BAB 1
PENDAHULUAN
2007). Pemeriksaan radiografi telah menjadi salah satu alat bantu diagnosis utama
pengobatan, dalam masa perawatan serta untuk mengevaluasi hasil perawatan, dan
untuk menunjang peranan tersebut maka diperlukan radiograf dengan teknik yang
kedokteran gigi dapat dibagi 2 yaitu teknik intraoral dan ekstraoral. Pada teknik
intraoral, film rontgen diletakkan didalam mulut pasien, yang terdiri dari teknik
ekstraoral, film rontgen diletakkan diluar mulut pasien, salah satunya adalah foto
(Whaites, 2007).
mahkota dan akar dari satu atau beberapa gigi termasuk jaringan periapeks dan
jaringan gigi pada satu film, dan karena itu diperlukan film yang terpisah untuk
1
2
rahang maksila (atas) dan rahang mandibula (bawah) (Lecomber & Faulkner,
diagnosis, namun masih banyak kegagalan yang terjadi dalam interpretasi hasil
periapikal pada mahasiswa profesi kedokteran gigi di RSGM UMY yang paling
banyak terjadi dari seluruh kegagalan adalah 91,3% gambar film kabur atau
buram. Penelitian yang dilakukan oleh Ishaq (2015) menyebutkan bahwa 73.33%
radiograf tersebut harus diperiksa terlebih dahulu karena kualitas yang tidak
al., 2013). Kesalahan pada processing radiograf juga ditemukan pada penelitian
lain, namun dengan presentase yang lebih sedikit (2,77%) karena menggunakan
pasien, operator, dan teknik pembuatan radiograf yang dilakukan (Whaites, 2003).
3
secara manual, antara lain: waktu perendaman film dalam developer yang terlalu
lama atau terlalu sebentar, konsentrasi dan suhu developer yang terlalu tinggi,
larutan fixer yang sudah terlalu sering dipakai, waktu perendaman film dalam
fixer yang inadekuat, operator memegang film menggunakan tangan dengan tidak
hati-hati saat di ruang gelap, dan film terkontaminasi oleh cairan kimia lain
kontak pasien dengan radiasi, pemborosan waktu dan uang untuk pembuatan
radiograf yang baru (Haghnegahdar et al., 2013). Kegagalan yang dibuat dalam
teknik yang hati-hati sebagai tindakan pencegahan agar kesalahannya minimal dan
tahun terakhir ini, sistem processing radiograf periapikal instan film berkembang
dan menjadi populer di antara para dokter gigi. Teknologi terbaru ini memiliki
film tidak memerlukan kamar gelap. Radiografi yang dihasilkan oleh instan film
dapat langsung dievaluasi setelah agitasi selama 30 detik kemudian film packed
dibuka dan dibilas diair yang mengalir, maka film sudah terlihat gambaran dan
kegunaan radiograf pada tahap processing dengan konvensional atau instan film.
4
lebih cepat dibaca. Akan tetapi belum ada bukti empirik perbedaan yang
dan instan film pada mahasiswa profesi radiologi periode Februari-Maret 2019
dan instan film pada mahasiswa profesi radiologi periode Februari-Maret 2019
dan instan film pada mahasiswa profesi radiologi periode Februari-Maret 2019
1.4.1.1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
periapikal.
1.4.1.2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar penelitian
selanjutnya.
dan efisien.
1.4.2.2. Klien memperoleh pelayanan yang lebih berkualitas.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
fungsi terapeutik dari sinar x, zat radioaktif, dan bentukan lain dari energi radian.
6
Sejarah dari radiologi kedokteran gigi dimulai dengan ditemukannya sinar x oleh
2016).
