Sejarah Radiografi
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15784/6.%20BAB%2
0II.pdf?sequence=6&isAllowed=y
b. Definisi
c. Sinar radiografi
d. Jenis-jenis Radiografi
PERIAPICAL
Tujuan radiografi periapikal adalah untuk merekam seluruh gigi dan tulang
pendukung, dan digunakan untuk mengevaluasi karies dan kehilangan tulang
periodontal, serta membantu dalam diagnosis dan perawatan.
Setiap foto radiograf periapikal biasanya menunjukkan dua hingga empat gigi
dan didukung informasi yang rinci tentang gigi dan jaringan yang mengelilingi
tulang alveolar
Indikasi utama radiografi periapikal adalah :
a) Untuk mendeteksi infeksi/ inflamasi bagian apikal.
b) Penilaian terhadap kondisi periodontal.
c) Setelah adanya truma pada gigi dan berhubungan dengan tulang alveolar.
d) Penilaian kehadiran dan posisi dari gigi yang belum erupsi.
e) Penilaian mofrologi akar sebelum pencabutan/ekstraksi.
f) Penilaian sebelum dan setelah operasi apikal.
g) Evaluasi mendetail dari kista apikal dan lesi lainnya dalam tulang alveolar.
h) Evaluasi setelah operasi implan
Dua teknik yang digunakan untuk radiografi periapikal antara lain: teknik
paralel dan teknik bisekting.
1) Paralel
Teknik ini, yang sering disebut dengan teknik “Short-cone periapical” adalah
yang paling sering digunakan di praktik kedokteran gigi rutin dengan small low-
output dental x-ray (Mason, 1988). Film intraoralnya diletakkan dekat dengan
gigi dan X-Ray beamnya dapat diarahkan pada sudut yang tepat untuk film dan
obyeknya, biasanya dipegang oleh pasien sendiri (Mitchell, dkk, 2014).
Teknik bisekting menggunakan aturan isometri yaitu dua segitiga adalah sama
jika mereka memiliki dua sudut yang sama dan memliki satu sisi yang sama
(Iannucci & Howerton, 2012). Posisi film diletakkan pada sisi lingual/palatal
dan sedekat mungkin dengan gigi, sehingga membentuk sudut dengan aksis
panjang gigi. Konus yang dipakai adalah konus pendek. (Iannucci & Howerton,
2012)
Teknik pengambilan gambarnya antara lain yaitu:
Sudut Angulasi Tabung Sinar X terdiri dari angulasi horizontal dan vertikal.
Pusat sinar angulasi horizontal diarahkan tegak lurus lengkung gigi melalui area
kontak gigi, sehingga menghasilkan gambaran kontak area yang terbuka. Sudut
angulasi yang salah akan menghasilkan gambar tumpang tindih (Iannucci &
Howerton, 2012).
Pusat sinar pada angulasi vertikal diarahkan vertikal atau atasbawah, dan diukur
dalam derajat yang terlihat pada sisi samping tubehead, ditentukan oleh garis
imajiner (sinar utama diarahkan tegak lurus dengan garis imajiner).
Cara meletakkan filmnya untuk gigi depan (insisivus dan kaninus) panjang film
diletakkan vertikal, sedangkan untuk gigi belakang (premolar dan molar) secara
horizontal dengan gigi yang dituju berada di tengah film dengan jarak oklusal
pinggir 3mm (Margono, 1998).
Keuntungan :
a) Memberikan detail yang bagus (Poyton, 1982).
b) Memposisikan film relatif simpel dan cepat, serta nyaman untuk pasien, pada
seluruh area mulut.
•Dasar Teknik Bite WingDasar teknik ini adalah teknik kesejajaran yang sedikit
di modifikasi, dengan sudut antara bidang vertikal dengan konus sebesar 0-10
Pembagian Teknik Foto Bitewing
A. Molars (Posterior Teeth)
Untuk radiografi gigi posterior,sesuaikan kepalanya sehingga permukaan
oklusal dari gigirahang atas terletak pada bidang horizontal. Tempatkan paket
film di mulut sehingga padaradiograf akan terlihat gigi yang diinginkan. Bagian
bawah dari film ini terletak antara lidah dan rahang bawah mandibula, bagian
atas akan menghadap atap mulut. Pastikan pasien perlahan menggigit tab film.
