Anda di halaman 1dari 8

X-RAY FILM  Di tepi salah satu sisi film ada dot  yg bagian menonjol diarahkan ke

tabung x-ray saat exposure


Komposisi: emulsi dan base
 Film dibungkus oleh pembungkus warna hitam lalu diluarnya dikasih
Emulsi lagi kertas putih atau pembungkus plastik yg tahan kelembapan.
Terus ada juga lead foil untuk yg diletakkan dibelakang film utk
 2 komponen utama dari melindungi film dari backscatter (radiasi sekunder) dan mengabsorb
emulsi: silver halide grains residu sinar x  mengurangi paparan sinar x ke pasien dan ↑ kontras
(sensitif thd radiasi sinar x film.
dan cahaya tampak) dan
vehicle matrix (matriks
kristal silver halide
ditempatkan).
 Vehicle jg berfungsi utk
menyerap cairan processing 
shg bisa mencapai dan
bereaksi dgn silver halide grains
 Vehicle tambahan dikenal dgn overcoat  sebagai barrier proteksi
dari goresan, kontaminasi, dan tekanan rollers (jika menggunakan
automatic processing).
 Ukuran film untuk proyeksi periapikal:
 Film yg ditujukan untuk dipapar lgsg dengan sinar x = direct exposure
o Size 0 = utk anak kecil (22 mm x 35 mm)
film  semua film untuk proyeksi IO masuk dlm kategori ini.
o Size 1 = sempit, untuk anterior (24 mm x 40 mm)
 Utk proyeksi EO yg dipakai adalah screen film dgn intensifying
o Size 2 = ukuran standar dewasa (30,5 mm x 40,5 mm)
screen yg memancarkan cahaya tampak
 Bitewing: pake nomor 2 biasanya, kalo anak kecil bisa pake nomor 1
Base atau kalo kecil bgt bisa pake nomor 0. Ada lagi nomor 3 yg lebih
panjang
 Fungsi = memberi support pada emulsi
 Oklusal  size 4 (3x lebih besar dari size 2) 57 x 76 mm
 Komposisi = polyethylene terephthalate  fleksibel  easy handling

INTRAORAL X-RAY FILM

 Berupa film dgn double-emulsion  kedua sisi base ditutup oleh


emulsi  mengurangi radiasi yg diperlukan utk menciptakan gambar
 IO pake direct exposure film karena = detil/resolusi lebih baik drpd
screen-film  penting utk deteksi karies / lesi periapikal dini
INTENSIFYING SCREEN (adanya di kaset)

Intensifying screen ini mengandung garam inorganik atau fosfor fluoresce yg


bisa memancarkan visible light ketika terpapar sinar x  intensitas
pancarannya tergantung dr energi sinar yg diserap.

 Fungsi = membuat reseptor film 10-60x lebih sensitif thd sinar x


 mengurangi dosis radiasi ke pasien.
 Komposisi
o Base = polyester plastic 0,25 mm  sbg support mekanis bagi
lapisan lainnya
o Lapisan fosfor = terdiri dari phosphorescent crystals 
SCREEN FILM menyerap foton sinar x  berpendar
o Protective coat = polymer  untuk melindungi fosfor dan
 Digunakan utk proyeksi EO  di KG seringnya pano dan sefalo
menciptakan permukaan yg bisa dibersihkan  kalo ga
 Digunakan bersama dgn intensifying screen
dibersihin akan ada debris yg bisa menimbulkan spot di
 Bedanya dgn dental intraoral film = screen film didesain utk sensitif
radiograf.
thd cahaya tampak (visible light)  karena film ini diletakkan di
antara 2 intensifying screens ketika dipapar sinar x  intensifying PEMBENTUKAN LATENT IMAGE
screen akan menyerap sinar x dan memancarkan visible light dan
visible light inilah yg akan mengekspos screen film. Kristal silver halide 1. Sebelum dipapar sinar x,
sensitif thd sinar UV dan blue light  shg sensitif thd sinar UV dan emulsi film terdiri dari
blue light yg dipancarkan intensifying screen. kristal silver halide yg
terutama mengandung silver
bromide (AgBr). Nah pada
kristal ini juga megandung
beberapa ion Ag+ bebas
(interstitial silver ions) dan
sejumlah komponen sufur yg
terikat pada permukaan kristal. Bersama dgn iregularitas fisik pada
kristal yg dibentuk oleh ion iodida  komponen sulfur membentuk
sensitivity site  area dimana kristal sensitif thd radiasi.

2. Ketika kristal silver halide dipapar


sinar x, foton sinar x akan
mengeluarkan elektron dari ion bromida  elektron ini kemudian akan
bergerak ke sensitivity site  sensitivity site jd bermuatan negatif.

