Anda di halaman 1dari 18

JOURNAL READING RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI

KESALAHAN RADIOGRAFI INTRAORAL PERIAPIKAL PADA MAHASISWA


KEDOKTERAN GIGI

Disusun oleh :
Adelina Putri Sari (04031281621036)
Karina Gita Wibawa (04031381621048)
Savira Riska Juliana (04031381621056)

Dosen Pembimbing : drg. Shinta Amini Prativi, Sp. RKG


Dosen Penguji : drg. Shanty Chairani, M. Si.

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Radiografi periapikal merupakan jenis radiografi intraoral yang bertujuan melihat


keseluruhan makhota dan akar gigi, tulang alveolar dan jaringan sekitarnya. Radiografi
periapikal memiliki beberapa kegunaan yaitu untuk mendeteksi infeksi atau inflamasi
periapikal, penilaian status periodontal, trauma yang melibatkan gigi dan tulang alveolar, gigi
yang tidak erupsi, keadaan dan letak gigi yang tidak erupsi, penilaian morfologi akar sebelum
ekstraksi, perawatan endodontik, penilaian sebelum dilakukan tindakan operasi dan penilaian
pasca operasi apikal, mengevaluasi kista radikular secara lebih akurat dan lesi lain pada
tulang alveolar serta evaluasi pasca pemasangan implan. 1,2
Banyak praktisi kedokteran gigi mengalami kesulitan untuk mendapatkan kualitas foto
radiografi yang baik.3 Faktor - faktor yang mempengaruhi kualitas radiografi intra oral seperti
persiapan pasien, peletakan reseptor foto, dan angulasi horizontal dan vertikal sinar X.
Radiografi diambil kembali apabila terjadi kesalahan pengambilan foto dan tampilan fotonya
tidak memenuhi kriteria kualitas diagnostik yang terdiri dari densitas, kontras, ketajaman, dan
distorsi. Hal ini menyebabkan peningkatan paparan radiasi pada pasien, serta membuang
waktu dan uang.2
Kesalahan radiografi intraoral periapikal yang dapat mengganggu kualitas diagnostik
gambar meliputi kesalahan teknis dan pemrosesan film. Kesalahan teknis yang paling umum
terdiri dari cone cut, angulasi vertikal yang salah, dan penempatan film yang tidak tepat.
Terdapat kesalahan lain yang lebih jarang terjadi seperti pembengkokan film, motion blur,
dan double exposure. Kesalahan dalam pemrosesan terjadi di dalam kamar gelap.2,3,4

Radiografi kedokteran gigi dapat diterima agar dapat menghindari kesalahan interpretasi
dan dapat memberikan layanan klinis yang tepat kepada pasien.3 Dengan penelitian ini, kita
dapat mengidentifikasi kesalahan umum yang paling sering dilakukan mahasiswa kedokteran
gigi dalam pengambilan radiografi intraoral periapikal dan perubahan yang harus dibuat
dalam pola pengajaran untuk meningkatkan keterampilan mereka.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Radiografi intraoral periapikal

2.1 Definisi

Radiografi periapikal adalah salah satu jenis radiografi intraoral yang


menggambarkan 3-4 gigi dan jaringan sekitarnya. Radiografi periapikal dibagi
menjadi dua teknik yaitu paralel dan bisecting. Pada teknik paralel, film diletakan
pada pegangan film (film holder) dan diposisikan sejajar dengan sumbu gigi. Pada
teknik bisecting, film diletakkan sedekat mungkin dengan permukaan palatal/lingual
gigi.7

2.2 Jenis kesalahan

Penyebab kesalahan radiografi dapat dikategorikan sebagai berikut, yaitu:

