Anda di halaman 1dari 13

Radiografi Klinik

A. Pembuatan Radiografik Periapikal

1. Ukuran film Dental

- Film No.0 = 22 x 35mm – Anak2


- Film No.1 = 24 x 40 mm – Gigi Anterior
- Film No.2 = 31 x 41mm – Dewasa
- Film No.3 = 27 x 54mm – Bitewing
- Film No.4 = 76 x 57mm – Oklusal
- Film Panoramik – 15 x 30 cm
- Film Ekstra Oral S – 18 x 24 cm – Eisler, Water’s
- Film Ekstra Oral M – 24 x 30 cm – AP, Lat, Towne’s
à Pemakaian film sesuai ukuran obyek

Titik penanda film  bagian yang ada tanda, disitu letak mahkota

Untuk rahang atas Untuk rahang bawah

2. Indikasi rontgen periapikal:

- Evaluasi karies
- Infeksi pada daerah apikal
- Kelainan periodontal
- Trauma pada gigi dan tlg alveolar
- Kelainan posisi gigi yang belum tumbuh
- Morfologi akar gigi
- Perawatan endodontik
- Pre dan post operative bedah apikal
- Evaluasi detail pada kelainan periapikal dan tlg alveolar
- Evaluasi pre dan postoperative dental implant
TEKNIK PADA RONTGEN PERIAPIKAL
PARALEL
Menggunakan paralleling film
holder
(+)
 Lebih akurat secara
geometris
 Jaringan periodontal dan
periapikal lebih jelas dan
akurat
 Beam aiming divice
mencegah cone cutting
 Penempatan didalam mulut
tidak tergantung posisi
kepala pasien
(–)
 Penempatan film holder
sangat tidak nyaman
terutama pada gigi posterior
 Keadaan anatomi rongga
mulut terkadang teknik
tidak dapat digunakan
 Penempatan film holder
sulit bagi operator yang
belum berpengalaman
 Sangat sulit penempatan
untuk molar 3

BISECTING
(+)
 Penempatan film nyaman
diseluruh area rongga mulut
 Penentuan posisi relatif
mudah dan sederhana
 Jika sudut yang digunakan
tepat, akan didapatkan
gambaran dengan ukuran
gigi yang sebenarnya
(–)
 Terlalu banyak variabel,
hasil distorsi
 Penentuan sudut yang tidak
tepat menyebabkan elongasi
dan foreshortening
 Penentuan sudut berbeda
setiap pasien, tergantung
inklinasi dan angulasi gigi
 Cone cutting , overlapping
sering terjadi
 Processus zygomaticus dan
akar molar sering
superimposisi

3. Cara melakukan prosesing film manual


1) Developer
- Menyuntikkan developing agent ke dalam film kemudian dipijat-pijat 20 detik
2) Rinse/Stop Bath
- Untuk menghilangkan sisa developer dengan air mengalir atau asam asetat 3%
3) Fixer
- melarutkan AgBr yang tidak terkena sinar dengan bahan: clearing agent, acidifier, preservative &
hardener
4) Washing dengan air mengalir
5) Drying

B. Interpretasi dan Radiodiagnosis

1. Prinsip interpretasi radiologi periapikal


- Melihat hasil RO adalah seperti melihat dari bukal / labial. Arah akar harus sesuai dengan posisi
giginya. Bila gigi RA maka arah akar keatas, bila RB, arah akar ke bawah
- KERUSAKAN YANG SEBENARNYA LEBIH BESAR DARI GAMBARAN RO. Bila tulang
kortikal belum banyak terlibat, gambaran Ro tidak ada. Baru bisa terdeteksi bila kerusakan jar.
Keras 30%-60%
- Pada akar yang seakan-akan “masuk” pada sinus maksilaris atau canalis mandibularis, apabila
masih dikelilingi oleh lamina dura menunjukkan bahwa akar tersebut masih di dalam tulang /
Masih dikelilingi oleh tulang
 Interpretasi impaksi
1) Menurut PELL & GEORGY (1969):
Berdasarkan hubungan molar ketiga bawah dengan ramus dan molar kedua bawah

