Anda di halaman 1dari 44

ILMU

PENYAKIT
MULUT

Desak, Chandra, Danan


Perumusan Resep
Obat – Obatan
Faktor yang mempengaruhi dosis obat

Umur


Umur pasien merupakan suatu pertimbangan yang penting untuk menentukan dosis obat, khususnya anak-anak dan orang lanjut usia (>65 tahun)

Berat badan


Pasien obesitas mempunyai akumulasi jaringan lemak yang lebih besar, dimana jaringan lemak mempunyai proporsi air yang lebih kecil dibandingkan dengan jaringan otot

Jenis kelamin


Wanita dianggap lebih sensitive terhadap pengaruh obat dibandingkan pria

Status patologi


Kondisi patologi seperti pasien dengan fungsi ginjal & hati yang rusak/ terganggu akan menyebabkan proses metabolisme obat yang tidak sempurna
Penghitungan dosis obat berdasarkan umur

Rumus Young Rumus Dilling


(anak dibawah 8 tahun) (anak diatas 8 tahun)
Dosis = usia (tahun)/usia+12 x dosis Dosis = usia (tahun)/20 x dosis
dewasa dewasa
Penghitungan dosis obat berdasarkan umur

Rumus Fried
(khusus untuk bayi)
Dosis = usia (bulan)/150 x dosis
dewasa
Penghitungan dosis obat berdasarkan bobot

Dosis standar umumnya dianggap


sesuai untuk individu berbobot 70kg
(154pon)

Disesuaikan dari dosis standar


untuk pasien yang lebih kurus atau
gemuk
Penghitungan dosis obat berdasarkan bobot

Rumus Thremick-Fier
(Jerman)
Dosis = bobot(kg)/70 x dosis dewasa
Penghitungan dosis obat berdasarkan luas
permukaan tubuh (Body Surface Area)

Terutama digunakan untuk: Cara menghitung dosisnya adalah


dengan mengetahui BSA pasien
pasien kanker yang menerima terlebih dahulu
kemoterapi
pasien pediatrik pada semua usia BSA dewasa rata rata= 1,73m2
anak anak
Penghitungan dosis obat berdasarkan luas
permukaan tubuh (Body Surface Area)

Rumus penghitungan BSA Rumus Dosis BSA


Dosis= BSA anak/1,73 x dosis dewasa

2 h(cm) ´ w(kg)
BSA(m ) =
3600
Penulisan resep pada lesi
traumatic ulcer dan SAR

Keterangan :
• Triamcinolone acetonide  obat
antiinflamasi steroid
• In orabase  cream/ salep
triamcinolone penggunaan dalam mulut
Foto resep triamcinolone acetonide dst….
• S 3. d. d.  digunakan 3 kali sehari
• Litt. oris  litus oris : diulasi dalam
mulut

• Dll (danan lanjutin)


Jenis Palpasi
pada Kedokteran Gigi
JENIS-JENIS PALPASI PADA KEDOKTERAN GIGI

PALPASI BIDIGITAL

Penekanan struktur dengan ibu ja
ri dan telunjuk. 
Palpasi bidigital dapat digunakan
untuk evaluasi nodul pada bibir
atau mukosa bukal
Jenis-jenis palpasi pada kedokteran gigi

PALPASI BILATERAL

Menggunakan kedua tangan


pada sisi yang berbeda.
Biasanya digunakan pada
pemeriksaan sendi
temporomandibular
Palpasi bimanual

Mengggunakan jari pada


satu bagian dan tangan
pada bagian lain. Biasanya
digunakan untuk palpasi
kelenjar submandibular
dengan jari telunjuk pada
dasar mulut dan jari tangan
lainnya ditekan pada kulit.
Pemeriksaan Penunjang

Radiografis
HUBUNGAN RADIOGRAFI DALAM MENDIAGNOSIS BIDANG
Radiografi
ILMU PENYAKIT MULUT Intra Oral
DI DALAM RONGGA MULUT

a) Radiografi Periapikal

•Indikasi penggunaan radiografi antara lain untuk melihat infeksi pada apikal,
status periodontal, lesi-lesi pada periapikal dan lainnya.