A. Kesalahan dalam persiapan pasien, penempatan film, dan teknik proyeksi


1. Artefak
Artefak adalah struktur atau tampilan radiografi yang biasanya tidak ada dalam
radiograf dan dianggap sebagai gambaran benda asing pada radiograf. Artefak yang
umum adalah benda logam di jalur sinar-X seperti perhiasan (Gambar 1A, B),
peralatan gigi (Gambar 1C, D), atau penempatan jari antara tabung sinar-X dan film
(seperti menggunakan jari untuk menstabilkan film pada mulut) sehingga terjadi
phalangioma (Gambar 1E).
Sebelum pengambilan radiograf, pasien harus diinstruksikan untuk
melepaskan semua benda logam yang dapat dilepas seperti perhiasan, peralatan
prostodontik (gigi tiruan sebagian dan seluruhnya yang dapat dilepas), kacamata, jepit
rambut, dll yang berada di area yang akan terkena paparan. Benda-benda asing ini
dapat superimpose dengan gambar dan mengaburkan temuan. Kerah tiroid atau apron
timbal juga dapat dicitrakan pada radiografi.5
Gambar 1. Artefak

2. Cone cut

Cone cut merupakan tampilan sebagian gambar radiografi tampak kosong pada
radiograf, yang menegaskan bentuk lingkaran Positioning Indicator Device (PID)
(Gambar 2). Hal ini dapat disebabkan oleh:

 Penempatan film yang tidak tepat


 PID tidak diarahkan pada pusat reseptor
 Sinar X tidak mengekspos seluruh reseptor5

Gambar 2. Cone cut

3. Apical cut off

Tampilan apical cut off berupa daerah apikal gigi tidak terlihat pada foto radiografi.
Idealnya gigi yang akan difoto harus diposisikan di tengah film dan penempatan film
harus menyisakan setidaknya 2 mm dari tepi insisal atau oklusal gigi. Hal ini dapat
disebabkan oleh:

- Angulasi vertikal yang tidak tepat


- Film tidak ditempatkan cukup dalam ke dalam lengkung palatal atau ruang
lingual (penempatan film terlalu kea rah koronal) (Gambar 3A)
- Pasien membuka mulut sesaat setelah paparan (Gambar 3B).5

Gambar 3. (A) Gambar parsial disebabkan oleh peletakan film yang kurang tepat yang
menghasilkan apikal premolar terpotong. (B) Gambar parsial disebabkan oleh pasien yang membuka
mulut selama paparan berlangsung.

4. Overlapped image

Overlapped image memiliki penampilan area putih atau gelap yang muncul pada film
dimana telah terjadi tumpang tindih pada film. Hal ini dapat disebabkan oleh:

 Angulasi horizontal yang tidak tepat (Gambar 4)


 Double exposure. Jika film yang sudah terpapar digunakan kembali secara tidak
sengaja, maka film radiografi yang dihasilkan akan menampilkan dua gambar
yang overlapping (Gambar 5).5

Gambar 4. (kiri) Aspek proksimal gigi yang tumpang tindih (overlap) karena angulasi sudut
horizontal yang tidak tepat. Gambar 5. (kanan) Gambar yang overlap dikarenakan double exposure
yaitu menggunakan film yang sama
5. Foreshortened

Merupakan gambaran radiografi yang menunjukkan objek pada foto terlihat lebih
pendek dari objek sebenarnya (Gambar 6). Hal ini dapat disebabkan oleh:

 Angulasi vertikal yang terlalu besar (teknik biseksi)


 Film tidak diletakkan sejajar dengan sumbu panjang gigi (teknik paralel)5.

Gambar 6. Foreshortened image

6. Elongation

Gambar radiografi yang menampilkan objek terlihat lebih panjang daripada objek
sebenarnya (Gambar 7). Hal ini dapat disebabkan oleh:

 Angulasi vertikal yang terlalu kecil (teknik sudut biseksi)


 Film tidak diletakkan sejajar dengan sumbu panjang gigi (teknik paralel).5

Gambar 7A. (kiri) yaitu elongation image. Gambar 7B. (kanan) partial elongation
karena film yang tertekuk pada saat penempatan film
7. Miscellaneous
a. Film bending
Tampilan radiografi dari kesalahan film bending adalah gambar tampak
melebar dan terdistorsi (Gambar 8). Hal ini dapat disebabkan oleh film yang
ditekuk secara berlebihan pada lengkung palatum pasien.

