SEFALOMETRI
Dosen Pembimbing:
Drg. Agus Surachman, Sp.BM
Disusun oleh:
Apriliana Santoso, S.KG.
NIM: G4B017055
Nilai
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Prinsip Teknik Radiografi Sefalometri
Radiografi sefalometri merupakan salah satu radiografi yang dapat
melihat jaringan keras dan jaringan lunak wajah. Radiografi ini banyak
digunakan oleh dokter gigi untuk mendiagnosa suatu kasus dan
merencanakan perawatan ortodontik. Radiografi sefalometri menurut
analisanya terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Sefalometri antero-posterior
Sefalometri antero-posterior atau sefalometri frontal didapatkan
dengan menempatkan sumber sinar X di belakang kepala (posterior)
dan film di depan muka (anterior). Sefalometri ini memiliki kegunaan
tinggi untuk mengamati bagian anatomi orbita, nasal cavity, dan
frontal sinus, serta sebagai deteksi awal fraktur maksilofasial akibat
trauma.
Teknik pengambilan radiografi:
1) Pasien menghadap film dengan posisi forehead-nose position
(dahi dan hidung menyentuh film)
2) Cone beam sejajar FHP dan membentuk sudut 0°
b. Sefalometri lateral
Sefalometri lateral memberikan gambaran lateral dari kepala.
Sefalometri ini digunakan untuk menganalisa jaringan keras dan
jaringan lunak wajah, analisa pertumbuhan dan kelainan kraniofasial,
1
analisa tipe fasial, perencanaan perawatan ortho, dan riset (Susanto,
2020). Sefalometri lateral memiliki kegunaan tinggi untuk mengamati
bagian anatomi basis cranial, maksila, dan mandibula dari lateral.
Teknik pengambilan radiografi :
1) Pasien oklusi sentrik
2) Fiksasi kepala dengan sefalostat, fiksasi telinga dengan ear rod.
3) FHP sejajar lantai
4) Penyinaran
Indikasi klinis utama digunakannya radiografi sefalometri yaitu
dengan tujuan ortodonti (diagnosis awal, perencanaan perawatan,
memonitor proses perawatan, mengevaluasi di akhir perawatan) dan
operasi ortognatik (evaluasi pre-operasi tengkorak dan pola jaringan
lunak, perencanaan perawatan, dan evaluasi pasca operasi dan
pemeriksaan lanjutan jangka panjang).
2
Relasi rahang dan posisi gigi-gigi berhubungan erat dengan tipe fasial.
Ada 2 hal penting yaitu : (1) posisi maksila dalam arah antero-
posterior terhadap kranium dan (2) relasi mandibula terhadap maksila,
sehingga akan mempengaruhi bentuk profil : cembung, lurus atau
cekung.
d. Merencanakan perawatan ortodontik.
Analisis dan diagnosis yang didasarkan pada perhitungan-perhitungan
sefalometrik dapat diprakirakan hasil perawatan ortodontik yang
dilakukan.
e. Evaluasi kasus-kasus yang telah dirawat.
Dengan membandingkan sefalogram yang diambil sebelum, sewaktu
dan sesudah perawatan ortodontik.
f. Analisis fungsional.
Diketahui dengan membandingkan posisi kondilus pada sefalogram
yang dibuat pada waktu mulut terbuka dan posisi istirahat.
3
Perubahan gambaran film dari laten menjadi gambaran terlihat terjadi
pada darkroom dengan penggunaan bahan-bahan kimia tertentu selama
proses berlangsung. Selain itu, selama proses ini terjadi satu proses
penting, yaitu reduksi oleh bahan kimia. Proses yang terjadi adalah
(Iannucci dan Howerton, 2006):
a. Developing
Film yang sudah dipaparkan ditenggelamkan didalam suatu
larutan developer dalam waktu dan temperature tertentu.
Selanjutnya, larutan developer tadi akan bereaksi dengan halide
yang telah terpapar banyak radiasi, sedikit radiasi, maupun tidak
terpapar radiasi. Larutan developer akan menginisiasi suatu reaksi
kimia yang akan mereduksi kristal halide yang terpapar radiasi
(energized) menjadi silver hitam metalik yang pada gambaran
dental radiograf menjadi area berwarna hitam, sedangkan kristal
halida yang tidak terpapar radiasi tidak akan mengalami reaksi
kimia.
Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion
bromida negative (AgBr) yang tersusun bersama di dalam kisi
kristal (cristal lattice). Ketika film mendapatkan eksposi sinar-X
maka cahaya akan berinteraksi dengan ion bromide yang
menyebabkan terlepasnya ikatan elektron. Elektron ini akan
bergerak dengan cepat kemudian akan tersimpan di daiam bintik
kepekaan (sensitivity speck) sehingga bermuatan negatif.
Kemudian bintik kepekaan ini akan menarik ion perak positif yang
bergerak bebas untuk masuk ke dalamnya lalu menetralkan ion
perak positif menjadi perak berwarna hitam atau perak metalik.
Maka terjadilah bayangan laten yang gambarannya bersifat tidak
tampak. Larutan developer terdiri dari:
4
Sodium Activator/ Merubah perak halide menjadi perak
Hydrosulfate developer metalik
Potassium Restrainer Mereduksi kristal-kristal yang tidak
bromide tertembus sinar-X dan mencegah
gambaran kabut pada film
Sodium sulfite Preservative Mencegah zat pereduksi teroksidasi
Air Solvent Pelarut bahan kimia
b. Rinsing
Proses selanjutnya adalah membilas film dengan air untuk
menghilangkan cairan developer yang tertinggal. Cairan pembilas
akan membersihkan film dari larutan pembangkit agar tidak
terbawa ke dalam proses selanjutnya. Cairan pembangkit yang
tersisa masih memungkinkan berlanjutnya proses pembangkitan
walaupun film telah dikeluarkan dari larutan pembangkit. Apabila
pembangkitan masih terjadi pada proses penetapan maka akan
membentuk kabut dikroik (dichroic fog) sehingga foto hasil tidak
memuaskan. Proses yang terjadi pada cairan pembilas yaitu
memperlambat aksi pembangkitan dengan membuang cairan
pembangkit dari permukaan film dengan cara merendamnya ke
dalam air. Pembilasan ini harus dilakukan dengan air yang
mengalir selama 5 detik.
c. Fixing
Selanjutnya, film dimasukkan kedalam larutan fiksasi dalam
waktu tertentu. Cairan fiksasi ini akan mengeliminasi Kristal halida
yang tidak terpapar radiasi (unenergized) dan membentuk
gambaran area berwarna putih pada gambaran radiografi,
sedangkan Kristal halida yang terpapar radiasi tidak ikut
tereliminasi. Selanjutnya, film dicuci dengan air dan dikeringkan.
Bahan-bahan yang dipakai untuk membuat suatu cairan penetap
adalah:
5
Alumunium Hardener Mengkerutkan dan megeraskan
chloride/sulfide Preservative gelatin pada emulsi film serta
menjaga keseimbangn kimiawi
larutan fixer
Sodium sulfite Preservative Mencegah pengendapan sulfur
Air Solvent Pelarut bahan kimia
d. Washing
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk
perak komplek dan garam. Pencucian bertujuan untuk
menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air. Tahap ini
sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang
digunakan selalu dalam keadaan bersih.
e. Drying
Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan
pengeringan adalah untuk menghilangkan air yang ada pada
emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan film adalah emulsi yang
tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda,dan
artefak. Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan
pengeringan adalah dengan udara. Ada tiga faktor penting yang
mempengaruhinya, yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan aliran
udara yang melewati emulsi.
