mengganggu penampilan
kehilangan gigi seseorang sehingga menimbulkan
rasa tidak percaya diri
Awali pengasahan dengan membuat keratan pada daerah yang akan diasah sebagai
panduan ketebalan pengasahan dengan round diamond bur.
• Membuat 3 keratan sedalam 1-1,5 mm sepanjang central groove sampai mesial dan
distal marginal ridge
• Membuat 3 keratan pada functional cusp untuk membuat bevel pada daerah kontak
dengan gigi lawan dengan round end tapered diamond bur.
• Langkah selanjutnya adalah pengurangan bagian oklusal. Pengasahan dilakukan
pada setengah bagian oklusal dan functional cusp lebih dulu, sedangkan setengah
bagian yang belum diasah digunakan sebagai kontrol.
• Periksa kontak agar terbebas dengan gigi antagonis dengan articulating paper dan
sonde yang digerakan dari mesial ke distal.
KUNJUNGAN II
P R E PA R A S I / P E N G A S A H A N G I G I P E N YA N G G A 2 4
Pengasahan bidang bukal
• Membuat 3 keratan masing-masing sedalam 1,5 mm dengan mata bur flat end
tappered diamond pada bagian tengah dinding bukal serta masing- masing pada mesial
dan distal transitional line angle. Arah masing-masing keratan harus sejajar dengan
arah pasang restorasi (sumbu panjang gigi)
• Pada waktu membuat keratan, diamond bur yang masuk ke dalam gigi tidak boleh
lebih dari setengah diameter mata bur dan ujung mata bur harus terletak 1 mm di atas
batas tepi preparasi
• Periksa kesejajaran sumbu keratan dengan periodontal probe/sonde lurus
• Sisa enamel di antara dua keratan diasah memakai flat end tapered diamond bur
sampai rata dengan dasar keratan yang telah dibuat. Pengasahan dilakukan pada
setengah bagian permukaan bukal lebih dulu, sedangkan setengahnya yang belum
diasah dipakai sebagai kontrol kedalaman pengasahan.
• Pengasahan bidang palatal
KUNJUNGAN II
P R E PA R A S I / P E N G A S A H A N G I G I P E N YA N G G A 2 4 • Buat 3 keratan sedalam 1,5 mm dengan mata bur flat end tappered
diamond pada bagian tengah dinding palatal serta masing-masing
pada mesial dan distal transitional line angle. Arah keratan harus
sejajar dengan arah pasang restorasi (sumbu gigi). Dilanjutkan
dengan cara reduksi yang sama pada sisi bukal.
P R E PA R A S I PA D A G I G I 2 6
Pengasahan bidang bukal
• Pengurangan pada bagian bukal diawali dengan membuat 3 keratan
atau guiding groove (mesial, bukal, distal) sedalam ±1,5mm dengan
flat end tapered diamond bur.
• Pengasahan dilakukan pada setengah bagian permukaan bukal lebih
dulu, sedangkan setengahnya yang belum diasah dipakai sebagai
kontrol kedalaman pengasahan, kemudian seluruh sisi bukal
KUNJUNGAN III
P R E PA R A S I PA D A G I G I 2 6
Pengasahan bidang palatal
• Buat 3 keratan dengan mata bur round end tappered
diamond pada bagian tengah dinding palatal serta
masing-masing pada mesial dan distal transitional
line angle. Dilanjutkan dengan cara reduksi yang
sama pada sisi bukal.
Pengasahan bidang proksimal
• Pengurangan proksimal dengan long thin diamond
bur dari bagian bukal ke palatal, hingga kontak
proksimal terbebas ±1,5mm, serta membentuk
akhiran berupa shoulder.
