diantara kelompok panjang sebenarnya elemen gigi premolar satu rahang atas dan
panjang elemen gigi premolar satu rahang atas pada radiograf menggunakan bisecting technique radiography dengan
sudut penyinaran vertikal +200, +300, +400, +500, dan +600
Sudut Mean
difference Sig. Ket.

Panjang
Sudut +200 0,048 Signifikan
sebenarnya -1,83
Sudut +300 -0,45 0,619 Tidak signifikan
Sudut +400 -0,13 0,890 Tidak signifikan
0 Signifikan
Sudut +50 1,99 0,036
Sudut +60 0
3,38 0,001 Signifikan

Uji Post Hoc-LSDi pada tabel 5 memiliki kelemahan yaitu sering terjadi
menunjukkan bahwa tidak terdapat distorsi akibat kesalahan sudut vertikal dan
perbedaan yang signifikan terhadap panjang horizontal. Kesalahan pengaturan sudut
sebenarnya elemen gigi premolar satu rahang vertikal pada teknik bisecting menyebabkan
atas dengan panjang elemen gigi premolar distorsi vertikal yang tampak berupa
satu rahang atas pada radiograf pemanjangan ataupun pemendekan ukuran
menggunakan bisecting technique gigi1.
radiography dengan sudut penyinaran Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sudut
0 0
vertical +30 , +40 karena diperoleh nilai vertikal yang digunakan selain +400 untuk
p>0,05, sedangkan panjang sebenarnya gigi premolar satu rahang atas akan
elemen gigi premolar satu rahang atas mengalami distorsi yang dikarenakan arah
dengan panjang elemen gigi premolar satu datang sinar tidak tegak lurus memotong
rahang atas pada radiograf menggunakan bidang bagi antara film dan sumbu panjang
bisecting technique radiography dengan gigi. Sudut penyinaran vertikal +300
sudut penyinaran vertikal +200, +500 dan bisecting technique radiography gigi
0
+60 terdapat perbedaan secara signifikan premolar satu rahang atas masih dapat
karena diperoleh nilai p<0,05. ditoleransi karena perubahan dimensi
panjang gigi tidak signifikan (kurang dari

PEMBAHASAN 1mm) sedangkan sudut penyinaran vertikal

Proyeksi periapikal dengan teknik bisecting lainnya (+200, +500, +600) pada bisecting

dan paralel merupakan salah satu teknik technique radiography gigi premolar satu

pemeriksaan radiografi yang sering dijadikan rahang atas menghasilkan gambaran

pilihan utama dalam penatalaksanaan kasus. radiograf yang tidak dapat ditoleransi karena

Teknik bisecting lebih sering digunakan perubahan dimensi panjang gigi yang

dalam praktik kedokteran gigi karena signifikan (lebih dari 1 mm).

memiliki kemampuan adaptasi pasien yang


lebih baik. Akan tetapi teknik bisecting

7
Jurnal B-Dent, Vol 5, No.1, Juni 2018 : 1 - 8

SIMPULAN penyinaran vertikal diatas +40o menunjukan

Sudut penyinaran vertikal yang tepat untuk gambaran foreshortening pada dimensi

gigi premolar satu rahang atas bisecting panjang gigi premolar satu rahang atas yang

technique radiography adalah sudut +40o signifikan (> 1mm).

karena dimensi panjang gigi premolar satu


rahang atas yang dihasilkan mendekati DAFTAR PUSTAKA
panjang gigi sebenarnya. Sudut peninaran 1. Antolis, M. Priaminiarti, M., dan
Kiswanjaya, B. 2014. Vertical Angulation
verikal +30o bisecting technique radiography Alteration Tolerance in the Periapical
menunjukkan gambaran elongation pada Radiograph of Maxillary Incisor (An in vitro
Study). Vol. 21. No. 2.
dimensi panjang gigi premolar satu rahang 2. Heryanto, O. E. Nehemia, B, dan Iskandar,
H. H. B. 2013. Toleransi Perubahan Sudut
atas yang tidak signifikan (< 1mm) sehingga Vertikal dengan Proyeksi Periapikal pada
tidak perlu dilakukan pengulangan. Sudut Premolar Satu Rahang Bawah. FKG UI.
Artikel.
penyinaran di bawah +30o menunjukan 3. White, S. C, dan Pharoah, M. J. 2012. Oral
Radiography Principles and Interpretation,
gambaran elongation pada dimensi panjang Ed. Ke-6 Elsevier. Singapore.
gigi premolar satu rahang atas yang 4. Caresstream Dental. 2015. Dental
Radiography Series. Succesfull Intra Oral
signifikan (> 1mm), sedangkan sudut Radiography. Ed. Ke-5 Hal, 3

Anda mungkin juga menyukai