6
Merupakan sebuah perbedaan yang disebabkan oleh tingkat
perbedaan rendaman sinar-X yang di transmisikan melalui bagian -
bagian yang berbeda dari jaringan pasien. Pada radiograf kontras tinggi
dikatakan sebagai bayangan lusen dan kontras rendah dikataksn
sebagai bayangan opak. Hal ini bergantung pada:
(1) Perbedaan ketebalan jaringan
(2) Perbedaan masa jenis jaringan
(3) Perbedaan nomor atom jaringan
(4) Kualitas atau kekuatan penetrasi dari sinar radiasi
b. Kontras film
Kemampuan film untuk menyerap dan menolak sinar yang masuk
ke dalam film. Semakin banyak sinar yang diterima film maka film
akan semakin gelap atau berkontras tinggi, sedangkan apabila sinar
lebih sedikit mengenai film dikatakan sebagai kontras tinggi. Kontras
film tergantung pada 4 faktor, yaitu:
(1) Kurva karakteristik film
(2) Masa jenis optik atau tingkat menghitamkan dari film
(3) Jenis film (langsung atau tidak langsung)
(4) Processing
c. Fog dan scatter
Stray radiation yang mencapai film, sebagai akibat dari
background fog, atau karena pencaran dari dalam pasien,
menghasilkan densitas film yang tidak diinginkan (menghitam), dan
dengan demikian mengurangi kontras radiografi.
3. Densitas
Densitas radiograf merujuk pada derajat atau gradasi kehitaman dari
radiograf. Hal tersebut bergantung pada jumlah paparan radiasi yang
mencapai daerah tertentu pada film. Daerah yang sedikit atau tidak sama
sekali terkena paparan foton sinar-x akan tergambar abu-abu atau
translusen pada radiograf. Radiograf yang baik memiliki densitas yang
baik sehingga klinisi dapat membedakan daerah hitam (ruang udara),
7
daerah putih (email, dentin, dan tulang), dan daerah abu-abu (jaringan
lunak). Densitas lebih menjabarkan ketebalan dan kepadatan jaringan yang
ada di dalam objek, sedangkan kontras objek lebih menjabarkan densitas
antara objek dan bukan objek.
4. Ketajaman dan resolusi gambar
Ketajaman didefinisikan sebagai kemampuan sinar-X untuk
menentukan tepi. Penyebab utama dari hilangnya ketajaman tepi yaitu:
a. Ketidak tajaman geometris termasuk efek penumbra
b. Ketidak tajaman gerakan, disebabkan oleh pasien yang bergerak saat
paparan
c. Ketidak tajaman penyerapan, dikarenakan berbagai bentuk dari objek,
misalnya cervical burn out pada leher gigi
d. Ketidak tajaman layar, karena difusi dan penyebaran sinar yang
terpancar dari intensifying screen.
e. Kurangnya resolusi. Resolusi merupakan ukuran kemampuan film
untuk membedakan antara struktur yang berbeda dan mencatat gambar
objek yang kecil yang berada berdekatan secara bersama-sama, dan
ditentukan dari karakteristik dari film, yang termasuk:
(1) Tipe (direct atau indirect)
(2) Kecepatan
(3) Ukuran kristal perak halide
5. Detail
Memperlihatkan struktur yang kecil dari organ yang difoto. Kriteria
kualitas ini didapat jika pada ukuran objek besar ataupun kecil,
6. Distorsi
Gambar yang terdistorsi tidak memiliki ukuran dan bentuk yang
sama dari objek asli pada radiograf dikarenakan ketidaksamaan
pembesaran dari daerah yang berbeda pada objek yang sama.
7. Resolusi
Resolusi merupakan suatu ukuran dari kemampuan untuk
membedakan objek satu dengan lainnya. Resolusi berkaitan dengan
8
bermacam-macam densitas, suatu jarak yang kecil terpisah suatu latar
belakang warna yang seragam untuk membedakan struktur dan
menghasilkan gambaran terpisah dari objek kecil.
8. Brightness
Brightness merupakan kemampuan radiograf untuk meningatkan
kecerahan, biasanya berhubungan dengan prosesing, timer dan Kvp
eksposur. Kecerahan dapat dianggap setara dengan tingkat menghitamnya
gambar yang direkam film. Menambah kecerahan mengurangi tingkat
kehitaman dan membuat gambar lebih terang (Ramadhan dkk., 2019).
9. Geometri gambar
Akurasi geometri dari sebuah gambar bergantung pada posisi sinar-
X, objek, dan film.
(1) Objek dan film harus kontak atau sedekat mungkin
(2) Objek dan film harus sejajar satu sama lain
(3) X-ray tube head harus diposisikan sedemikian rupa sehingga sinar
bertemu dengan objek dan film pada sudut yang benar.