• Membentuk bevel pada functional cusp dengan
kemiringan 450 menggunakan round end tapered bur
• Finishing pada seluruh bagian dengan fine finishing
bur, dan mengecek permukaan gigi dengan sonde
agar tidak terdapat undercut
KUNJUNGAN IV
P E N C E TA K A N M O D E L
KERJA
• Persiapan alat dan bahan cetak
• Atur posisi pantum dan posisi operator saat mencetak
• Pencetakan model kerja dilakukan dengan teknik double impression menggunakan bahan cetak elastomer heavy body /
putty dan light body
• Pencetakan dengan putty :
• Campurkan bahan cetak putty dengan takaran sesuai aturan pabrik kemudian letakkan dan ratakan pada sendok cetak
yang sudah disediakan, lapisi bagian atas bahan cetak dengan plastik bening untuk menyediakan sedikit ruang bagi
bahan cetak light body
• Masukkan sendok cetak ke mulut pantum, berikan tekanan agar bahan putty tercetak merata, tunggu sampai setting
• Lepaskan cetakan putty dari rahang pantum, lepas lapisan plastiknya
• Kemudian dilanjutkan pencetakan dengan light body :
• Campurkan bahan cetak light body di atas mixing glass sampai merata, kemudian letakkan pada sendok cetak diatas
hasil cetakan putty
• Masukkan sendok cetak ke mulut pantum, berikan tekanan dengan sedikit digetar agar light body mengalir merata,
tunggu sampai setting
• Lepaskan cetakan dari rahang pantum, dan cuci bersih pada air mengalir
• Amati hasil cetakan tertutama di area gigi penyangga yang telah diasah sebelumnya, pastikan area gigi penyangga
tercetak sempurna tampak dengan jelas bentuk gigi yang telah diasah secara detail
INSERSI GTJS
• Model pantum gigi tidak sesuai dengan model awal yang digunakan
Pantum gigi untuk pengerjaan GTJ di departemen prostodonsia digunakan bergantian dengan
departemen lain, sehingga setiap kunjungan pengerjaan GTJ, operator tidak selalu mendapatkan
model pantum gigi yang sama dengan model pantum gigi yang digunakan diawal kunjungan. Hal
ini menyebabkan sulitnya mengembalikan oklusi seperti semula pada setiap kali kunjungan, selain
itu masing-masing model pantum memiliki kontur gusi yang berbeda sehingga ketepatan marginal
gigi penyangga yang telah dipreparasi sebelumnya tidak sesuai dengan kontur gusi pantum yang
digunakan pada kunjungan berikutnya. Solusi yang dilakukan operator adalah dengan
menggunakan penanda berupa plastisin pada daerah edentulous gigi 25 dengan warna berbeda
dengan pantum lainnya sehingga mudah dibedakan.
KESIMPULAN
Gigi tiruan jembatan (GTJ) dapat diindikasikan untuk perawatan kasus kehilangan satu atau
beberapa gigi dengan daerah edentulous yang pendek dalam satu rahang. Tujuan pembuatan
GTJ adalah untuk mengembalikan fungsi kunyah, memperbaiki fungsi fonetik dan estetik gigi,
mencegah terjadinya migrasirotasi-ekstrusi pada gigi tetangga dan gigi antagonis, menjaga
kesehatan jaringan lunak, serta mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut pada struktur gigi
dan jaringan periodontalnya. Pada laporan kasus ini, perawatan GTJ dikerjakan pada pantum
dengan kasus kehilangan gigi premolar kedua kiri rahang atas (gigi 25). GTJ dirancang dengan
desain 3 unit menggunakan gigi 24 dan 26 sebagai penyangga, konektor fixed-fixed bridge,
pontik ridge lap, retainer full crown, dan berbahan metal-porselen. Pertimbangan perancangan
desain GTJ disesuaikan dengan jumlah kehilangan gigi dan gigi penyangga yang digunakan
(hukum ante), kondisi gigi-geligi dan jaringan periodontal gigi penyangga, besar beban kunyah
yang diterima, serta tingkat kebersihan rongga mulut. Masing-masing permasalahn yang
dihadapi saat pengerjaan GTJ sudah disertakan solusi, sehingga operator selanjutnya yang akan
bekerja GTJ pada pantum mendapatkan masukan agar terhindar dari permasalahan yang sama
dan dapat berkerja lebih optimal.
TERIMAKASIH