Anda di halaman 1dari 6

Makalah Radiologi Kedokteran Gigi 1 Kesalahan Foto Radiografis: Foreshortening

Disusun oleh: Nama: Lidya Astria Nim: 04121004039 Jurusan: Pendidikan Kedokteran Gigi

Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si.

Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Jln. Palembang-Prabumulih Km. 32 (OI) 30662 Palembang 2013

Foreshortening 1. Pengertian
Radiologi dalam bidang kedokteran gigi memegang peranan yang sangat penting dalam membantu menegakkan diagnosis penyakit yang diderita pasien karena ada jaringan yang pada rongga mulut yang tidak dapat dilihat secara kasat mata. Agar dapat menghasilkan gambar yang baik, persiapan dalam pengambilan gambar pun perlu dilakukan. Beberapa persiapan dasar yang perlu diperhatikan yakni titik penetrasi gigi yang akan dijadikan objek, penempatan film, cara memegang dan menempatkan film, serta pengaturan sudut pada saat pengambilan foto1. Persiapan dalam pengambilan gambar sangat penting untuk dilakukan, karena apabila terjadi kesalahan dalam persiapan pengambilan gambar, misalnya kesalahan pada penempatan film, maka gambar yang dihasilkan pun tidak dapat membantu dalam penegakkan diagnosis dan rencana perawatan yang akan dilakukan ke pasien tersebut. Secara umum, untuk menghasilkan gambar radiografi yang bernilai diagnostik maka gigi yang akan di rontgen dan objek harus sejajar dan sudut sinar-X harus tegak lurus dengan film dan sumbu panjang gigi yang akan di rontgen tersebut2. Akan tetapi, apabila pengambilan sudut sinar-X tidak tegak lurus dengan film dan gigi (karena sudut yang diambil terlalu kecil atau terlalu besar), maka hal tersebut akan berakibat pada terjadinya penurunan panjang gambar radiografi yang disebut dengan foreshortening3.

2. Penyebab Kegagalan Foto Radiografis


Foreshortening merupakan kejadian yang dapat terjadi dikarenakan kesalahan atau kurang terampilnya operator dalam menentukan angulasi vertikal dan kejadian ini terjadi dikarenakan pengaturan sudut vertikal yang terlalu besar sehingga terjadinya pemendekan gigi dan jaringan yang ada di sekitarnya pada foto radiografis4. Contoh kesalahan dalam pengaturan sudut vertikal yakni pada teknik biseksi. Prinsip dari teknik biseksi yakni sinar-X tegak lurus terhadap garis imajiner. Garis imajiner merupakan garis yang terletak di tengahtengah sudut yang dibentuk oleh sumbu panjang gigi dengan film. Untuk teknik biseksi, pengaturan sudut horizontal diarahkan ke bagian interproksimal pada gigi yang akan dirontgen, sedangkan untuk sudut vertikal, sinar-X diarahkan ke garis imajiner yang ada sehingga sinar-X tegak lurus terhadap garis imajiner. Pemendekan gambar (foreshortening) terjadi apabila angulasi sudut vertikal terlalu besar/sinar-X lebih tegak lurus ke film5.

Gambar 1. (a)Pengaturan sudut vertikal yang benar dan sinar-X tegak lurus dengan garis imajiner sehingga gambar yang dihasilkan bernilai diagnostik (b)Pengaturan sudut vertikal yang salah sehingga terjadi foreshortening (pemendekan gambar). (Sumber:http://www.waybuilder.net/sweethaven/MedTech/Dental/DentalRad/default.as p?iNum=0402)

Selain kesalahan dalam penentuan sudut vertikal, foreshortening juga dapat terjadi dikarenakan film tidak paralel dengan sumbu panjang gigi4. Contoh kesalahan ini pada teknik paralel. Prinsip dari teknik paralel ini sendiri yakni film sejajar dengan sumbu panjang gigi dan sinar-X tegak lurus terhadap film dan sumbu panjang gigi. Sebenarnya, untuk teknik paralel digunakannya extension cone paralleling dimana terdapat bite block yang dapat digunakan untuk mengatur film sejajar dengan sumbu panjang gigi dan locator ring yang digunakan untuk mengatur agar sinar-X tegak lurus terhadap film dan sumbu panjang gigi5. Yang perlu dilakukan oleh operator yakni mengatur locator ring dan bite block tersebut sehingga sinar-X tegak lurus terhadap film dan sumbu panjang gigi. Akan tetapi, gambar dapat mengalami foreshortening (pemendekan dari ukuran yang sebenarnya) apabila operator salah mengatur bite block sehingga film tidak paralel dengan sumbu panjang gigi6.