•Pada ilmu penyakit mulut, contohnya pasien datang karena terdapat benjolan
pada gusinya dan terasa sakit, radiografi periapikal dapat membantu dalam
penentuan diagnosis apakah benjolan tersebut berkaitan dengan ilmu konservasi
gigi, periodontal atau ilmu penyakit mulut.
HUBUNGAN RADIOGRAFI DALAM MENDIAGNOSIS BIDANG
ILMU PENYAKIT MULUT DI DALAM RONGGA MULUT

b) Radiografi Oklusal

•Radiografi oklusal dapat mendeteksi adanya fraktur, celah di palatum,


dan kelainan lainnya yang terjadi pada area luas. Film yang digunakan
adalah film khusus untuk oklusal. Teknik yang digunakan untuk
pengambilan radiografi, yaitu dengan cara menginstruksikan pasien
untuk mengoklusikan atau menggigit bagian film.

•Hal ini dapat dikaitkan dengan ilmu penyakit mulut mengenai torus
palatinus. Dapat dilakukan rontgen pada bagian torus tersebut, apakah
itu merupakan variasi normal atau abses pada bagian palatal rongga
mulut.
HUBUNGAN RADIOGRAFI DALAM MENDIAGNOSIS BIDANG ILMU
PENYAKIT MULUT DI Radiografi EkstraMULUT
DALAM RONGGA Oral

a) Radiografi Panoramik

•Radiografi panoramik akan memperlihatkan gambaran radiografi


keadaan gigi geligi maksila, mandibula, sinus maksilari, dan sendi
temporo mandibular secara menyeluruh dalam satu buah film.

•Rontgen panoramik dapat membantu dalam diagnosa lesi prakanker


dalam ilmu penyakit mulut. Misalnya pasien datang dengan keadaan
bengkak besar dan tidak terasa sakit, kita lakukan pemeriksaan
radiografi panoramik untuk mengetahui bentuk lesi, apakah terdapat
gigi yang impaksi atau tidak erupsi dan perluasan kerusakan yang telah
terjadi.
HUBUNGAN RADIOGRAFI DALAM MENDIAGNOSIS BIDANG ILMU
PENYAKIT MULUT DI DALAM RONGGA MULUT

b) CBCT

• Data yang didapat pada pemeriksaan CBCT diolah menggunakan perangkat lunak, sehingga klinisi
dapat mengamati kondisi pasien secara 3 dimensi. Apabila dikaitkan dengan ilmu penyakit mulut

•Karsinoma sel skuamosa (KSS) merupakan tumor ganas rongga mulut yang berkembang dari epitel
terluar mukosa oral. Secara umum, KSS menunjukkan invasi dari superfisial ke arah tulang mandibula.

•Menurut Rumboldt dkk. (2006),41 gambaran KSS tampak sebagai masa jaringan lunak oral yang tampak
berbeda dengan jaringan sehat disekitarnya. Lesi KSS berkembang progresif dan destruktif pada tulang
alveolar, sehingga gambaran radiografi gigi yang terlibat lesi KSS sering tampak ‘mengapung’ (floating
teeth) di atas masa jaringan lunak tumor yang radiolusen.
HUBUNGAN RADIOGRAFI DALAM MENDIAGNOSIS BIDANG ILMU
PENYAKIT MULUT DI DALAM RONGGA MULUT

c) MRI

•Gambaran tumor pada MRI sangat variatif, tergantung jenis sekuen yang digunakan. Pengamatan
menggunakan beberapa sekuen MRI bertujuan untuk membedakan jaringan yang mengalami malignansi
dengan jaringan di sekitarnya yang sehat

•Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan MRI lebih unggul dalam mencitrakan tumor jaringan
lunak dibandingkan dengan CBCT.

•Pemeriksaan MRI merupakan metode imejing yang paling sering digunakan untuk memastikan ada tidaknya
penyebaran kanker oral pada limfonodi servikalis, sedangkan CBCT tidak dapat digunakan untuk
pemeriksaan tersebut.
Pemeriksaan Penunjang

Patologi Anatomi
BIOPSI
Biopsi
BIOPSI  pemeriksaan patologi anatomi yang dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti suatu lesi
yang dicurigai sebagai suatu keganasan.