Beberapa istilah dan pengertiannya yang sering digunakan dalam radiologi
bahan dan merekam bayangan gambar pada reseptor (film atau sensor digital)
c. Radiologi: cabang dari ilmu kedokteran yang berhubungan dengan fungsi
terapeutik dari sinar x, zat radioaktif, dan bentukan lain dari energi radian.
d. Radiograf: gambar yang dihasilkan oleh reseptor dari proses eksposur.
e. Radiograf dental: gambaran yang dihasilkan pada film dari sinar x yang
gigi mampu mengidentifikasi berbagai kondisi yang mungkin terjadi dan tidak
dari radiografi intraoral dibagi menjadi 3, yaitu periapikal, bitewing, dan oklusal:
2.2.1.1 Periapikal
gigi dari mahkota hingga akar dan jaringan pendukung.Teknik yang digunakan
untuk mendapatkan gambaran periapikal adalah teknik paralel dan teknik biseksi.
dari berbagai jenis holder terletak pada biaya dan desain, tetapi pada dasarnya
film tertekuk.
b. Bite block.
c. Komponen untuk mengarahkan sinar x.
Contoh dari macam - macam holder terdapat dalam gambar 3 berikut.
(2003), yaitu :
a. Memilih holder dan film yang sesuai dengan gigi yang akan dilakukan foto.
Pada gigi insisivus dan kaninus rahang atas dan rahang bawah digunakan
holder anterior dan film berukuran kecil (22 x 35 mm) dengan posisi film
vertikal. Pada gigi premolar dan molar rahang atas dan rahang bawah
digunakan holder posterior kanan atau kiri dan film berukuran besar (31 x 41
mm) dengan posisi film horizontal. Permukaan paket film yang berwarna putih
Pada premolar dan molar rahang atas: Film diposisikan pada garis tengah
Gambar 4. Teknik paralel pada insisiv sentral maksila. A. Memposisikan pasien (insisivus
sentral maksila). B. Diagram memposisikan pasien. C. Rencana gambaran dari
memposisikan pasien. D. Hasil radiograf (Whaites, 2003)
Gambar 7. Teknik paralel pada molar maksila. A. Memposisikan pasien (molar maksila).
B. Diagram memposisikan pasien. C. Rencana gambaran dari memposisikan pasien. D.
Hasil radiograf (Whaites, 2003).
Gambar 9. Teknik paralel pada insisivus lateral dan kaninus mandibula. A. Memposisikan
pasien (insisivus lateral dan kaninus mandibula). B. Diagram memposisikan pasien. C.
Rencana gambaran dari memposisikan pasien. D. Hasil radiograf (Whaites, 2003).
11
Gambar 10. Teknik paralel pada premolar mandibula. A. Memposisikan pasien (premolar
mandibula). B. Diagram memposisikan pasien. C. Rencana gambaran dari memposisikan
pasien. D. Hasil radiograf (Whaites, 2003).
Gambar 11. Teknik paralel pada molar mandibula. A. Memposisikan pasien (molar
mandibula). B. Diagram memposisikan pasien. C. Rencana gambaran dari memposisikan
pasien. D. Hasil radiograf (Whaites, 2003).
(2013) yaitu:
a. Radiograf yang dihasilkan akurat dengan sedikit perbesaran.
b. Ketinggian dari tulang periodontal tampak dengan baik.
c. Jaringan periodontal dapat tampak secara akurat dengan elongasi atau
sinar x diarahkan tegak lurus terhadap garis tersebut dengan titik pusat sinar x
sebenarnya dari gigi di rongga mulut akan sama dengan panjang gambaran gigi
pada film.
Teknik memposisikan pasien saat dilakukan foto menurut White dan
dihasilkan akan sama panjangnya dengan gigi asli dan adekuat untuk
kebutuhan diagnostik.
Kekurangan dari teknik biseksi menurut Whaites (2003) yaitu:
a. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi teknik tersebut sehingga dapat
tengah film.
f. Bayangan dari tulang zygomatic sering menutupi akar gigi molar.
g. Penentuan angulasi horizontal dan vertikal dibutuhkan pada tiap pasien dan
rahang atas dan rahang bawah serta puncak alveolar (alveolar crest) dalam satu
gambaran. Teknik yang digunakan pada radiograf ini yaitu teknik bitewing.
atas atau rahang bawah dalam satu gambaran.Teknik yang digunakan pada
radiografi ini yaitu teknik oklusal. Contoh gambaran radiografi bitewing terdapat
2.2.2.1 Panoramik
14
seluruh gigi geligi beserta jaringan sekitarnya pada rahang atas dan rahang bawah.
sinar x tegak lurus dengan bidang koronal dari pasiendengan sumber sinar pada
bagian belakang kepala dan film pada bagian depan wajah pasien.