Sesuaikan tabung ke angulation rata-rata +8 º. Mengarahkan sinar
pusatsehingga langsung melalui ruang interproksimal ke pusat film pada tingkat
bidang oklusal (lihatgambar 4-29).Ikuti instruksi yang ada di tempat
pelaksanaan serta waktu pemaparannya.
Central Area
Tempatkan paket film di mulut dengan pusat film sesuai dengan bidang median.
Bagian bawahharus ditempatkan antara lidah dan punggungan mandibula.
Bagian atas kemudian ditempatkan menghadap atap mulut. Kemudian pastikan
pasien menggigit erat paket film. Sesuaikan tabungke angulation dari +8 º.
Mengarahkan sinar pusat melalui ruang interproksimal antara gigi seri pusat di
bagian insisal. Ikuti instruksi yang ada di tempat pelaksanaan serta
waktu pemaparannya.
Film yang sudah diberikan tabs atau loops dimasukkan kedalam mulut
penderita. Film dipegang operator dengan jari telunjuk yang di letakkan pada
tabs, sehingga tabs menyentuh permukaan oklusal dari gigi. Penderita diminta
menutup mulutnya perlahan lahan, operator melepaskan jari telunjuk dan
penderita diminta menggigit gigi-gigi atas dan bawah
sehingga berkontak.Ukuran dari film menentukan hasil dari radiogramnya.
Yang terpenting adalah mendapatkan hasil sampai pada bagian proksimalnya
tanpa terlihat gambaran rahang.Pada pembuatan teknik bite wing di pakai alat
bite tabs dan bite loops
OKLUSAL
Radiografi oklusal merupakan teknik radiografi intraoral menggunakan dental
X-ray dimana film/kaset intraoral kecil diletakan pada bidang oklusal.
Untuk membatasi daerah luar pada rahang dan batu pada duktus sublingual
dan kelenjar submandibula
pasien duduk dengan kepala bersandar dan bidang oklusal parallel dan
horizontal terhadap lantai
Pasien duduk dengan kepala bersandar dan bidang oklusal parallel dan
sejajar terhadap lantai
Dimasukan ke dalam mulut diatas bidang oklusal gigi bawah dan pasien
diminta untuk mengigit
2. Lower 45 o Occlusal
3. Periode gigi campuran yang memerlukan evaluasi gigi susu dan pertumbuhan
gigi permanen secara keseluruhan.
Foto radiografik ekstra oral dapat memperlihatkan lesi yang luas, dapat
dilakukan pada pasien yang sulit, misalnya pasien dengan keterbatasan
membuka mulut atau pasien operasi. Keuntungan lain adalah dapat
memperlihatkan hubungan struktur anatomis dibandingkan dengan foto dental
seluruh gigi yang memerlukan 14 film (Karjodkar, 2006).
Kekurangan
Foto radiografik ekstra oral adalah gambaran kurang jelas dan detail, proses
pemotretan memerlukan waktu yang lama, lebih sulit, mahal, dan radiasi yang
diterima pasien lebih besar dibandingkan satu foto dental (Intra Oral seperti
periapikal) . Selain itu, pemotretan tidak dilakukan di tempat praktek pribadi
atau Puskesmas, tetapi harus dirujuk ke Rumah Sakit atau laboratorium swasta
(Karjodkar, 2006 dan Anonim, 2009).
PANORAMIC
Radiografi ini akan memperlihatkan daerah mandibula dan maksila yang lebih
luas dalam satu film yang bertujuan untuk melihat perluasan suatu lesi atau
tumor, fraktur rahang dan fase gigi bercampur. Foto panoramik dikenal juga
dengan panorex atau orthopantomogram dan menjadi sangat popular di
kedokteran gigi karena teknik yang simple, gambaran mencakup seluruh gigi
dan rahang dengan dosis radiasi yang rendah[3].
Indikasi Klinis
Indikasi pasien yang membutuhkan radiografi ekstra oral dengan teknik
proyeksi panoramik antara lain:
1. Lesi pada rahang/ gigi yang belum erupsi yang tidak terlihat dengan foto intra
oral
2. Pasien dengan refleks muntah tinggi
3. Tumbuh kembang gigi keseluruhan
4. Adanya fraktur mandibula
5. Adanya kerusakan TMJ
6. Preodontektomi dan implant
10. Evaluasi ukuran vertikal (tinggi) tulang alveolar sebelum pemasaran gigi
tiruan implant.