- Klas I : cukup ruang antara bagian distal dari molar dua dengan ramus mandibula untuk erupsi
molar tiga (ruang distal molar dua ke ramus = mesio distal atau lebih besar dari molar tiga)
- Klas II : ruang antara bagian distal molar dua dengan ramus lebih kecil dari ukuran mesio
distal molar tiga
- Klas III : Hampir seluruh molar tiga berada dalam ramus

Berdasarkan kedalaman relatif dari gigi molar ketiga bawah dalam tulang terhadap molar kedua
bawah.
- Posisi A : bagian tertinggi molar ketiga setinggi atau lebih tinggi dari molar kedua.
- Posisi B : bagian tertinggi gigi impaksi diantara bidang oklusal dan servikal molar kedua.
- Posisi C : bagian tertinggi gigi impaksi ada di bawah garis servikal.

2) Berdasarkan letak antara gigi impacted molar tiga atas dengan sinus
- Sinus Approximation : (S.A)
Tidak adanya tulang atau adanya dinding pemisah tulang yang
sangat tipis antara gigi impacted molar tiga atas dengan sinus
maxilaris
- No Sinus Approximation : (N.S.A)
Ada 2mm atau lebih jarak antara gigi impacted molar tiga atas
dengan sinus maxillaris
Intraoral Periapikal  untuk melihat gigi secara utuh dari mahkota sampai akar, serta
jaringan sekitarnya

Bitewing/Interproksimal (bisa vertical/horizontal) untuk melihat mahkota


gigi, daerah interproksimal dan puncak tulang alveolar maksila & mandibula.

(+) Dapat digunakan untuk mendeteksi karies gigi lebih dini, tulang alveolar
mudah dinilai, refleks muntah berkurang

(-) susah digunakan pada pasien yang susah menutup mulut, ujung akar tidak
terlihat

Oklusal 

Indikasi:

Mengetahui lokasi akar, gigi supernumerary, benih gigi dan gigi impaksi
terutama gigi kaninus dan molar 3

Mengetahui lokasi benda asing pada rahang dan batu liur pada ductus
sublingual dan submandibular

Mengetahui lokasi, perluasan dan pergeseran fraktur maksila dan mandibula

Melihat pembesaran kearah medial dan lateral dari suatu kelainan


Ekstraoral Eissler untuk melihat tulang rahang (maksila/mandibula) dan sinus
Mengetahui
paranasal kelainan
(lateral jaw pada
view)dasar mulut dan palatum

Water’s  untuk
Pada pasien yang melihat sinus
tidak dapat paranasal,
membuka maksila
mulut & tlg.pipi
(trismus)

Towne’s  untuk melihat tulang2 pipi (zygotimacus) dan TMJ

Submentivertex jenis
Terdapat beberapa untuk melihat
foto tulang pipi (zygoticus) dan sinus paranasal
oklusal
Cephalography (true PA/Lateral)

Proyeksi Lateral untuk:

Analisa pertumbuhan perkembangan Kraniofasial

Melihat Abnormalitas Kraniofacial

Analisa Profil Wajah

Rencana & Evaluasi operasi

Proyeksi Frontal/PA untuk menilai:

Fraktur

Asimetri Wajah

Sendi Rahang

Struktur Sinus Paranasal & Nasal

Rencana & Evaluasi perawatan Orthodontik

CBCT - 3D

Fungsi :
Implant treatment planning

TMJ diseases

Sinus and Airway diseases

Orthodontic treatment planning

Orthognathic surgical planning


No Nama Rontgen Contoh tampilan
Endodontic treatment
1 Periapikal Periodontal treatment

Oral & maxillofacial pathology

2 Bitewing

3 Oklusal

4 Eissler

5 Water’s
6 Toner’s

7 Submentivertex

8 Cephalography (true
PA/Lateral)

(Proyeksi True PA)