Gambar 2. Alat extension cone paralleling dimana terdapat bite block yang digunakan untuk mengatur film agar paralel dengan sumbu panjang gigi dan locator ring untuk mengatur agar sinar-X tegak lurus dengan film dan sumbu panjang gigi. (Sumber:http://info.infodontics.com/info/radiography/)

Gambar 3. (a)Pengambilan gambar yang benar pada teknik paralel (film paralel dengan sumbu panjang gigi) (b)Kesalahan dalam pengaturan film sehingga film tidak paralel dengan sumbu panjang gigi dan gambar mengalami foreshortening. (Sumber:http://www.waybuilder.net/sweethaven/MedTech/Dental/DentalRad/default.a sp?iNum=0402)

Berdasarkan

uraian

diatas,

kesalahan-kesalahan

yang

dapat

menyebabkan

foreshortening dan pembenaran yang sebaiknya dilakukan adalah sebagai berikut: Kesalahan yang dilakukan Perbaikan terhadap kesalahan yang dilakukan

Pengaturan sudut vertikal yang salah Mengurangi sudut vertikal dari sinar-X sehingga sehingga sudut vertikal terlalu besar gambar yang dihasilkan bernilai diagnostik.

Film tidak paralel dengan sumbu Film diatur sehingga film paralel dengan sumbu panjang gigi panjang gigi dan sinar-X diarahkan agar tegak lurus dengan film dan sumbu panjang gigi.

3. Gambar radiografis yang salah


Gambar dapat mengalami foreshortening (pemendekan) dikarenakan sudut vertikal yang berlebih maupun film yang tidak paralel dengan sumbu panjang gigi. Contoh gambar radiografis yang mengalami foreshortening adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Foreshortening yang terjadi akibat sudut vertikal yang terlalu besar sehingga

ukuran gigi lebih kecil dibandingkan dengan ukuran yang sesungguhnya. (Sumber:http://drgstoothpix.com/2011/08/31/radiographic-technique-vertical-angle/)

Gambar 5. Hasil foto radiografis yang mengalami foreshortening dimana akar tampak sama panjang dengan mahkota gigi. (Sumber:http://drgstoothpix.com/2011/08/31/radiographic-technique-vertical-angle/)

Gambar 6. Hasil foto radiografis yang mengalami foreshortening. Disini tampak gigi insisivus mengalami pemendekan dikarenakan sudut vertikal yang terlalu besar pada tube. (Sumber: Williamson RDH, Gail F.. Best practices in intraoral digital radiography. Indeed.com: The Academy of Dental Therapeutics and Stomatology, 2010; 8.)

Daftar Pustaka
1. Williamson RDH, Gail F.. Keys to successful intraoral radiography. Indiana University School of Dentistry, 2006; 1-2. 2. Williamson RDH, Gail F.. Best practices in intraoral digital radiography. Indeed.com: The Academy of Dental Therapeutics and Stomatology, 2010; 3-4. 3. Harty, F.J. dan R. Ogston. Kamus kedokteran gigi. EGC, 2013; 131. 4. Williamson RDH, Gail F.. Intraoral radiography: principles, techniques and error correction. Oral-B at dentalcare.com, 2008; 7-8. 5. Black, David R. dan Gabrielle G. Long. X-ray topography. U.S. Government Printing Office Washington, 2004; 38-9. 6. Williamson RDH, Gail F.. Intraoral radiography: positioning and radiation protection. Indeed.com: The Academy of Dental Therapeutics and Stomatology. 2006; 6-7.

Anda mungkin juga menyukai