2.2.2.3 Lateral Cephalometric
Lateral cephalometric menghasilkan gambaran sisi lateral pada wajah
yang di dalamnya terdapat struktur gigi, jaringan sekitarnya, dan tulang. Posisi
tabung sinar x yaitu tegak lurus dengan bidang sagital dari pasien.
2.3 Film
Jenis dari film radiografi yang digunakan yaitu non-screen dan screen.
(Whaites, 2003):
2.3.1 Film Non-screen
Film ini digunakan untuk radiografi intraoral, digunakan saat dibutuhkan
kualitas gambaran yang sangat baik serta detail anatomis yang baik. Ukuran dari
film non-screen bermacam – macam, namun hanya tiga ukuran yang sering
Gambar 15. Ukuran dari film non-screen. A. Film periapikal atau bitewing kecil. B. Film
periapikal atau bitewing besar. C. Film oklusal (Whaites, 2003)
15
Gambar 16. Isi dari paket film. A. Pembungkus luar. B. Film. C. Lead foil. D. Kertas
hitam pelindung (Whaites, 2003)
Gambaran yang dihasilkan dari film screen tidak sejelas film non-screen.
Semakin cepat jenis dari suatu film radiografi, maka semakin kecil radiasi
yang dibutuhkan dan semakin sedikit radiasi yang diterima oleh pasien.Kecepatan
film yang saat ini digunakan pada praktik klinis yaitu D, E, dan F.
2.4 Processing
Processing atau pemrosesan film merupakan proses mengubah dari
gambaran laten yang tidak terlihat pada film yang telah terpapar radiasi, menjadi
gambaran radiografik permanen yang dapat terlihat. Pemrosesan yang buruk akan
Faktor terpenting yang harus diperhatikan adalah supaya film yang telah terpapar
radiasi tersebut terhindar dari cahaya spectrum sinar putih di mana film sangat
peka terhadapnya (Mason, 2014). Processing ada dua yaitu konvensional dan
instan film.
2.4.1 Konvensional
pencitraan sebatas 2-Dimensi. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh cara kerja
dari pengambilan gambar pada radiografi konvensional itu sendiri. Sumber sinar
yang di gunakan hanya satu arah saja yang mana akan menumbuk pada objek
16
(gigi-geligi) dan akan ditangkap oleh film. Selain dari teknik cara kerja, prosesing
pencitraan sebatas 2-Dimensi. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh cara kerja
dari pengambilan gambar pada radiografi konvensional itu sendiri. Citraan yang
perawatan dan mengevaluasi hasil perawatan, dan pada teknik ini film dan bahan
sangat mutlak di lakukan. Hasil konvensional ini bila dilakukan dengan teknik
yang tepat, dapat menghasilkan kualitas foto yang baik (Firman, 2003).
manual.
kerja.
17
Kandungan Fungsi
Air Pelarut
Kandungan Fungsi
Air Pelarut
Hal – hal yang perlu diperhatikan pada larutan developer menurut Whaites
(2003) yaitu:
a. Larutan developer teroksidasi oleh udara dan keefektifannya dapat berkurang.
Larutan harus digunakan tidak lebih dari 10-14 hari, tidak peduli berapa jumlah
developer terlalu cepat, maka radiograf yang dihasilkan dapat menjadi terlalu
terang.
c. Durasi perendaman film dalam developer bergantung pada suhu larutan. Durasi
developer dan fixer.Larutan developer dan fixer yang masih baru dimasukkan
b. Mengaduk larutan
19
Tahapan selanjutnya yaitu mengaduk larutan developer dan fixer agar bahan
pengecekan suhu dari larutan developer karena durasi dari perendaman film
dengan hati – hati dan perlahan. Film yang dilepas dari paket terlalu cepat akan
pada penjepit yang masing-masing klipnya digunakan untuk menjepit satu film,
Tabel 3.Suhu dan durasi ideal perendaman film dalam developer (White dan
Pharoah, 2009).
