Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS RADIOLOGI

“Impaksi”

DISUSUN OLEH :

Yogi Pradipta 21101900100

Pembimbing : drg. Febia Astiawati S, M.HKes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG


TAHUN AJARAN 2022
1. Pendahuluan
Gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat, atau tidak akan erupsi ke posisi
fungsional normalnya karena penyebab yang berbeda seperti, malposisi, kurangnya ruang
pada lengkung gigi atau halangan lainnya. Gigi taring rahang atas berhubungan dengan
gigi yang paling banyak mengalami impaksi setelah molar ketiga. Para ahli gigi
dihadapkan pada dilema apakah akan mencabut atau mengarahkan gigi rahang atas yang
terkena impaksi ke dalam oklusi.
Keputusan untuk mengekstraksi umumnya dipertimbangkan ketika gigi kaninus
rahang atas yang terkena impaksi berada dalam posisi yang tidak menguntungkan, yang
dapat menyebabkan komplikasi. Karena pentingnya gigi taring rahang atas terhadap
estetika dan fungsi, keputusan tersebut dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat
serius.
2. Tujuan
 Mengetahui gambaran radiologi mengenai impaksi
 Untuk menegakan radiodiagnosis pada pasien
3. Anamnesis
Keluhan utama : Seorang pasien perempuan usia 22 tahun, datang mengeluhkan
giginya kurang rapi pada gigi depan
4. Pemeriksaan subjektif
Seorang pasien perempuan usia 22 tahun, datang mengeluhkan giginya kurang
rapi pada gigi depan Rahang Atas. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan
tidak memiliki alergi. Pasien ingin dilakukan perawatan. Pasien mengaku belum pernah
dilakukan perawatan orthodonsi sebelumnya.
5. Pemeriksaan obyektif
EO : d.t.a.k
IO :
Tidak adanya gigi kaninus Rahang atas kiri
Relasi M1 kanan : Maloklusi Angle Kelas I
Relasi M1 kiri : Maloklusi Angle Kelas I
Relasi C kanan : Kelas I
Relasi C kiri : tidak dapat ditentukan
Overjet : 3,2 mm
Overbite : 3 mm

6. Hasil foto

7. Teknik dan Jenis Pemeriksaan


 Teknik : radiografi Panoramik
 Jenis pemeriksaan : Radiologi
8. Analisis Kelebihan dan Kekurangan foto yang digunakan
 Kelebihan
1. Gambaran area yang luas meliputi tulang wajah dan gigi.
2. Kedua prosesus kondilaris dimunculkan dalam satu film sehingga memudahkan
dalam melakukan perbandingan.
3. Membantu menegakkan diagnosis yang meliputi evaluasi fraktur, adanya lesi
dan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi pada masa gigi
bercampur. 4. Dosis radiasi kecil jika dibandingkan dengan radiografi
konvensional (Jenkins dkk, 2005).
 Kekurangan
1. Gambar tidak menunjukkan detail anatomi yang baik dibanding radiograf
periapikal intraoral.
2. Distorsi pada area caninus dan premolar.
3. Pasien yang tidak dapat menyesuaikan diri seperti melakukan gerakan akan
mempengaruhi penyinaran sehingga dapat mempengaruhi hasil radiograf.
4. Teknik ini kurang cocok pada pasien anak dibawah umur enam tahun atau
pasien yang mempunyai kemampuan terbatas karena perlu kooperatif dari pasien
(Jenkins dkk, 2005)
9. Analisis :
a. kualitas mutu hasil foto radiografis
 Teknik : Radiografi Panoramik
 Kontras : baik
 Densitas : baik
 Sharpness : baik
 Resolusi : baik
 ROI : Objek terlihat sesuai tujuan, mencakup gigi geligi, maksila-sinus-nasal,
mandibula, TMJ, os. Vertebrae dan ramus mandibula
 Overlapping : tidak ada
 Distorsi : minimal
 Kesimpulan : diagnostically acceptable
Interpretasi Radiografi Periapikal

Area 1 (Gigi Geligi)

Missing Teeth Tidak ada


Persistensi -
Impaksi 18,23, 28, 38, 48
Kondisi Mahkota - Terdapat radiopak oklusal –distal sedalam dentin pada
gigi 34
- Terdapat radiopak oklusal – distal pada gigi 44

Kondisi Akar Dbn


Kondisi Alveolar Crest-Furkasi Dbn

Kondisi Periapikal Dbn


Area 2 (Maksila-Sinus-Nasal)
Terdapat apikal gigi 15,16,17,25,26,27 bersinggungan dengan sinus maksilaris

Area 3 (Mandibula)
Terdapat apikal gigi 38 dan 48 bersinggungan dengan canal mandibula
Area 4 (TMJ)
Bentuk Kondilus-Fossa Kondilus dekstra sinistra ovoid
Eminensia
Posisi Kondilus Kondilus dekstra sinistra simetris

Area 5 (Ramus-Os Vertebra)


Dbn
Kesan Radiografis Terdapat kelainan pada area 1, 2, dan 3

Suspek Radiografis Impaksi gigi 18, 23, 28, 38, 48


Radiodiagnosis

23 : Impaksi Kaninus Tipe IV

28 : Impaksi kelas C NSA

18 : Impaksi kelas 3 SA

38, 48 : Impaksi Kelas IC

BAB III
PEMBAHASAN

 Analisis Lesi
Lokasi
Lokasi lesi berdasarkan gambaran radiografi yang dilakukan pasien yaitu pada gigi 18,
23, 28, 38, dan 48
Efek pada jaringan sekitar
Tidak menimbulkan efek terhadap jaringan sekitar