Gambar 8. Film bending menghasilkan gambaran yang terdistorsi

b. Blurred image
Tampilan foto radiografi tampak kabur. Gambar blur dapat berupa total atau
sebagian. Partial blurred terjadi karena peletakkan film yang terlalu miring
saat ditempatkan pada mulut karena lengkungan palatum atau lengkungan
lingual. Total blurred terjadi karena pergerakan pasien atau kepala tabung
sinar-X saat pemaparan berlangsung (Gambar 9A). Operator disarankan untuk
menunggu beberapa detik setelah menyesuaikan tabung sinar-X pada kepala
pasien sebelum melakukan pengambilan gambar. Pasien juga harus di
instruksikan untuk tetap diam selama pengambilan gambar.

Gambar 9A. (kiri) menunjukan total blurred. Gambar 9B. (kanan) menunjukan partial
blurred

c. Reversed film
Tampilan reversed film berupa gambaran cahaya dengan pola herringbone
yang terlihat pada radiografi. Pola herringbone pada radiograf mewakili pola
sebenarnya yang timbul pada foil timah (Gambar 10). Hal ini dapat terjadi
karena film ditempatkan terbalik dan kemudian dilakukan pemaparan.

Gambar 10. Reversed film dengan pola herringbone

B. Kesalahan dalam parameter paparan dan teknik pemrosesan


1. Yellow or Brown stains
Penampilan foto radiografi tampak berwarna kuning kecoklatan (Gambar 11). Hal
ini disebabkan oleh:
 Proses fixing yang tidak adekuat
 Cairan developer yang rusak atau terkontaminasi
 Cairan fixer yang rusak
 Film tidak dicuci dalam air dengan adekuat

Gambar 11.Yellow or brown stains

2. White spot
Penampilan white spot berupa gelembung udara berwarna putih pada film
radiografi (Gambar 12). Hal ini dapat disebabkan oleh udara terperangkap di
permukaan film setelah film ditempatkan dalam larutan processing. White spot
dapat dihindari dengan menggoyangkan film holder dengan pelan dalam larutan
processing.5
Gambar 12. White spot

3. Dark spot
Penampilan dark spot berupa bintik hitam pada film radiografi (Gambar 13).
Dapat disebabkan oleh:
 Pembengkokan film yang berlebihan, sidik jari
 Film yang terkontaminasi dengan cairan developer sebelum processing yang
sebenarnya
 Film bersentuhan dengan film lain atau dinding selama prosedur fixing.5

Gambar 13. Dark spot

4. Light spot
Penampilan light spot berupa bercak putih pada film radiografi (Gambar 14). Hal
ini dapat disebabkan oleh:
 Film yang terkontaminasi dengan larutan fixer sebelum processing yang
sebenarnya (sisa-sisa cairan fixing yang ada akan menyebabkan artefak ini).
 Film yang bersentuhan dengan dinding atau film lain selama proses developing.5
Gambar 14. Light spot

5. Light radiograph
Foto radiografi tampak lebih terang (Gambar 15). Hal ini terjadi karena:
 Kesalahan pemaparan
- MA dan kVp yang rendah serta waktu pemaparan yang tidak cukup.
- Paket film ditempatkan dengan menghadap sisi yang salah pada sumber
sinar-X
- Peningkatan jarak sumber film.5
 Kesalahan pemrosesan
- Ditempatkan dalam larutan developer untuk waktu yang singkat
- Suhu larutan developer terlalu rendah
- Larutan developer yang habis
- Larutan developer yang terkontaminasi
- Fiksasi yang berkepanjangan atau terlalu lama.5

Gambar 15. Light radiograph


6. Dark radiograph
Foto radiografi tampak lebih gelap (Gambar 16). Hal ini dapat terjadi karena:
 Kesalahan pemaparan
- Miliampere (mA), puncak kilovolt (kVp), dan waktu pemaparan yang
berlebihan
- Jarak sumber film-X yang tidak mencukupi.5
 Kesalahan pemrosesan
- Suhu larutan developer terlalu tinggi
- Film diletakkan pada larutan developer untuk waktu yang lebih lama
- Konsentrasi larutan developer terlalu tinggi
- Paparan cahaya yang tidak disengaja.5