(Proyeksi Lateral)

9 CBCT - 3D
Rontgen Panoramik

INDIKASI: KONTRA INDIKASI


• Evaluasi pertumbuhan dan
perkembangan gigi geligi • Diagnosa dengan ketepatan ukuran
• Evaluasi pola erupsi gigi geligi • Diagnosa lesi2 kecil, karies dini
• Evaluasi gigi M3 (impaksi)
• Deteksi awal kelainan pada edentulous
ridges & TMJ
• Evaluasi trauma craniofacial
• Evaluasi gigi implant
INTERPRETASI RADIOGRAFI
Dikasih 2 ronsen  panoramik dan periapikal, interpretasiin aja apapun yang ada di dalam hasil foto ronsen tersebut

GAMBAR KELAINAN DINI HASIL RONSEN


1. KELAINAN PERAPIKAL
 Adanya pelebaran Periodental Ligament Space (PDLS) sekitar apek gigi
 Pada gigi sulung, PDLS melebar atau adanya radiolusensi pada daerah furkasi
 Pelebaran PDLS normal bila superimpose dengan foramen mandibular atau canalis mandibularis
 Putusnya lamina dura
2. PENYAKIT PERIDONTAL
 Pada region anterior : Penumpulan alveolar crest
 Pada region posterior : Hilangnya sudut tajam antara alveolar crest dan lamina dura
3. LAMINA DURA
 Adanya pemadatan dan penebalan lamina dura sering berhubungan dengan tekanan oklusi yang diterima
gigi tersebut. Bila terjadi kontak berat, lamina dura akan memadat dan melebar.
 Lamina dura terputus berarti terjadi destruksi atau resorpsi pada tulang alveolar. Namun bisa juga
disebabkan sudut pengambilan yang tidak lurus sehingga superimpose dengan trabekulae dan kanalis
nutrisi
4. ALVEOLAR CREST
 Alveolar crest (Puncak tulang alveolar) merupakan gambaran radiopak, terletak 1 s/d 1,5 mm dari
cementoenamel junction yang berhubungan dengan lamina dura dan membentuk sudut yang tajam.
 Tumpulnya sudut tersebut mengindikasikan adanya penyakit periodontal.
5. PERIODONTAL LIGAMENT SPACE
 Merupakan gambaran radiolusen dengan lebar 0,5 mm antara akar gigi dan lamina dura. Terutama terdiri
dari jaringan kolagen. Secara umum space ini menyempit pada pertengahan akar dan sedikit melebar
pada alveolar crest dan apek akar.
 Space yang menyempit itu merupakan titik fulcrum gigi tersebut. Bila terjadi odema dengan timbunan
eksudat pada jaringan ikat ligament periodontal, maka gambaran periodontal ligament space akan
melebar.
6. TULANG CANCELOUS (cancellous bone, Trabeculer bone, Spongiosa bone)
 Terletak antara cortical plate berbentuk seperti anyaman yang radiopak. Bila trabekulae tidak terlihat
(kabur), diperkirakan ada kerusakan pada daerah tersebut
7. CERVICAL BURNOUT
 Suatu gambaran radiolusen yang diffuse pada daerah mesial atau distal gigi antara Cemento Enamel
Juction (CEJ) dan puncak tulang alveolar.
 Merupakan gambaran yang normal oleh karena adanya puncak tulang alveolar serta adanya bentuk akar
yang mencekun dibawah CEJ.
8. FUSION (SYNODONTIA)
 Menyatunya dua gigi. Bisa menyatu sempurna (sehingga gigi kelihatan besar dan tidak normal),
menyatunya mahkota atau menyatunya akar. Sering ditandainya dengan berkurangnya jumlah gigi.
9. GEMINATION
 Kelainan yang jarang terjadi. Berasal dari satu Tooth Bud yang membelah. Penyebab belum diketahui
dengan pasti, diduga factor keturunan. Tampak perubahan bentuk dari jaringan keras gigi dan ruang
pulpa.
 Garis radiopak enamel tampak membatasi celah antar mahkota. Ruang pulpa boasanya satu dan
membesar, kadang – kadang sedikit terpisah.
 Apabila gigi germination dihitung sebagai satu gigi (karena memang berasal dari satu Tootrh Bud, maka
jumlah giginya normal, berbeda pada fusion yang jumlah giginya berkurang (karena fusion 2 gigi
bersatu, sedangkan germination satu gigi ‘bercabang’).
10. DENS IN DENTE (DENS INVAGINATUS)
 Suatu kelainan pembentukan enamel, dimana terjadi suatu rongga dalam gigi yang dilapisi oleh enamel.
Rongga tersebut berhubungan dengan bagian luar lewat suatu lubang kecil pada mahkota. Sering terjadi
pada gigi anterior rahang atas.
 Tampak garis radiopak dari enamel yang melapisi permukaan kavitas.