3. Sensitivity site yg bermuatan negatif kemudian akan menarik ion Ag


bebas yg bermuatan +.

4. Ketika ion Ag+ nyampe di sensitivity site  tereduksi dan membentuk


atom netral yaitu metallic silver  yg skrg dikenal dgn latent image
A = gambaran kristal silver bromida (warna abu2) pada emulsi film sebelum
sites.
exposure

B = setelah exposure, kristal yg terpapar sinar x mengandung atom Ag yg


netral di latent image site (orange dots)  berisi latent image

C = ketika masuk developer  developer mengubah kristal yg sudah terekspos


(yg mengandung atom Ag netral) menjadi solid grain of black metallic silver
(warna hitam)
Latent image ini kemudian diproses  mjd visible radiographic image. D = ketika masuk fixer  melarutkan kristal silver bromide yg tidak terekspos
LARUTAN PROCESSING (yg tdk memiliki latent image sites) atau underdeveloped  sehingga hanya
tersisa solid silver grain yg membentuk gambaran radiografik.

LARUTAN DEVELOPER

 Developer akan mereduksi kristal silver halida (yg mengandung latent


image) menjadi black metallic silver.
 Ketika film yg sudah terekspos masuk ke developer, awalnya tdk ada
efek yg terlihat (initial phase)  lalu densitas mulai bertambah
(awalnya cepat lalu lama2 melambat)  akhirnya semua kristal yg
terekspos akan ter-develop (berubah jd black metallic silver)  kalo
diterusin maka developer jg akan mereduksi kristal yg tdk terekspos  Fixer juga mengeraskan dan mengerutkan emulsi film.
sehingga terbentuk fogging kimiawi pada film  makanya jgn lama2 di  Komponen utama: clearing agent, acidifier, preservative, hardener.
developer. a. Clearing agent
 Komponen utama developer: developer, aktivator, preservative, Larutan ammonium thiosulfate  menghilangkan silver halide yg
restrainer. tdk terekspos
a. Developer b. Acidifier
Phenidone dan hydroquinone. Menjaga agar larutan fixer tetap asam (pH 4-4,5)  agar
b. Activator thiosulfate bisa berdifusi ke dan keluar dari emulsi film +
Developer aktif pada pH sekitaran 10  pH ini diraih dgn inaktivasi agen developer yg tersisa
menggunakan komponen alkali  sodium/potassium hidroksida  c. Preservative
juga menyebabkan gelatin mengembang shg developing agent bisa Ammonium sulfite  mencegah oksidasi thiosulfate
berdifusi lebih cepat ke dalam emulsi film. d. Hardener
c. Preservative Alumunium sulfate  bergabung dgn gelatin saat fixing dan
Sodium sulfite  memperpanjang masa pakai. mencegah kerusakan gelatin + mengurangi swelling pada emulsi
d. Restrainer ketika final wash  mengurangi kerusakan mekanis dan
Menahan agar kristal yg tdk tereskpos tidak terdevelop  mempersingkat waktu pengeringan.
antifog dan meningkatkan kontras.
WASHING
 Developer harusnya diisi lagi dgn yg baru tiap pagi utk memperpanjang
masa pakai Untuk menghilangkan sisa-sisa fixer, karena kalau masih tersisa akan
menyebabkan stain yg paling terlihat pada area radiopak. (yg menyebabkan
RINSING
staining ini adalah sisa2 thiosulfate yg mengalami diskolorasi)
Setelah development, emulsi film akan mengembang dan jenuh dgn developer 
**with regular replenishment, solutions may last 3-4 weeks before they
film harus dibilas air 30 detik + agitasi ringan untuk menghilangkan sisa-
must be changed
sisa developer shg tdk lg terjadi proses developing + menghilangkan aktivator
yg bersifat basa karena bisa menetralisir fixer (asam).

Rinsing hanya dilakukan pada processing manual, dan tdk dilakukan pada DARK ROOM & EQUIPMENT
sebagian besar automatic processing.
Darkroom
LARUTAN FIXER
 Setidaknya 1,2m x 1,5m
 Larutan fixer menghilangkan kristal silver halida yg underdeveloped  Kedap cahaya  adanya kebocoran cahaya bisa menyebabkan fogging
dari emulsi  kalau tdk hilang maka radiograf akan hitam dan ga dan kehilangan kontras
bernilai diagnostik  Well-ventilated
Safelighting 7. Masukkan ke fixer selama 2-4 menit dan diagitasi 5 detik tiap 30
detik.
 Cahaya dgn panjang gelombang yg panjang = merah (frosted 15W atau
8. Bilas dgn air mengalir 10 menit
clear 7,5W) dan diletakkan setidaknya 1,2m (4 feet) dari permukaan
9. Keringkan
kerja
 Film handling dibawah safelighting maksimal 5 menit