Gambar 16. Dark radiograph


BAB III
PEMBAHASAN

Pada jurnal penelitian pertama, Elangovan dkk. mengevaluasi dan membandingkan


kesalahan radiografi intraoral periapikal yang dilakukan oleh mahasiswa kedokteran gigi
tingkat akhir dan magang. Hasil menunjukkan bahwa mahasiswa tingkat akhir dan magang
masing – masing menghasilkan 2796 dan 742 kesalahan foto radiografi periapikal. Hal ini
jelas menunjukkan bahwa kesalahan dalam pengambilan dan pemrosesan film lebih sedikit
pada mahasiswa magang. Dalam penelitian ini, frekuensi kesalahan radiografi periapikal
yang paling sering dilakukan adalah cone cut (25,5%), kemudian diikuti dengan angulasi
vertikal yang tidak tepat (23,8%), dan penempatan film yang salah (23,1%), sedangkan
kesalahan yang paling sedikit yaitu miscellaneous (2,9%), kesalahan pemrosesan (11%), dan
angulasi horizontal yang tidak tepat (13,7%) (Tabel 1).1
Pada jurnal kedua, Haghnegahdar, dkk. menyatakan bahwa kesalahan radiografi
intraoral periapikal paling banyak terjadi di daerah molar maksila, premolar maksila, dan
molar mandibula. Penempatan film yang salah (35,4%), cone cut (18,2%), angulasi horizontal
(16,6%) dan vertikal (14,4%) yang salah merupakan kesalahan radiografi yang paling banyak
terjadi pada penelitian ini, sedangkan yang paling sedikit adalah motion blur (1,1%) dan
kesalahan pemrosesan (2,2%), dan kesalahan exposure (2,2%) (Tabel 1).2
Pada jurnal penelitian ketiga, Gopal, dkk. melakukan evaluasi kesalahan radiografi
periapikal berdasarkan gigi maksila dan mandibula. Dari hasil penelitiannya, kesalahan
radiografi pada gigi maksila dan mandibula yang paling banyak adalah cone cut dengan
persentase masing – masing 35,4% dan 46%. Kemudian diikuti dengan elongasi pada maksila
(32,5%) dan mandibula (36,9%), serta penempatan film yang salah pada maksila (21%) dan
mandibula (36,9%). Kesalahan radiografi periapikal yang paling sedikit pada penelitian ini
adalah fingerprint pada maksila (0,1%), light spot (0,2%), dan dark spot (0,3%) (Tabel 1).4
Dari ketiga jurnal di atas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan radiografi intraoral
periapikal yang paling sering terjadi adalah cone cut, penempatan film yang salah, dan
angulasi vertikal yang salah.1,2,4 Cone cut dapat terjadi karena PID tidak diarahkan pada
pertengahan reseptor sehingga sinar X tidak menyinari seluruh reseptor film. Cone cut juga
dapat disebabkan oleh pergeseran film akibat pergerakan pasien, serta kesalahan pemrosesan
dimana film tidak terbenam sepenuhnya dalam cairan developer.2 Untuk menghindari cone
cut, sebaiknya PID diposisikan dengan hati-hati dan pastikan bahwa sinar X berpusat pada
reseptor dan seluruh reseptor tertutupi oleh diameter PID.6
Kesalahan kedua yang paling sering terjadi adalah penempatan film yang salah. Hal
ini kemungkinan terjadi karena tekanan jari pasien yang tidak disengaja ke film setelah
penempatan film oleh operator yang mungkin menyebabkan pergerakkan pada film.
Kesalahan ini lebih umum terjadi di daerah molar rahang atas yang merupakan daerah paling
rumit untuk diperiksa oleh operator. Refleks muntah dan resistensi yang tidak disengaja oleh
pasien juga dapat berhubungan dengan penempatan film yang salah.2 Untuk mencegah
kesalahan tersebut, sebaiknya operator memastikan bahwa tepi reseptor ditempatkan sejajar
dengan permukaan oklusal / insisal gigi dan disisakan 1 sampai 2 mm dari tepi insisal atau