Yamammato pada tahun 2003 mengajukan klasifikasi impaksi gigi kaninus rahang atas
berdasarkan orientasi long axis gigi kaninus rahang atas terhadap bidang oklusal menjadi
tujuh tipe:
- Tipe I yaitu posisi impaksi gigi kaninus rahang atas vertikal, hampir tegak lurus terhadap
sumbu gigi, terletak di antara gigi incisivus lateralis dan gigi premolar pertama rahang
atas.
- Tipe II yaitu posisi mahkota lebih condong ke arah mesial terhadap bidang oklusal.
- Tipe III yaitu posisi mahkota lebih condong ke arah distal terhadap bidang oklusal.
- Tipe IV yaitu posisi impaksi gigi kaninus horizontal dengan mahkota berada di mesial.
- Tipe V yaitu posisi impaksi gigi kaninus horizontal dengan mahkota berada di distal.
- Tipe VI yaitu posisi mahkota gigi kaninus menghadap ke arah fossa orbita.
- Tipe VII yaitu posisi impaksi gigi kaninus labio-palatal (ektopik) dengan posisi mahkota
berada di bukal

Kesimpulan

Pemeriksaan radiograf merupakan pemeriksaan penunjang dalam menegakkan


diagnosis, menentukan prognosis, dan mengevaluasi penjalaran suatu lesi. Nekrosis pulpa
menyebabkan inflamasi pada jaringan periapikal sehingga menyebabkan kerusakan pada
jaringan periapical. Iritasi kronis pada pulpa gigi dapat menyebabkan kerusakan lapisan
tulang periapikal. Apabila rangsangan berlangsung terus menerus maka tubuh akan
memperbaiki dengan menambah vaskularisasi dan pembentukan jaringan ikat muda.
Jaringan ikat ini bersama eksudat peradangan dapat berubah menjadi jaringan granulasi.

Pada laporan kasus ini, gambaran radiografi granuloma ditandai dengan lesi
radiolusent pada periapikal dengan batas jelas, membran periodontal dan lamina dura dapat
menebal atau menghilang didaerah lesi.

Klasifikasi Impaksi (Pell and Gregory)


Berdasarkan kedalaman relatif dalam hubungan terhadap garis sevikal molar dua
• Posisi A :
Bagian tertinggi gigi molar tiga berada setinggi garis oklusal
• Posisi B :
Bagian tertinggi gigi molar tiga berada di bawah gariis oklusal tapi masih lebih tinggi daripada
garis servikal molar dua
• Posisi C :
Bagian tertinggi gigi molar tiga berada di bawah garis servikal molar dua
Klasifikasi Impaksi (Pell and Gregory)
Berdasarkan relasi molar ketiga bawah dengan ramus mandibula
• Kelas I :
Ruangan yang tersedia cukup untuk ukuran mesiodistal mahkota gigi molar tiga bawah antara
ramus mandibular dan permukaan distal gigi molar dua bawah
• Kelas II :
Ruangan antara permukaan distal gigi molar tiga bawah dan ramus mandibula lebih kecil dari
ukuran mesiodistal mahkota gigi molar tiga bawah
• Kelas III :
Seluruh atau sebagian besar molar tiga berada dalam ramus mandibular

Archer
Archer memberikan klasifikasi untuk impaksi yang terjadi di rahang atas.
1. Klasifikasi ini sebetulnya mirip dengan klasifikasi Pell & Gregory. Bedanya, klasifikasi ini
berlaku untuk gigi atas.
Kelas A : bagian terendah molar ketiga setinggi bidang oklusal molar kedua.
Kelas B : bagian terendah molar ketiga di atas bidang oklusal gigi molar kedua tapi masih di
bawah garis servikal molar kedua.
Kelas C : bagian terendah molar ketiga lebih tinggi dari garis servikal molar kedua.
2. Klasifikasi kedua untuk rahang atas ini sama dengan apa yang dibuat George Winter.
3. Berdasarkan hubungan gigi molar ketiga dengan sinus maksilaris.
Sinus approximation (SA) : bila tidak dibatasi tulang, atau ada lapisan tulang yang tipis di
antara gigi impaksi dengan sinus maksilaris.
Non Sinus approximation (NSA) : bila terdapat ketebalan tulang yang lebih dari 2 mm antara
gigi molar ketiga dengan sinus maksilaris

Kesimpulan
Pemeriksaan penunjang untuk gigi impaksi dapat dilakukan menggunakan radiograf panoramik.
Keputusan untuk mengekstraksi umumnya dipertimbangkan ketika gigi kaninus rahang atas yang
terkena impaksi berada dalam posisi yang tidak menguntungkan, yang dapat menyebabkan
komplikasi. Karena pentingnya gigi taring rahang atas terhadap estetika dan fungsi, keputusan
tersebut dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat serius.

LEMBAR PENGESAHAN
Kasus Kompleks Impaksi
Disusun

Yogi Pradipta
21101900100

Semarang, februari 2022

Penyususn Pembimbing

(Yogi Pradipta) ( drg. Febia Astiawati S, M.Hkes)

Daftar Pustaka
1. Rachmawati, dkk. 2020. Klasifikasi impaksi caninus rahang atas pada pemeriksaan
radiograf panoramik dan CBCT sebagai penunjang odontomy. Volume 4, Nomor 2: 35-
42
2. Nisha Garg. 2014. Textbook of Endodontics 4th Edition. Jaypee Medical Pub. Page 45-
46.
3. Talabony, M.R. 2016. Clinical And Radiographic Evaluation Of Pulpal And Periradicular
Tissue. Int journal of pharmaceutical sciences. Page 1-4

Anda mungkin juga menyukai