Kelompok 1 (Pagi):
1. Achmad Ainul Yaqin (20190720020)
2. Adi Pudjianto Nathanto Utomo (20190720021)
3. Adrikina Syahrotaubiya (20190720022)
4. Almira Salsabella (20190720023)
5. Alriama Wiraningtias Juwono (20190720024)
6. Dessy Ayu Permatasari (20190720046)
Interpretasi pada radiologi merupakan suatu proses mencari atau menemukan semua
informasi yang terdapat pada gambar radiografi yang berwarna hitam (radiolusen), putih
(radiopak) dan abu-abu (radiointermediet).
Saat interpretasi suatu foto radiografi harus mengetahui teknik apa yang digunakan,
seperti: panoramik, oklusal, dll. Apabila terdapat kesalahan seperti foto radiografi terlalu
radiopak atau terlalu radiolusen, harus mengetahui apa penyebabnya.
Foto radiografi yang terlalu radiopak dapat dikarenakan
- Time of exposure terlalu cepat
- Developing terlalu cepat atau kurang lama
- Developer terlalu encer.
Foto radiografi yang terlalu radiolusen dapat dikarenakan:
- Konsentrasi developer terlalu tinggi
- Developing terlalu lama
- Suhu developer terlalu tinggi
Dalam interpretasi, terdapat istilah general view dan specific view. General view meliputi:
1. Zona 1: Gigi Geligi
Memeriksa keadaan gigi geligi secara urut tiap kelainannya dari regio posterior
kanan rahang atas (18,… dst)-regio kiri atas (21,… dst)-regio kiri bawah (38,… dst)-
regio kanan bawah (41,… dst). Satu kelainan selesai baru kelainan lainnya. Kelainan
yang dimaksud antara lain:
- Missing teeth / agenesis
- Persistensi
- Impaksi /agenesi
- Kondisi mahkota dan akar (ada karies, ada tumpatan, dll)
- Kondisi Alveolar dan furkasi
- Kondisi periapial.
2. Zona 2: Maksila
Keadaan yang diperiksa pada zona ini antara lain apakah terdapat kelainan yang
tampak pada maksila di daerah setelah foramen apikal gigi geligi, sinus, dan nasal. Bisa
juga tanpa adanya kelainan. Pada sinus, harus diperhatikan apakah normal, terjadi
sinusitis, atau adanya mukositis (penebalan dinding sinus).
3. Zona 3: Mandibula
Memperhatikan ramus mandibula baik dekstra maupun sinistra harus simetri.
Korteks mandibula harus kontinyu dari dekstra ke sinistra. Selain itu, angulus
mandibulanya juga harus simetri.
4. Zona 4: TMJ
Memperhatikan tinggi kondilus harus simetri. Apabila asimetri, berarti dapat
terjadi akibat kesalahan foto dan karena patologis. Kesalahan foto pada kasus ini
diakibatkan posisi kepala pasien miring. Kunci membedakannya adalah pada angulus
mandibula. Pada saat oklusi, kondilus normalnya berada pada fossa glenoid.
Spesific view digunakan pada suatu lesi yang ditemukan. Lesi tersebut harus
dideskripsikan meliputi:
1. Tempat atau posisi anatomi
2. Ukuran
3. Bentuk
4. Outline/pinggiran atau perifer
5. Radiodensitas struktur internal
6. Efek dari sekeliling struktur yang berbatasan
7. Waktu terjadinya, apabila mengetahui (untuk menentukan apakah tumor jinak atau
suatu keganasan).
Interpretasi:
Elemen gigi harus disebutkan (Contoh: Gigi 46).
1. Mahkota
Menyebutkan kondisi mahkota apakah ada kelainan berupa radiolusen atau
radiopak beserta arah pergerakannya dari mana hingga ke mana.
Contoh:
- Mahkota: Radiopak enamel dari mesiooklusal sampai dengan ruang pulpa.
- Mahkota: Enamel bagian distal terdapat gambaran radiolusen dari enamel hingga
dentin.
2. Akar
Menyebutkan jumlah akar, jumlah saluran akar (apabila ada radiopak sebutkan),
dan bentuk akar.
Contoh:
- Akar: Jumlah 2, saluran akar 2, terdapat gambaran radiopak sepanjang akar mesial,
akar mesial laserasi ke distal pada 1/3 apikal dan akar distal laserasi ke mesial pada
1/3 apikal.
4. Lamina dura
Menyebutkan keadaan lamina dura dapat berupa normal, menebal, terputus, atau
menghilang (oleh karena resorpsi puncak tulang alveolar atau terdapat lesi di periapikal).
Contoh:
- Lamina dura: t.a.k.
- Lamina dura: Menebal pada 1/3 akar dari apikal pada akar mesial sisi mesial.
5. Furkasi
Menyebutkan keadaan furkasi dapat berupa normal atau ada kelainan. Pada gigi berakar
tunggal diisi “tidak ada furkasi”. Pada gigi berakar ganda apabila normal diisi “t.a.k.” dan
apabila ada kelainan berupa gambaran radiolusen dapat diisi “terdapat gambaran
radiolusen diffuse”, “terdapat gambaran radiolusen berupa pelebaran space periodontal
membrane”.