Eksisi
lesi dengan diameter kurang dari 1
cm dan jika operator yakin bahwa
lesi tersebut jinak
Scalpel

Punch biopsy
Insisi Needle/ threpine/ drill biopsy
lesi yang besar atau jika
Fine Needle Aspiration Biopsy
terdapat dugaan
keganasan
Teknik biopsi insisi dengan scalpel
1. Anestesi local
2. Tentukan batas yang jelas antara jaringan sehat dan lesi Stabilkan lesi
3. Iris spesimen dari tepi lesi dengan mengikutsertakan tepi jaringan sehat
4. Specimen harus cukup besar
5. Hindari jaringan nekrotik pada lesi
6. Bila lesi dekat dengan tulang, hindari perforasi periosteum
7. Letakkan segera specimen ke dalam botol yang telah berisi cairan fiksasi.
Berikan label
8. Tutup luka dengan dijahit
Teknik punch biopsy

1. Menggunakan instrument operasi untuk mendorong


sebagian jaringan yang mewakili lesi keluar
Teknik Needle/trephine/drill biopsy

Teknik ini digunakan untuk lesi fibro-osseous yang letaknya dalam


Teknik Aspirasi
(Fine Needle Aspiration Biopsy)

Langkah kerja:
- Antiseptik
- Fiksasi lesi/massa
- Injeksikan jarum ke massa / kelenjar dengan tangan kanan
- Jarum digerakkan perlahan dengan sudut dan kedalaman yang berbeda-beda
- Jarum diangkat dan spuit 20 cc yang telah terisi udara setengahnya
- Aspirat disemprotkan ke kaca objek searah panjang spuit
- Sediaan diapus dengan menempelkan kaca objek lainnya dengan arah berlawanan
- Kaca objek yang berisi aspirat dimasukkan kedalam wadah berisi alcohol 96%
- Wadah ditutup agar tidak bocor dan dilabel pada bagian luarnya
Teknik Swab Spesimen di Rongga
Mulut
Tahapan pengerjaannya yaitu:
1. Siapkan wooden cotton bud / spatel lidah steril dan kaca mulut

2. Siapkan container atau botol untuk tempat spesimen yang telah berisi larutan 1 ml
PBS atau larutan fiksasi formalin 10% dan diberi label nama pasien.

3. Gunakan APD (masker dan handscoon)

4. Instruksikan pasien membuka mulut

5. Gunakan kaca mulut untuk melihat lesi kemudian usap lesi dengan usapan satu arah
dilakukan beberapa kali dengan sedikit penekanan tanpa melukai mukosa

6. Masukan kedalam tabung yang telah berisi larutan untuk dibawa ke laboratorium
Manifestasi Penyakit
Sistemik pada Rongga Mulut
Hipertensi

Xerostomia
Efek samping dari obat antihipertensi, diuretic, calcium-channel.
Manajemen:
Ganti obat antihipertensi yang lebih sediit menghambat
salivasi.
Kunyah permen karet (pemanis non sukrosa)
Oral musturizers (pilocarpine, cevimelime) sebelum makan

Gingival overgrowth
Karena obat obatan antihipertensi (cth:nifedipin); OH buruk
Manajemen:
ganti alternative obat anti hipertensi, tingkatkan OH
Maag
Dysgeusia
adalah suatu kondisi di mana lidah mengalami distorsi rasa

Gigi sensitive
Gigi terasa ngilu karena terkikisnya tubuli dentin

Erosi gigi
Terkikisnya enamel gigi yang disebabkan oleh asam

Pulpitis
Saat terjadi erosi dan OH pasien buruk

Perubahan mukosa (eritema dan atrofi)


Rheumatic fever
Demam reumatik atau disingkat "DR" merupakan suatu sindrom klinik akibat infeksi
streptococcus beta-hemplyticus group A.

Bakteri ini adalah jenis kokus gram positif, yang berkolonisasi di kulit dan faring.
Organisme ini dapat menyebabkan penyakit supuratif salah satunya yang dapat di
temukan di rongga mulut adalah faringitis, dan radang teggorokan.

Setelah masa inkubasi 2-4 hari, penyebaran streptococcus pada faring menghasilkan
respon inflamasi akut yang berlangkung 3-5 hari ditandai dengan demam, nyeri
tenggorok, malaise, pusing dan leukositosis
Inflammatory rheumatism

Penyakit ini disebabkan oleh gangguan sistem kekebalan tubuh bukan hanya
tertuju pada jaringan sendi, namun kadang ke organ lain.

Bakteri penyebab Periodontitis adalah Aggregatibacter


actinomycetemcomitans, diketahui mampu mengganggu proses citrullination.