Manual Processing tanks (20cm x 25cm)  sebaiknya dr stainless steel jd ga RAPID-PROCESSING CHEMICALS
bereaksi dgn larutan processin + gampang dibersihkan
Bisa men-develop film dalam 15 detik dan mem-fix film dalam 15 detik juga
Termometer pada suhu ruangan  krn memiliki konsentrasi hydroquinone lebih tinggi dan
pH nya lebih basa dibanding larutan developer konvensional  biasanya utk
Timer
kasus2 endo dan situasi emergensi dimana perlu waktu processing yg singkat
Drying racks  tp kontrasnya kurang baik dibandingkan processing konvensional &
mengalami diskolorasi over time jika bersihinnya ga bersih  diakalinnya dgn
cara: setelah viewing, film dibalikin lagi ke fixer 4 menit dan dicuci 10 menit 
memperbaiki kontras dan membuatnya stabil selama penyimpangan.
PROSEDUR MANUAL PROCESSING
AUTOMATIC FILM PROCESSING
1. Isi larutan processing
2. Aduk larutan processing  Processing nya dilakukan oleh mesin dgn sistem roller yg
3. Tempatkan film di hanger memindahkan film dari satu step ke step selanjutnya
4. Pasang timer
5. Masukkan ke developer (agitasi ringan selama 5 detik utk
menghilangkan air bubbles dari film, trs jangan agitasi lagi selama
proses developing)

Temperatur Waktu developing (menit)