oklusal gigi. Objek / gigi yang akan difoto juga harus berada di tengah reseptor film.6
Kesalahan ketiga yang paling sering terjadi adalah angulasi vertikal yang salah yang
dapat menyebabkan kesalahan foto radiografi berupa elongasi, foreshortened, dan apical cut
off. Elongasi terjadi karena angulasi vertikal yang terlalu kecil. Foreshortened image
disebabkan oleh angulasi vertikal yang terlalu besar. Apical cut off dapat terjadi karena
angulasi vertikal tidak mencukupi.5 Untuk menghindari kesalahan tersebut, sebaiknya
operator menggunakan angulasi vertikal yang memadai saat pemaparan sinar.6
Kesalahan radiografi periapikal yang paling sedikit dari tiga jurnal tersebut adalah
kesalahan pemrosesan seperti finger print, light spot, dark spot, motion blur, dan kesalahan
exposure1,2,4 Finger print biasanya tampak sebagai sidik jari hitam yang muncul pada film
radiografi. Hal ini terjadi karena film tersentuh oleh jari yang terkontaminasi oleh cairan
developer. Untuk mencegah kesalahan ini, sebaiknya operator menyuci dan mengeringkan
tangan sebelum memproses film, serta memegang film dengan hanya pada bagian tepinya
saja.6
Light spot tampak sebagai gambaran bintik putih pada film radiograf. Penyebab
terjadinya light spot adalah film terkontaminasi oleh larutan fixer sebelum processing
sebenarnya dan film bersentuhan dengan dinding atau film lain selama proses developing.
Dark spot tampak sebagai gambaran bintik hitam pada film radiograf. Kesalahan ini dapat
terjadi karena film terkontaminasi dengan cairan developer sebelum processing yang
sebenarnya dan film bersentuhan dengan dinding atau film lain selama prosedur fixing. Light
spot dan dark spot dapat dihindari dengan cara menggunakan area kerja yang bersih di kamar
gelap dan memastikan permukaan kerja yang bersih, serta meletakkan tisu di area kerja
sebelum membuka bungkus film.5,6
Motion blur dapat terjadi karena pasien atau tabung X-ray bergerak selama paparan
radiasi. Untuk mencegah kesalahan tersebut, sebaiknya operator menstabilkan tabung X-ray
dan kepala pasien sebelum melakukan exposure pada reseptor film, dan meminta pasien
untuk tidak melakukan gerakan. Jangan pernah melakukan exposure pada reseptor film ketika
tabung X-ray atau pasien bergerak. Jika pasien bergerak, sebaiknya posisikan ulang tabung
X-ray, pasien,atau reseptor, dan kemudian lakukan exposure.6
Kesalahan exposure dapat berupa overexposure maupun underexposure. Jika reseptor
film mengalami overexposure, maka tampilan foto radiografi akan menjadi gelap (dark
radiograph). Hal ini disebabkan karena reseptor terkena radiasi yang berlebihan akibat waktu
penyinaran, kilovoltage (kVp), atau milliamperage (mA) yang berlebihan. Sedangkan,
reseptor film yang mengalami underexposure akan menghasilkan tampilan foto radiografi
yang menjadi terang (light radiograph). Ini dapat terjadi karena reseptor film kurang radiasi
akibat waktu pencahayaan, kilovoltage, atau milliamperage yang tidak memadai. Untuk
menghindari overexposure dan underexposure, operator harus memeriksa pengaturan waktu
pencahayaan, kilovoltage, dan milliamperage pada mesin x-ray sebelum mengekspos reseptor
dan mengatur sesuai dengan kebutuhan pengambilan foto.5,6
Kesalahan radiografi intraoral periapikal lain yang biasa terjadi adalah angulasi
horizontal yang tidak tepat, miscellaneous, artefak, dan kesalahan pemrosesan lain, seperti
yellow brown stain dan light exposed.1,2,4 Angulasi horizontal yang tidak tepat menyebabkan