Citrullination adalah sebuah proses yang mengatur produksi protein untuk


sistem kekebalan tubuh secara alami pada manusia. Proses citrullination yang
berlebihan dapat menyebabkan peradangan serta kerusakan jaringan seluruh
tubuh khususnya sendi.
HIV/ AIDS
Necrotizing Ulcerative Periodontitis/ Gingivitis Infeksi virus (Human
Oral kandidiasis Immunodeficiency Virus)
yang menyerang sistem
Ulcer kekebalan tubuh dan
Kaposi sarcoma melemahkan kemampuan
Oral squamous cell papilloma tubuh untuk melawan infeksi
(Depkes Australia, 2013).
TBC
Tuberculosis adalah penyakit
Pembesaran gingiva infeksi menular yang
Glositis (atrofi lidah) disebabkan oleh bakteri
Tuberkuloma Mycobacterium tuberculosis.
Pembesaran kelenjar limfe
Osteomyelitis
Ulcer
 Gonore  stomatitis, atropi papila lidah, pus
pada gingiva dan atritis pada sendi rahang Venereal disease
Infeksi menular seksual : infehksi
yang diakibatkan oleh bakteri
 Herpes genital  gingivostamatitis, infeksi rekuren maupun virus yang dapat menular
akibat aktiitas seksual.
pada area wajah dan bibir (herpes labialis) 

 Sifilis  atrofi lidah


 Gonore  stomatitis, atropi papila lidah, pus
pada gingiva dan atritis pada sendi rahang Hipotensi
Penurunan tekanan darah, dibawah
normal mencapai 90/60 mmHg
 Herpes genital  gingivostamatitis, infeksi rekuren
pada area wajah dan bibir (herpes labialis) 

 Sifilis  atrofi lidah


MANIFESTASI PENYAKITPenyakit
SISTEMIKJantung
DIDALAM RONGGA MULUT

a) Xerostomia
•Xerostomia yang disebabkan karena obat-obatan berkaitan dengan kombinasi dan
dosis dari obat yang dikonsumsi oleh penderita.
•Obat-obatan juga secara tidak langsung dapat mempengaruhi salivasi dengan adanya
perubahan pada keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan mempengaruhi aliran
darah menuju kelenjar

b) Reaksi Likenoid
•Obat-obatan dapat menimbulkan manifestasi oral dalam bentuk eritematous,
vesikular, dan ulseratif. Lesi-lesi tersebut menyerupai liken planus dan biasa disebut
reaksi likenoid.
•Obat-obatan dapat menyebabkan tubuh seseorang menghasilkan respon imun yang
abnormal. Pada pasien dengan reaksi likenoid terdapat auto antibodi sitoplasma sel-sel
basal epitel. Di dalam sel-sel basal tersebut terdapat sel T yang memiliki antigenitas
pada permukaan selnya. Sel T kemudian dikenali sebagai benda-benda asing sehingga
terjadilah reaksi likenoid.
REAKSI LIKENOID AKIBAT PENGGUNAAN OBAT-OBATAN
MANIFESTASI PENYAKIT SISTEMIK DIDALAM RONGGA MULUT
c) Gingival Enlargement
•Gingival enlargement adalah suatu pembengkakan pada gingiva yang menyebabkan
gingiva menjadi terlihat tidak berkontur lagi.
•Beberapa obat-obatan sering dihubungkan dengan terjadinya gingival enlargement
termasuk obat-obatan kardiovaskular seperti phenytoin dan calcium channel
blockers.\

d) Burning Mouth Syndrome


Burning mouth syndrome biasanya muncul secara spontan tanpa ada faktor- faktor
tertentu yang memicunya. Gangguan yang muncul, terjadi pada pagi hari dan
intensitas rasa terbakarnya semakin meningkat hingga menjelang malam hari. Rasa
sensasi terbakar yang muncul sering terjadi di bagian 2/3 anterior lidah, anterior
palatum keras, dan mukosa bibir bawah

e) Dysgeusia (Gangguan Indera Perasa)