9
1) Pemeriksaan radiografi kontralateralnya (sisi simetrisnya)
Pemeriksaan radiografi kontralateralnya sangat penting untuk
memastikan apakah gambaran radiagrafi kasus yang ditangani
tersebut sesuatu yang normal ataukah patologis
2) Pemeriksaan radiografi dengan angulasi (sudut penyinaran) yang
berbeda
Pemeriksaan radiografi dengan angulasi yang berbeda
dimaksudkan untuk mengidentifikasi lokasi lesi, apakah berada
lebih ke bukal atau ke palatal/lingual. Pemeriksaan ini juga penting
untuk memperjelas suatu objek target yang dengan angulasi standar
sering terjadi superimpose.
3) Perbandingan dengan pemeriksaan radiografi sebelumnya
Pemeriksaan radiografi sebelumnya ini sangat penting untuk
mengetahui kecepatan perkembangan dan pertumbuhan lesi.
Pemeriksaan radiografi sebelumnya juga penting untuk mengetahui
tingkat penyembuhan atau perawatan dan kemungkinan
ditemukannya adanya penyakit baru.
d. Pembacaan radiograf seharusnya dilakukan pada optimum viewing
condition (viewing screen harus terang, ruangan agak gelap, suasana
tenang, area sekitar radiograf ditutup dengan sesuatu yang gelap
disekitarnya sehingga cahaya dari viuwer hanya melewati radiograf,
menggunakan kaca pembesar dan radiograf harus kering).
e. Seorang klinisi harus memahami:
1) Gambaran radiografi struktur normal (normal anatomic variation)
2) Memahami tentang dasar dan keterbatasan radiografi gigi
3) Memahami tentang teknik/proses radiografi
f. Pemeriksaan radiografi dilakukan dengan mengkuti systematic
procedure
Penggunaan systematic procedure dalam interpretasi radiografi gigi
dimaksudkan agar interpretasi dapat logis, teratur dan terarah.
Systematic procedure juga dimaksudkan agar tidak ada satupun
10
informasi yang hilang atau terlewatkan dalam proses interpretasi.
Systematic procedure ini begitu penting karena keakuratan penegakkan
diagnosis radiografi sangat ditentukan oleh kemampuan dalam
menggunakan systematic procedure (Supriyadi, 2012).
11
II. LAPORAN KASUS SEFALOMETRI
A. Identifikasi Data dan Indikasi Pasien
Seorang pasien wanita berusia 26 tahun datang ke klinik RSGM
Unsoed dengan keluhan gigi atas yang maju. Pemeriksaan intraoral
menunjukkan kebersihan mulut sedang, tidak terdapat kegoyangan gigi,
palatum dalam. Diagnosa kasus maloklusi kelas I tipe II. Pasien ingin
merapihkan giginya yang berjejal di bagian depan.
B. Rujukan Rontgen
Permintaan Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan yang diminta:
Periapikal √ Cephalometri
Panoramic
Bitewing
CBCT
Oklusal
12
1. Persiapan alat dan bahan
a. Persiapan alat dan bahan : apron, sarung tangan, masker, kaca
mulut, hanger, alcohol, dan film
b. Pesawat sinar X pastikan dalam keadaan ON
c. Kamar gelap : larutan developer, fixer, safe lamp berfungsi dengan
baik
d. Sarana administrasi : alat tulis, kartu, amplop
2. Persiapan pasien
a. Menyapa pasien, memperkenalkan diri, dan memastikan identitas
pasien
b. Meminta izin untuk melakukan foto pada daerah yang sudah
ditentukan
c. Menjelaskan prosedur dan cara kerja pengambilan foto yang akan
dilakukan
d. Mempersilakan pasien melepas segala peralatan yang dipakai
(kacamata, denture, perhiasan, jepit rambut, dll)
e. Memasang apron dan pelindung tiroid kepada pasien
f. Mencuci tangan dan memakai masker dan handscoon
g. Memeriksa rongga mulut pasien
3. Pengambilan gambar (Sefalometri)
a. Menyesuaikan berbagai faktor eksposur (kilovoltage,
miliamperage, waktu pemaparan) sesuai dengan rekomendasi
masing-masing alat
b. Pasien diposisikan di antara sefalostat dan difiksasi menggunakan
sefalometer (ear rod). Film di sebelah kiri pasien.