Teknik Pemotretan
Teknik dan posisi yang tepat adalah bervariasi pada satu alat dengan alat
lainnya. Akan tetapi, ada beberapa pedoman umum yang sama yang dimiliki
semua alat dan dapat dirangkum meliputi (Bontrager, 2001):
Persiapan Alat
1. Persiapan kaset yang telah diisi film atau sensor digital yang telah
dimasukkan ke dalam tempatnya.
2. Collimation harus diatur sesuai ukuran yang diinginkan.
3. Besarnya tembakan sinar antara 70-100 kV dan 4-12 mA.
4. Alat dihidupkan untuk melihat apakah alat dapat bekerja, naik atau turunkan
tempat kepala dan sesuaikan dengan posisi kepala pasien.
5. Sebelum memposisikan pasien, sebaiknya persiapan alat telah dilakukan.
Persiapan Pasien
4. Pasien harus diposisikan dalam unit dengan tegak dan diperintahkan untuk
memegang handel agar tetap seimbang.
8. Radiografer memberi penjelasan pada pasien untuk bernafas normal dan tidak
bernafas terlalu dalam saat penyinaran.
Persiapan Operator
1. Operator memakai pakaian pelindung.
2. Operator berdiri di belakang dengan mengambil jarak menjauh dari sumber
sinar-x pada waktu penyinaran.
3. Lihat dan perhatikan pasien selama waktu penyinaran untuk memastikan
tidak ada pergerakan.
4. Matikan alat setelah selesai digunakan dan kembalikan letak posisi kepala
pada tempatnya.
5. Ambil kaset pada tempatnya dan kaset siap untuk diproses.
Cara Pemotretan
1. Sumbu sinar-x langsung di dalam mulut penderita, film ditempatkan di luar
mulut, sekeliling rahang yang akan diperiksa.
2. Sumber sinar-x dan film berputar mengelilingi rahang pasien yang akan
diperiksa.
3. Pasien berputar di antara film dan sumber sinar-x yang diam.
Mempunyai suatu pusat putaran. Pasien duduk di kursi yang dapat berputar di
antara film dan sumber sinar-x yang diam.
4. Elipsopantomograph
Pesawat sinar-x mutakhir. Pesawat ini mempunyai 4 pusat putaran, yang dapat
menyesuaikan lintasannya dengan bentuk rahang penderita, dengan 3 sumbu
perputaran sumber sinar-x nya. Film holder berputar di lintasannya.
5. Orthopantomography
Macam pusat perputaran alat yaitu :
Oleh karena itu, bila merujuk penderita untuk foto panoramik, regio yang
diperiksa harus ditulis dengan jelas dan spesifik. Hal ini disebabkan bentuk
rahang tidak selalu parabola, tetapi berbagai bentuk seperti segitiga atau segi
empat (Bontrager, 2001).
Keuntungan dan Kerugian Foto Panoramik
a. Keuntungan Foto Panoramic (Bontrager, 2001):
4. Pergerakan sesaat dalam arah vertikal hanya merusak gambar pada bagian
tertentu saja, tidak semua gambaran mengalami distorsi.
5. Pengaturan posisi pasien dan pengaturan pesawat relatif mudah.
8. Sangat berguna untuk evaluasi awal keadaan jaringan periodontal serta kasus
ortodonsi.
9. Bagian dasar dan dinding anterior serta posterior sinus terlihat dengan baik.
10. Mudah memperbandingkan kedua kepala kondilus TMJ.
LATERAL
Teknik lateral merupakan radiograf cephalometrik yang menggambarkan
struktur kepala dari sisi lateral yang berguna di bidang orthodontik. Dari
radiograf proyeksi ini dibuat diagram berdasarkan titik anatomi tertentu, dan
disebut sebagai cephalometric tracing. Teknik ini bermanfaat untuk melihat
keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis
tulang tengkorak dan muka untuk evaluasi kondisi dari tulang dan posisi
impaksi gigi/ lesi yang besar radiografi kepala, struktur anatomis sinus
paranasal, radiografi maksila dan mandibula.
Gambar: (a) proyeksi lateral. (b) Posisi kepala untuk pandangan lateral dari
tulang fasial[3].
CEPHALOMETRI
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat
trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini juga dapat
digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan
palatum keras[3].
Radiograf sefalometri terbagi menjadi dua, yaitu (Bhalajhi, 2003) :
1. Lateral Cephalometric Projection: memperlihatkan tampilan lateral dari
tengkorak. Cara ini menunjukan semua tulang yang terletak disamping, dan
sinar X melewati sisi lateral.