680 F = 200C 5
700 F = 210C 4,5
720 F = 22 0C 4
760 F = 240C 3
800 F = 270C 2,5

6. Bilas dgn air mengalir dalam bak 30 detik sambil diagitasi terus
 Stepnya sama seperti manual processing = developer – fixer – cuci. Di o Sangat fleksibel jd gampang peot
antara developer dan fixer gaperlu cuci karena roller akan o Filmnya susah ditempatin di holder (krn ada sachetnya)
mengeluarkan kelebihan larutan developer sblm masuk ke fixer. o Relatif mahal
 Mesin otomatis ini biasanya punya light-shielded (daylight loading) shg
operator bisa membuka bungkus film dan memasukkannya ke mesin
tanpa harus berada di kamar gelap IMAGE CHARACTERISTIC
 Kelebihan =
o hemat waktu (4-6 menit utk develop, fix, cuci, dan keringin), 1. Radiographic density
o gaperlu darkroom  Derajat opasitas dari suatu film yg terekspos = optical density.
o prosesnya terstandar + terkontrol  Densitas film bergantung pada jumlah foton yg diserap oleh emulsi
o larutannya bisa diganti otomatis pada beberapa mesin. film  dipengaruhi oleh faktor exposure, subject thickness & subject
 Kekurangan = density
o Harus maintenance + dibersihin rutin  Exposure = ↑ mA, kVp, waktu paparan  ↑ jumlah foton yg mencapai
o Mahal film  ↑ densitas radiograf.
↓ jarak focal spot dan film  ↑ densitas film
SELF DEVELOPING FILMS  Subject thickness = Semakin tebal subjek, makin banyak sinar x yg
 Film disertai sachet yg di dalamnya ada developer dan fixer diserap oleh subjek  gambar radiograf makin terang
 Subject density = Makin tinggi densitas suatu struktur dlm suatu
 Setelah dipapar, tab developer subjek  makin banyak berkas sinar x yg diserap oleh area tsb.
ditarik  larutan developer
akan keluar lalu diarahkan ke 2. Radiographic contrast
film dan dipijat di sekitar film  Radiographic contrast = perbedaan densitas area gelap dan terang
15 detik  tarik tab fixer  pada radiograf.
arahkan fixer ke film lalu pijat  Radiograf yg menunjukkan kedua area terang dan gelap = high
lagi  lalu sachetnya dibuang contrast = short gray scale of contrast (terdapat beberapa shades of
dan film dicuci di bawah air gray [gradasi] di antara area hitam dan putih)
mengalir 10 menit.  Radiograf yg hanya menunjukkan area abu2 terang dan abu2 gelap =
 Keuntungan = low contrast = long gray scale of contrast
o Tdk perlu darkroom
o Hemat waktu
 Kekurangan =
o Kualitas gambar jelek, gampang rusak overtime
o Tdk ada lead foil dalam paket film
 Scattered radiation terjadi dari foton yg
berinteraksi dgn subjek melalui compton atau
interaksi koheren  foton jadi bergerak dalam arah
yg berbeda dr berkas utama (primary beam) 
menyebabkan fogging (overall darkening of the
image)  kontras hilang.
 Cara mencegah scattered radiation = kVp rendah +
pakai collimation seukuran film yg dipakai.
o Beam energy
 Dipengaruhi oleh:
o Subject contrast 3. Radiographic Speed
 Subject contrast = karakteristik subjek yg bisa  Menunjukkan jumlah radiasi yg diperlukan untuk menghasilkan gambar
mempengaruhi kontras radiograf = ketebalan subjek, dgn densitas standar
densitas subjek, dan nomor atom subjek.  Fast film memerlukan paparan yg relatif rendah untuk
 Subject contrast jg dipengaruhi oleh energi dan menghasilkan densitas 1, sedangkan slow film perlu waktu yg lebih
intensitas berkas sinar. lama untuk menghasilkan film dgn densitas yg sama
 Energi x-ray = kVp  ↑ kVp = ↓ kontras. Biasanya  Film speed sangat dipengaruhi oleh ukuran silver halide grains dan
kVp yg dipakai adalah 60-80 kVp, Saat kVp besar, konten Ag/silver-nya
waktu paparannya berkurang  kontras turun   Dental film paling cepat saat ini adalah yg berlabel E/F  hanya perlu
perubahan2 yg kecil pada subjek jd kurang keliatan waktu setengah dari film berlabel D  dosis radiasinya juga jadi turun
o Film contrast
 Merupakan kemampuan film utk menampilkan 4. Radiographic latitude
perbedaan kontras subjek  Merupakan ukuran range paparan yg bisa terekam sebagai perbedaan
 High-contrast film = mampu menampilkan kontras yg densitas pada film.
lebih besar (perbedaan optical density) antar  Wide latitude = radiograf dapat merekam subjek dengan
struktur, misal antara pulpa dan dentin-enamel, perbedaan kontras yg luas. Wide latitude film memiliki kontras yg
dibanding low-contrast film. lebih rendah dibanding narrow latitude film.
 Film contrast jg dipengaruhi oleh kondisi processing  Wide latitude film ini biasanya dipakai ketika mau lihat struktur
= over/under develop, penyimpanan film di osseus dan juga mau lihat jaringan lunak (kan beda kontrasnya jauh
temperatur >>, safelight terlalu terang, kebocoran nih).
cahaya di darkroom.
o Scattered radiation
5. Radiographic Noise  Sharpness juga bisa hilang karena pergerakan film,
 Radiographic noise = adanya tampilan densitas yg tdk rata pada subjek, atau sumber sinar x ketika exposure
uniformly exposed radiograph  Pergerakan sumber sinar x  focal spot jd besar 
 Penyebab = mottle dan artefak ↓ sharpness
 Mottle = densitas yg tdk rata karena struktur fisik film atau  Pergerakan subjek = pergerakan pasien  bisa
intensifying screen diminimalisir dengan stabilisasi pasien (misal dgn
 Pada film IO, mottle terlihat sebagai film graininess  krn silver headrest pada kursi) + mA digedein supaya waktu
grain dari emulsi film jd keliatan, terutama jika processing nya paparnya bisa sebentar jd mencegah kemungkinan
dilakukan pada temperatur tinggi pasien gerak
 Artefak = defek yg disebabkan karena kesalahan film handling, o Geometric blurring
contoh : fingerprints, film bengkok; atau kesalahan dalam processing,  Ketika foton tidak diemisikan dr focal spot  loss of
contoh: kecipratan developer atau fixer atau film tergores krn tdk sharpness
hati2 saat handling  Makin besar focal spot  ↓ sharpness

6. Radiographic Sharpness and Resolution


 Sharpness = kemampuan radiofraf menunjukkan batas tepi struktur
dgn tepat (contoh: DEJ, plat trabekula tipis)
 Resolution = kemampuan radiograf menunjukkan struktur yg saling
berdekatan tapi tetap terpisah.
 Radiographic blur = hilangnya sharpness pada radiograf, disebabkan
oleh:
o Image receptor blurring
 Ditentukan oleh ukuran dan jumlah silver grains
film  makin kecil grains nya makin bagus
sharpnessnya.
Slow-speed film punya grain yg lebih kecil dibanding
fast film.
 Intensifying screen pada foto EO mengurangi
sharpness  karena visible light dan UV yg
diemisikan menyebar dan mengekspos area film yg
lebih luas drpd kristal fosfor  cara mencegahnya =
kontak yg rapat antara intensifying screen dan film
o Motion blurring

Anda mungkin juga menyukai