KLASIFIKASI IMPAKSI
MOLAR 3 BAWAH MOLAR 3 ATAS
Berdasarkan hubungan molar ketiga bawah dengan Berdasarkan letak antara gigi impacted molar tiga atas
ramus dan molar kedua bawah. dengan sinus.
 Klas I : cukup ruang antara bagian distal dari  Sinus Approximation : (S.A)
molar dua dengan ramus mandibula untuk erupsi Tidak adanya tulang atau adanya dinding pemisah
molar tiga (ruang distal molar dua ke ramus = tulang yang sangat tipis antara gigi impacted
mesio distal atau lebih besar dari molar tiga) molar tiga atas dengan sinus maxilaris
 Klas II : ruang antara bagian distal molar dua  No Sinus Approximation : (N.S.A)
dengan ramus lebih kecil dari ukuran mesio distal Ada 2 mm atau lebih jarak antara gigi impacted
molar tiga molar tiga atas dengan sinus maxillaris
 Klas III : Hampir seluruh molar tiga berada dalam
ramus
Berdasarkan kedalaman relatif dari gigi molar ketiga Berdasarkan aksis panjang gigi impaksi molar tiga
bawah dalam tulang terhadap molar kedua bawah. dengan aksis panjang gigi molar kedua.
 Posisi A : bagian tertinggi molar ketiga setinggi  Vertikal
atau lebih tinggi dari molar kedua.  Horisontal
 Posisi B : bagian tertinggi gigi impaksi diantara  Mesio angular
bidang oklusal dan servikal molar kedua.  Disto angular
 Posisi C : bagian tertinggi gigi impaksi ada di  Inverted
bawah garis servikal  Tranfers
Berdasarkan aksis panjang gigi impaksi molar tiga
dengan aksis panjang gigi molar kedua.
 Vertikal
 Horisontal
 Mesio angular
 Disto angular
 Inverted
 Tranfers

PERIODONTITIS APIKALIS ABSES PERIAPIKAL KISTA PERIAPIKAL


AKUT
Lamina dura masih normal Lamina dura putus Lamina dura putus
PDLS melebar membran periodontal yang ?
melebar
Radiolusen di periapikal Radiolusen dgn batas tidak jelas Radiolusen berbatas jelas
/ diffuse Radiolusen lebih dari 1 cm,
dikelilingi gam radiopaque
abses periapikal akut
CONTOH PANORAMIK
Bisa buat liat gigi impaksi, gigi hilang, fraktur alveolar

Interpretasi :
- gigi 18 impaksi NSA (No Sinus Approximation) vertikal
- gigi 28 impaksi NSA (No Sinus Approximation) distoangular
- gigi 38 impaksi 2b mesiongular
- gigi 48 impaksi 2b horizontal

CONTOH PERIAPIKAL
Bisa buat liat karies, kelainan periapikal

Interpretasi : Interpretasi :
- gigi 46 karies profunda perforasi - gigi 45 terdapat restorasi saluran akar
- lamina dura normal - terdapat radiolusen berbatas tidak jelas
- PDLS melebar

Anda mungkin juga menyukai