Suhu Waktu development
68°F 5 menit
70°F 4 menit
72°F 4 menit
76°F 3 menit
80°F 2 menit
20
Durasi untuk perendaman film pada larutan developer juga bisa antara 15
hingga 30 detik.Pemrosesan film pada suhu yang lebih tinggi atau lebih rendah
dan dengan durasi yang lebih cepat atau lambat dapat menurunkan kontras dari
film.Pemrosesan yang terlalu lama pada suhu yang lebih tinggi juga dapat
menghasilkan gambaran kabut pada film yang bisa mengurangi kontras dan
pada film. Rendam film pada developer dengan durasi yang telah ditentukan
sisa developer pada film dihilangkan dengan air. Pada proses ini, kristal perak
halida pada emulsi film diubah menjadi perak metalik hitam untuk
developer.
h. Merendam film pada larutan fixer
Hal yang harus dilakukan yaitu memastikan seluruh bagian film terendam
dalam larutan.Penjepit dan film direndam dalam larutan fixer selama 2-4 menit
udara dan film dapat berkontak dengan fixer. Film juga bisa direndam dalam
larutan fixer dengan durasi yang sama seperti pada developer, yaitu antara 15
hingga 30 detik. Setelah film dikeluarkan dari fixer, film dibilas dengan air
mengalir untuk membuang sisa fixer pada film. Pada proses ini, kristal perak
sisa air pada film.Film dikeringkan pada kondisi udara yang hangat.
dengan mudah dipelajari di bawah sinar yang memadahi. Film yang mudah
lepas akan mudah hilang atau rusak. Semua film harus disusun dan ditandai
dengan nama pasien dan tanggal eksposur. Alat penyusun film yang dapat
digunakan ada berbagai macam, salah satunya terbuat dari kartu yang ringan
22
atau plastik dengan lubang untuk memasukkan film dan dapat disimpan dengan
roller pada mesin terlebih dahulu mengeluarkan sisa larutan developer sebelum
antara dua larutan tersebut. Bagian dalam dari AP200 terdapat dalam gambar 21
berikut.
Mesin dengan ukuran kecil tidak bisa memroses film ekstraoral dengan
ukuran besar.
No Penjelasan
Persiapan
1 Perlengkapan : apron, sarung tangan, kaca mulut, hanger, alkhohol, film
holder, film size 2
2 Pesawat sinar X : pastikan dalam keadaan on
3 Kamar gelap : larutan developer, fixer, safe lamp berfungsi dengan baik
Pelaksanaan
A. Komunikasi dan prosedur awal
5 Menyapa pasien dengan menyebut nama dan senyum
6 Mempersilahkan duduk pada dental chair dan dipersilahkan melepaskan
peralatan yang dipakai (denture, kaca mata, jepit rambut dll) serta meminta
ijin untuk melakukan foto pada daerah tertentu
7 Memasang baju pelindung (apron)
8 Cuci tangan dan memakai sarung tangan serta masker
9 Periksa rongga mulut untuk persiapan peletakan film
B. Pembuatan radiograf
10 Mempersiapkan posisi penderita
11 Pasang film size 2 (periapikal)
12 Memberi instruksi penderita untuk diam/tidak bergerak
13 Mengatur posisi cone/tube dan menetapkan waktu exposure
14 Exposure : menekan tombol
C. Finishing
15 Mempersilahkan menunggu diluar
16 Membersihkan/desinfeksi dari saliva
17 Susun film pada penjepit
18 Lepaskan sarung tangan
Processing
19 Matikan lampu penerangan dan nyalakan safe lamp
20 Film dimasukkan pada developer sampai kontras/anatomi gigi terlihat
21 Masukkan film kedalam air mengalir
22 Masukkan film sampai kontras, detil dan ketajaman terlihat jelas (3 menit)
23 Nyalakan lampu
24 Bersihkan film dibawah air mengalir sampai tidak licin dan keringkan
25 Film diletkkan pada mounting sesuai regio
26 Evaluasi mutu dengan viewer
permanen dari foto rontgen dengan memakai zat/cairan kimia tanpa menggunakan
kamar gelap.
