Anda di halaman 1dari 4

Nama : Qushayvi Harieanda Agung

NIM : 20/469851/KG/12215
Pembimbing : drg. Silviana Farrah Diba, Sp. RKG

UNIVERSITAS GADJAH MADA


RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UGM PROF. SOEDOMO
INSTALASI RADIOLOGI DENTOMAKSILOFASIAL
Jl. Denta Sekip Utara No. 1 Yogyakarta 55281 Telp : 0274-555312
email: rsgm@ugm.ac.id

LEMBAR INTERPRETASI RADIOGRAF


Kepada Yth. : TS.
No. Rekam Medis :- Tanggal :-
Nama Pasien :- Umur : 29 Tahun
Alamat :- Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa Klinis : Periapikal Abses

Jenis Radiograf : Intraoral


Intraoral : Periapikal
Elemen Gigi : 41

Subjektif :
CC : Pasien mengeluhkan gigi depan bawah, memanjang dan goyah.
PI : Pasien menyatakan gigi memanjang telah lebih dari 1 tahun yang lalu dan semenjak itu perlahan
semakin goyah. Pasien tidak dapat mengingat adanya kejadian trauma sebelumnya, namun pasien
menyatakan telah menggunakan tindik lidah besar dari 11 tahun yang lalu. Pasien menyatakan
bahwa tindik lidah pasien akan mengenai gigi bawah depan saat menggerakkan lidah atau
menyikat gigi.

Objektif :
IO : Penggunaan tindik besar pada lidah. Gigi 41 goyah derajat 2, terdapat resesi 5 mm pada area labial,
dan 6 mm pada area lingual. Area mukosa bukal dan lingual gigi 41 tampak sedikit meradang.
Perkusi : (+), CE : (+) lamban/lemah, palpasi: (+).
EO : Tidak dijelaskan pada jurnal.
Assessment :
Abses Periapikal gigi 41.

Ringkasan Perawatan :
Pasien diberi edukasi dan motivasi untuk melepas tindik lidah pasien. Selanjutnya, dilakukan perawatan
Endodontik pada gigi 41 dan diminta Kembali untuk control setelah 3 bulan.

Kualitas Radiograf :
Kontras : dapat dibedakan area radiopak dan radiolusen dengan baik.
Geometri : kurang, terdapat adanya gambaran superimposed akibat kesalahan angulasi horizontal.
Ketajaman : dapat dibedakan antara radiopak 1 dengan yang lainnya.
Penempatan film : kurang, terdapat gambaran benda asing berupa penjepit film, penetrasi tepat pada objek
yang dituju, tetapi objek tidak berada ditengah film karena film terletak lebih ke distal.
Skor QA : dapat di interpretasikan dengan skor 2 (diagnostically acceptable).

Interpretasi
Elemen Gigi 41
Mahkota Dalam batas normal
Akar Terdapat 1 akar lurus, dalam batas normal
Ligamen
Hilangnya ligamen periodontal pada 1/2 apikal akar.
Periodontal
Laminadura Hilangnya lamina dura pada 1/2 apikal akar
Puncak tulang Penurunan puncak tulang alveolar secara horizontal sebesar 5 mm pada sisi mesial
alveolar dan distal
Furkasi Tidak terdapat furkasi
Tampak area radiolusen berbatas jelas, pada 1/2 apikal gigi 41 yang meluas ke tepi
Periapikal lateral akar gigi 31 dan 42, , berbentuk bulat, ukuran lesi + 5 mm, mengakibatkan
hilangnya lamina dura dan ligamen periodontal pada 1/2 apikal akar.
Tampak kelainan pada ligamen periodontal, puncak tulang alveolar, lamina dura,
Kesan
dan periapikal.

Suspek Radiodiagnosis : Abses Periodontal disertai Periodontitis Kronis gigi 41

Terimakasih atas kepercayaan teman sejawat.