•Dysgeusia merupakan suatu gangguan pada indera perasa dan sering dihubungkan
dengan penggunaan obat-obatan dalam jangka waktu yang lama dengan berbagai
macam jenis obat.
•Efek metabolit obat yang dapat berinteraksi dengan taste bud ataupun saliva pada
akhirnya dapat menyebabkan kerusakan secara langsung pada taste bud
GINGIVAL ENLARGEMENT AKIBAT PENGGUNAAN OBAT-OBATAN
Diabetes Melitus
MANIFESTASI PENYAKIT SISTEMIK DIDALAM RONGGA MULUT

a) Xerostomia (Mulut Kering)


Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran saliva (air liur), sehingga mulut
terasa kering. Penderita diabetes salah satu tandanya adalah Poliuria, dimana penderita banyak
buang air kecil sehingga cairan di dalam tubuh berkurang yang dapat mengakibatkan jumlah
saliva berkurang dan mulut terasa kering.
b) Gingivitis dan Periodentis
Komplikasi lain dari diabetes adalah menebalnya pembuluh darah sehingga memperlambat aliran
nutrisi dan produk sisa dari tubuh. Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh
untuk memerangi infeksi, Sedangkan periodontitis adalahpenyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri dan akumulasi plak dan kalkulus.
c) Oral Thursh
Pada penderita Diabetes Melites kronis dimana tubuh rentan terhadap infeksi sehingga sering
menggunakan antibiotik dapat mengganggu keseimbangan kuman di dalam mulut yang
mengakibatkan jamur candida berkembang tidak terkontrol sehingga menyebabkant thrush.
MANIFESTASI PENYAKIT SISTEMIK DIDALAM RONGGA MULUT
Hepatitis A, B, C

a) Pada penyakit hati, terutama atresia bilier dan hepatitis neonatal, dapat terjadi diskolorisasi pada gigi
sulung. Dimana, pada atresia bilier gigi akan berwarna hijau, sedangkan pada hepatitis neonatal
berwarna kuning. Keadaan ini disebabkan oleh depositnya bilirubin pada email dan dentin yang
sedang dalam tahap perkembangan.
b) Menyebabkan oral hygiene buruk, dalam hal ini bau mulut tidak sedap
c) Hepatitis aktif kronis dapat menyebabkan gangguan endokrin sehingga menimbulkan penyakit
multiple endokrinopati keturunan dan kandidosis mukokutaneus.
d) Kegagalan hati dapat menyebabkan timbulnya foetor hepatikum. Dimana, foetor hapatikum sering
disebut dalam sejumlah istilah seperti: bau “amine”, bau “kayu lapuk”
e) Sirosis hati dapat menyebabkan hiperpigmentasi pada mulut.
f) Timbul ulkus - ulkus karena berkurangnya zat – zat vitamin dan gizi dalam rongga mulut
MANIFESTASI PENYAKIT SISTEMIK DIDALAM RONGGA MULUT

Asma

a) Xerostomia (Mulut Kering)


Asma dapat menimbulkan gejala sesak nafas dengan meningkatnya kecepatan
pernafasan, dan karena usaha penderita untuk menghirup nafas sebesar-besarnya maka
penderita menghirup udara melalui mulut.Ini dikenali sebagai mouth breathing. Mouth
breathing adalah kebiasaan bernafas melalui mulut daripada hidung. Mouth breathing dapat
menimbulkan xerostomia. Xerostomia adalah keadaan di mana mulut kering akibat
pengurangan atau tiadanya aliran saliva. Xerostomia merupakan gejala dari berbagai kondisi
seperti perawatan yang diterima, dan merupakan salah satu efek samping dari obat-obatan
asma yang dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan penurunan fungsi kelenjar
saliva. Pada penderita asma, penggunaan obat-obatan asma terutama yang termasuk dalam
golongan beta-2 agonis mempengaruhi aliran saliva secara langsung dengan memblokade
sistem saraf dan menghambat sekresi saliva
MANIFESTASI PENYAKIT SISTEMIK DIDALAM RONGGA MULUT

Asma

b) Dental Caries (Karies Gigi)


Penurunan pH saliva dan jumlah saliva yang kurang pada pasien asma menyebabkan
peningkatan bakteri Lactobacilli dan Streptococcus mutans di dalam rongga mulut yang
menyebabkan terbentuknya karies. Selain itu, tingkat karies yang lebih tinggi pada penderita asma
juga dikaitkan dengan adanya karbohidrat yang difermentasi (fermentable carbohydrate) dalam obat
asma dan beberapa inhaler bubuk kering mengandung gula (lactose monohydrate)

Anda mungkin juga menyukai