24
b. Larutkan Hardening powder ke dalam 300 ml air (ukuran L) atau 100 ml air
(ukuran S)
c. Ambil 3-3,5 ml larutan DQE, pastikan tidak ada udara dalam syringe
e. Injeksikan larutan DQE ke dalam film dan pastikan tidak ada udara dalam
film-packet
g. Buka film Packet menggunakan tangan dan bilas bilas di bawah air mengalir
i. Hardening : Rendam film ke dalam larutan pengeras selama lebih dari 5 detik
dilakukan interpretasi.
Tabel 5 Tahapan pembuatan radiograf periapikal instan film (FKG UB, 2017)
No Penjelasan
Persiapan
1 Perlengkapan : apron, sarung tangan, kaca mulut, hanger, alkhohol, film
holder, film size 2
2 Pesawat sinar X : pastikan dalam keadaan on
3 Kamar gelap : larutan developer, fixer, safe lamp berfungsi dengan baik
4 Sarana administrasi : alat tulis, kartu, amplop (untuk film yang sudah selesai)
Pelaksanaan
A. Komunikasi dan prosedur awal
4 Menyapa pasien dengan menyebut nama dan senyum
5 Mempersilahkan duduk pada dental chair dan dipersilahkan melepaskan
peralatan yang dipakai (denture, kaca mata, jepit rambut dll) serta meminta
ijin untuk melakukan foto pada daerah tertentu
6 Memasang baju pelindung (apron)
7 Cuci tangan dan memakai sarung tangan serta masker
25
informasi yang terdapat pada radiograf yang terdiri dari warna hitam, putih, dan
abu – abu. Tujuan utama dari interpretasi radiograf yaitu (Whaites, 2003):
a. Mengidentifikasi adanya atau tidak adanya penyakit.
b. Mendapatkan informasi mengenai perluasan penyakit.
c. Menentukan diagnosis banding.
Untuk mencapai tujuan tersebut, interpretasi harus dilakukan mengikuti pedoman
yang sistematis. Hal – hal yang dibutuhkan dalam melakukan interpretasi yaitu
(Whaites, 2003):
a. Kondisi yang optimum, mencakup adanya viewer box, penggunaan kaca
pembesar untuk mendapatkan detail yang baik, dan radiograf dalam kondisi
gambaran dua dimensi yang terdiri dari warna hitam, putih, dan abu – abu
sangat penting bagi operator untuk mengetaui kondisi abnormal dari berbagai
radiograf yang akan diinterpretasi, posisi pasien, posisi film, dan posisi tabung
sinar x.
d. Pengetahuan yang detail mengenai tampilan struktur anatomi yang mengalami
sangat dibutuhkan untuk memastikan tidak ada informasi penting yang terlewat
radiograf secara keseluruhan dan lesi spesifik, yang terdiri dari: lokasi, ukuran,
Gigi Geligi
Catat terutama:
a) Jumlah gigi geligi yang ada
b) Tahapan perkembangan
c) Posisi
27
d) Kondisi mahkota
(a)Karies
(b)Restorasi
e) Kondisi akar
(a)Panjang
(b)Tumpatan
(c)Resorbsi
(d)Rasio mahkota/akar
Jaringan Apikal
Catat terutama:
Jaringan Periodontal
Catat terutama:
Catat:
a) Bentuk
b) Garis tepi
d) Pola trabekula
Jaringan Lain
28
Mencakup:
a) Antra:
(c) Radiodensitas
b) Kavitas nasal
c) Prosesus stiloid
penyembuhan.