Salam,

Referensi : Oztel, M. dan Birch, P.G. (2016) Periapical Abscess of A Lower Central Incisor Associated with
A Tongue Piercing: A case Report. Dent. Oral Craniofac Research. 2(2): 228-9.
Tugas Radiology

1. Cara menentukan regio radiograf periapikal dan mounting radiograf.


Saat menentukan regio dari radiograf periapikal, setiap film diorientasikan dengan sisi cembung dari
dot ke arah operator. Selanjutnya ditentukan berdasar dari ciri gigi dan daerah anatomis pada tulang
yang berdekatan.
Film radiograf disusun dalam hubungan sekuensial normalnya di mounting cardboard. Metode yang
umum digunakan untuk memposisikan film periapikal di mounting cardboard adalah dengan
mengaturnya sehingga gambar gigi berada dalam posisi anatomis dan memiliki hubungan yang sama
dengan operator, seperti saat operator menghadap pasien. Radiografi gigi di kuadran kanan harus
ditempatkan di sisi kiri mount, dan radiografi gigi kuadran kiri harus ditempatkan di sisi kanan.

2. Jarak normal antara Cemento Enamel Junction dan tulang Alveolar


Ketinggian puncak tulang alveolar normal yaitu 0,5 – 2 mm di bawah Cemento Enamel Junction.
Jarak tersebut diukur dari Cemento Enamel Junction ke puncak tulang alveolar. Pada regio anterior
puncak tulang alveolar memiliki margin tipis, rata, ujung meruncing, dan memiliki korteks dengan
batas jelas. Pada regio posterior puncak tulang alveolar sejajar dengan garis yang menghubungkan
Cemento Enamel Junction. Junction yang berada di samping akar gigi, antara puncak tulang alveolar
dan lamina dura membentuk sudut tajam.

3. Prinsip interpretasi lesi pada radiograf periapikal (LOPISSS)


o Location
Lokasi anatomi dan batas kelainan harus dijelaskan. Informasi ini membantu dalam mulai memilih
berbagai kategori penyakit.
o Periphery
Cara untuk menentukan suatu batas lesi yaitu jika pensil imajiner dapat digunakan untuk
menggambar dengan yakin batas lesi, maka batas tersebut sudah dapat dinyatakan jelas.
o Internal Structure
Penampakan internal lesi dapat diklasifikasikan menjadi salah satu dari tiga kategori dasar yaitu
radiolusen total, radiopak total, atau campuran radiolusen dan radiopak.
o Size
Terdapat sedikit batasan ukuran untuk lesi tertentu, tetapi ukurannya dapat membantu dalam
diagnosis banding.
o Shape
Lesi mungkin memiliki bentuk tertentu, atau mungkin juga tidak teratur.
o Surrounding Effect
Mengevaluasi efek lesi pada struktur sekitarnya memungkinkan pengamat untuk menyimpulkan
suatu kondisi. Selanjutnya, kondisi tersebut dapat membantu dalam mengidentifikasi penyakit.
4. Perbedaan Folikel gigi dan Immature Foramen Apikal dengan Lesi Periapikal
Folikel gigi secara radiografik ditandai oleh area radiolusen yang mengelilingi mahkota gigi yang
belum erupsi, yang berfungsi penting dalam perkembangan dan erupsi gigi. Folikel dengan area
radiolusen lebih besar dari 2,5 mm harus dievaluasi untuk menyingkirkan kemungkinan kista atau
tumor.
Akar yang sedang berkembang ditandai dengan bentuk apeks divergen, di kelilingi oleh dental papilla
dan ditutup oleh bony crypt. Pada tahap akhir perkembangan akar gigi, saluran pulpa diverges, dan
dinding akar dengan cepat meruncing membentuk seperti ujung pisau. Saat gigi telah selesai
berkembang, dinding pulpa di daerah apikal mulai menyempit dan akhirnya mencapai
aposisi yang rapat.

Referensi :
Gomes, V.R., Melo, M.C.S., Carnei H.C., Filho, J.E.T.P, Neto, M.A.T (2019) Hyperplastic Dental Follicle:
Case Report. J. Bras Patol Med Lab. 55(3): 315-20.
Whaites, E. dan Drage, N. (2013) Essentials of Dental Radiography and Radiology. 5 th ed.
St. Louis: Elsevier. pp. 253, 282-8.
White, S. C. dan Pharoah, M. J. (2014) Oral Radiology Principles and Interpretation. 7 th ed. St.Louis:
Elsevier. pp. 64-82, 131-3, 273-9, 301-8.

Anda mungkin juga menyukai