tampilan objek gigi pada foto radiografi menjadi overlapping atau tumpang tindih. Hal ini
disebabkan oleh sinar sentral X-ray tidak diarahkan melalui ruang interproksimal gigi. Untuk
menghindari kontak yang overlapping pada foto periapikal, sebaiknya operator mengarahkan
sinar x melalui daerah interproksimal gigi.6
Kesalahan miscellaneous dapat berupa film bending dan reversed film. Film bending
dapat terjadi karena film ini ditekuk secara berlebihan karena lengkungan dari palatum mulut
pasien sehingga hasil foto radiografi yang terlihat tampak terdistorsi atau lebih lebar. Untuk
menghindari kesalahan tersebut, sebaiknya penempatan film selalu diperiksa sebelum
dilakukan pemeriksaan. Apabila film tertekuk karena lengkungan palatum keras pasien,
cotton roll dapat digunakan. Film holder juga sangat membantu dalam mencegah film
bending.6
Penampilan reversed film terlihat sebagai gambaran cahaya dengan pola herringbone
pada foto radiograf. Hal ini disebabkan karena penempatan film yang terbalik. Sinar X-ray
dilemahkan oleh foil timbal dalam paket film sehingga jumlah sinar x yang terekspos pada
film berkurang. Pola herringbone pada radiograf tersebut mewakili pola sebenarnya yang
timbul pada foil timbal. Untuk menghindari kesalahan ini, operator harus selalu meletakkan
sisi putih film berdekatan dengan gigi dan selalu memperhatikan sisi depan dan belakang film
sebelum menempatkannya di mulut pasien.6
Artefak adalah struktur atau gambaran benda asing yang biasanya tidak ada dalam
foto radiografi, seperti perhiasan, gigi tiruan lepasan, kacamata, apron timbal, dan tyroid
shield. Benda asing ini dapat superimpose dengan struktur gigi dan jaringan sekitarnya.
Untuk menghindari kesalahan ini, operator sebaiknya menginstruksikan pasien untuk
melepaskan semua benda asing tersebut sebelum pemaparan. Apron timbal dan tyroid shield
seharusnya ditempatkan di leher pasien sehingga tidak menghalangi sinar X.
Yellow brown stain dapat terjadi karena waktu fixing yang tidak cukup, rinsing yang
tidak memadai, dan cairan processing yang terkontaminasi atau habis sehingga film
radiografi tampak berwarna coklat kekuningan. Untuk mencegah terjadinya kesalahan ini,
sebaiknya operator mengganti cairan processing yang sudah habis atau rusak dengan cairan
yang baru, pastikan film memiliki waktu fixing dan rinsing yang memadai. Rinsing film
sebaiknya dilakukan dengan waktu minimal 20 menit.5,6
Light exposed dapat terjadi karena paparan cahaya yang tidak sengaja pada film, film
yang rusak atau sobek yang memaparkan sebagian film ke cahaya sehingga area yang
terekspos cahaya tersebut tampak hitam. Untuk mencegah kesalahan tersebut, sebaiknya
operator memeriksa paket film untuk mengetahui apakah ada kerusakan film sebelum
digunakan, paket film yang sobek atau rusak sebaiknya tidak digunakan, dan jangan
membuka film di hadapan cahaya putih.6
Secara sederhana, kesalahan radiografi periapikal terjadi jika hasil foto radiografi
yang diambil tidak memberikan informasi yang diharapkan. Kesalahan teknis dan
pemrosesan dapat mengganggu kualitas diagnostik gambar.2 Oleh karena itu, untuk
mengurangi kesalahan radiografi diperlukan peningkatan kemampuan para mahasiswa
kedokteran gigi dalam teknik pengambilan dan pemrosesan foto radiografi sehingga
mengurangi paparan radiasi yang berlebihan kepada pasien.
Tabel 1. Distribusi kesalahan radiografi intraoral periapikal

Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3


Penempatan film yang Cone cut pada mandibula (46%)
Cone cut (25,5%)
salah (35,4%) dan maksila (35,4%)
Elongasi pada mandibula
Cone cut (18,2%)
(36,9%) dan maksila (32,5%)
Penempatan film yang salah
Angulasi vertikal yang
Angulasi horizontal pada mandibula (36,9%) dan
tidak tepat (23,8%)
yang tidak tepat maksila (32,5%)
(13,7%) Overlap pada maksila (5,7%)
dan mandibula (4,2%)
Light radiograph pada maksila
Elongasi (9,4%)
(6,9%) dan mandibula (3,2%)
Penempatan film yang Dark radiograph pada maksila
Kesalahan Bending (6,6%)
salah (23,1%) (3,7%) dan mandibula (2,9%)
radiografi
Brown stains pada mandibula
intraoral Foreshortening (5%)
(3,6%) dan maksila (3,2%)
periapikal
Light exposed pada maksila
Kesalahan (1,8%) dan mandibula (1,2%)
Angulasi horizontal
exposure (2,2%) Foreshortening pada maksila
yang tidak tepat
(1,7%) dan mandibula (0,6%)
(13,7%)
Artefak pada maksila (0,9%)
Kesalahan pemrosesan dan mandibula (0,6%)
(2,2%) Reverse film pada mandibula
Kesalahan pemrosesan
(0,6%) dan maksila (0,4%)
(11%)
Thyroid shield cut Dark spot (0,3%)
(1,1%) Light spot (0,2%)
Miscellaneous (2,9%) Fingerprint pada maksila
Motion blur (1,1%)
(0,1%) dan mandibula (0%)
BAB IV
KESIMPULAN

Kegagalan yang sering terjadi pada ketiga jurnal yaitu kesalahan radiografi intraoral
periapikal adalah cone cut, penempatan film yang salah, dan angulasi vertikal yang salah
sedangkan Kesalahan radiografi periapikal yang paling sedikit dari tiga jurnal tersebut adalah
finger print, light spot, dark spot, motion blur, dan kesalahan exposure Peningkatan
kemampuan serta pengetahuan dari operator serta perhatian penuh dari pasien saat diberikan
instruksi oleh operator sebelum dilakukannya pengambilan radiografi merupakan hal yang
sangat penting dilakukan untuk meminimalisir kesalahan. Diharapkan kualitas radiografi
periapikal yang ada agar kedepannya dapat memberikan hasil gambar yang lebih baik dan
sesuai dengan yang diharapkan dokter gigi maupun mahasiswa profesi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Elangoyan F, Mahabob Nazargi M. Faulty radiographs: A cross-sectional analysis


among dental college students in Namakkal District, Tamil Nadu, India. Journal Of
Pharmacy & bioallied Science.2016 Oct 8.(Suppl 1):1-10
2. Haghnegadar A. , Bronoosh Pegah.Common Intra Oral Radiographic Errors Made by
Dental Students. Galen Medical Journal.2013;2(2):44-48
3. Naebi M. Evaluation of Frequency of Periapical Radiographic errors in Dental
Radiology Department in Zahedan in 2014-2015.Scholar Journal of Apllied Medical
Science.2017;5(1B):112-115
4. Gopal S. ,Krisnaraj. Faulty radiographs: A retrospective radiographic
analysis.International Journal Of Applied Dental Science.2018;4(1):72-76
5. Mosby, Saunders. Textbook of Oral Medicine, Oral Diagnosis and Oral Radiology,
2nd Ed. Ongole and Praveen. Elsevier. 2013.812-821
6. Iannuci J. , Hoerton L. Dental Radiography. Principles and Technique. 4th Ed. Joen
M Iannuci. Elsevier. 2012.100-110
7. Altug HA, Ozkan A, editor. Diagnostic imaging in oral and maxillofacial pathology.
Croatia: Intech Europe; 2011. pp. 215-26.

Anda mungkin juga menyukai