2.6 Kegagalan Radiograf pada Processing
Kegagalan yang sering terjadi pada pemrosesan menurut Leeuw
(2007)yaitu:
a. Overdevelopment merupakan kondisi radiograf yang tampak terlalu gelap,
seperti yang terdapat pada gambar 23. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
durasi perendaman film dalam larutan developer terlalu lama, suhu larutan
seperti yang terdapat pada gambar 24. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
durasi perendaman film dalam larutan developer yang tidak adekuat, suhu
developer yang sudah terlalu lama dipakai, serta developer yang terlalu cair.
akibat durasi perendaman film dalam larutan fixer yang tidak adekuat (bisa
yang disebabkan sebagian dari film tidak tercelup larutan developer, seperti
disebabkan sebagian dari film tidak tercelup larutan fixer, seperti yang terdapat
developer dengan air maupun pada larutan developer dengan larutan fixer,
oleh fixer, durasi perendalam film dalam larutan fixer yang tidak adekuat, dan
fixer yang sudah terlalu lama dipakai. Hal tersebut dapat dicegah dengan
percikan larutan, sidik jari, static electricity, clip mark, atau kuku operator,
yang dapat disebabkan oleh percikan larutan pada film dan penanganan pada
film yang kurang hati – hati saat pemrosesan film. Hal tersebut dapat dicegah
dengan berhati – hati saat penanganan film di kamar gelap. Contoh dari artefak
memiliki kualitas yang tinggi, sehingga dapat diperoleh informasi diagnostik yang
adekuat dengan biaya yang rendah dan sebisa mungkin dengan eksposur yang
paling sedikit. Pengukuran kualitas radiografi merupakan hal yang sangat penting
pada fasilitas praktik kedokteran gigi secara umum, terutama pada departemen
Mingguan:
a. Mengganti larutan pemrosesan
b. Membersihkan perlengkapan
pemrosesan
c. Membersihkan viewbox
Bulanan:
a. Cek lampu keselamatan di ruang
gelap
b. Membersihkan layar intensif
c. Cek stok film
d. Cek exposure charts
e. Memeriksa apron
Tahunan:
a. Kalibrasi mesin sinar x
kualitas dari radiograf yang dihasilkan. Prosedur kontrol kualitas yang penting
dibandingkan dari hari ke hari, analisis secara formal mengenai kualitas film, dan
radiograf terdapat pada gambar 33 dan tingkatan kualitas secara subyektif pada
kesalahan pada film, penyebab, serta jumlah film yang tidak diterima. Metode
diidentifikasi pertama kali, dugaan penyebab atau penyebab yang telah diketahui,
jumlah dilakukannya pembuatan ulang radiograf, dan total jumlah radiograf yang
dibuat pada waktu yang sama. Hal tersebut berguna untuk mengehaui persentase
kegagalan film.
2.7.2 Dosis pasien dan perlengkapan sinar x
Salah satu tujuan dari jaminan kualitas radiograf yaitu memastikan pasien
standar yang telah ada, yang mencakup: pengecekan fitur – fitur penting yang
dapat mempengaruhi proteksi radiasi dari hari ke hari, dan perlengkapan sinar x
dan keselamatan radiasi dalam pemanfaatan tenaga nuklir, dosis efektif rata-rata
untuk pekerja radiasi yaitu sebesar 20 mSv (milisievert) per tahun dalam periode
lima tahun, sehingga dosis yang terakumulasi dalam lima tahun tidak boleh
melebihi 100 mSv. Sedangkan dosis efektif untuk anggota masyarakat yaitu
Jaminan kualitas yang terdapat pada ruang gelap, reseptor, dan pemrosesan
pada ruang gelap, penyimpanan film dalam kondisi yang ideal, kontrol
persediaan film, penanganan film dengan hati – hati, suhu larutan yang sesuai,
penggantian larutan secara teratur, durasi pemrosesan yang akurat, dan kebersihan
viewbox.
2.7.4 Prosedur kerja
larutan pemrosesan.
setiap 12 bulan.
dan menghadiri perkuliahan formal tiap lima tahun mengenai seluruh aspek dari
proteksi radiasi, yang mencakup prinsip fisika radiasi, risiko radiasi, dosis radiasi
dan faktor yang mempengaruhi dosis dalam radiografi dental, prinsip proteksi
berlaku sama seperti pada departemen radiografi. Namun faktor biaya yang mahal
35
menyebabkan kebutuhan peralatan canggih untuk jaminan kualitas yang tepat dan
proses pemantauan yang akurat, seringkali tidak didapatkan pada praktik umum.