c. Posisi bidang midsagital pasien tegak lurus lantai
d. Posisi bidang Frankfurt (MAE – dasar orbita) sejajar lantai
13
e. Gigi-gigi dalam posisi oklusi sentrik.
f. Alumunium wedge digunakan untuk melapisi bagian anterior film
g. Sinar X diarahkan horizontal dengan pusat ear rod.
4. Prosesing film
a. Matikan lampu penerangan dan menghidupkan safe lamp
b. Membuka pembungkus film dan mengambil film di dalamnya
c. Memasukkan film ke dalam developer sampai kontras dan
anatomi gigi terlihat
d. Membilas di bawah air mengalir
e. Memasukkan film ke dalam cairan fixer
f. Membilas di bawah air mengalir
g. Nyalakan lampu dan mengeringkan film
h. Evaluasi gambaran dan kualitas foto
14
3. Densitas
Gradasi kehitaman pada radiograf kurang baik sehingga kurang
terlihat perbedaan antara jaringan keras, jaringan lunak, dan ruang
kosong.
4. Ketajaman atau sharpness
Ketajaman gambar radiograf sedikit kurang baik
5. Detail
Perbedaan anatomi dan struktur sedikit kurang baik
6. Distorsi
Distorsi tidak terjadi atau rendah karena objek masih menunjukan
bentuk dan ukuran yang relatif sama dengan objek aslinya
7. Resolusi
Resolusi cukup baik karena objek masih dapat dibedakan antara satu
dengan yang lainnya
8. Brightness
Tingkat kecerahan terlalu cerah.
E. Interpretasi dan gambaran radioanatomi dari gambaran radiografi
2a
3 A
1
B
2b
4
15
1. Profil jaringan lunak cembung
Jaringan lunak terlihat sebagai area radiopak dengan densitas yang
lebih rendah dibandingkan dengan struktur tulang dan gigi. Profil
jaringan lunak pasien cembung, terlihat dari bibir atas (2a) yang
protrusi dan bibir bawah serta dagu (2b) yang lebih retrusi.
2. Relasi molar neutrooklusi yaitu tonjol mesiobukal gigi molar
permanen pertama rahang atas terletak pada celah bukal gigi molar
permanen pertama rahang bawah, sedangkan gigi kaninus atas terletak
pada ruang antara tepi distal gigi kaninus bawah dan tepi mesial gigi
premolar pertama bawah.
3. Diagnosa maloklusi klas 1 angle tipe II (Protusif Insisivus Atas)
F. Differential Diagnosis
1. Maloklusi klas II Angle.
Maloklusi ini memberikan gambaran seperti maloklusi kelas I Tipe II
namun maloklusi ini tidak hanya melibatkan dental tetapi melibatkan
kelainan skeletal.
16
DAFTAR PUSTAKA
Gueroult, A.M., Cameron, M., Rare brown tumour of the mandible secondary to tertiary
hyperparathyroidism in a renal transplant recipient, British Medical Journal
Case Report, 12 : 1-4, 2019.
Hiswara, E., 2015, Buku Pintar Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit,
BATAN Press, Jakarta.
Iannuci, J.M., Howerton, L.J., 2006, Dental Radiography Principles and Techniques,
Saunders Elsevier: Canada.
Oakley PA, Harrison DE. Death of the ALARA Radiation Protection Principle as Used in
the Medical Sector. Dose-Response. 2020;18(2):1–12.
Szuhanek, C., Dumitrescu, S., Paraschivescu, E., Nagib, R., 2019, Interdisciplinary
Orthodontic and Surgical Management of Class III Malocclusion in Adult
Patients, Journal Dental and Oral Implants, 2(3) : 1-7.
White, S.C., Pharoah, M.J., 2009, Oral Radiology: Principles and Interpretation, ed.6,
Elsevier: Missouri.
17