1. Pasien sebaiknya dalam posisi tegak atau duduk dengan kepala difiksasi pada
sefalostat. Sisi kiri atau kanan menempel pada kaset yang diletakkan tegak lurus
lantai.
2. MSP pasien sejajar kaset, jarak MSP ke film kira-kira 18 cm.
3. Kedua lubang telinga, tulang hidung, dan dahi difiksasi.
4. Pasien menggigit dalam keadaan sentrik oklusi (maximum intercuspation),
5. Jarak tube ke film (TFD) untuk pesawat merk Asahi 1,52 meter.
6. Kondisi sinar X, 100 kVp, 10 mA, dan 2 secon.
7. Ukuran film 24 x 30 cm, menggunakan grid / lisholm.
8. Arah sinar X pusat tegak lurus dengan titik pusat sinar X pada MAE.
(Bhalajhi, 2003).
Kegunaan Foto Cephalometri
WATER’S
Waters Projection dikenal juga Sinus Projection. Teknik ini merupakan variasi
dari gambaran posteroanterior untuk melihat keadaan sinus maksilaris. Fokus
dari cara ini untuk mengevaluasi sinus maksilaris, frontalis, dan etmiodalis.
Film ditempatkan di depan pasien dan tegak lurus dengan midsagital plane.
Agar sinus lebih terlihat maka kepala pasien dinaikkan sampai the canthomeatal
line membentuk sudut 37o terhadap cassete (S. C. White, 2000).
REVERSE-TOWNE
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan kondilus pada pasien
yang mengalami dislokasi dan melihat dinding posterolateral pada
maksila. Pada teknik ini pasien menghadap film dengan ujung dahi dan ujung
hidung menyentuh dahi atau biasa disebut forehead-nose position. Tubehead
diarahkan ke atas dari bawah occipital dengan membentuk sudut 30° terhadap
horizontal dan sinar melewati condyle (SR Bukide, 2013).
SUBMENTOVERTEX
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan dasar tengkorak, posisi
mandibula, dinding lateral sinus maksila dan archus zygomatic.
Rita A, Mason.Radiografi Kedokteran Gigi, Ed. 3, Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta: EGC,2014 (http://dewitodingan22.blogspot.co.id/)
https://www.scribd.com/doc/241946688/2003-RADIOLOGI-pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15784/6.%20BAB%2
0II.pdf?sequence=6&isAllowed=y
https://kupdf.com/download/teknik-radiografi-dental_5a8cfa84e2b6f5af6f5a5108_pdf
https://dokumen.tips/documents/teknik-radiografi-intraoral-paralel-dan-biseksipdf.html
Kegunaan
Tujuan
untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui kelainan anatomis tubuh, dapat
mempertanggungjawabkan dalam memberikan perawatan selanjutnya
membantu menegakkan diagnosa
https://www.scribd.com/doc/97759610/Tujuan-Foto-Rontgen
Kegagalan
1. Keberadaan bagian apeks gigi atau area yang dimaksudkan untuk didiagnosis
tidak terlihat dalam gambar maupun tulang periapikal yang muncul hanya
sepanjang kurang dari 3mm.
2. Gambar yang kabur dari apeks gigi ataupun area yang dimaksudkan untuk di
diagnosis.
3. Adaanya cone cut dinilai sebagai kesalahan dimana cone memotong sebuah
bagian dari gigi geligi.
4. Angulasi vertikal dari X-ray beam yang salah menyebabkan gambar yang
memanjang atau memendek. Secara subyektif dikategorikan sebagai “ringan”
dan “berat”, tidak dapat digunakan dalam klinis apabila masuk kategori “berat”.
5. Angulasi horizontal dari X-ray beam yang salah menyebabkan gambar gigi
tumpang tindih (apabila dilihat dari mahkota maupun akar gigi). Film tidak
dapat diterima ketika tumpang tindih mencapai setengah dimensi horizontal dari
akar maupun mahkota.
9. Posisi film, yang ideal adalah ketika gigi yang dimaksud berada di
tengah/pusat. Penyimpangan dari posisi yang ideal dinilai sebuah kegagalan,
karena posisi yang buruk membuat hilangnya sebagian besar daerah yang
dimaksudkan untuk didiagnosis.
10. Kesalahan akibat hal yang lain seperti gerakan dari pasien maupun alat
radiografinya, film yang terbalik, dan adanya benda asing.