BAB III
Ekstraoral Intraoral
Biseksi Paralel
1. Positioning
2. Exposure
3. Processing
Akurasi Hasil
Keterangan:
Teknik yang digunakan dalam radiografi intraoral yaitu periapikal, bitewing, dan
gigi dari mahkota hingga akar dan jaringan pendukung. Radiografi periapikal
pada tahap processing ada dua, yaitu konvensional dan instan film.
Malang.
37
BAB IV
METODE PENELITIAN
membandingkan keadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang
38
berbeda, atau dua waktu yang berbeda (Sugiyono, 2014). Penelitian dilakukan
radiograf periapikal pada tahap processing konvensional dan instan film pada
borang penilaian dan hasil foto yang dilakukan oleh mahasiswa profesi radiologi
Fakultas Kedokteran Gigi setiap harinya pada Februari sampai dengan Maret
2019.
Populasi penelitian ini adalah seluruh radiograf oklusal yang dibuat oleh
mahasiswa profesi radiologi periode Februari sampai dengan Maret 2019 Fakultas
n= N
1 + N(e)2
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu 144 radiograf oklusal, maka
n= N
1 + N(e)2
= 144/4,24
periapikal.
Kriteria sampel yang diambil oleh peneliti terbagi menjadi kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi.
Kriteria inklusi dari penelitian ini yaitu radiograf yang dibuat oleh mahasiswa
profesi radiologi, baik radiograf yang berhasil maupun yang mengalami kegagalan pada
tahapan tehnik pengambilan, antara lain: tidak terdapat kesalahan (titik penetrasi cone,
Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu radiograf yang dibuat oleh
mahasiswa preklinik dan radiograf yang mengalami kegagalan di luar tahapan tehnik
Universitas Brawijaya.
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu tahapan processing yang dilakukan oleh
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu keberhasilan pembuatan foto periapikal
teknik paralel.
41
Instrumen pada penelitian ini adalah data primer dari observasi yang dilakukan di
berisi foto periapikal teknik paralel setelah melalui tahapan processing.Merk film
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kodak dengan ukuran 3 x 4 cm dan
kecepatan film E. Pesawat radiologi intraoral yang digunakan yaitu Endos ACP
70kV – 8mA.
a. Alat tulis
b. Borang pengamatan
c. Penjepit film
d. Film periapikal
e. Mounting
i. Termometer
j. Timer
k. Viewer
42
yang dilakukan dengan memposisikan film yang diletakkan pada holder sejajar
4.7.2 Processing
laten yang tidak terlihat pada film yang telah terpapar radiasi, menjadi gambaran
dan ketajaman dari radiograf tersebut baik dan radiograf dapat diinterpretasi.
Kegagalan radiograf teknik paralel merupakan hasil radiograf yang tidak dapat
Data yang digunakan yaitu data primer yang diperoleh dengan melakukan
Kualitas larutan yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dari hari ke hari,
dengan durasi perendaman film dalam developer selama 30 detik dan pada fixer
selama 10 detik. Tahap processingakan dinilai dari borang tata cara processing
43
manual yang dibuat oleh peneliti dan memuat tiap tahap yang harus dilakukan.
benar.
Hasil radiograf periapikal teknik paralel diiamati dengan metode visual oleh
pada tahap processing, yaitu drg. Farihah Septina, Sp. Rad.O.M. Penyajian data
dan presentase kerbasilan dan kegagalan, serta berdasarkan macam dan faktor –
kegagalan dalam tahap processing, serta analisis hubungan antara hasil radiograf
yang mengalami keberhasilan dan kegagalan dengan hasil penilaian yang terdapat
pada borang tata caraprocessing yang telah dilakukan oleh mahasiswa profesi
Uji validitas dan reliabilitas digunakan untuk menguji borang yang berisi 9
Perbedaan persentase antara masing – masing variabel diuji dengan Uji Chi
variabel manakah yang memiliki pengaruh paling besar terhadap variabel terikat.
4. Pengamat mengamati hasil foto yang telah dilakukan tahapan processing pada
viewer.
foto.